Makalah Tentang HIV-AIDS

23
AMALIAH CHAIRUL NUSU 70200110007 KESMAS A UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Transcript of Makalah Tentang HIV-AIDS

Page 1: Makalah Tentang HIV-AIDS

AMALIAH CHAIRUL NUSU

70200110007

KESMAS A

UIN ALAUDDIN MAKASSARFAKULTAS ILMU KESEHATANKESEHATAN MASYARAKAT

2011

Page 2: Makalah Tentang HIV-AIDS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di abad ke-21 sekarang, hampir seluruh penghuni alam semseta ini

didera yang namanya efek globalisasi, tak terkecuali masalah kesehatan. Di

negara-negara berkembang, masalah kesehatan merupakan salah satu prioritas

utama pemerintah setelah masalah kemiskinan. Dalam bidang kesehatan,

seiring berkembangnya era globalisasi, masalah-masalah penyakit kian

bertambah banyak bahkan bertambah rumit dikalangan masyarakat dunia,

seperti halnya penyakit HIV/AIDS. Di zaman modern sekarang ini, siapa yang

tidak kenal dengan penyakit HIV/AIDS. Penyakit menular ini sudah sangat

populer dikalangan masyarakat luas, disamping karena belum ada obatnya

juga karena akibat yang ditimbulkan yaitu kematian. Oleh karena itu,

HIV/AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti hingga saat ini.

Munculnya perlakuan diskriminatif terhadap penderita HIV/AIDS sudah

merupakan hal yang wajar dikalangan masyarakat, misalnya saja perlakuan

tidak adil karena kondisi fisik atau bahkan dikucilkan dari masyarakat.

Persepsi ini semakin berkembang bahkan meluas dikalangan masyarakat

hingga saat ini. Padahal pasien penderita HIV/AIDS tidak seharusnya kita

hindari, tetapi penyakitnya yang mesti kita hindari. Persepsi masyarakat inilah

yang harus kita kaji kembali.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana stigma-stigma yang berkembang dimasyarakat terhadap

penularan HIV/AIDS?

2) Bagaimana antisipasi masyarakat terhadap HIV/AIDS?

Page 3: Makalah Tentang HIV-AIDS

BAB II

ISI

2.1 Stigma-stigma terhadap Penularan HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah

virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari

Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS merupakan penyakit yang

paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini,

merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang

menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari

serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV,

belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif

mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama.

Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun.

Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi

sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

Setelah dinyatakan positif terkena HIV biasanya ada masa 5-10 tahun

virus ini benar-benar bisa 'melumpuhkan' penderitanya. AIDS timbul sebagai

dampak berkembangbiaknya virus HIV di dalam tubuh manusia. Meski kini

dengan terapi ARV (Antiretroviral) penderita HIV AIDS bisa berumur

panjang bersama penyakitnya.

Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan

cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-

sel darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Orang

dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih yang kecil.

Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak.

Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti

mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah

Page 4: Makalah Tentang HIV-AIDS

mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak.

Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi

sangat banyak.

Berikut adalah cara penularan virus HIV:

Pada Pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa AIDS muncul

setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima

hingga sepuluh tahun atau lebih.

HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:

1. Darah

2. Air mani

3. Cairan vagina

4. Air susu ibu (ASI)

HIV menular melalui:

1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina

dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum

terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui

vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan

kecil).

2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang

mengandung darah yang terinfeksi HIV.

3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.

4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan

jika menyusui sendiri.

Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain

untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan

Page 5: Makalah Tentang HIV-AIDS

dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya

HIV.

HIV tidak menular melalui:

1. Bersalaman, berpelukan

2. Berciuman

3. Batuk, bersin

4. Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar

mandi, WC, kamar tidur, dll.

5. Gigitan nyamuk

6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama

7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna,

dll.

HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika

berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang

mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin

atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit

yang tidak luka.

Dengan mengetahui sedikit tentang cara penyebaran dan penularan

HIV/AIDS dalam tubuh manusia, kita dapat membayangkan betapa kejamnya

virus HIV ini. Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang

mengerikan. Oleh karena itu, Masyarakat hingga sekarang, masih belum bisa

menerima dengan total keberadaan penderita Orang dengan HIV AIDS

(ODHA). Vonis masyarakat terhadap penderita ini masih saja buruk. Padahal,

sudah banyak pihak yang berupaya menjelaskan kalau ODHA tak perlu

dijauhi. Tapi, tetap saja masyarakat ragu.

Page 6: Makalah Tentang HIV-AIDS

Anggapan masyarakat masih saja menganggap kalau penyakit ini

merupakan penyakit menular. Begitupun bila masyarakat menganggap bahwa

HIV/AIDS adalah penyakit yang berbahaya. Namun, yang perlu

digarisbawahi adalah pemahaman masyarakat mengenai poses penularan

penyakit ini. Itu yang penting untuk disosialisasikan, Dalam hal ini upaya

semua pihak yang konsern terhadap penyakit ini boleh dibilang berhasil.

Artinya, masyarakat menjadi tahu dan sadar bahwa ini adalah penyakit

menular yang berbahaya.

Penyakit ini sudah seperti doktrin di kepala masyarakat. Dahulu kala,

penyakit ini dianggap sebagai penyakit kutukan oleh masyarakat. Dan harus

diakui, bahwa doktrin itu masih lekat di kepala masyarakat. Sebetulnya, kalau

mau bijaksana, tak ada yang salah dalam persoalanan ini. Masalahnya,

kebanyakan masyarakat tidak paham secara keseluruhan mengenai penyakit

ini. Yang masyarakat tahu, bahwa ini adalah penyakit menular yang

berbahaya, tanpa mengetahui dengan pasti seperti apa yang disebut menular

dan berbahaya itu. Tapi tentu kita tidak bisa menyalahkan masyarakat juga.

Karena bila mau ditarik dari banyak sisi, tak semua masyarakat kita yang

berpendidikan.

Stigma (cap buruk) sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi

dan pada gilirannya mendorong munculnya pelanggaran hak asasi

manusia (HAM) bagi orang yang dengan HIV dan AIDS dan

keluarganya. Stigma dan diskriminasi memperparah epidemi HIV dan

AIDS. Mereka menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan

memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV dan AIDS seperti

juga mendorong keterpinggiran orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV.

Page 7: Makalah Tentang HIV-AIDS

Stigma berhubungan dengan kekuasaan dan dominasi dalam

masyarakat. Pada puncaknya, stigma akan menciptakan, dan ini didukung

oleh, ketidaksetaraan sosial. Stigma berurat akar di dalam struktur masyarakat

dan norma-norma serta nilai-nilai yang mengatur kehidupan sehari-hari. Ini

menyebabkan beberapa kelompok menjadi kurang dihargai dan merasa malu,

sedangkan kelompok lainnya merasa superior.

Diskriminasi terjadi ketika pandangan negatif mendorong orang atau

lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan

pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Contoh-contoh

diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak

memberikan pelayanan kesehatan kepada orang yang hidup dengan HIV dan

AIDS; atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau

prasangka akan status HIV mereka; atau keluarga/masyarakat yang menolak

mereka yang hidup, atau dipercayai hidup, dengan HIV dan AIDS. Tindakan

diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran HAM.

Stigma dan diskriminasi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit

menimbulkan efek psikologis berat tentang bagaimana orang yang hidup

dengan HIV dan AIDS melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong,

dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan

keputusasaan. Stigma dan diskriminasi juga menghambat upaya pencegahan

dengan membuat orang takut untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi atau

tidak. Bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi meneruskan

praktik seksual tidak aman karena takut orang-orang akan curiga terhadap

status HIV mereka. Akhirnya, orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

dilihat sebagai masalah, bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi

epidemi ini.

Page 8: Makalah Tentang HIV-AIDS

Stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV dan

AIDS disebabkan karena kurangnya informasi yang benar tentang cara

penularan HIV, adanya ketakutan terhadap HIV dan AIDS, dan fakta AIDS

sebagai penyakit mematikan.

Hingga saat ini sikap dan pandangan masyarakat terhadap orang

yang hidup dengan HIV dan AIDS sangat buruk sehingga melahirkan

permasalahan serta tindakan yang melukai fisik maupun mental bagi orang

yang hidup dengan HIV dan AIDS bahkan keluarga dan orang-orang

terdekatnya.

Sesungguhnya hak orang yang hidup dengan HIV dan AIDS sama

seperti manusia lain, tetapi karena ketakutan dan kekurangpahaman

masyarakat, hak orang yang hidup dengan HIV dan AIDS sering dilanggar.

Hak asasi manusia itu di antaranya adalah memiliki dan

mendapatkan privasi, kemerdekaan, keamanan serta kebebasan berpindah,

bebas dari kekejaman, penghinaan (tindakan menurunkan martabat atau

pengucilan), bekerja (termasuk terbukanya kesempatan yang sama),

mendapatkan pendidikan serta menjalin mitra jaringan, keamanan sosial dan

pelayanan, kesetaraan perlindungan dalam hukum, menikah dan berkeluarga,

endapatkan perawatan, dan masih banyak lagi. Selain hak, orang yang hidup

dengan HIV dan AIDS juga mempunyai kewajiban seperti menjaga kesehatan,

tidak menularkan ke orang lain, mencari informasi dan lain-lain.

Perbedaan antara orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dan

orang yang tidak terinfeksi adalah orang yang hidup dengan HIV dan

AIDS memiliki virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuhnya. Selain

itusecara sepintas kita tidak dapat membedakan antara seseorang yang

memiliki status HIV positif dengan orang yang tidak terinfeksi. Status HIV

positif seseorang hanya bisa dibuktikan dengan tes darah dan itu pun

Page 9: Makalah Tentang HIV-AIDS

dilakukan dengan VCT (Voluntary Counseling and Testing), yaitu tes secara

sukarela.

Selain itu kita hanya bisa tahu jika orang yang hidup dengan HIV

dan AIDS membuka status HIV positif-nya kepada kita dan kita mempunyai

kewajiban untuk menjaga konfidensialitas (kerahasiaan) orang yang hidup

dengan HIV dan AIDS tersebut.

Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia

terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakan-

tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang

yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa mendapat

persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan kerahasiaannya; dan penerapan

karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV. Kekerasan atau

ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes

HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk

memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang

dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya

penyebaran HIV.

Stigma AIDS lebih jauh dapat dibagi menjadi tiga kategori:

Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas

hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.

Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk

mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu

yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.

Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang

berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.

Page 10: Makalah Tentang HIV-AIDS

Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma,

terutama yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran,

dan penggunaan narkoba melalui suntikan.

Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan

homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tingkat prasangka

seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti homoseksual. Demikian

pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan

seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang

belum terinfeksi.

Stigma-stigma yang berkembang ini sudah menjadi suatu kebiasaan

masyarakat dunia yang sangat sulit untuk diubah. Butuh waktu yang cukup

lama untuk mengubah bahkan menghapus anggapan-anggapan miring tersebut

yang tentunya dibarengi dengan keahlian khusus.

2.2 Peran Masyarakat terhadap HIV/AIDS

Mengulas mengenai jumlah korban HIV/AIDS yang terus meningkat

tidak lepas dengan peran masyarakat terhadap HIV/AIDS ini. Berbagai solusi

yang diajukan, masih tetap diusahakan oleh kelompok-kelompok tertentu,

meskipun hanya sebagian kecil dari warga masyarakat. Hal ini disebabkan

karena problem AIDS sekarang dimana pun adalah ketidakpedulian, baik

pemerintah maupun masyarakat. Bahkan tepat tanggal 1 Desember kemarin

yang merupakan bulan AIDS, tetapi tidak ada gaung yang mengingatkan kita

secara cukup untuk melakukan aksi pribadi maupun komunal untuk

mencegah.

HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu;

menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko, tidak

Page 11: Makalah Tentang HIV-AIDS

menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak

memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat

yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan

perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat.

Obat ini harus diminum sepanjang hidup.

Peran strategis masyarakat dalam penanggulangan HIV/AIDS antara lain:

1. Mendidik anggota keluarga berdasarkan norma agama Keluarga

memegang peran utama dalam pendidikan agama khususnya orang tua.

Karena mereka adalah guru pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan

etika dan moral agama. Tak jarang sumber kejahatan/perbuatan negative

berasal dari kondisi keluarga yang carut-marut. Orang tua harus peka

terhadap problematika yang dihadapi anaknya dan mampu memberikan

solusi terbaik baginya. Khususnya bagi orang tua yang memiliki anak

yang mengidap HIV/AIDS, selalu memberikan motivasi positif,

mengevaluasi diri terhadap kehidupan keluarganya karena bisa jadi awal

keburukan anaknya berasal dari kondisi keluarganya dan senantiasa

membantu anaknya setiap saat.

2. Partisipasi aktif para tokoh masyarakat Tokoh masyarakat yang dianggap

sebagai panutan masyarakat ikut andil dalam menjalankan program-

program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Contohnya dengan

menjadi kader peduli HIV/AIDS.

3. Memberdayakan lembaga keagamaan dan adat Faktor penyebab muncul

dan menyebarnya HIV/AIDS adalah pergaulan bebas yang menyimpang

dari norma keagamaan. Oleh sebab itu, lembaga keagamaan dan adat (jika

tidak melanggar norma agama) harus diberdayakan seoptimal mungkin di

Page 12: Makalah Tentang HIV-AIDS

tengah masyarakat dengan cara lebih giat mendakwahkan syiar agama dan

akhlakul karimah (akhlak terpuji).

4. Mengoptimalkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banyak

LSM di tengah masyarakat yang harus kita optimalkan fungsinya. LSM

dibentuk untuk membantu kelancaran pelaksanaan program-program

pemerintah.

5. Memberdayakan peran lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi)

Lembaga pendidikan sebagai tempat membina anak didiknya menjadi

manusia yang intelektual hendaknya tetap mementingkan nilai moral

agama. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu

memadukan antara IPTEK (Ilmu Pengetahuan) dan IMTAK (Iman dan

Takwa).

6. Mengoptimalkan peran media massa Pengaruh media massa baik cetak

maupun elektronik mampu membentuk karakter pemikiran masyarakat.

Sayap media sekarang semakin marak dengan tontonan pergaulan bebas.

Padahal media massa memiliki pengaruh sangat besar dalam mendidik

masyarakat menjadi manusia yang bermoral dan intelektual. Penyebaran

informasi tentang HIV/AIDS dapat diekspos lebih luas dan cepat bila

dibandingkan dengan cara manual (face to face). Dengan adanya kerja

sama ini, penanggulangan HIV/AIDS akan terselesaikan dengan

sendirinya.

7. Melakukan berbagai riset untuk menemukan obat HIV/AIDS melalui

lembaga riset Selama dua puluh tahun, penelitian terhadap virus

HIV/AIDS terus dilakukan oleh lembaga riset dunia. Perkembangan

terbaru saat ini adalah berhasil ditumbuhkannya suatu kristal yang

memungkinkan peneliti untuk melihat struktur enzim yang disebut dengan

integrase. Enzim ini ditemukan pada retrovirus seperti HIV dan

merupakan target untuk beberapa obat HIV terbaru. Peneliti dari Imperial

Page 13: Makalah Tentang HIV-AIDS

College London dan Harvard University mengumumkan telah berhasil

memiliki struktur dari integrase dari virus ini. Ini berarti peneliti dapat

memulai untuk memahami bagaimana kerja dari obat inhibitor integrase

serta bagaimana menghentikan perkembangan HIV/AIDS. Kita berharap

obat terbaik bagi ODHA dapat ditemukan secepatnya dan penyebaran.

Peran Pemuda

Sebenarnya, pemuda mempunyai peran strategis dalam mencegah

HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal

HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran

mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya

bahwa generasi muda diibaratkan ruh dalam setiap tubuh komunitas atau

kelompok; baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara.

Pada sisi lain, pemuda adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS,

karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah pemuda. Untuk itu,

“penyelaman” akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi

moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya

dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat

dalam diri pemuda itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan

secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka

mencegah HIV/AIDS.

Permasalahan HIV/AIDS dapat teratasi dengan cara bekerja sama

di antara ketiga pilar yaitu keshalihan individu, kontrol sosial masyarakat

dan penetapan aturan Negara. Anggota masyarakat baik dari keluarga,

tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, lsm, media massa

dan lembaga riset harus berperan aktif dalam upaya penanggulanan

Page 14: Makalah Tentang HIV-AIDS

HIV/AIDS.Hanya dengan cara inilah maka penyebaran dan pencegahan

HIV/AIDS dapat tercapai.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah

virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari

Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV)

menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun

atau lebih. Akibat penularan virus mematikan ini memunculkan berbagai

persepsi negatif dan stigma-stigma dikalangan masyarakat dunia terhadap

pengidap HIV/AIDS misalnya saja perlakuan diskriminatif.

Penyebaran virus ini telah dibarengi dengan adanya peran dari

masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS. Permasalahan

HIV/AIDS dapat teratasi dengan cara bekerja sama di antara ketiga pilar yaitu

keshalihan individu, kontrol sosial masyarakat dan penetapan aturan Negara.

3.2 Saran

HIV dan AIDS adalah masalah kita juga, bukan masalah orang-orang

tertentu, meski kita kadang tidak menyadarinya. Dengan makin banyak

masyarakat yang sadar dan peduli akan HIV dan AIDS maka janji dapat

ditepati, yakni hentikan AIDS! Ayo, kita hapus stigma dan hentikan

diskriminasi dengan memulainya dari diri kita sendiri.

Untuk itu segala pihak harus terus berupaya dalam mensosialisasikan

penyakit ini kepada masyarakat. Artinya, ini menjadi tanggung jawab

bersama.

Page 15: Makalah Tentang HIV-AIDS

Dengan demikian, maka setiap dari Anda, pribadi atau kelompok,

organisasi agama besar seperti NU dan Muhammadiyah, serta PKK, dan

lainnya, peranan Anda dalam AIDS ini besar, tetapi masih perlu ditingkatakan

kepeduliannya karena ancaman ini ada di depan hidung kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Hutapea Ronald. 2007. AIDS dan PMS. Jakarta: Rineka Cipta.

Mafrukh, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Erlangga.

http://www.depkes.go.id/. Fakta Tentang HIV dan AIDS. 05 Dec 2006.

http://www.hivtest.org/. Frequently Asked Question on HIV/AIDS. 2007.

http://www.id.wikipedia.org/wiki/AIDS

http://www.jothi.or.id/optimalisasi-peran-masyarakat-dalam-penanggulangan-

hivaids

http://www.radar-bekasi.com/index.php?mib=berita.detail&id=63452

http://www.satudunia.net/content/peran-strategis-kaum-muda-dalam-

pencegahan-hivaids