Konsep dan Pengembangan SMA...

37

Transcript of Konsep dan Pengembangan SMA...

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah i

KATA PENGANTAR Meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup Standar Nasional Pendidikan merupakan salah satu strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mewujudkan terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong sebagaimana tertuang dalam Kerangka Strategis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015-2019. Fokus kebijakan didasarkan pada percepatan peningkatan mutu dan akses untuk menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman, penguatan praktik baik dan inovasi. Melaksanakan kebijakan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA pada tahun 2015 telah melakukan pembinaan peningkatan mutu pendidikan melalui program SMA Model/Rujukan sebanyak 300 SMA di 200 kabupaten/Kota dan 34 provinsi. Program tersebut merupakan strategi pembinaan percepatan peningkatan dan perluasan mutu SMA melalui praktik baik dan inovasi pendidikan berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai rujukan mutu bagi SMA lain. Menindaklanjuti program pembinaan SMA Rujukan di atas, Direktorat Pembinaan SMA pada tahun anggaran 2016 akan melakukan penataan dan penambahan sasaran serta perluasan lokasi SMA Rujukan dari 300 SMA (200 kabupaten/kota dan 34 provinsi) pada tahun 2015 menjadi 614 SMA yang tersebar di seluruh kabupaten/kota dan provinsi. Mengimplementasikan program SMA Rujukan tersebut telah dikembangkan naskah pendukung pelaksanaan program SMA Rujukan antara lain (1) Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan; dan (2) Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah SMA Rujukan. Kedua naskah tersebut merupakan pengembangan dari naskah tahun 2015 yang disesuaikan dengan perkembangan kebijakan saat ini. Melalui naskah tersebut diharapkan sekolah dan institusi pembina dapat mengimplementasikan program SMA Rujukan sesuai rambu-rambu yang telah ditetapkan. Saran dan masukan sangat diharapkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pelaksanaan program SMA Rujukan.

Jakarta, Juni 2016 Direktur Pembinaan SMA, Drs. Purwadi Sutanto, M.Si NIP. 19610404 198503 1 003

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Maksud dan Tujuan 3

BAB II LANDASAN PENGEMBANGAN

A. Landasan Filosofis 4

B. Landasan Yuridis 5

C. Landasan Teoritis 7

D. Landasan Empiris 9

E. Landasan Operasional 9

BAB III KONSEP SMA RUJUKAN

A. Pengertian 13

B. Kriteria SMA Rujukan 13

C. Profil SMA Rujukan 14

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SMA RUJUKAN

A. Kebijakan 18

B. Strategi Induk Pengembangan SMA Rujukan 19

C. Strategi Implementasi

26

BAB V PENUTUP

34

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa satuan pendidikan sebagai organisasi yang khas mempunyai tugas

dan fungsi sebagai pelayanan masyarakat yang diselenggarakan untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional. Selain itu, satuan pendidikan juga merupakan institusi

yang melaksanakan proses pendidikan dalam tataran mikro dan menempati posisi

penting. Satuan pendidikan menempati posisi penting karena pada satuan pendidikan

terjadi proses pendidikan dan proses sosial sehingga peserta didik dapat

mengembangkan potensi dan memperoleh bekal untuk kehidupan di masyarakat.

Proses pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan akan memberi

konstribusi terhadap kualitas pendidikan. Hal ini berarti, kualitas pendidikan mengacu

pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan berkualitas jika

seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan. Faktor-faktor dalam

proses pendidikan meliputi masukan, seperti bahan ajar, metodologi, dukungan

administrasi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana

kondusif. Sedangkan mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada

prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

Peningkatan kualitas pendidikan sangat menekankan pentingnya peranan sekolah

sebagai pelaku dasar utama yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat

dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu diberi kepercayaan untuk mengatur

dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan

pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom diberi peluang untuk mengelola proses

koordinasi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Konsep pemikiran tersebut

telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu

yang berbasis sekolah (school based quality improvement).

Peningkatan kualitas pendidikan yang berbasis sekolah sangat penting dilaksanakan

karena sekolah lebih mengetahui masalah yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas

pendidikan. Penerapan manajemen berbasis sekolah merupakan usaha untuk

memberdayakan potensi yang ada di sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Salah satu langkah konkret peningkatan mutu pendidikan adalah pemberdayaan

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2

sekolah agar mampu berperan sebagai subjek penyelenggara pendidikan dengan

menyajikan pendidikan yang bermutu.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

pasal 49 (1) menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang

ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan

akuntabilitas. Selanjutnya pasal 54 (1) menjelaskan bahwa pengelolaan satuan

pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. Sekolah diberi

kewenangan dan peran yang luas untuk merancang dan melaksanakan pendidikan

sesuai dengan potensi dan kondisinya masing-masing dengan tetap mengacu pada

standar minimal yang ditetapkan pemerintah melalui Standar Nasional Pendidikan

(SNP).

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat. Pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan yang

tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana telah disempurnakan dengan PP Nomor 32 Tahun

2013 dan PP Nomor 13 Tahun 2015. Standar Nasional Pendidikan meliputi: 1) Standar

Kompetensi Lulusan, 2) Standar Isi, 3) Standar Proses, 4) Standar Penilaian

Pendidikan, 5) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 6) Standar Sarana dan

Prasarana, 7) Standar Pengelolaan, dan 8) Standar Pembiayaan.

Implementasi standar nasional pendidikan di sekolah masih menghadapi berbagai

kendala, seperti rendahnya tingkat pemenuhan terjadi pada Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) yang diakibatkan rendahnya standar lainnya, seperti Standar Isi,

Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, dan Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan. Di samping itu, juga rendahnya dukungan standar lainnya, yaitu Standar

Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Belum

tercapainya standar nasional pendidikan terjadi pada semua jenjang dan jenis

pendidikan dasar dan menengah termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah ini

perlu mendapat perhatian serius dari para pengelola pendidikan, baik pemerintah

maupun pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini mengingat bahwa sebagai

satuan pendidikan yang berada pada jenjang pendidikan menengah, SMA menduduki

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 3

posisi yang sangat strategis dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.

Oleh karena itu Direktorat Pembinaan SMA sebagai institusi pemerintah yang memiliki

fungsi perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan, fasilitasi dan pemberian

bimbingan di bidang kurikulum, sarana prasarana, kelembagaan dan peserta didik

SMA menganggap penting melakukan pembinaan melalui pengembangan SMA Rujukan

berbasis Standar Nasional Pendidikan.

B. Maksud dan Tujuan

Penyelenggaraan program SMA Rujukan dimaksudkan sebagai salah satu upaya

pembinaan sekolah oleh pemerintah secara langsung untuk percepatan dan perluasan

peningkatan mutu pendidikan. Selanjutnya sekolah tersebut diharapkan dapat sebagai

rujukan bagi sekolah lain di sekitarnya dengan tujuan antara lain:

1. Meningkatnya daya inisiatif sekolah untuk memenuhi dan melampaui Standar

Nasional Pendidikan;

2. Optimalnya potensi sumber daya sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan

mutu pendidikan;

3. Berkembangnya praktik-praktik terbaik (best practices) penyelenggaraan

pendidikan yang dapat dirujuk sekolah lain;

4. Terbangunnya sinergi pembinaan sekolah bermutu dengan pemerintah daerah;

5. Terwujudnya perluasan dan percepatan ketersediaan pelayanan pendidikan yang

bermutu tinggi;

6. Terjalinnya kemitraan dengan berbagai pihak dalam mengembangkan sekolah.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 4

BAB II LANDASAN PENGEMBANGAN

A. Landasan Filosofis

Penyelenggaraan program SMA Rujukan yang akan dijadikan sebagai rujukan bagi

sekolah lain pada dasarnya adalah peningkatan mutu sekolah yang didasari filosofi

eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme

berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi

peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses

pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif,

menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik.

Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan

dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai

sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait

dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumberdaya manusia

Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua

filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do,

learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi

penyelarasan praktik-praktik penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari

kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai

penilainya. (images.derizzain.multiply.multiplycontent. com).

Pada intinya bahwa peningkatan mutu pendidikan terletak pada bagaimana kurikulum

itu dikembangkan, mulai kompetensi yang diharapkan, isi/materi, proses, dan

penilaian. Sedangkan kurikulum berlandaskan pada ideologi Pancasila sebagai salah

satu esensi dari identitas nasional bangsa Indonesia yang digali dari dan hidup dalam

masyarakat bangsa Indonesia dan berkembang sepanjang sejarah serta menjadi sikap

hidup dan ideologi nasional sepenuhnya menjadi rujukan filosofik pengembangan

kurikulum (Pengembangan Kurikulum 2013). Berdasarkan hal-hal inilah maka

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat program SMA Rujukan sebagai

implementasi dari sistem pendidikan nasional.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 5

B. Landasan Yuridis

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara

lain:

a. Pasal 35 ayat (2), standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan

pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, dan pembiayaan.

b. Pasal 36 ayat (2), kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,

potensi daerah, dan peserta didik.

c. Pasal 38 ayat (2), kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan

sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan

komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan

atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan

provinsi untuk pendidikan menengah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, antara lain:

a. Pasal 2 ayat (1) lingkup standar nasional pendidikan meliputi Standar Isi,

Standar Proses, Standar Kompeteni Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar

Pembiayaan, dan Standar Penilaian.

b. Pasal 2 ayat (1a), standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan

pengembangan kurikulum untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

c. Pasal 2 ayat (2), untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai

standar nasional pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan, antara lain:

a. Pasal 3, pengelolaan pendidikan ditujukan untuk menjamin:

1) akses masyarakat atas pelayanan pendidikan yang mencukupi, merata dan

terjangkau;

2) mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan kebutuhan dan/

atau kondisi masyarakat; dan

3) efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 6

b. Pasal 7, pemerintah mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi,

mengkoordinasi, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan penyelenggara,

satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan secara nasional.

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 di bidang pendidikan,

yaitu antara lain pada butir 6.5.2, sasaran yang ingin dicapai dalam Program

Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-

2019 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah;

b. Meningkatnya angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan

menurunnya angka putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan;

c. Meningkatnya kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki pasar

kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi;

d. Meningkatnya jaminan kualitas layanan pendidikan, tersedianya kurikulum

yang andal dan tersedianya sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;

d. Meningkatnya kualitas pengelolaan guru dengan memperbaiki distribusi dan

memenuhi beban mengajar;

e. Meningkatnya dan meratanya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana

pendidikan sesuai dengan standar pelayanan minimal;

f. Tersusunnya peraturan perundangan terkait wajib belajar 12 tahun.

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti antara lain:

a. Internalisasi nilai moral dan spiritual dalam kehidupan;

b. Rasa kebangsaan dan cinta tanah air;

c. Interaksi positif antara peserta didik dengan guru dan orangtua;

d. Interaksi positif antarsiswa;

e. Pengembangan potensi utuh siswa;

f. Pemeliharaan lingkungan sekolah yang mendukung iklim pembelajaran;

g. Pelibatan orangtua dan masyarakat.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 7

C. Landasan Teoritis

Menurut Quisumbing (2003), kualitas pendidikan bersifat dinamis, saat ini berkualitas

namun saat mendatang mungkin sudah ketinggalan. Sedangkan menurut Stott, Fink &

Earl (2003), pencapaian kompetensi peserta didik yang menjadi tujuan pembelajaran

ditentukan oleh karakter peserta didik yang berbeda satu dengan lainnya, dan

memiliki keunikan. Karakter ini merupakan fungsi dari keturunan, pengalaman,

perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, kebutuhan dan faktor lain dari

kehidupan. Untuk mewadahi praktik-praktik terbaik dalam peningkatan mutu

pendidikan dan lebih spesifik lagi dimaknai dengan belajar merefleksi pelaksanaan

tugas yang sesungguhnya adalah proses belajar dari pengalaman.

Belajar dari pengalaman bersinonim dengan pendidikan berdasarkan teori yang

dikembangkan oleh David Kolb’s 1980 dan dikembangkan kembali pada tahun 2006

menyatakan bahwa teory exsperimental Learning: experimental learning is the process

of learning through experience,and is more specifically defined as learning through

reflection on doing, in which the learner plays a comparatively passive role that

expressed as four – stage cycle of learning:

1. Concrete Experience-(CE) (feeling)

2. Reflective Observatio -(RO) (watching)

3. Abstract Conceptualization-(AC) (thinking)

4. Active Experuimentation-(AE) (doing)

Seseorang dapat belajar dari pengalaman harus empat syarat (1) harus terlibat dalam

proses pekerjaan (2) mampu merefleksi pengalaman (3) memiliki kemampuan

berpikir analisis dan menyandingkan konsep dengan pengalaman nyata (4) memiliki

kemampuan menetapkan keputusan dan menyelesaikan masalah untuk mendapatkan

ide baru dari pengalaman.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 8

Berkaitan dengan kriteria pembelajar, selanjutnya dapat digambarkan dalam empat

langkah seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini.

Keempat tahapan itu saling berhubungan dan

berkaitan tidak terpisahkan satu dengan lainnya

dalam membangun keinginan yang kuat untuk

berprestasi dan menghasilkan praktik terbaik.

Kegiatan pertama adalah model (1)

melaksanakan tugas untuk memperoleh

pengalaman nyata, keterampilan apa yang akan

diputuskan untuk menjadi focus yang

dikembangkan; (2) mengobservasi dan

merefleksi pengalaman melaksanakan tugas; (3) mempelajari teori, konsep, atau

ketentuan yang seharusnya; (4) mengembangkan aktivitas uji coba perbaikan hasil

yang sudah dicapai secara berkelanjutan. Selanjutnya hasil belajar dapat disusun

dalam bentuk karya tulis berbentuk laporan ilmiah atau dalam bentuk karya inovatif

lain.

Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan secara terus

menerus dan berkelanjutan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi

sebagai lembaga sosial ekonomi non profit yang memberikan pelayanan kebutuhan

pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat, sedangkan sebagai lembaga ekonomi,

sekolah menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi ekonomi

untuk hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Hal ini dilihat dari hasil

pendidikan yang memiliki dampak sosial dan ekonomi kepada masyarakat. Dampak

sosial dapat dilihat pada kehidupan bermasyarakat yang tenteram, aman, dan sentosa.

Dampak ekonomi dapat dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat. Etika

moral dan akhlak mulia masyarakat dapat dibangun melalui pendidikan, untuk

memberi ketenteraman kepada masyarakat. Kesejahteraan masyarakat tidak hanya

bersifat material tetapi juga sosial. Oleh karena itu semua negara berusaha untuk

meningkatkan kualitas pendidikan, demikian juga dengan Indonesia melalui program

SMA Rujukan untuk mempersiapkan peserta didik dalam rangka menghadapi

persaingan era global.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 9

Pendidikan memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan utama pendidikan adalah memberi kemampuan kepada peserta didik untuk

hidup di masyarakat. Kemampuan ini berupa pengetahuan dan/atau keterampilan,

serta perilaku yang diterima masyarakat. Kemampuan seseorang dapat berkembang

secara optimal apabila memperoleh pengalaman belajar yang tepat. Untuk itu lembaga

pendidikan dalam hal ini sekolah harus memberi pengalaman belajar yang sesuai

dengan potensi dan minat peserta didik.

D. Landasan Empiris

Dalam rangka percepatan peningkatan mutu pendidikan di sekolah, Direktorat

Pembinaan SMA sejak tahun 2007 telah melakukan berbagai upaya peningkatan mutu

pendidikan melalui berbagai sekolah rintisan/piloting, seperti: rintisan Sekolah

Kategori Mandiri (SKM), Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal atau Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal (PBKL), Sekolah Berbasis TIK atau Pusat Sumber Belajar (PSB),

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dari pengalaman tersebut dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Program rintisan SKM, PBKL, PSB, dan RSBI dapat memberikan motivasi kepada

kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan unsur sekolah lainnya termasuk

peserta didik, orangtua, dan komite sekolah dalam mencapai prestasi secara

optimal.

2. Program rintisan RSBI dan SKM telah membangkitkan semangat kompetitif pada

peserta didik untuk mencapai prestasi tertinggi di sekolah, kabupaten/kota,

provinsi, nasional, dan internasional. Hal ini dapat dibuktikan dari ajang olimpiade

sains, matematika, astronomi, dan lain-lain yang setiap tahun dilaksanakan

menunjukkan bahwa peserta didik dari sekolah-sekolah rintisan tersebut selalu

memperoleh predikat terbaik.

3. Program-program rintisan tersebut memberikan dukungan kebijakan dan

menginspirasi Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

untuk memperluas sasaran pembinaan dalam rangka percepatan mutu di wilayah

masing-masing.

4. Program-program rintisan telah menggugah kepedulian masyarakat, terutama

komite sekolah dalam mendukung program sekolah untuk mencapai tujuan

percepatan mutu pendidikan di sekolah masing-masing.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 10

E. Landasan Operasional

Pemerintah merancang sembilan program sebagai agenda prioritas yang disebut

“Nawa Cita”. Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan

menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi

dan kepribadian dalam kebudayaan. Salah satu program tersebut yaitu melakukan

revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan

nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang

menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah

pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semangat bela negara

dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Program ini selanjutnya

dijabarkan ke dalam kebijakan di bidang pendidikan sebagaimana uraian berikut.

1. Visi dan Misi Pemerintah di bidang pendidikan

a. Mewujudkan pendidikan bagi seluruh warga negara melalui Kartu Indonesia

Pintar.

b. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan guru, kurikulum

dan evaluasi berbasis karakter dan vokasi.

c. Meningkatkan kualitas pendidikan pesantren guna meningkatkan kualitas

pendidikan nasional.

2. Ekosistem Pendidikan

Upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan layanan dan

pendidikan bagi orangtua akan dilakukan dengan kerangka pikir membentuk

insan dan ekosistem berkarakter. Dengan insan dan ekosistem pendidikan

berkarakter, diharapkan ada penyebarluasan praktik yang baik dan inovatif.

Ekosistem pendidikan tersebut adalah: (1) sekolah kondusif, (2) guru

penyemangat, (3) orangtua terlibat, (4) warga peduli, (5) industri suportif, (6)

organisasi profesi suportif, dan (7) pemerintah suportif. Ekosistem pendidikan

mendukung terwujudnya lulusan yang mandiri dan berkepribadian.

3. Revolusi Mental

Kemakmuran Indonesia dapat terwujud jika dilakukan manajemen dengan roh

revolusi mental. Revolusi mental merupakan pola yang harus dilakukan untuk

mengubah mental bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan kurang mendukung

keterwujudan kemakmuran Indonesia. Konsentrasi revolusi mental bukan hanya

pada fisik dan pikiran semata, tetapi juga pada perubahan prilaku.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 11

Dengan demikian, ranah yang harus disentuh secara holistik, karena bidang inilah

yang secara intensif memupuk generasi muda tentang pengetahuan, keterampilan,

dan sikap di kelas-kelas. Kemudian, di jalur informal dan nonformal, bidang

pendidikan memberikan panduan normatif untuk berproses dalam

mengembangkan diri di tengah keluarga dan masyarakat. Tujuh jalan revolusi

mental yang ditempuh oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah

sebagai berikut:

a. Mengubah paradigma pendidikan “berdaya saing” menjadi pendidikan

”mandiri dan berkepribadian”;

b. Merancang kurikulum berbasis karakter dari kearifan lokal dan vokasi yang

beragam berdasarkan kebutuhan geografis daerah dan bakat anak;

c. Menciptakan proses belajar yang menumbuhkan kemauan belajar dari dalam

diri anak;

d. Memberi kepercayaan penuh pada guru untuk mengelola suasana dan proses

belajar pada anak;

e. Memberdayakan orangtua untuk terlibat pada proses tumbuh kembang anak;

f. Membantu kepala sekolah menjadi pimpinan yang melayani warga sekolah;

g. Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi

pendampingan dan pengawasan.

4. Perbaikan Mutu Pendidikan dari Tahun 2015 ke Tahun 2019

Perbaikan mutu pendidikan yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dilaksanakan di semua bidang secara bertahap dan terus menerus

selama 5 tahun kedepan. Keberhasilannya dapat diukur melalui pemenuhan

indikator berikut ini:

a. Angka partisipasi sekolah: partisipasi murni SMA/MA/SMK/ dari 55,3% pada

tahun 2014 menjadi 67,5% pada tahun 2019;

b. Lama waktu sekolah: dari 7,5 tahun di tahun 2014 menjadi 9,2 tahun di tahun

2019;

c. Skor pemetaan global (PISA, TIMSS, dll), di 2019 naik 20% dari urutan

terakhir di tahun 2014;

d. Indeks persepsi relevansi pendidikan, di tahun 2019 naik 20% dari besaran

2015;

e. Indeks tata kelola pendidikan (ILEG), di tahun 2019 naik 20% dari besaran

2015;

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 12

5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015–2019

Untuk mencapai keberhasilan pendidikan yang ditandai dengan pemenuhan

seluruh indikator tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki

motto yaitu “terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang

berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong”. Sedangkan strategi yang

digunakan adalah sebagai berikut.

a. Strategi 1: Penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, meliputi:

1) menguatkan siswa, guru, kepala sekolah, orangtua, dan pimpinan institusi

pendidikan dalam ekosistem pendidikan;

2) memberdayakan pelaku budaya dalam pelestarian dan pengembangan

kebudayaan;

3) fokus kebijakan diarahkan pada penguatan perilaku yang mandiri dan

berkepribadian.

b. Strategi 2: Peningkatan mutu dan akses, meliputi:

1) meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup SNP untuk

mengoptimalkan capaian wajib belajar 12 tahun;

2) meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan layanan pedidikan,

khususnya bagi masyarakat yang terpinggirkan;

3) fokus kebijakan didasarkan pada percepatan peningkatan mutu dan akses

untuk menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan

keberagaman, penguatan praktik baik, dan inovasi.

c. Strategi 3: Pengembangan efektivitas birokrasi melalu perbaikan tata kelola

dan pelibatan publik, meliputi:

1) melibatkan publik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan dengan

berbasis data, riset dan bukti lapangan;

2) membantu penguatan kapasitas tata kelola pada birokrasi pendidikan di

daerah;

3) mengembangkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat

nasional;

4) fokus kebijakan dimulai dari mewujudkan birokrasi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan RI yang menjadi teladan dalam tata kelola

yang bersih, efektif dan efisien serta melibatkan publik.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 13

BAB III KONSEP SMA RUJUKAN

A. Pengertian

SMA Rujukan adalah SMA yang telah memenuhi atau melampaui SNP,

mengembangkan ekosistem sekolah yang kondusif sebagai tempat belajar,

mengembangkan praktik terbaik dalam peningkatan mutu berkelanjutan, melakukan

inovasi dan berprestasi baik akademik maupun non akademik, serta melaksanakan

program kebijakan pendidikan yang layak menjadi rujukan SMA lain. SMA Rujukan

merupakan sekolah rintisan bersama antara Dinas Pendidikan Kab/Kota, Dinas

Pendidikan Provinsi dan Kemendikbud guna percepatan dan perluasan peningkatan

mutu pendidikan SMA melalui pemenuhan SNP dan pengembangan program

keunggulan sesuai dengan potensi sekolah dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan

Standar Nasional Pendidikan terdiri atas delapan standar yaitu : Standar Kompetensi

Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik

dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan

Standar Pembiayaan.

B. Kriteria SMA Rujukan

SMA Rujukan dipilih berbasis kewilayahan minimal setiap kabupaten/kota memiliki 1

(satu) SMA Rujukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. SMA pelaksana Kurikulum 2013, diutamakan SMA Induk Klaster Kurikulum 2013.

2. SMA negeri atau swasta dengan akreditasi A atau tertinggi di kabupaten/kota

setempat.

3. Memiliki praktik-praktik baik dan inovasi pendidikan yang layak dijadikan sebagai

rujukan bagi SMA lain.

4. Memiliki prestasi akademik/non akademik.

5. Mempertimbangkan nilai Ujian Nasional (UN) dan Indeks Integritas Ujian Nasional

(IIUN) tahun 2015 sekolah yang bersangkutan.

6. Bersedia memberikan pengimbasan praktik-praktik baik dan inovasi pendidikan

yang dimiliki ke SMA lain.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 14

C. Profil SMA Rujukan

Profil sekolah adalah gambaran tentang kondisi yang memberikan fakta tentang hal-

hal khusus dari suatu sekolah. Profil SMA Rujukan adalah gambaran sekolah yang telah

telah memenuhi atau melampaui SNP, mengembangkan ekosistem sekolah yang

kondusif sebagai tempat belajar, mengembangkan praktik terbaik dalam peningkatan

mutu berkelanjutan, melakukan inovasi dan berprestasi baik akademik maupun non

akademik, serta melaksanakan program kebijakan pendidikan yang layak menjadi

rujukan SMA lain. Profil SMA Rujukan sebagaimana uraian berikut.

1. Standar Isi

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Isi sebagai berikut.

a. Memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

dikembangkan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan

Kurikulum 2013, serta pedoman penyusunan KTSP.

b. Memiliki dokumen KTSP yang dikembangkan dengan memperhatikan acuan

konseptual, prinsip pengembangan, dan prosedur operasional.

c. Memiliki dokumen KTSP yang mengembangkan praktik-praktik terbaik

d. Memiliki KTSP yang telah ditetapkan oleh Kepala Sekolah dan diketahui oleh

dinas pendidikan provinsi.

2. Standar Kompetensi Lulusan

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Kompetensi Lulusan sebagai berikut.

a. Peserta didik mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak mulia,

berpengetahuan luas, berkemampuan pikir dan tindak yang efekti, kreatif dan

inovatif; sesuai rumusan kompetensi lulusan SMA.

b. Memiliki Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) dan indeks prestasi UN tinggi

(minimal 70)

c. Memiliki nilai rerata hasil ujian nasional 2 tahun terakhir minimal 70.

d. Minimal 50% lulusan diterima di perguruan tinggi.

e. Peserta didik memiliki kemampuan memanfaatkan lingkungan secara

produktif dan bertanggung jawab.

f. Peserta didik memiliki jiwa kolaboratif dan kompetitif

g. Peserta didik mampu memanfaatkan teknologi sebagai media komunikasi dan

informasi.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 15

3. Standar Proses

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Proses sebagai berikut.

a. Memiliki perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan dari silabus;.

b. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP, melalui tahapan

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup dengan menerapkan

pendekatan saintifik.

c. Melaksanakan penilaian hasil belajar siswa menggunakan penilaian autentik,

dan menggunakan hasilnya untuk merencanakan program perbaikan,

pengayaan, dan layanan konseling.

d. Melaksanakan pengawasan pembelajaran secara periodik oleh kepala sekolah

dan pengawas sekolah dalam hal pembelajaran dan manajerial.

4. Standar Penilaian

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Penilaian sebagai berikut.

a. Melaksanakan penilaian mengacu pada prinsip-prinsip penilaian,

menggunakan pendekatan acuan patokan, sasaran penilaian mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang.

b. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, dan jurnal.

Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan antara lain melalui tes tulis, tes

lisan dan penugasan. Sedangkan penilaian kompetensi keterampilan dilakukan

melalui penilaian kinerja antara lain tes praktik, proyek dan portofolio.

c. Penilaian hasil belajar dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan

pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang dilakukan dalam bentuk penilaian

autentik, penilaian diri, penilaian proyek, ulangan harian, ulangan akhir

semester, ulangan akhir tahun, ujian sekolah, dan ujian nasional.

d. Laporan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan.

1) Laporan penilaian oleh pendidik dalam bentuk nilai dan/atau deskripsi

pencapaian kompetensi untuk pengetahuan dan keterampilan, serta

deskripsi untuk penilaian sikap. Laporan hasil penilaian disampaikan

kepada kepala sekolah dan pihak terkait lainnya, seperti wali kelas, guru

BK, dan orangtua;

2) Satuan pendidikan melaporkan hasil pencapaian kompetensi kepada

orangtua/wali dalam bentuk rapor, dan laporan hasil belajar tingkat

satuan pendidikan kepada dinas pendidikan.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 16

5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

sebagai berikut.

a. Pendidik secara kualitas harus memenuhi kualifikasi akademik, sertifikasi

profesi dan kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan;

b. Pendidik secara kuantitas harus memenuhi ketentuan rasio guru dan peserta

didik;

c. Tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga

administrasi, pustakawan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan dan tenaga

keamanan.

d. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas sebagai pendidik dan tenaga

kependidikan pembelajar.

e. Menghasilkan karya tulis berupa laporan praktik-praktik terbaik dalam

meningkatkan mutu pembelajaran dan pengelolaan.

6. Standar Sarana dan Prasarana

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Sarana dan Prasarana sebagai berikut.

a. Memiliki sarana dan prasarana meliputi lahan, bangunan gedung, dan

kelengkapan sarana prasarana;

b. Lahan yang dimiliki sekolah memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan

terhadap peserta didik yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun

prasarana sekolah berupa bangunan gedung dan tempat bermain/

berolahraga;

c. Lahan harus memenuhi kriteria kesehatan dan keselamatan, kemiringan,

pencemaran air dan udara, kebisingan, peruntukan lokasi, dan status tanah;

d. Bangunan gedung memenuhi rasio minimum luas lantai, tata bangunan,

keselamatan, kesehatan, fasilitas penyandang cacat, kenyamanan, keamanan;

e. Kelengkapan sarana prasarana yang tersedia meliputi : 1) ruang kelas, 2)

ruang perpustakaan, 3) ruang laboratorium biologi, 4) ruang laboratorium

fisika, 5) ruang laboratorium kimia, 6) ruang laboratorium komputer, 7) ruang

laboratorium bahasa, 8) laboratorium IPS, 9) ruang pimpinan, 10) ruang guru,

11) ruang tata usaha, 12) tempat beribadah, 13) ruang konseling, 14) ruang

UKS, 15) ruang organisasi kesiswaan intra sekolah (OSIS), 16) jamban/toilet,

17) gudang, 18) ruang sirkulasi, 19) tempat bermain/berolahraga.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 17

7. Standar Pengelolaan

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Pengelolaan adalah sebagai berikut.

a. Memiliki perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan

evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen;

b. Mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi,

tujuan, dan rencana kerja;

c. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan

pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan

kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana, keuangan dan pembiayaan;

d. Mengembangkan sistem supervisi pembelajaran dan supervisi program

sebagai strategi penjaminan mutu.

e. Pelaksanaan rencana kerja mempertimbangkan budaya dan lingkungan

sekolah, serta melibatkan peran serta masyarakat.

8. Standar Pembiayaan

Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Pembiayaan sebagai berikut.

a. Pembiayaan didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja

tahunan meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal.

b. Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat.

c. Penggunaan dana dikelola dan dipertanggungjawabkan secara transparan dan

akuntabel.

9. Implementator kebijakan pendidikan

Menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain :

a. Kurikulum 2013

b. Penumbuhan budi pekerti

c. Literasi

d. Kewirausahaan

e. Sekolah aman

f. Kebijakan terkini lainnya terkait SMA

10. Unggulan sekolah

a. Praktik baik dan inovasi pendidikan

b. Prestasi akademik dan non akademik

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 18

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SMA RUJUKAN

A. Kebijakan

Kebijakan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan SMA Rujukan sebagai

berikut ini.

1. SMA Rujukan merupakan program peningkatan mutu pendidikan berbasis wilayah

(provinsi dan kabupaten/kota) yang diintegrasikan dengan program pembinaan

lainnya dari Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan komitmen bersama untuk

mengalokasikan program dan anggaran bagi pembinaan SMA Rujukan.

2. Kemitraan dilaksanakan dengan pembagian kewenangan dan kewajiban antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mengikuti azas desentralisasi

sebagai berikut:

a. Direktorat Pembinaan SMA berkewenangan menyusun rancangan program,

mengimplementasikannya pada sasaran terbatas yang dalam program ini

disebut SMA Rujukan sebagai sampel rintisan, memonitor dan mengevaluasi

pelaksanaan dan hasilnya. Adapun kewajibannya yaitu menyediakan

sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

b. Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

berkewenangan dalam mereplikasi dan mendiseminasikan rancangan SMA

Rujukan ke SMA-SMA lain, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan. Adapun

kewajiban atau tanggung jawabnya yaitu menyediakan, mengelola dan

membina sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

3. Program SMA Rujukan diselenggarakan secara bertahap, tuntas, berkualitas dan

berkelanjutan.

a. Bertahap dalam sasaran dari SMA Rujukan ke SMA Imbas.

b. Tuntas dalam pelaksanaan setiap kegiatan dari mulai perencanaan,

pelaksanaan, hasil, dan pelaporan.

c. Berkelanjutan dalam pengertian dilaksanakan secara terus menerus,

berkesinambungan dan sistematis.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 19

B. Strategi Induk Pengembangan SMA Rujukan

1. Dinamika Pengembangan SMA Rujukan

Diantara unsur lingkungan strategis sistem pendidikan nasional yang harus

dipertimbangkan dengan serius dalam mengelola sekolah sebagai satuan

pendidikan adalah dinamika politis dan teknis. Dinamika politis utamanya

pergantian pemerintahan yang berdampak kepada perubahan kebijakan,

sedangkan dinamika teknis diantaranya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi yang dalam beberapa aspek menuntut penyesuaian berbagai aspek

pengelolaan diantaranya yang berdampak sangat kuat dan harus direspons dengan

cepat dan tepat adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kenyataan tentang

dinamika pengembangan sistem pendidikan tersebut, mengisyaratkan bahwa

konsep dan strategi pengembangan SMA Rujukan dapat berubah dari waktu ke

waktu mengikuti perubahan lingkungan strategis pengelolaan sistem pendidikan

nasional. Oleh sebab itu, dalam pengembangan SMA Rujukan tahun 2016,

Direktorat Pembinaan SMA menerapkan Strategi Induk atau “Grand Strategy”

sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Strategi Induk Pengembangan SMA Rujukan

Kebijakan Nasional Pendidikan

(Kerangka Strategis Kemendikbud)

PENGEMBANGAN SMA RUJUKAN

Perkembangan

Ekosistem Pendidikan

Rancangan teknis Strategi

implementasi Manajemen :

Distribusi kewenangan dan kewajiban

Fasilitasi : SDM, sarpras, biaya

Monitoring dan evaluasi

Standar Nasional

Pendidikan

Kebijakan Pemerintah (Nawa Cita dan

Revolusi Mental)

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 20

Sebagaimana dapat dicermati dalam Gambar 1 agar SMA Rujukan dapat dijadikan

sebagai rujukan nasional, maka sekolah tersebut dikembangkan dengan

menggunakan tiga acuan utama, yaitu standar nasional pendidikan, kebijakan

pemerintah, dan perkembangan ekosistem pendidikan. Secara ringkas ketiga acuan

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan teknis penyelenggaraan

pendidikan yang berisi kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti sudah disebutkan

sebelumnya, Standar Nasional Pendidikan terdiri atas: Standar Kompetensi

Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar

Pembiayaan.

Fungsi dan tujuan standar nasional pendidikan.

a. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan

pendidikan nasional yang bermutu;

b. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat;

c. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan

berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,

dan global.

Kebijakan Pemerintah

Agar SMA Rujukan yang dikembangkan senantiasa sesuai dengan rencana

pembangunan jangka menengah yang disusun oleh pemerintah, maka

pengembangannya harus mengacu kepada kebijakan pemerintah dalam

penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang pada era ini merupakan

terjemahan dari kebijakan pemerintah yaitu nawacita dan revolusi mental.

Nawacita dan revolusi mental tersebut dijabarkan antara lain ke dalam strategi

penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang dikemas menjadi kerangka

strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Perkembangan Ekosistem Pendidikan

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 21

Bagaimanapun, agar semua satuan pendidikan dapat mencapai tujuannya secara

produktif dalam arti efektif dan efisien, maka penyelenggaraannya harus

mengacu kepada perkembangan ekosistem pendidikan, terutama ilmu

pengetahuan dan teknologi. Diantara produk ilmu pengetahuan yang dewasa ini

berkembang dengan pesat adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang

pemanfaatannya telah memasuki semua bidang pekerjaan. Oleh sebab itu, tidak

dapat dihindari bahwa dinamika ini menuntut guru untuk selalu meningkatkan

dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembang kan dan menyajikan

materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan TIK mengingat substansi

materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik

volume maupun kompleksitasnya (Gintings, 2014). Bersamaan dengan itu, secara

substansial sejumlah materi ajar juga harus bermuatan TIK agar para tamatan

satuan pendidikan memiliki kompetensi yang memberinya peluang lebih besar

ketika memasuki pasar kerja. Hanya dengan cara itu guru mampu

menyelenggarakan pembelajaran yang mengantarkan peserta didik memasuki

dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya.

Begitu juga dalam pengelolaan satuan pendidikan, kompleksitas serta kecepatan

dan percepatan perubahan ekosistem pendidikan menuntut diterapkannya sistem

manajemen moderen yang dicirikan oleh perencanaan yang cermat, pelaksanaan

yang tepat, dan pengawasan yang ketat. Manajemen dengan kinerja seperti itu

tentu memerlukan dukungan berbagai teknik, baik perangkat keras maupun

perangkat lunak yang handal termasuk penerapan TIK yang mengeksekusi

pekerjaan dengan volume yang besar dengan kecepatan dan akurasi yang tinggi

serta pada waktunya atau “real time”.

2. Pengembangan SMA Rujukan

SMA Rujukan merupakan SMA terpilih yang disesuaikan dengan kebijakan

pemerintah (Nawa Cita dan Revolusi Mental), kebijakan pendidikan nasional

(kerangka strategis Kemendikbud), dan perkembangan ekosistem pendidikan.

Pengembangan SMA Rujukan perlu disiapkan rancangan teknis, strategi

implementasi, pembagian kewenangan, dukungan SDM, sarana/ prasarana, biaya,

dan monitoring dan evaluasi.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 22

3. Peta Jalan Pengembangan SMA Rujukan

Pengembangan SMA Rujukan diselenggarakan mengikuti peta jalan (Roadmap)

sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Peta Jalan Pengembangan SMA Rujukan

a. Tahun 2016: Persiapan dan Implemenasi Terbatas

Pengembangan SMA Rujukan dimulai dengan langkah persiapan dan

implementasi secara terbatas yang dilaksanakan pada tahun 2016. Kegiatan

persiapan terdiri atas penyusunan rancangan model dan penyiapan berbagai

sumberdaya. Rancangan Model yang disiapkan meliputi: Naskah Akademik,

Dasar Hukum, Strategi Pengembangan, dan Rancangan Teknis yang meliputi:

sistem pengelolaan, dukungan sumberdaya, pendampingan, serta monitoring

dan evaluasi. Langkah ini meliputi penyiapan perangkat keras dan perangkat

lunak seperti panduan pelaksanaan, instrumen monitoring dan evaluasi, dan

pelatihan sumberdaya manusia.

Implementasi terbatas tahun 2016

SMA Rujukan yang ditetapkan untuk tahun 2016 dipilih berdasarkan usulan

Dinas Pendidikan Provinsi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pada

tahun pertama ini ditetapkan sebanyak 614 SMA akan melaksanakan program

sebagai SMA Rujukan. Selanjutnya, seluruh rancangan teknis diterapkan di

sekolah terpilih ini dengan dukungan sumberdaya dari pemerintah pusat yang

secara teknis manajerial dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA sebagai

leading sector. Dengan memperhatikan azas desentralisasi dalam pengelolaan

pendidikan, pelaksanaan tahapan ini dirancang dengan melibatkan

pemerintah daerah yang secara teknis dan manajerial dilaksanakan oleh Dinas

Rintisan SMA Rujukan

setiap Kab/Kota (514

Kab/Kota) dan 34 Provinsi

Perluasan SMA

Rujukan di Kab/Kota

Pengimbasan

Penambahan Perluasan

SMA Rujukan di

Kab/Kota

Perluasan Pengimbasan

Rintisan dan Penguatan Mutu

Pengembangan Program Mutu dan

Perluasan

Peningkatan dan Pengimbasan Mutu

Berkelanjutan

2016 2017 2018, dst

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 23

Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam bentuk

kemitraan. Keterlibatan unsur pemerintah daerah sebagai bentuk dari transfer

of idea and technology dengan tujuan agar mampu mengambil alih tongkat

estafet pengembangan dan pembinaan SMA Rujukan pada waktunya.

b. Tahun 2017 dan selanjutnya : Alih Bina dan Sustainability

Pada akhir tahun ketiga (tahun 2017), semua SMA Rujukan diharapkan telah

memenuhi standar yang ditetapkan dan layak menjadi rujukan pengembangan

sekolah di kabupaten/kota di mana sekolah tersebut berlokasi atau secara

nasional. Sebagai bagian dari sistem penjaminan mutu, selama tahap

implementasi berlangsung diterapkan perangkat manajemen yang diadopsi

dari Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management (TQM) yaitu

Plan Do Check Action (PDCA). Dengan teknik tersebut, secara berkelanjutan

dilakukan penilaian yang diikuti dengan pendampingan dalam perbaikan

terhadap setiap komponen penyelenggaraan sekolah agar memenuhi standar

SMA Rujukan. Kegiatan utama yang dilaksanakan tahun 2017 dan seterusnya

yaitu Alih Bina dan Sustainability sebagaimana diuraikan berikut ini.

Pertama, Alih Bina

Pada tahap ini, pengelolaan SMA Rujukan didiseminasikan ke sekolah lain

yang berlokasi di sekitarnya. Dalam proses pengimbasan, SMA Rujukan akan

menjadi model bagi SMA imbasnya dalam bentuk proses replikasi. Dalam

mereplikasi SMA Rujukan, Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota dibantu oleh sumberdaya manusia dari SMA Rujukan

mengadopsi strategi yang diterapkan dengan memanfaatkan pengalaman yang

diperolehnya pada tahap implementasi selama tahun 2016. Pengimbasan

pengelolaan sekolah yang didiseminasikan ke SMA lain dengan moda

gugus/sekolah klaster (cluster schools) seperti diilustrasikan dalam Gambar 3

berikut ini.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 24

Gambar 3. Diseminasi Melalui Sekolah Klaster

Kedua, Sustainability/Keberlanjutan Program

Dengan telah dilaksanakannya alih bina pengembangan SMA Rujukan, maka

peran Direktorat Pembinaan SMA beralih ke tahap sustainability atau

keberlanjutan program baik dalam penjaminan kualitas, perluasan sasaran,

dan penyesuaian strategi dengan perkembangan aktual ekosistem pendidikan

meliputi: kebijakan, manajerial, teknis, dan substansial. Sesuai konsistensi

mengikuti azas desentralisasi, program sustainability juga dilaksanakan

berbasis kemitraan dengan Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota.

Rancangan program ini terdiri atas 3 (tiga) kegiatan utama yaitu: konsultasi,

supervisi, serta penyegaran dan pembaharuan rancangan. Deskripsi ketiga

kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut.

1) Konsultasi diseminasi SMA Rujukan

Memperlancar keberhasilan pengalihan pembinaan program SMA

Rujukan, kewenangan dan tanggungjawab pengelolaan dan pemberian

sumberdaya pengimbasan diserahkan kepada pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota. Peran Direktorat Pembinaan SMA akan ditekan pada

tingkat minimal. Agar replikasi berjalan dan mencapai tujuan yang

diharapkan, Direktorat Pembinaan SMA tetap memberikan bantuan

kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota

dalam bentuk konsultasi.

SMA

SMA

SMA

SMA

SMA

SMA

SMA

SMA

SMA Rujukan

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 25

2) Supervisi Diseminasi SMA Rujukan

Sebagai bagian dari sistem sustainability, Direktorat Pembinaan SMA

melaksanakan supervisi melalui monitoring dan evaluasi pada sejumlah

sekolah untuk memperoleh gambaran umum tingkat keberhasilan

replikasi dan masalah yang dihadapi kemudian diikuti dengan pemberian

bantuan dalam bentuk pemberian rekomendasi untuk ditindaklanjuti baik

oleh Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

maupun oleh sekolah. Hasil supervisi digunakan oleh Direktorat

Pembinaan SMA sebagai balikan yang dimanfaatkan sebagai masukan

dalam penyempurnaan berkelanjutan program pengembangan SMA

Rujukan.

3) Pembaharuan Rancangan SMA Rujukan

Pada hakikatnya ekosistem pendidikan tidaklah statis tetapi dinamis,

berubah setiap saat dan cenderung menjadikan rancangan SMA Rujukan

tertinggal dan menjadi usang. Menghindarkan terjadinya keusangan

tersebut, rancangan harus senantiasa disesuaikan dengan perubahan

ekosistem. Penyesuaian rancangan dapat dilakukan baik oleh Direktorat

Pembinaan SMA maupun oleh Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam kegiatan ini secara teknis manajerial,

SMA Rujukan dapat diberdayakan sebagai “workstation” bersama bagi

Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota.

Kegiatan Pembaharuan Rancangan SMA Rujukan sebagaimana

diilustrasikan dalam Gambar 4 dan penjelasannya berikut.

Gambar 4. Pembaharuan Rancangan dan Workstation

Workstation

Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas

Pendidikan Kab/Kota

Masukan Pembaharuan Sesuai Dinamika Kebijakan dan Ekosistem Lokal

Direktorat

Pembinaan SMA

Masukan Pembaharuan Sesuai Dinamika Kebij. dan Ekosistem Nasional

SMA Rujuka

n

SMA Imbas

SMA Imbas

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 26

Pembaharuan Oleh Direktorat Pembinaan SMA

Selain memberikan konsultasi dan melakukan program supervisi

sebagaimana telah dijelaskan, sebagai bagian dari upaya sustainabilty,

Direktorat Pembinaan SMA juga mengembangkan proram penyegaran dan

pembaharuan untuk diterapkan di SMA Rujukan. Selanjutnya, hasil

penerapan rancangan penyegaran dan pembaharuan didiseminasikan

pula ke SMA Imbas. Mengikuti pola alih bina, diseminasi penyegaran dan

pembaharuan yang diinisiasi oleh Direktorat Pembinaan SMA ke SMA

Imbas juga menjadi kewenangan dan tanggungjawab Dinas Pendidikan

Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Pembaharuan Oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan

Kabupaten/ Kota

Analog dengan yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA,

berpegang pada kewenangan dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan

sistem pendidikan sesuai dengan azas dan ketentuan desentralisasi,

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui dinas pendidikan dapat

mengembangkan berbagai program pembangunan pendidikan sebagai

implementasi kebijakan pemerintah daerah yang mengacu pada kekhasan

karakteristik dan tantangan lokal. Dalam konteks ini, Dinas Pendidikan

Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat memberdayakan

SMA Rujukan sebagai sasaran awalnya sekaligus sebagai hub atau titik

simpul diseminasi.

C. Strategi Implementasi

1. Tahapan Implementasi

Mendukung pengembangan SMA Rujukan, Direktorat Pembinaan SMA

memberikan dana bantuan pemerintah bagi SMA Rujukan untuk mengembangkan

kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama. Besarnya dana bantuan

pemerintah disesuaikan kemampuan dan ketersediaan dana pemerintah pada

tahun yang bersangkutan. Dana bantuan pemerintah dialokasikan untuk

membiayai kegiatan koordinasi persiapan, pemenuhan dan peningkatan SNP,

peningkatan mutu pendidikan karakter, peningkatan mutu keunggulan sekolah,

implementasi kebijakan pendidikan dan pelaporan.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 27

Disadari bahwa pemenuhan SNP tidak dapat dilaksanakan sekaligus, oleh karena

itu perlu dibuat skala prioritas, dengan mempertimbangkan standar yang memiliki

ketercapaian tinggi dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di sekolah, baik

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, maupun

pembiayaan. Agar proses pemenuhan SNP dapat terlaksana secara efektif, efisien

dan memberi hasil yang optimal perlu adanya peranserta, kolaborasi dan

komitmen bersama dari seluruh pemangku kepentingan dan pihak-pihak yang

terkait secara sinergis dan berkelanjutan.

Mengingat terbatasnya dana bantuan pemerintah dari Direktorat Pembinaan SMA,

maka pemenuhan SNP difokuskan pada 4 standar, yaitu (1) Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), (2) Standar Isi (SI), (3) Standar Proses, dan (4) Standar Penilaian

Pendidikan. Sedangkan pembiayaan diluar kegiatan di atas yang berkaitan dengan

pemenuhan standar-standar lainnya yaitu Standar Sarana dan Prasarana, Standar

Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan

diharapkan didukung oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan sekolah sesuai

dengan tugas, tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing.

Program SMA Rujukan selama 3 tahun diimplementasikan melalui tahapan sebagai

berikut.

Tahun – 1 Tahun – 2 Tahun – 3

Gambar 5. Tahapan implementasi SMA Rujukan

Penjelasan Gambar 5.

a. Tahap Penataan

Tahun pertama merupakan tahap penataan. Kegiatan yang dilakukan adalah

persiapan, penyusunan program, konsolidasi, sosialisasi, asistensi, dan

sinkronisasi program.

Penataan Pemantapan Kemandirian

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 28

1) Sekolah melakukan persiapan dengan mengumpulkan data dan informasi

lengkap mengenai kondisi sekolah saat ini terkait dengan ruang lingkup

program SMA Rujukan.

2) Menyusun program aksi SMA Rujukan untuk 3 tahun beserta target-target

hasil yang akan dicapai.

3) Menyusun program operasional tahunan sesuai dengan tahapan program

aksi 3 tahun yang telah disusun berdasarkan skala prioritas dan

kemanfaatan.

4) Konsolidasi dilakukan baik secara internal (dengan warga sekolah)

maupun eksternal (dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan).

5) Sosialisasi konsep, substansi, dan strategi implementasi SMA Rujukan.

6) Mulai melaksanakan program kerja tahun pertama.

7) Peningkatan mutu kegiatan unggulan sekolah.

8) Pengimbasan praktik-praktik baik yang dimiliki sekolah kepada sekolah

lain disekitarnya.

b. Tahap pemantapan

Tahun kedua merupakan tahap pemantapan antara lain:

1) Mengatasi kendala/permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan

program kerja tahun pertama.

2) Memantapkan keterlaksanaan program kerja.

3) Bertukar pengalaman dengan sesama SMA Rujukan untuk menemukan

praktik-praktik yang baik (the best practices).

4) Menjalin kemitraan dengan berbagai instansi.

5) Melakukan inovasi dan kreasi keunggulan sekolah.

6) Melakukan pengimbasan praktik-praktik baik yang dimiliki sekolah

kepada sekolah lain disekitarnya.

c. Tahap kemandirian

Tahun ketiga merupakan tahap kemandirian. Pada tahap ini diharapkan SMA

Rujukan telah mandiri menjadi SMA yang telah memenuhi seluruh komponen

SNP dan memiliki keunggulan sekolah. Dengan berbekal pengalaman pada

tahap-tahap sebelumnya, diharapkan sekolah mampu mengembangkan

budaya mutu. Tahun 2018/2019 diharapkan SMA Rujukan yang telah dirintis

dan difasilitasi selama 3 tahun, sudah dalam tahap mandiri, menghasilkan

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 29

lulusan yang mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional, dapat

dijadikan rujukan, dan memiliki kesiapan yang cukup untuk membimbing

SMA-SMA di sekitarnya dalam pemenuhan SNP dan pengembangan program

keunggulan sekolah.

2. Pengorganisasian Pembinaan

SMA Rujukan merupakan program peningkatan mutu pendidikan berbasis wilayah

(provinsi dan kabupaten/kota) yang diintegrasikan dengan program pembinaan

lainnya dari Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan komitmen bersama untuk

mengalokasikan program dan anggaran bagi pembinaan SMA Rujukan. Keterkaitan

dan keterlibatan institusi terkait dalam pembinaan SMA Rujukan dapat

digambarkan seperti Gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Pengorganisasian SMA Rujukan

Penjelasan Gambar 6.

a. Direktorat Pembinaan SMA

Direktorat Pembinaan SMA sebagai pengelola dan pembina program SMA

Rujukan secara nasional mempunyai peran dan tugas:

SMA Rujuka

n

Direktorat Pembinaan SMA

Dinas

Pendidikan Provinsi dan

Dinas Pendidikan Kab/Kota

Lembaga Penjaminan

Mutu Pendidikan

(LPMP)

Pelibatan Publik

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 30

1) Menetapkan kebijakan program SMA Rujukan

2) Menetapkan jumlah, sebaran dan nama SMA Rujukan

3) Menyusun perangkat pendukung pelaksanaan program SMA Rujukan

4) Mensosialisasikan konsep dan strategi implementasi program SMA

Rujukan kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/

Kota, LPMP, dan SMA Rujukan

5) Memberikan bimbingan teknis dalam perencanaan dan pelaksanaan

program kerja SMA Rujukan

6) Memberikan dana bantuan pemerintah SMA Rujukan sesuai dengan

kemampuan anggaran pemerintah

7) Melaksanakan supervisi dan evaluasi pencapaian profil SMA Rujukan

8) Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan

Kabupaten/ Kota, dan LPMP.

b. Dinas Pendidikan Provinsi

Peran Dinas Pendidikan Provinsi sebagai pembina SMA di wilayahnya antara

lain:

1) Mengusulkan calon SMA Model kepada Direktorat Pembinaan SMA

2) Menerapkan kebijakan program SMA Rujukan di wilayah provinsi

3) Memberi bimbingan teknis dan manajerial serta mengalokasikan

pendanaan dalam rangka pemenuhan profil SMA Rujukan

4) Menambah jumlah SMA Rujukan secara mandiri

5) Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja SMA Rujukan

6) Berkoordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA dan Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota, dan LPMP.

c. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

1) Menerapkan kebijakan program SMA Rujukan di wilayah kabupaten/kota

2) Memberi bimbingan teknis dan manajerial serta mengalokasikan

pendanaan dalam rangka pemenuhan profil SMA Rujukan

7) Menambah jumlah SMA Rujukan secara mandiri

3) Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja SMA Rujukan

4) Berkoordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan

Provinsi, dan LPMP

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 31

d. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Memberikan pembinaan sesuai dengan tugas dan fungsi LPMP antara lain :

1) Pemetaan mutu SMA Rujukan

2) Supervisi proses dan hasil pelaksanaan program SMA Rujukan

3) Memberikan bimbingan teknis dan konsultasi peningkatan mutu SMA

Rujukan dalam penjaminan mutu pendidikan

4) Berkoordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan

Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

e. SMA Rujukan

SMA Rujukan merupakan pelaksana program mempunyai tugas-tugas yang

berkaitan dengan tahap penataan, pemantapan, dan kemandirian antara lain

sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data dan informasi kondisi sekolah dan lingkungan

eksternal

2) Melakukan analisis konteks yang meliputi analisis SNP (diutamakan pada

SKL, SI, Standar Proses, dan Standar Penilaian) dan analisis lingkungan

eksternal

3) Menyusun program kerja 3 tahun dan rencana kegiatan 1 tahun

pelaksanaan SMA Rujukan

4) Menetapkan target pencapaian per tahun selama 3 tahun

5) Berkoordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan

Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan proses dan hasil program kerja

6) Menyusun rencana penggunaan dana bantuan pemerintah,

menandatangani MoU, dan menerima dana bantuan pemerintah dari

Direktorat Pembinaan SMA.

7) Melaksanakan program kerja yang telah disepakati.

8) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan dan pengggunaan dana bantuan

pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

9) Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan program kerja dan keuangan

bantuan pemerintah SMA Rujukan secara periodik kepada Direktorat

Pembinaan SMA, dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 32

f. Pelibatan Publik

Peran publik dan berbagai lembaga pemangku kepentingan pendidikan seperti

Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Perguruan Tinggi, Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PPPPTK), merupakan dukungan eksternal bagi SMA Rujukan untuk

membantu pemenuhan SNP dan keunggulan sekolah. Dukungan dapat

diprogramkan dalam bentuk kemitraan, konsultasi, narasumber, bantuan

material pembelajaran, dan sejenisnya. Masyarakat dan orangtua diharapkan

juga berpartisipasi dalam mendukung penyelenggaraan SMA Rujukan.

3. Fasilitasi

Keberadaan SMA Rujukan perlu mendapat dukungan sumber daya yang memadai,

meliputi antara lain sumberdaya manusis, sarana prasarana, dan biaya. Dukungan

diberikan oleh pemerintah pusat (Direktorat Pembinaan SMA) dan pemerintah

daerah (Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota).

Fasilitasi yang dilakukan Direktorat Pembinaan SMA untuk SMA Rujukan

diberikan dalam bentuk asistensi, bantuan pemerintah, dan monitoring dan

evaluasi.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup peningkatan kinerja SMA Rujukan meliputi :

a. Pemenuhan dan peningkatan mutu SNP khususnya Standar Kompetensi

Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar

Pengelolaan sebagai berikut.

1) Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan dapat dilaksanakan antara lain

melalui pemanfaatan hasil penilaian pada kompetensi sikap, pengetahuan,

dan kepribadian dalam penyusunan program perbaikan pembelajaran

untuk meningkatkan mutu lulusan.

2) Pemenuhan Standar Isi dapat dilaksanakan antara lain melalui

pengembangan dan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku; sosialisasi

KTSP baik internal maupun eksternal, pelaksanaan, evaluasi, dan validasi

dokumen KTSP secara periodik.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 33

3) Pemenuhan Standar Proses dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas

dan kelengkapan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP dan bahan ajar);

mempertimbangkan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban

mengajar maksimal setiap guru, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap

peserta didik, optimalisasi sarana prasarana dan lingkungan yang tersedia

baik di dalam maupun di luar sekolah dalam mendukung pelaksanaan

pembelajaran, optimalisasi pengawasan proses pembelajaran, dan tindak

lanjut perbaikan pelaksanaan pembelajaran secara periodik.

4) Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan melalui peningkatan kualitas

dan kelengkapan perangkat penilaian, melaksanakan dan mengelola hasil

penilaian peserta didik sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang

berlaku, penyampaian hasil penilaian peserta didik kepada orang tua dan

pihak lain yang berkepentingan.

5) Pemenuhan Standar Pengelolaan dapat dilaksanakan melalui optimalisasi

seluruh sumber daya yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sesuai kewenangan sekolah; menerapkan prinsip

manajemen berbasis sekolah dalam keseluruhan proses pengelolaan

sekolah; penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program kerja;

melaksanakan validasi/perbaikan program kerja secara periodik;

meningkatkan peran serta para pembina dalam upaya peningkatan

kualitas penyelenggaraan pendidikan.

b. Di samping program pemenuhan SNP, SMA Rujukan juga mengembangkan

program keunggulan sesuai dengan potensi sumberdaya sekolah dan

kebutuhan masyarakat. Program yang dikembangkan sebagai keunggulan SMA

Rujukan dapat berupa Sistem Kredit Semester, kewirausahaan, muatan lokal,

pendalaman minat, penumbuhan Budi Pekerti, sekolah aman, dan program

lain yang menjadi prioritas kebijakan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 34

BAB V PENUTUP

Pembinaan SMA Rujukan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Oleh karena itu diharapkan

setiap unsur dapat berperan sarta seoptimal mungkin melalui berbagai upaya, seperti

dukungan kebijakan, anggaran, dan komitmen peningkatan mutu pendidikan sebagaimana

SNP. Dalam pemenuhan SNP, setiap satuan pendidikan dapat melakukan secara bertahap

dengan menentukan skala prioritas dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dan

kemampuan satuan pendidikan untuk memenuhi komponen SNP tersebut. Hal lain yang

menjadi pembeda dengan SMA lainnya adalah tumbuh dan berkembangnya praktik-praktik

baik dan inovasi pendidikan yang menjadi unggulan dan kebanggaan sekolah. Disamping

itu SMA Rujukan juga sebagai pionir pelaksanaan kebijakan pendidikan terkini yang

ditetapkan kemendikbud.

Pengembangan SMA Rujukan yang dilakukan Direktorat Pembinaan SMA ini diharapkan

dapat ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan secara intensif kepada sekolah yang dijadikan

sebagai sekolah Rujukan, dengan harapan dapat dijadikan benchmark bagi sekolah lainnya.

Keberhasilan program SMA Rujukan sangat ditentukan oleh keaktifan sekolah dalam

melaksanakan dan mengembangkan inovasi-inovasi baru dibidang pelayanan pendidikan

untuk meningkatkan mutu lulusan.