Makalah Akhir BK

18
1 BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI SISWA YANG BOLOS DI SEKOLAH 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir di setiap sekolah kita bisa menjumpai program Bimbingan dan Konseling. Hal ini bukan semata terletak pada landasan atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan BK di sekolah saat ini sangat dibutuhkan. Hal ini menyangkut tugas dan perannya terhadap peserta didik seperti yang dikemukakan di atas. Lebih dari itu iklim dan lingkungan yang “tidak sehat” membuat keberadaan BK menjadi sangat urgen dan mutlak ada. Kenakalan siswa merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan menjadi rusak. Dan siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut. Seandainya ditanya mengapa terjadi kenakalan remaja? Tentu jawabannya akan dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu para siswa itu sendiri, mengapa mereka bisa berbuat demikian. Nah, di sinilah peran BK untuk mencari tahu.

description

bimbingan konseling

Transcript of Makalah Akhir BK

Page 1: Makalah Akhir BK

1

BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI SISWA YANG

BOLOS DI SEKOLAH

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hampir di setiap sekolah kita bisa menjumpai program Bimbingan dan

Konseling. Hal ini bukan semata terletak pada landasan atau ketentuan dari atas,

namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik

agar mampu mengembangkan potensi dirinya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan BK di sekolah saat ini sangat

dibutuhkan. Hal ini menyangkut tugas dan perannya terhadap peserta didik seperti

yang dikemukakan di atas. Lebih dari itu iklim dan lingkungan yang “tidak sehat”

membuat keberadaan BK menjadi sangat urgen dan mutlak ada.

Kenakalan siswa merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan

menjadi rusak. Dan siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut.

Seandainya ditanya mengapa terjadi kenakalan remaja? Tentu jawabannya akan

dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu para siswa itu sendiri, mengapa mereka

bisa berbuat demikian. Nah, di sinilah peran BK untuk mencari tahu.

Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang

menyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah

satunya ialah membolos atau masuk tidak teratur. Disebut kenakalan remaja

karena membolos merupakan perilaku yang melanggar aturan sekolah.

1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas ialah:

a) Apa pengertian bimbingan konseling dan membolos ?

b) Apa faktor-faktor yang menyebabkan siswa membolos ?

c) Apa akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos ?

Page 2: Makalah Akhir BK

2

d) Bagaimana peran bimbingan konseling dalam mengatasi siswa yang suka

membolos ?

1.2 Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang hingga rumusan masalah, tujuan dari

pembuatan makalah yaitu :

a) Mengetahui pengertian bimbingan konseling dan membolos.

b) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa membolos.

c) Mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos.

d) Mengetahui peran bimbingan konseling dalam mengatasi siswa yang suka

membolos.

Page 3: Makalah Akhir BK

3

2 PEMBAHASAN

Kehadiran yang tidak teratur merupakan problem besar di sekolah-sekolah

saat ini. Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang

disebabkan karena alasan yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya.

Jika ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam artian

masih bisa memberikan alasan yang jelas, hal itu masih bisa diterima. Tetapi jika

alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir / masuk sekolah, hal ini perlu

penanganan serius. Sebab cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk

baik untuk siswa itu sendiri maupun lingkungan sekolahnya.

2.1 Pengertian Bimbingan Konseling

Sebagai suatu konsep yang tersendiri, istilah “bimbingan” sering

dipadankan dengan “konseling” yang diadopsi dari bahasa Inggris, yaitu

counseling sehingga “Bimbingan dan Konseling” sering disingkat menjadi BK.

Konseling harus dipahami sebagai salah satu jenis layanan dan teknik tersendiri

dari program bimbingan di sekolah.

Lain halnya dengan bentuk  kegiatan bimbingan yang lain, seperti

memberikan informasi tentang cara belajar yang baik kepada siswa,

mengumpulkan data tentang latar belakang keluarga. Bimbingan dan konseling

diberbagai sekolah adalah upaya pemberian bantuan kepada individu (peserta

didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat

memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat

bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan SD,

keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian

mereka dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan

yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu

mereka mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai mahluk

Tuhan, sosial, dan pribadi.

Page 4: Makalah Akhir BK

4

2.1.1 Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari suatu istilah dalam Bahasa Inggris,

yaitu guidance yang akar katanya adalah guid. Shertzer dan Stone yang dikutip

prayitno (dalam Mugiarso, 2011:4) mengemukakan beberapa pandangan dari kata

masing-masing dari kata guide, yaitu to direc, pilot, manage, or steer. Dalam

bahasa Indonesia masing-masing kata ini dapat berarti memadu, mengarahkan,

mengatur atau mengemudi. Sebagai suatu unsur esensial dalam pendidikan, arti

yang paling mendasar dari bimbingan adalah membantu (helping atau assistance).

Namun, tidak semua bentuk bantuan berarti bimbingan karena bantuan dalam

konteks bimbingan memiliki ciri, persyaratan, prinsip, tujuan, dan prosedur yang

tersendiri.

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukan,

membimbing, menuntun, ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka

secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan

dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana

yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, yang telah terlatih

dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada

seseorang , dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan, membuat

keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow & Crow dalam

Erman Amti, dalam Mugiarso, 2011:2). Moh. Surya ( dalam Sukardi, 2008:37)

memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian

bantuan secara terus menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami

dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk engarahkan

irinya, dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau

Page 5: Makalah Akhir BK

5

kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik

keluarga, sekolah dan masyarakat

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan

pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami

oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis ,

mencakup segala usia, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri secara mandiri, dengan memanfaatkan kemampun

individu dan didasarkan norma-norma yang berlaku.

2.1.2 Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu

“Consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan kata

“menerima” atau “memahami”. Burk dan Stefflre (1979:11) memberikan

pengertian konseling sebagai berikut: counseling is a relationship in which one

person

Menurut Division of Conseling Psychology dalam Prayitno yang dikutip

Mugiarso (2011:4), konseling merupakan proses untuk membantu individu

mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai

perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut

dapat terjadi setiap waktu.

Shertzer & Stone dalam Smit yang dikutip Prayitno (dalam Mugiarso,

2011:4), konseling merupakan proses mengenai seseorang individu yang sedang

mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam

suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan sesesorang yang tidak

bermasalah, yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang

klien untuk mengembangkan tingkah laku yang memungkinnya berperan secara

lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.”

Page 6: Makalah Akhir BK

6

Prayitno (dalam Sukardi, 2008:38), konseling adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut

konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut

klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Berdasarkan pengertian konseling menurut para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan secara

intensif dan sistematis dari seorang konselor kepada kliennya dalam rangka

pemecahan suatu masalah agar klien mendapat pilihan yang baik. Disamping itu

juga diharapakan agar klien dapat memahami dirinya (self understanding) dan

mampu menerima kemampuan dirinya sendiri.

2.2 Pengertian Membolos

Menurut Wikipedia, Truancy is unapproved absence from school, usually

without a parent's knowledge. Perilaku membolos (truant behavior) adalah

pembolosan yang tidak disetujui dari sekolah, biasanya tanpa diketahui oleh orang

tua. Jadi siswa berangkat ke sekolah tapi tidak sampai ke sekolah dengan atau

tanpa alasan yang jelas.

Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara,

siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka

tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai

tingkat pendidikan SMP. Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang

tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan

ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos

adalah perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran

tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Page 7: Makalah Akhir BK

7

2.3 Faktor-faktor Penyebab Siswa Membolos

Salah satu faktor penyebab perilaku membolos adalah terkait dengan

masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku

yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat

dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui faktor penyebab munculnya

perilaku membolos tersebut.

Faktor penyebab anak absent dan tidak ke sekolah dibagi dalam 2

kelompok (pemberianbimbingan.blogspot.com), yaitu:

a) Sebab dari Dalam Diri Anak itu Sendiri

1) Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit

2) Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah

3) Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-temannya

4) Dari banyaknya kasus di sekolah, ternyata faktor pada anak yaitu

kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak

b) Sebab dari Luar Anak

1) Keluarga

a) Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam

menggunakan waktu untuk belajar sekehendak hatinya. Banyak

keluarga yang masih memerlukan bantuan anak-anaknya untuk

melaksanakan tugas-tugas di rumah, bahkan tidak jarang pula terlihat

ada anak didik yang membantu orang tuanya mencari nafkah.

b) Sikap orang tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang tentunya

kurang membantu mendorong anak untuk hadir ke sekolah. Orang tua

dengan mudah memberi surat keterangan sakit ke sekolah, padahal

anak membolos untuk menghindari ulangan.

2) Sekolah

a) Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang

menyebabkan ia tidak senang di sekolah, lalu membolos.

b) Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan gurunya.

Page 8: Makalah Akhir BK

8

Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos

pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten,

interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru

yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi

siswa

b) Faktor Personal

Misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik

siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti

konsumsi alkohol dan minuman keras.

c) Faktor Keluarga

Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam

pendidikan anak.

2.4 Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos

Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami

kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu

anak mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar

dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti

apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar-dasar dari mata

pelajaran-mata pelajaran yang ddiperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan.

Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami

marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang

terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga

anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.

Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah

hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila

Page 9: Makalah Akhir BK

9

diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih

parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah.

Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran

yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri untuk mengejar

ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak memahami materi

bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai ulangannya.

2.5 Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa

yang Suka Membolos

Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak-

anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak

menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer

pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan

mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa,

pendidik / pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan

keluar.

Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai

sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan

personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga

pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang

sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang

tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya.

Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu

ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan

Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri

bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah

satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya.

Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah

ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil,

mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika

Page 10: Makalah Akhir BK

10

dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu penanganannya harus

hati-hati.

Dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu

bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui

pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari

pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan

permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain

yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan

telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan

pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus

melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena

dari pada membentak dan memarahinya.

Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada

siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang

dikuasai anak Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa.

Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena

itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan

sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain

itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada

kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.

Page 11: Makalah Akhir BK

11

3 KESIMPULAN

Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam

penanganannya perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan

membolos dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada. Melalui

program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka

membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam

penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga

mengikutsertakan orang tua.

Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini

BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat

diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.

Page 12: Makalah Akhir BK

12

Daftar Pustaka

Burk, Herbert M. and Buford Steefflre. 1979. Theories of Counseling. USA:

McGraw-Hill,Inc.

Mugiarso, Heru dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

http://en.wikipedia.org/wiki/Truancy/5/6/2013/16.45

http://pemberianbimbingan.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-

x-none-x.html/5/6/2013/16.50