Makalah Aids

52
Laporan Kasus 4 Kasus 4 Tn. A usia 35 th, Tb 170 cm, BB saat ini 50 Kg, mengeluh lemah, lemas tidak bergairah, diare 40 hari, sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu berat sampai suatu ketika hanya karena flu tersebut Tn. A nyaris pinsan. Hasil pemeriksaan lababoratorium didapatkan nilai ELISA WESTERN BLOT (+), Neutropenia, Anemia normositik normokrom, Limfosit CD4 + 180 sel/µl. STEP 1 Pertanyaan: 1. Anemia normositik normokrom (Fitri R.) 2. Neutropenia (Hilma Z.) 3. ELISA (Haeni) 4. Western Blot (Haeni) 5. Limfosit CD4 + 180 sel/µl (Gian) Jawaban: 1. Himas : “Anemia normositik normokrom adalah kekurangan darah dalam jumlah dan ukuran yang normal.” 2. Hasymi: “Neutropenia adalah penurunan sel darah putih dalam darah.”

Transcript of Makalah Aids

Page 1: Makalah Aids

Laporan Kasus 4

Kasus 4

Tn. A usia 35 th, Tb 170 cm, BB saat ini 50 Kg, mengeluh lemah, lemas tidak bergairah,

diare 40 hari, sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu berat sampai suatu ketika

hanya karena flu tersebut Tn. A nyaris pinsan. Hasil pemeriksaan lababoratorium didapatkan

nilai ELISA WESTERN BLOT (+), Neutropenia, Anemia normositik normokrom, Limfosit

CD4+ 180 sel/µl.

STEP 1

Pertanyaan:

1. Anemia normositik normokrom (Fitri R.)

2. Neutropenia (Hilma Z.)

3. ELISA (Haeni)

4. Western Blot (Haeni)

5. Limfosit CD4+ 180 sel/µl (Gian)

Jawaban:

1. Himas : “Anemia normositik normokrom adalah kekurangan darah dalam jumlah dan

ukuran yang normal.”

2. Hasymi: “Neutropenia adalah penurunan sel darah putih dalam darah.”

Hera: “Netropenia jumlahnya yaitu 500 µl darah.”

3. Ike: “ELISA untuk mengetahui orang tersebut mempunyai antibody HIV.”

Gian: “ELISA bisa dilakukan setelah 12 hari. Selain itu ada lagi pemeriksaan cepat HIV

yang dapat dilakukan walaupun sebelum 12 hari. Dilakukan pemeriksaan PCR yang

dilakukan jika ELISA dan Westren Blot tidak memberikan hasil yang pasti.”

4. Indri: “Western Blot adalah pemeriksaan yang dilakukan setelah hasil ELISA

menunjukan hasil positif selama 2 kali.”

5. Ferdi: “Limfosit CD4+ adalah sel darah putih.”

STEP 2

1. Mengapa AIDS menyebabkan anemia? (Indra)

2. Apakah AIDS dapat merusak kulit? (Helvi)

Page 2: Makalah Aids

3. Mengapa AIDS dapat menyebabkan diare sampai 40 hari dan sering flu sampai mau

pingsan? (Ita)

4. Mekanisme HIV menginfeksi tubuh? (Hilma)

5. Tanda dan gejala AIDS? (Helvi)

6. Apa penyebab dari HIV? (Haeni)

7. Bagaimana penularan dan cara pencegahan HIV? (Haeni)

8. Bagaimana pemberian antiviral untuk penderita AIDS? (Gian)

9. Bagaimana aspek nutrisi bagi penderita AIDS? (Hasymi)

10. Pemeriksaan diagnostic apa yang lebih spesifik? (Hera)

11. Apa sajakah universal precaution untuk penderita AIDS? (Ike)

12. Cara perkembangbiakan virus HIV? (Ferdi)

13. Dari manakah asal muasal virus HIV? (Himas)

14. Apakah penderita HIV bisa sembuh? Bagaimana pengobatannya? (Fitri R.)

15. Asuhan keperawatan untuk klien dengan AIDS? (Indri)

16. Apa komplikasi yang akan terjadi pada penderita? (Ita)

17. Bagaimanakah perjalanan HIV sampai menjadi AIDS? (Gian)

18. Predisposisi dan presipitasi? (Ita)

19. Aspek etik dan legal pada penderita AIDS? (Himas)

20. Konseling pada penderita AIDS dan keluarga? (Indri)

Step 3 dan 4

1. Gian : “HIV masuk ke dalam tubuh menempel di sel darah putih menyerang limfosit

T sel akan dirusak dan digantikan dengan substansi virus sel lisis anemia.”

2. Ferdi : “HIV menyerang banyak sistem salah satunya menyerang sistem integument.”

Gian : “ Kulit merupakan sistem imunologi yang terluar dan pertama diserang virus

sehingga akan rusak.”

3. Himas : “Virus bisa masuk ke berbagai system, salah satunya gastrointestinal. Ketika

virus masuk ke lambung, Lambung merespon dengan meningkatkan asam lambung.

Virus tidak tahan dengan keadaan lambung yang terlalu asam. Kemudian virus mati dan

tubuh mengeluarkan virus dari tubuh melalui feses dan timbulah diare, namun efek yang

lain tubuh juga merasa mual dan muntah karena peningkatan asam lambung.”

Page 3: Makalah Aids

Gian : “Imun menurun bakteri masuk ke usus diare.”

4. Himas : “Virus HIV masuk ke dalam tubuh menyerang limfosit T virus berkembang

biak mengifeksi tubuh aids.”

5. Haeni : ”Lemah, lemas, diare.”

Gian : “Demam dimalam hari > 380 , berat badan menurun, pembesaran kelenjar limfa

diketiak, leher, dan lipatan paha.

Indri : “Mudah terserang penyakit.”

Himas : “Kesadaran menurun, demam berkepanjangan sampai 2 minggu, mengeluarkan

sputum berwarna hijau.”

Ikeu : “Kulit terdapat lesi berupa benjolan.”

6. Haeni : ”Penyebabnya yaitu virus HIV.”

Himas : “Virus HIV- 1 kelompok M subtipe B yang ada di daerah Afrika dan Asia.”

7. Hilma : “Penularannya melalui seks bebas, transfuse darah, ibu yang mederita HIV dan

menularkannya ke janin.”

Haeni : “Penularannya melalui darah penderita masuk ke luka orang lain.”

Ferdi : “Penularannya melalui ASI ibu kepada anaknya.”

Hasymi : “Pencegahan melalui menghindari seks bebas, hindari pemakaian jarum suntik

bersamaan.”

Himas : “Pencegahannya melalui penggunaan kondom dan pola hidup bersih dan sehat.”

8. LO

9. LO

10. LO

11. Hasymi : “Universal Precaution pada pasien aids yaitu cuci tangan sebelum melakukan

tindakan, memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti, sarung tangan, masker, gown.”

Gian : “Universal Precaution pada pasien aids jangan lupa juga memakai sepatu.”

Himas : “Universal Precaution pada pasien aids yaitu sterilisasi alat-alat, mematahkan

jarum suntik setelah dipakai atau jangan memakai jarum suntik berulang-ulang.”

12. LO

13. Himas : “Asal mula aids yaitu dari kera hijau di daerah afrika. Kera tersebut homo dan

melakukan hubungan seksual. Kemudian virus yang berasal dari kera tersebut bermutasi

dan dapat menginfeksi manusia.”

Page 4: Makalah Aids

14. Gian : “Sampai saat ini aids belum bias disembuhakan. Pengobatannya yaitu dengan

minum obat secara teratur namun obat tersebut harganya mahal.”

15. LO

16. LO

17. LO

18. LO

19. LO

20. LO

Main Map

Learning Objective (LO)

1. Konsep kekebalan tubuh (Limfosit CD4+)

2. Mekanisme penurunan kekebalan tubuh (Konsep AIDS, Asal mula, Penyebab,

Patofisiologi, Komplikasi, Predisposisi & Presipitasi).

3. Klasifikasi klinis pasien AIDS (Perjalanan HIV sampai AIDS, cara perkembangbiakan

HIV)

4. Aspek Nutrisi.

5. Pengkajian, Diagnosa, Pengobatan dan pemberian antiviral, asuhan keperawatan.

6. Pemeriksaan diagnostik.

7. Universal Precaution.

8. Konseling.

AIDS

Predisposisi & presipitasi

Universal Precaution

Aspek Nutrisi

Penyebab

Tanda & Gejala

Patofisiologi

Asuhan Keperawatan

Komplikasi

Asal Mula

Mekanisme HIVPemeriksaan Diagnostik

Penularan & Pencegahan

Pengobatan

Etik & Legal

Konseling

Page 5: Makalah Aids

9. Apek etik dan legal.

STEP 7 (Reporting)

1. KONSEP DASAR SISTEM IMUN

Imunitas adalah respon protektif tubuh terhadap benda asing atau mikroorganisme yang

menginvasinya. Ilmu tentang penyakit yang terjadi akibat disfungsi dalam sistem imun disebut

imunopatologi. Pada hakekatnya system imun terbentuk dari sel-sel darah putih, sum-sum tulang

dan jaringan limfoid yang mencakup kelenjar timus, limfe, lien, tonsil serta adenoid. Diantara

sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T).

Kedua jenis sel ini berasal dari limfoblas yang dibuat dalam sumsum tulang. Limfosit B

mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi darah,

sedangkan limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke kelenjar timus, tempat sel-sel tersebut

mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan fungsi yang

berbeda.

Struktur yang signifikan lainnya adalah kelenjar limfe, lien, tonsil, dan adenoid.

Kelenjar limfe tersebar di seluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari system limfe sebelum

benda asig tersebut memasuki aliran darah dan juga sebagai pusat untuk proliferase sel imun.

Lien tersusun dari pulpa rubra dan alba yang bekerja sebagai saringan. Pulpa rubra merupakan

lokasi tempat sel-sel darah merah yang tua mengalami cedera dan lalu dihancurkan. Pulpa alba

mengandung kumpulan limfosit. Tonsil dan adenoid serta jaringan limfatik mukoid lainnya ,

mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme.

Sumsum tulang

Limfoblas

Page 6: Makalah Aids

Gambar 1.1 Perkembangan sel-sel imun

Sistem imun terdiri dari system imun nonspesifik (alami) dan imun spefisik (di dapat).

Imunitas nonspesifik ditemukan pada saat lahir, sedangkan imunitas spesifik terbentuk sesudah

lahir.

Imunitas Nonspesifik (Alami)

Imunitas nonspesifik (alami) merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi

serangan berbagai mikroorganisme tanpa perlu mengenali komposisi mikroorganisme tersebut.

Pertahanan ini mencakup sawar (barier) fisik dan kimia, sel-sel darah putih, dan inflamasi. Sawar

fisik, mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikroorganisme pathogen

dapat dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama

respon bersin dan batuk yang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran napas atas dari

mikroorganisme pathogen sebelum mikrooranisme tersebut menginvasi tubuh dilanjut. Sawar

kimia seperti getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan substansi

dalam secret kelenjar sebaseas serta lakrimaris, bekerja dengan cara nonspesifik untuk

menghancurkan bakteri dan jamur yang menginfeksi tubuh.

Sel darah putih turut serta dalam imun humoral atau seluler. Neutrofil merupakan sel

pertama yang tiba di tempat inflamasi. Eusinofil dan basofil akan meningkat jumlahnya pada saat

terjadi reaksi alergi dan respon terhadap stress. Glanulosit akan memerangi serbuan benda asing

dengan melepaskan mediator sel, seperti histamine, bradikinin, serta progtaglanin serta akan

menelan benda asing tersebut. Leukosit nonglanuler mencakup monosit dan makrofag da

Maturasi sumsum tulangTimus

Antibodi

Sel plasmaSel memori

Limfosit B

Sel supresor T

Limfosit T

Sel helper T

IgG, IgA, IgM, IgD, IgE

Respon humoral Respon seluler

Sel T sitotoksik

Sel regulator T Sel efektor T

Page 7: Makalah Aids

limfosit. Monosit berfungsi sebagai sel-sel fagosit (menelan, mencerna dan menghancurkan

benda asing).

Imunitas Spesifik (Di dapat)

Terdiri atas pertahanan humoral dan pertahanan seluler. Pertahanan humoral mencakup

komplemen dan interferon. Komplemen mengaktifkan pagosit dan membantu lisis bakteri dan

parasit dengan jalan opsonisasi (mengenal). Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan

berbagai sel manusia yang mengandung nucleus dan dilepas sebagai respon infeksi virus.

Interferon mempunyai sifat antivirus dengan jalan sel efektor 1 dan sel efektor 2 yang dapat

dibedakan atas dasar jenis-jenis sitokin yang diproduksinya. Pertahanan seluler mencakup sel T

CD4+ (TH 1 dan TH 2), sel CD8+ (sititoksit T limfosit) dan sel TS (T supresor) atau sel TR (T

regulator).

Limfosit CD4+ adalah sel yang menbantu mengaktivasi sel B, killer sel, dan makrofag

saat terdapat antigen khusus.

2. MEKANISME PENURUNAN KEKEBALAN TUBUH

Bagaimana HIV merusak sistem kekebalan tubuh.

1. HIV yang ada di dalam darah , sperma atau cairan vagina masuk ke dalam aliran

pembuluh darah seseorang, kemudian HIV menyerang sistem pertahanan tubuh (sel darah

putih).

2. Setelah beberapa tahun, jumlah HIV akan terus bertambah sehingga sistem pertahanan

tubuh semakin rusak.

3. Akibatnya, tubuh tidak mampu lagi menangkal serangan penyakit, bahkan penyakit

ringan sekalipun, sampai akhirnya pasien meninggal.

Asal mula HIV

Virus HIV diyakini berasal dari kelompok Simpanse di Kamerun. Sebuah penelitian

mengatakan asal muasal virus HIV ditemukan dari simpanse liar di kawasan selatan

Kamerun.Virus itu disebut SIVcpz (Simian Immunodeficiency Virus dari simpanse) diduga

menjadi sumber, tapi sejauh ini virus ini hanya ditemukan pada hewan peliharaan. Namun,

sebuah tim peneliti internasional telah mengidentifikasi penghasil alami virus SIVcpz pada

hewan yang hidup di alam liar. Diduga, virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu

simpanse. Kasus pertama ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930..

Page 8: Makalah Aids

Gejala Awal HIV

Pada awalnya sulit dikenali karena seringkali mirip penyakit ringan sehari-hari seperti flu

dan diare sehingga penderita tampak sehat. Kadang-kadang dalam 6 minggu pertama setelah

kontak penularan timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, skait menelan

dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga, ketiak dan selangkangan. Gejala ini

biasanya sembuh sendiri dan sampai 4-5 tahun mungkin tidak muncul gejala.

Pada tahun ke 5 atau 6 tergantung masing-masing penderita, mulai timbul diare berulang,

penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan pembengkakan di daerah

kelenjar getah bening. Kemudian tahap lebih lanjut akan terjadi  penurunan berat badan secara

cepat (> 10%), diare terus-menerus  lebih dari 1 bulan disertai panas badan yang hilang timbul

atau terus menerus

Penyebab

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu retrovirus yang termasuk famili

lentivirus. Jenis retrovirus memiliki kemampuan untuk menggunakan RNAnya dan DNA sel

induk untuk membuat DNA virus baru dan terkenal pula karena masa inkubasi yang lama.

Seperti retrovirus lain, HIV menginfeksi tubuh, memiliki masa inkubasi yang lama (masa laten

klinis) dan pada akhirnya menimbulkan tanda dan gejala AIDS. HIV menyebakan kerusakan

parah pada system imun dan menghancurkannya. Ini dilakukan dengan menggunakan DNA

limfosit CD4+ untuk bereplikasi. Proses inilah yang menghancurkan limfosit CD4+.

- HIV terdapat didalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam

darah, air mani atau cairan vagina.

- Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu

kira-kira 5 sampai 10 tahun.

- Walaupun tampak sehat, mereka dapat menularkan HIV pada orang lain melalui

hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah atau pemakaian jarun suntik secara

bergantian.

Patofisiologi

Virus HIV

Page 9: Makalah Aids

Tertangkap sel dendrite pada mukosa & kulit

Membuat jalur ke nodus limfa

Menginfeksi sel

Masuk ke DNA

Menginfeksi paru-paru HIV terikat dengan membrane sel T4 helper Eksudat

HIV menginjeksikan 2 utas benang RNA Ganguan Inhalasi & ekhalasi ke dalam T4 helperJalan nafas terganggu

Enzim reverse transcriptase aktifMetabolism Suplai O2 res.bersihn sel nafas tak HIV memprogram ulang materi genetic Difusi O2 efektif dari sel T4 yang terinfeksi ATP t’ganggu double-stranded DNA Kelemahan hipoksia (DNA utas ganda) terbentuk Intoleran Sesak T4 terinfeksi di aktifkan Aktivitas Nafas

Replikasi serta pembentukan tunas HIV Resiko pola dan sel T4 dihancurkan Nafas tak

Efektif HIV yang baru dibentuk

Sal. Pencernaan Dilepas ke plasma darah & menyebar

Mukosa Bakteri Menginfeksi sel CD4+ yang lainnya T’iritasi mudah masuk CD4+ Pelepasan Imun tak ada As. Amino Kekebalan tubuh peristaltik Metabolism CD4+ < 220 sel / µl sel rentan Protein absobsi absorbsi air nutrisi Virus lain masuk sel malignan BB < normal diare TBC Resiko Infeksi Virus influenza Resiko Kanker Ketidak seimbangan Gangguan Anemia inflamasi nutrisi < keb K’seimbangn

Cairan IL-1 & elektrolit

Hipotalamus

Resiko gangguan Termogulasi Demam Set temperature

Komplikasi

1. Lesi oral.

Page 10: Makalah Aids

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis

Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan

berat badan, keletihan dan cacat.

2. Neurologik

Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency

Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan

motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,

malaise, demam, paralise, total / parsial.

Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik

endokarditis.

Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci

Virus (HIV)

3. Gastrointestinal

Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan

sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan

dehidrasi.

Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.

Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang

sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan

siare.

4. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,

pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,

reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi

skunder dan sepsis.

Page 11: Makalah Aids

6. Sensorik

Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan. Pendengaran :

otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

Predisposisi dan presipitasi

Presipitasi : Virus HIV

Predisposisi : Stress, Imunitas menurun

3. KLASIFIKASI KLINIS

Perkembangan Penyakit

Infeksi HIV ditandai dalam tiga fase: penyakit primer akut, penyakit kronis asimtomatis

dan penyakit kronis simtomatis.

1. Infeksi Primer (sindrom retroviral akut)

Setelah terjadi infeksi HIV mula-mula bereplikasi dalam kelenjar limfe regional. Hal

tersebut berakibat terjadinya peningkaan jumlah virus secara cepat di dalam plasma, biasanya

lebih dari 1 juta kopi/ml. Fase ni disertai dengan penyebaran HIV ke oragan limfoid, saluran

cerna dan saluran genitalia. Setelah mencapai puncak viremia jumlah virus atau viral load

menurun bersamaan dengan berkembangnya respon imunitas seluler pada pejamunya.

Puncak viral load dan perkembangan respon imunitas seluler berhubungan dengan kondisi

penyakit yang simtomatik pada 60 hingga 90% pasien. Penyakit ini muncul dalam kurun

waktu 3 bulan setelah infeksi. Penyakit ini menyerupai ‘glandular fever’ like illness dengan

ruam, demam, nyeri kepala malaise dan limfadenopati luas. Gambaran sindrom retroviral

akut seperti di bawah menunjukkan prognosis jelek :

- Penyakit primer simtomatik

- Penyakit primer yang lebih lama

- Gejala-gejala neurologis

- Munculnya kadidiasis oral

- tanda dan gejala yang lebih banyak

- keluhan yang lebih berat

Sementara itu tingginya puncak viral load selama infeksi primer tidak

menggambarkan perkembangan penyakit tapi terkait dengan beratnya keluhan yang

menandakan prognosis yang jelek. Fase ini mereda secara spontan dalam 14 hari.

Page 12: Makalah Aids

2. Infeksi HIV asimtomatis/ dini

Dengan menurunnya penyakit primer kebanyakan pasien mengalami masa

asimtomatis yang lama, namun selama masa tersebut replikasi HIV terus berlanjut, dan

terjadi kerusakan sistem imun. Beberapa pasien mengalami limfadenopati generalisata

persisten sejak terjadinya serokonfversi akut (dikenal dengan limfadenopati pada dua lokasi

non-contiguous dengan sering melibatkan rangkaian kelenjar ketiak, servikal, dan inguinal)

Kompliksai dermatologis biasa terjadi seperti, dermatitis sebboroik terutama pada garis

rambut atau lipatan nasolabial, dan munculnya atau memburuknya psoriasis. Kondisi yang

berhubungan dengan aktivasi imunitas, seperti purputa trombositopeni idiopatik, polimiositis,

sindrom Guillain-Barre dan Bell’s palsy dapat juga muncul pada stadium ini.

3. Infeksi Simtomatik/ antara

Komplikasi dermatologis, oral dan konstitusional lebih sering terjadi pada fase ini.

Meskipun dalam perjalanannya jarang berat atau serius, komplikasi ini dapat menyulitkan

pasien. Penyakit kulit seperti herpes zoster, folikulitis bakterial, folikulitis eosinofilik,

moluskum kontagiosum, dermatitis seboroik, psoriasis dan ruam yang tidak diketahui

sebabnya, sering dan mungkin resisten pengobatan standar. Kutil sering muncul baik pada

kulit maupun pada daerah anogenital dan mungkin resisten terhadap terapi.

Sariawan sering juga muncul pada stadium ini. Seperti juga halnya kandidiasis oral, hairy

leukoplakia oral, dan eritema ginggivalis linier. Gingivitis ulesartiv nekrotik akut, merupakan

komplikasi oral yang sulit diobati.

Gejala konstitusional yang mungkin berkembang seperti demam, berkurangnya berat

badan, kelelahan, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri kepala. Diare berulang dapat terjadi dan

menjadi masalah. Sinusitis bakterial merupakan manifestasi yang sering terjadi. Nefropati

HIV dapat juga terjadi pada stadium ini.

Siklus Hidup HIV

Sel induk yang terinfeksi HIV mempunyai masa hidup yang amat pendek, karena HIV

terus menerus menggunakan sel ini untuk bereplikasi. Sebanyak 10 juta virion (virus individual)

akan diproduksi tiap harinya. HIV pertama menyerang atau tertangkap sel dendritik di membran

mukosa dan kulit dalam 24 jam pertama setelah pajanan. Sel-sel yang terinfeksi ini kan menuju

kelenjar getah bening dan akhirnya ke darah perifer dalam 5 hari setelah pajanan, di mana

Page 13: Makalah Aids

reoplikasi virus menjadi sangat pesat. Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu

binding and entry, reverse transcription,replikasi, budding, dan maturasi.

Type HIV

Ada dua tipe HIV yang menyebabkan AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 bermutasi

secara pesat karena tingkat replikasinya tinggi. Berbagai variasi subtipe HIV-1 telah ditemukan

di daerah geografis spesifik dan kelompok resiko tinggi tertentu. Seseorang dapat terinfeksi

dengan subtipe yang berbeda. Berikut adalah berbagi subtipe HIV1 dan distribusi geografisnya :

Subtype A: Afrika TengahC

Subtype B: Amerika Selatan, Brazil, U.S.A., Thailand

Subtype C: Brazil, India, Afrika Selatan

Subtype D: Afrika Tengah

Subtype E: Thailand, Republik Afrika Tengah

Subtype F: Brazil, Romania, Zaire

Subtype G: Zaire, Gabon, Thailand

Subtype H: Zaire, Gabon

Subtype O: Cameroon, Gabon

Subtype C saat ini merupakan penyebab lebih dari 50% infeksi Hiv baru di seluruh dunia.

4. ASPEK NUTRISI

Gejala klinis dan keterkaitannya dengan HIV/ AIDS

1. Anoreksia dan Disfagia

Untuk mengatasi anoreksia pasien harus diberika makanan meski tidak berselera.

Makanan harus berpariasi dan disukai dengan porsi yang lebih kecil tapi sering,

makan kapanpun saat ingin dan tidak terlalu kaku terhadap jadwal makan. Berikan

minum terutama setelah makan atau diantara waktu makan tapi tidak terlalu banyak

sebelum makan. Ciptakan makanan yang mengundang selera dan hindari makanan

yang menghasilkan gas seperti kubis, brokoli. Jaga kebersihan mulut sebelum makan.

Lakukan latihan ringan yang disukai. Hindari alcohol larena mengurangi nafsu makan

dan membuat tubuh lemah.

Page 14: Makalah Aids

Untuk mengatasi disfagia, berikan makanan yang lembut, banyak mengandung

cairan, menggunakan sedotan untuk minum, mengunyah potongan kecil makanan

untuk mengurangi disfagia dan nyeri mulut.

2. Diare

Pada pasien diare, asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi meliputi :- Pemeberian cairan yang adekuat, lebih dari 8 gelas sehari meliputi cairan rehidrasi

oarl, jus buah, cairan oralit, dll- Makanan diberkan secar lunak dan berair

- Untuk menggantikan kehilangan mineral, makan banyak sayur dan buah lunak terutam pisang, mangga, papaya, semangka, labu, jus, kentang, dan wortel

- Mengonsumsi makanan yang mengandung serat terlarut misalnya nasi, maizena, roti putih, mie, dan kentang.

- Mengupas dan memasak sayur serta buah agar ditoleransi lebih baik

- Mengonsumsi makanan yang hangat, tidak terlalu panas atau dingin

- Menghindari konsumsi makanan yang mengandung lemak karena menyababkan

diare dan dapat memperburuk nausea.

(FAO-WHO, 2002)

3. Sesak Nafas

Jika kebutuhan makanan yang tidak terpenuhi dalam sehari dapat membuat

pasien menjadi lemah sehingga perlu diberikan makanan tambahan dalam bentuk

formula. Makanan dapat diberikan dalam posisi pasien setengah tidur agar asupan O2

ke paru lebih optimal. (Dirjen Pewmberantasan Penyakit Menular, 2003)

4. Demam

Menyebabkan kehilangan kalori dan cairan, untuk itu diberikan makanan lunak

dalam porsi kecil tapi sering dengan jumlah lebih dari biasanya dan minum air 2 liter

atau 8 gelas sehari. (Dirjen Pewmberantasan Penyakit Menular, 2003)

5. Penurunan Berat Badan

Pasien yang berat badannya menurun secara drastic harus dicari penyebabnya.

Bila pasien tidak bias makan secara oral maka penggantinya harus diberikan secara

enternal. Makanan yang dianjurkan adalah tinggi kalori-tinggi protein secara bertahap

dengan porsi kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah serat. (Dirjen

Pewmberantasan Penyakit Menular, 2003)

Page 15: Makalah Aids

Peningkatan berat badan bias dicapai dengan cara:

- Makan lebih banyak sumber karbohidrat

- Meningkatkan asupan kacang-kacangan, produk kedelai, biji matahari, dll

- Mengonsumsi daging, ikan, dan telur sesering mungkin

- Makan kudapan diantara waktu makan, sebaiknya yang bersumber dari kacang,

yoghurt, wortel, buah, keripik singkong, dan sandwich kacang tanah.

- Tambahkan susu bubuk pada makanan, misalnya sereal.

- Tambahkan gula, madu, selai atau sirup pada makanan.

(FAO-WHO, 2002)

Bahan makanan dianjurkan di konsumsi penderita AIDS.

1. Tempe atau produknya mengandung protein dan B12.

2. Kelapa & produknya, kebutuhan lemak sekaligus sumber energi mengandung MCT

mudah diserap

3. Wortel mengandung beta-karoten, meningkatkan daya tahan tubuh & membentuk CD4+.

Bersama vitamin E dan C berfungsi sebagai anti radikal bebas.

4. Kembang kol tinggi Zn, Fe, Mn, Se, mencegah kekurangan zat gizi mikro & membentuk

CD4+.

5. Sayuran hijau dan kacang-kacangan mengandung B1, B6, B12 dan zat gizi mikro lainnya

untuk cegah anemia & membentuk CD4+

6. Alpukat mengandung lemak tinggi sebagai anti oksidan dan menurunkan LDL serta

menghambat replikasi virus HIV.

5. PENGKAJIAN, DIAGNOSA, INTERVENSI

Pengkajian

1. Biodata

Nama : Tn. A

Umur : 35 tahun

2. Keluhan Utama : lemah, lemas tak bergairah

a. Sistem pernapasan : flu berat

b. Sistem kardiovaskuler : -

c. Sistem gastrointestinal : diare 40 hari

Page 16: Makalah Aids

d. Sistem genitourinaria : -

e. Sistem musculoskeletal : -

f. Kulit : -

g. Sistem neurosensory : nyaris pingsan

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat alergi : -

b. Riwayat penyakit keturunan : -

c. Riwayat penggunaan obat : -

d. Riwayat infeksi : -

e. Imunisasi : -

f. Kelainan/Penyakit autoimun : -

4. Pemeriksaan Fisik : -

5. Pemeriksaan Diagnostik : ELISA WESTERN BLOT(+),

Neutropenia,

Anemia normositik normokrom,

Limfosit CD4+ 180 sel/µl.

6. Pengkajian Psikososial Spiritual Cultural

a. Psikologis : -

b. Spiritual : -

c. Sosial Kultural : -

Analisis Data

Data Fokus Etiologi Masalah

Ds :

Diare 40 hari

Do :-

Kekebalan tubuh

CD4+ < 220 sel / µl

Virus lain masuk

Masuk ke saluran pencernaan

Bakteri mudah

masuk

Tubuh

Gangguan

keseimbangan

cairan dan

elektrolit

Page 17: Makalah Aids

mengkompensasi dengan asam

lambung

Peristaltik

Absorbs air

Diare

Gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit

Ds : -

Do :

Tb 170 cm

BB 50 Kg

Kekebalan tubuh

CD4+ < 220 sel / µl

Virus lain masuk

Masuk ke saluran pencernaan

Mukosa teriritasi

Pelepasan asam

amino

Metabolism protein

BB < normal

Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang dari kebutuhan

Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang

dari kebutuhan

Ds :

Lemah

Lemas

Tidak bergairah

Do :-

Kekebalan tubuh

CD4+ < 220 sel / µl

Virus lain masuk (virus influenza)

Menginfeksi paru-

paru

Intoleransi

Aktivitas

Page 18: Makalah Aids

Eksudat

Gangguan jalan

nafas

O2 kurang

Metbolisme sel

ATP

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

Ds : -

Do: -

Kekebalan tubuh

CD4+ < 220 sel / µl

Virus lain masuk (virus influenza)

Menginfeksi paru-

paru

Eksudat

Inhalasi dan ekhalasi terganggu

Bersihan jalan

nafas terganggu

Resiko bersihan

jalan nafas tak

efektif

Ds : -

Do: -

Kekebalan tubuh

CD4+ < 220 sel / µl

Virus lain masuk (virus influenza)

Menginfeksi paru-

paru

Eksudat

Resiko pola nafas

tak efektif

Page 19: Makalah Aids

Gangguan jalan nafas

Suplai O2

Difusi O2

terganggu

Hipoksia

Sesak nafas

Pola nafas tak efektif

Ds : -

Do: -

Virus HIV

Tertangkap sel dendrite

pada mukosa & kulit

Membuat

jalur ke nodus limfa

Menginfeksi sel

Masuk ke DNA

HIV terikat dengan

membranesel T4 helper

T4 terinfeksi di aktifkan

Replikasi

serta pembentukan

tunas HIV dan sel T4

dihancurkan

Resiko Infeksi

Page 20: Makalah Aids

HIV yang baru dibentuk

Dilepas ke

plasma darah & menyebar

Menginfeksi

sel CD4+ yang lainnya

CD4+

Kekebalan

tubuh

CD4+ < 220 sel / µl

Virus lain masuk

Resiko Infeksi

Ds : -

Do: -

Kekebalan tubuh

CD4+ < 220 sel / µl

Virus lain masuk (virus influenza)

Inflamasi

IL-1

Merangsang hipotalamus

Set temperature

Demam

Resiko gangguan

termogulasi

Resiko gangguan

termogulasi

Diagnosa Keperawatan

Page 21: Makalah Aids

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan menurunnya absorbs

air yang ditandai dengan diare selam 40 hari.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan

metabolisme air yang ditandai dengan TB = 170 cm, BB = 50 kg.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sel yang ditandai

dengan lemas, lemah tak bergairah.

4. Resiko bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan adanya eksudat.

5. Resiko pola nafas tak efektif berhubungan dengan menurunnya suplai O2

6. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan kekebalan tubuh.

7. Resiko gangguan termoregulasi tubuh berhubungan dengan meningkatnya set

temperature.

Intervensi

DIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Gangguan

keseimbangan cairan

dan elektrolit

berhubungan dengan

menurunnya absorbs

air yang ditandai

dengan diare selam

40 hari.

Tujuan jangka pendek:

1. Meningkatkan

absopsi air.

2. Mengembalikan

kebiasaan defekasi.

Tujuan jangka panjang:

1. Kebutuhan cairan

dan elektrolit yang

seimbang.

1. Pertahankan

masukan cairan

sedikitnya 3

liter, kecuali

jika ada

kontraindikasi.

2. Kaji kebiasaan

normal klien.

3. Berikan

antispasmodik

antikolinergis

atau obat sesuai

ketentuan

4. Dapatkan kultur

feses dan

berikan terapi

antimikroba

1. Mencegah

hipovolemia

2. Memberikan

dasar untuk

evaluasi

3. Menurunkan

spasme dan

mortilitas usus

4. Mengidentifikasi

organism

patogenik.

Page 22: Makalah Aids

sesuai

ketentuan.

5. Pantau tanda

dan gejala

dehidrasi.

5. Kehilangan cairan

mengakibatkan

penurunan

volume sirkulasi

yang

menimbulkan

takikardia, kulit

dan membrane

mukosa kering,

turgor kulit buruk,

dan haus. Deteksi

memungkinkan

pengobatan dini.

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

berhubungan dengan

penurunan

metabolisme air

yang ditandai dengan

TB = 170 cm, BB =

50 kg.

Tujuan jangka pendek:

1. Perbaikan status

nutrisi.

2. Adanya

peningkatan berat

badan.

Tujuan jangka panjang:

1. Kebutuhan nutrisi

seimbang.

1. Kaji malnutrisi

dengan

mengukur BB

dan TB.

2. Hindari

makanan

berlemak atau

gorengan,

sayuran mentah,

dan berikan

makanan sedikit

tetapi sering.

3. Batasi cairan 1

jam sebelum

makan dan pada

saat makan.

1. Memberikan

pengukuran

objektif terhadap

nutrisi.

2. Mencegah

perangsangan

usus dan distensi

abdomen serta

meningkatkan

nutrisi yang

adekuat.

3. Mengurangi

kekenyangan.

Intoleransi aktivitas Tujuan jangka pendek: 1. Memantau 1. Memberikan data

Page 23: Makalah Aids

berhubungan dengan

penurunan

metabolisme sel

yang ditandai dengan

lemas, lemah tak

bergairah.

1. Mengurangi rasa

lemas, lemah tak

bergairah.

Tujuan jangka panjang:

1. Aktivitas kembali

normal.

kegiatan klien

sehari-hari.

2. Berikan terapi

seperti relaksasi

dan imajinasi

terbimbing.

3. Pemberian

ekogen sesuai

dengan

ketentuan.

4. Membantu klien

menyusun

rutinitas harian.

objektif tentang

intoleransi

aktivitas.

2. Mengurangi rasa

cemas yang

ditimbulkan dari

kelemahan dan

keadaan mudah

letih.

3. Meningkatkan

toleransi klien

terhadap aktivitas

dan mengurangi

keadaan mudah

lemah karena

anemia

4. Untuk menjaga

keseimbanagn

antara aktivitas

dan istirahat

karena klien

mungkin tidak

mampu

mempertahankan

aktivitas yang

lazim karena

kelemahan.

Resiko bersihan

jalan nafas tak

efektif berhubungan

dengan virus

Tujuan jangka pendek:

1. Mengurangi resiko

bersihan jalan tak

efektif.

1. Kaji tanda dan

gejala

perubahan status

pernapasan.

1. Menunjukan

fungsi pernapasan

abnormal.

Page 24: Makalah Aids

influenza. 2. Mengurangi

eksudat.

Tujuan jangka panjang:

1. Bersihan jalan

nafas efektif

2. Dapatkan

sampel sputum

untuk apus

kultur, lalu

berikan terapi

antimikrobial

sesuai dengan

ketentuan.

3. Berikan

perawatan paru

(batuk, nafas

dalam, drainase

postural, fibrasi)

setiap 2 sampai

4 jam.

2. Membantu dalam

identifikasi

organisme

patogenik.

3. Mencegah stasis

sekresi dan

meningkatkan

bersihan jalan

nafas.

Resiko pola nafas tak

efektif berhubungan

dengan menurunnya

suplai O2

Tujuan jangka pendek:

1. Mengurangi resiko

pola nafas tak

efektif

2. Meningkatkan

suplai O2.

Tujuan jangka panjang:

1. Pola nafas efektif.

1. Pantau frekuensi

dan pola

pernapasan

klien.

2. Pemeriksaan

darah.

3. Penghisapan

lender.

1. Untuk mengetahui

adanya keadaan

yang abnormal.

2. Untuk mengethaui

saturasi oksigen.

3. Mencegah

hipoksia.

Resiko terhadap

infeksi berhubungan

dengan penurunan

kekebalan tubuh.

Tujuan jangka pendek:

1. Mengurangi resiko

infeksi.

2. Meningkatkan

kekebalan tubuh

Tujuan jangka panjang:

1. Tidak ada infeksi.

1. Memantau

tanda-tanda dan

gejala infeksi.

2. Ajarkan klien

tentang perlunya

1. Deteksi dini

terhadap infeksi

penting untuk

melakukan

tindakan

selanjutnya.

2. Berikan deteksi

dini terhadap

Page 25: Makalah Aids

melaporkan

kemungkinan

infeksi.

3. Pantau hasil

laboratorium

yang

menunjukan

infeksi, seperti

hitung leukosit

dan deferensial.

4. Informasikan

pada klien cara

untuk mencegah

infeksi.

infeksi.

3. Peningkatan sel

darah putih

dikaitkan dengan

infeksi.

4. Memininalkan

pemajanan pada

infeksi dan

penularan HIV

pada orang lain.

Resiko gangguan

termoregulasi tubuh

berhubungan dengan

meningkatnya set

temperature.

Tujuan jangka pendek:

1. Menurunkan suhu

tubuh.

Tujuan jangka panjang:

1. Suhu tubuh stabil.

1. Kaji suhu tubuh

klien.

2. Memberikan

antipiretik

sesuai dengan

anjuran dokter.

3. Berikan kompes

air hangat.

1. Untuk

mengetahui

status suhu tubuh

klien.

2. Untuk

menurunkan

suhu tubuh klien

dan kembali

normal.

3. Akibat

vasodilatasi sel,

kulit dapat

mengeluarkan

panas dari tubuh.

Pemberian Antiretroviral (ARV)

Tujuan pemberian ARV

Page 26: Makalah Aids

ARV diberikan pada klien HIV/AIDS dengan tujuan untuk :

1. Menghentikan replikasi HIV

2. Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opportunistic

3. Memperbaiki kualitas hidup

4. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

Cara kerja ARV

Obat-obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan siklus

replikasi HIV. Jenis obat ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi HIV

yaitu :

1. Entry (saat masuk)

HIV masuk kedalam selT untuk merusak. HIV mula-mula melekat pada sel, kemudian

menyatukan membrane luarnya dengan membrane luar sel. Enzim reverse transcriptase

dapat dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzim integrase mungkin dihalangi

oleh obat yang sekarang sedang dikembangkan, enzim protease mungkin dapat dihalangi

oleh obat Saquinavir, Ritonivir, dan Indinivir.

2. Early Replication.

Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetic selT. Setelah bergabung dengan sebuah

sel, HIV menaburkan bahan genetic 11 kedalam sel. Disini HIV mengalami masalah

dengan kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang disebut RNA, sedangkan

manusia kode genetic tertulis dalam DNA. Untuk mengatasinya, HIV membuat enzim

reverse trancritase (RT) yang menyalin RNA nya kedalam DNA. Obat NuceloseRT

inhibitor (Nukees) menyebabkan terbentuknya enzim reverse transcriptase yang cacat.

Golongan non-nucleoside RT inhibitors memiliki kemampuan untuk mengikat enzim

reverse trancriptase sehingga membuat enzim tersebut tidak berfungsi.

3. Late Replication

HIV harus menggunting sel DNA untuk kemudian memasukan DNA nya sendiri kedalam

guntingan tersebut dsan menyambung kembali helaian DNA tersebut. Alat penyambung

itu adalah enzim integrase, maka obat integrase inhibitors diperlukan untuk menghalangi

penyambungan ini.

4. Assembly (perakitan/ penyatuan)

Page 27: Makalah Aids

Begitu HIV mengambil alih bahan genetic sel, maka sel akan diatur untuk membuat berbagai

potongan sebagai bahan untuk membuat virus baru. Potongan ini harus dipotong dalam ukuran

yang benar yang dilakukan enzim protease HIV, maka pada fase ini, obat jenis protease

inhibitors doperlukan untuk menghalangi terjadinya penyambungan ini.

Nama

Obat

Jen

is

Ob

at

Kemung

kinan

Efek

Samping

Petunjuk Penggunaan Obat

Pembe

rian

Obat

Keterangan

AZT RT

I

Mual,

muntah,

sakit

kepala,

susah

tidur,

nyeri

otot

Mulai dengan dosis kecil lalu

dinaikan selama 2 minggu.

Jangan minum obat larut malam.

2-3

kali/

hari

Diminumse

belum

makan, bila

mual

minum

sesudah

makan.

ddC RT

I

Luka

dimulut,

kelainan

saraf

tepi,

radang

pankreas.

Tidak ada 3 kali/

hari

Dapat

diminum

dengan/

tanpa

makanan.

Ddi RT

I

Mencret,

radang

pankreas.

Harus diminum sewaktu perut

kosong.

2 kali/

hari

Harus

diminum

sewaktu

perut

kosong.

D4T RT

I

Sakit

kepala,

diare,

Tidak ada 2

kali/ha

ri

Dapat

diminum

dengan atau

Page 28: Makalah Aids

panas. tanpa

makanan.

3TC RT

I

Sakit

kepala,

lesu,

sulit

tidur,

neutrope

nia.

Tidak ada 2 kali/

hari

Dapat

diminum

dengan atau

tanpa

makanan.

Nevira

pine

RT

I

Kelainan

hati,

bercak

merah

pada

kulit.

Bercak merah dapat diobati dengan

antihistamin.

2kali/

hari

Paling baik

diminum

waktu

makan

Delavir

dine

RT

I

Lesu,

mual,

diare,

kelainan

hati,

bercak

merah

pada

kulit,

panas.

Bercak merah dapat diobati dengan

anti histamine dengan pengawasan

dokter.

Hindari makanan berlemak

3 kali/

hari

Harus

diminum

sewaktu

perut

kosong

Saquini

vir

PI Diare

dan

mual.

Minum sewaktu makan untuk

meningkatkan absorbsi

Pertimbangkan obat lain bila diare

Jangan minum antihistamin kecuali

dengan pengawasan dokter.

2-3

kali/

hari

Harus

diminum

sewaktu

makan,

terutama

saat

Page 29: Makalah Aids

mengonsu

msi

makanan

tinggi

protein dan

lemak.

Ritoniv

ir

PI Mual,

diare,

lemah,

muntah,

anoreksi

a, mati

rasa, atau

geli

sekitar

mulut.

Tidak ada 2 kali/

hari

Harus

diminum

sewaktu

makan,

terutama

saat

mengonsu

msi

makanan

tinggi

protein dan

lemak.

Indinivi

r

PI Mual,

kelainan

hati, batu

ginjal.

Jangan makan 1 jam sebelum dan 2

jam sesudah minum obat.

Banyak minum iair sepanjang hari

untuk mencegah batu ginjal

Jangan minum antihistamin kecuali

dengan pengawasan dokter.

3 kali/

hari

Harus

diminun

sewaktu

perut

kosong

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

ELISA

ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi antibodi yang dibuat

tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke 2, atau

bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV. Kerena alasan inilah maka para ahli

menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah melakukan aktivitas

Page 30: Makalah Aids

seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi. Tes ELISA dapat

dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air kencing.

Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan ini sangat mirip

dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan sampel darah jari dan air liur. Hasil

positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa telah terinfeksi HIV. Masih

diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Blot atau IFA, untuk mengkonfirmasi hasil

pemeriksaan ELISA ini. Jadi walaupun ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua

kemungkinan, orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi

HIV.

Western Blot

Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV.

Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih

spesifik, sehingga kasus 'yang tidak dapat disimpulkan' sangat kecil. Walaupun demikian,

pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.

IFA

IFA atau indirect fluorescent antibody juga merupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA

positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas, IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV.

Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.

RIFA

RIFA atau radioimunopresipitation assay merupakan suatu tes yang lebih spesifik dan

sensitif daripada Western Blot, dimana cara kerjanya lebih mendeteksi protein HIV daripada

antibody.

PCR Test

PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan

virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah

terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu,

biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu,

Page 31: Makalah Aids

PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screening test) darah atau organ yang

akan didonorkan.

7. UNIVERSAL PRECAUTION

Universal precaution adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan

oleh seluruh petugas kesehatan untuk semua pasien suatu saat pada semua pelayanan dalam

rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi. Universal precaution meliputi:

1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai.

2. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.

3. Pemakaian alat pelindung untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang

lain.

4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.

5. Pengelolaan limbah dan sanitasi lingkungan.

6. Desinfeksi dan sterilisasi umtuk alat yang digunakan berulang.

7. Pengelolaan linen.

Pelaksanaan universal precaution:

1. Mencuci tangan.

Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.

Mencuci tangna dengan cara memakai sabun dan air mengalir atau gunakan alcohol jika

tidak ada air mengalir, lalu keringkan tangna dengan handuk sekali pakai.

2. Pemakaian alat pelindung diri.

a. Sarung tangan.

b. Pelindung wajah (masker, kacamata, helm).

c. Penutup kepala.

d. Gaun pelindung.

e. Sepatu pelindung.

Indikasi pemakaian alat pelindung diri yaitu tidak semua alat pelindung diri dipakai

tergantung pada jenis tindakan yang akan dilakukan.

3. Pengelolaan alat kesehatan.

a. Dekontamisasi.

Page 32: Makalah Aids

Adalah merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung

tangan yang tercemar. Setelah digunakan, alat harus direndam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

b. Pencucian alat.

Setelah dekontaminasi dilakukan penbersihan yaitu dengan pencucian alat

kesehatan. Cuci dengan detergen netral dan air, gunakan sarung tangan.

c. Desinfeksi dan Sterilisasi.

Suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua mikroorganisme dari alat

kesehatan kecuali endospora bakteri.

8. KONSELING

Kenyataan bahwa manifestasi klinis penyakit ini begitu membahayakan kehidupan,

belum ditemukan obatnya, dan penyakit ini dapat menular ke orang lain memperparah stigma

negatif yang ada pada masyarakat. Banyak masyarakat yang menganggap HIV/AIDS sangat

menular dan bahkan bersentuhan dengan penderita dapat menularkan HIV dan HIV/AIDS selalu

berkaitan dengan perilaku yang tidak benar sehingga penderita AIDS dikucilkan dan

didiskriminasi.

Adanya stigma dalam masyarakat ini menimbulkan masalah psikosial yang rumit bagi

penderita AIDS. Pengucilan penderita dan diskriminasi tidak jarang membuat penderita AIDS

tidak mendapatkan hak-hak asasinya. Begitu luasnya masalah sosial yang berkaitan dengan

stigma ini, karena diskriminasi terjadi di berbagai pelayanan masyarakat bahkan tidak jarang

dalam pelayanan kesehatan sendiri.

Stigma-stigma negatif pada masyarakat ini membuat penderita atau keluarga menjadi

malu dan takut. Keluarga jadi malu untuk memeriksakan anggota keluarga yang menderita AIDS

diri ke rumah sakit atau pusat-pusat pelayanan kesehatan, begitu pula dengan penderitanya

sendiri, jadi malu untuk memeriksakan dirinya sendiri. Imbasnya, mereka yang berpotensi

tertular virus ini pun menjadi enggan memeriksakan diri pula, merasa lebih baik tidak tahu sama

sekali daripada tahu dan kemudian dipandang negatif dan dikucilkan oleh masyarakat.

Beban psikososial yang dialami seorang penderita AIDS adakalanya lebih berat daripada

beban fisiknya. Beban yang diderita pasien AIDS baik karena gejala penyakit yang bersifat

organik maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa cemas, depresi, kurang percaya diri,

Page 33: Makalah Aids

putus asa, bahakn keinginan untuk bunuh diri. Kalau sudah begini, upaya mengantisipasi

perkembangan HIV/AIDS mengalami kendala yang cukup berat dan tentunya menghambat

upaya-upaya pencegahan dan perawatan.

Keterlibatan berbagai pihak diharapkan mampu mengatasi permasalahan psikososial.

Pemahaman yang benar mengenai AIDS perlu disebarluaskan. Kenyataan bahwa dalam era obat

antiretroviral, AIDS sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga perlu

dimasyarakatkan karena konsep tersebut dapat memberi harapan pada masyarakat dan penderita

HIV/AIDS bahwa penderita AIDS dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik dan berfungsi

di masyarakat.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan pendampingan

(tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik

pada penderita, keluarga dan masyarakat. Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat

dapat menerima kondisinya dengan sikap yang benar dan memberikan dukungan kepada

penderita. Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat menghilangkan berbagai stresor dan

dapat membantu penderita meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress,

depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan. (Susiloningsih)

Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS sangatlah

besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien sehinggan

pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang

tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.

Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk

konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre

dan pascates HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting

untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara

tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh pasien.

Konsekuensi dari hasil tes postif maupun negatif disampaikan dalam sesi konseling. Dengan

demikian orang yang akan menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah

hasil tersebut positif atau negatif.

Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma negatif dan

diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi adakah sistem

pendukung yang tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika

Page 34: Makalah Aids

memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi

pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan kesepian

dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada

keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar mengenai AIDS,

sehingga keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi penderita.

Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan perawat.

Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas harus

disadarkan agar segera bertaubat dan tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga

perilakunya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong untuk

mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan berkeinginan untuk bunuh diri

dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat hidup dan berguna bagi sesama antara lain

dengan membantu upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.

9. ASPEK ETIK DAN LEGAL

Non- Maleficence

1. Terpenuhi prinsip ini saat petugas kesehatan tidak melakukan sesuatu yang

membahayakan bagi pasien (do no harm) disadari atau tidak disadari.

2. Perawat juga harus melinduni diri dari bahaya pada mereka yang tidak mampu

melindungi dirinya sendiri, seperti anak kecil, tidak sadar, gangguan mental, dll.

Respect for Autonomy

1. Hak untuk menentukan diri sendiri, kemerdekaan, dan kebebasan.

2. Hak pasien untuk menentukan keputusan kesehatan untuk dirinya.

3. Otonomy bukan kebebasan absolut tetapi tergantung kondisi. Keterbatasan muncul saat

hak, kesehatan atau kesejahteraan orang lain terganggu.

Beneficence

1. Tujuan utama tim kesehatan untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk pasien.

Page 35: Makalah Aids

2. Perawatan yang baik memerlukan pendekatan yang holistic pada pasien, meliputi

menghargai pada keyakinan, perasaan, keinginan juga pada keluarga dan orang yang

berarti.

Justice

Termasuk fairness dan equality

.