AIDS Referat

75
LAPORAN KASUS Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Disusun Oleh : Deslia Chaerani 030.09.065 Pembimbing : dr. Rosida Sihombing, SpA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK PERIODE 24 Maret – 31 Mei 2014 1

description

AIDS

Transcript of AIDS Referat

Page 1: AIDS Referat

LAPORAN KASUS

Acquired Immunodeficiency Syndrome

(AIDS)

Disusun Oleh :

Deslia Chaerani

030.09.065

Pembimbing :

dr. Rosida Sihombing, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 24 Maret – 31 Mei 2014

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, MEI 2014

1

Page 2: AIDS Referat

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi oleh virus penyebab defisiensi imun merupakan masalah yang relatif baru,

terutama pada anak. Penyebab defisiensi imun ini adalah suatu virus yang kemudian dikenal

dengan nama human immunodeficiency virus tipe-1 (HIV-1), pada tahun 1985. Batasan yang

paling berat dari infeksi HIV-1 untuk bentuk klinis paling berat adalah sindrom defisiensi

imun yang didapat atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), yang diberikan oleh

CDC (Centers for disease control) di Amerika Serikat, yang terbatas hanya untuk anak di

bawah usia 13 tahun dan untuk kepentingan survai epidemiologis semata. Infeksi virus

penyebab defisiensi imun (HIV-1) pada anak menurut CDC Amerika, 13% kasus AIDS pada

anak adalah penerima transfusi darah atau komponennya, biasanya pada pengobatan

hemophilia. 50-80% baik intra uterin, melalui plasenta, selama persalinan melalui pemaparan

yang erat dengan darah, ekskreta atau sekreta, masih belum dapat dipastikan oleh karena

angka kejadiannya terlampau kecil.

2

Page 3: AIDS Referat

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

STATUS PASIEN KASUS II

Nama Mahasiswa : Deslia Chaerani Pembimbing : dr. Rosida S, Sp.A

NIM : 030.09.065 Tanda tangan:

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. RK Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 3 tahun 2 bulan Suku Bangsa : Betawi

Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 7 Februari 2011 Agama : Islam

Alamat : Kp.Tengah RT07/RW04 Pendidikan : -

Kampung Tengah, Kramat Jati

Orang Tua

Ayah : Ibu :

Nama : Tn. E (Almarhum) Nama : Ny. H (Almarhum)

Umur : - Umur : -

Alamat : - Alamat : -

Pekerjaan : - Pekerjaan : -

Penghasilan : - Penghasilan : -

Pendidikan : - Pendidikan : -

Suku bangsa : Sunda Suku bangsa : Betawi

Agama : Islam Agama : Islam

Hubungan dengan orang tua : os merupakan anak kandung & kedua orang tua os sudah

meninggal dunia.

Wali :

Nama : Ny. A

Umur : 63 tahun

Alamat : Kp. Tengah RT07/RW04 Kampung Tengah, Kramat Jati - Jakarta Timur

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : -

Hubungan dengan pasien : pasien merupakan cucu kandung dari ibu pasien.

3

Page 4: AIDS Referat

I. RIWAYAT PENYAKIT

A. ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. A (nenek kandung)

Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 612

Tanggal / waktu : 25 April 2014 pukul 07.00 WIB

Tanggal masuk : 24 April 2014 pukul 18.00 WIB

Keluhan utama : Mencret sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Keluhan tambahan :

Demam, kedua telinga keluar cairan, batuk, pilek, nyeri menelan, nafsu makan

menurun, sangat lemas, penurunan berat badan, jamur di mulut, nyeri perut, muntah 1x.

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Os datang dari Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Budhi Asih dihantar oleh neneknya

dengan keluhan mencret sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Mencret

berlangsung ± 10 kali sehari, kotoran berwarna kuning terkadang hijau dan berlendir. Ampas

lebih sedikit dari air. Jumlah tiap mencret ¼ sampai ½ gelas Aqua. Berbau asam terkadang

berbau busuk, tidak menyemprot, darah (-). Os juga sering mengeluh nyeri pada perutnya.

Disertai demam, hilang timbul, suhu naik-turun, suhu dirasakan tidak terlalu tinggi

dengan perabaan tangan. Apabila sedang demam, os diberi obat penurun panas dari

Puskesmas, kemudian demam turun , namun akan naik kembali. Saat demam timbul, keluar

cairan dari kedua telinga, cairan berwarna kuning kental, berbau dan os merasa gatal. Os juga

terdapat batuk kering yang hilang timbul. Pilek dengan ingus berwarna bening dan encer

yang hilang timbul. Selama 5 hari SMRS, os tidak mau makan sama sekali dikarenakan

mulut dan tenggorokannya terasa nyeri. Os hanya meminum air putih saja selama 5 hari. Os

sempat muntah 1 kali saat 2 hari SMRS. Muntah isi cairan ± 5 sendok makan. Di dalam

mulut tampak bercak putih seperti jamur yang timbul sejak 3 minggu SMRS. Bercak putih

semakin hari, semakin bertambah banyak.

Sejak 1 tahun terakhir ini, kondisi pasien menurun. Mulai kurus, sering sakit-sakitan

seperti demam , diare, batuk pilek. Os tampak semakin lemas, tidak rewel dan lebih sering

4

Page 5: AIDS Referat

diam. Os jarang jajan di luar, biasanya makan masakan rumah. Bila jajan, os membeli chiki

atau minuman manis saja di warung. Sejak 6 bulan SMRS, kedua telinga os mulai keluar

cairan bila timbul demam. Sering berobat ke Puskesmas namun tidak ada perubahan.

Sampai os berusia 2 tahun atau sebelum sakit, kondisi kesehatan, pertumbuhan dan

perkembangan os baik seperti anak-anak seusianya. Menggigil, berkeringat, sesak nafas

disangkal oleh nenek os. Buang air kecil tidak ada keluhan.

B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN

KEHAMILANMorbiditas kehamilan Tidak diketahui

Perawatan antenatal Tidak diketahui

KELAHIRAN

Tempat persalinan Rumah Sakit di Garut

Penolong persalinan Bidan / dokter

Cara persalinanSpontan per vaginam

Penyulit : Tidak diketahui

Masa gestasi Tidak diketahui

Keadaan bayi

Berat lahir : (Tidak diketahui)

Panjang lahir : (Tidak diketahui)

Lingkar kepala : (Tidak diketahui)

Langsung menangis (Tidak diketahui)

Kemerahan (Tidak diketahui)

Nilai APGAR : (Tidak diketahui)

Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran: tidak diketahui oleh nenek os.

C. RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi I : (Tidak diketahui) (Normal: 5-9 bulan)

Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

Psikomotor

Tengkurap : (Tidak diketahui) (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : (Tidak diketahui) (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : (Tidak diketahui) (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : 12 bulan (Normal: 13 bulan)

5

Page 6: AIDS Referat

Bicara : (Tidak diketahui) (Normal: 9-12 bulan)

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : tidak diketahui oleh nenek.

Perkembangan berjalan baik sesuai usia.

D.Umur Diatas 1 Tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi 3x / hari, ½ piring

Sayur 1x / hari, ½ mangkok

Daging Daging, 1x / minggu (1-2 potong)

Telur Telur ayam, 5x / minggu (1 butir)

Ikan 3x / 1 minggu, 1 – 2 ekor

Tahu 3x / hari

Tempe 3x / hari

Susu Dancow (4-5x / minggu)

Lain – lain -

Kesimpulan riwayat makanan : Menurut pengakuan nenek os, sampai usia 2 tahun makan

os tidak ada kesulitan. Namun, 1 tahun terakhir à tiba-tiba os sulit makan, hanya 1x /hari.

E. RIWAYAT IMUNISASI

Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )

BCG - - -

DPT / PT - - -

Polio - - - - -

Campak - - -

Hepatitis B - - -

Kesimpulan riwayat imunisasi : tidak diketahui oleh nenek os.

6

Page 7: AIDS Referat

F. RIWAYAT KELUARGA

a. Corak Reproduksi

NoTanggal lahir

(umur)Jenis

kelaminHidup

Lahir mati

AbortusMati

(sebab)Keterangan kesehatan

1. 7 tahun Laki-laki + - - -Sehat

(kakak tiri)

2. 3 tahun 2 bulan Perempuan + - - - Pasien

3. - Perempuan - + - - Meninggal

b. Riwayat Pernikahan

Ayah / Wali Ibu / Wali

Nama Tn. E Ny. H

Perkawinan ke- - 2

Umur saat menikah - 16 tahun

Pendidikan terakhir - Tamat SD

Agama Islam Islam

Suku bangsa Sunda Betawi

Keadaan kesehatan Sudah Meninggal Sudah Meninggal

Kosanguinitas - -

Penyakit, bila ada HIV-AIDS ? HIV-AIDS?

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Menurut cerita almarhum ibu os, ayah os meninggal karena sakit keras yang

diderita sejak lama. Kemungkinan ayah dan ibu kandung os memiliki penyakit HIV-

AIDS. Ibu os meninggal saat melahirkan anak ketiga. Adik os meninggal saat lahir.

Kakak os yang berbeda ayah dalam kondisi sehat dan tidak mengalami hal serupa dengan

os.

7

Page 8: AIDS Referat

d. Riwayat Anggota Keluarga Lain yang Serumah

Tidak ada anggota keluarga lain yang serumah mengalami hal serupa dengan

pasien.

Kesimpulan Riwayat Keluarga : kemungkinan ayah & ibu os menderita HIV-AIDS.

G. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN

Pasien tinggal bersama nenek, bibi, paman serta sepupunya di sebuah rumah tinggal

di perkampungan dengan tiga kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, beratap genteng,

berlantai keramik, berdinding tembok. Keadaan rumah cukup, pencahayaan baik, ventilasi

baik. Sumber air bersih dari air tanah. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan

pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan terkadang sampah

dibakar.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Cukup baik

H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)

Cacingan (-) Diare 2 tahun Penyakit ginjal (-)

DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)

Otitis 2 tahun Morbili (-) TBC (-)

Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (-)

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Os pernah sakit otitis dan diare

saat usia 2 tahun.

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 25 April 2014 jam 07.00 WIB)

A. Status Generalis

8

Page 9: AIDS Referat

Keadaan Umum

Kesan Sakit : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos Mentis

Kesan Gizi : Buruk

Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)

Data Antropometri

Berat Badan sekarang : 5.9 kg

Berat Badan sebelum sakit : 10 kg

Tinggi Badan : 80 cm

Lingkar kepala : 45 cm

Lingkar lengan atas : 8 cm

Status Gizi

- BB / U = 5.9/13 x 100 % = 45 % à Gizi buruk (menurut kurva NCHS)

- TB / U = 80 /94 x 100 % = 85 % à Tinggi kurang (menurut kurva NCHS)

- BB / TB = 5.9 /10.9 x 100 % = 54 % à Gizi buruk (menurut kurva NCHS)

- Kehilangan BB = 4.1 kg

Kesimpulan Status Gizi : OS berada dalam status gizi buruk.

Tanda Vital

Tekanan Darah : -

Nadi : 140 x / menit, lemah, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular

Nafas : 38 x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 2

Suhu : 38.6 °C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

Status Generalis

KEPALA : Microcephali (kurva Nellhaus), ubun-ubun besar sudah menutup

RAMBUT : Rambut hitam kecokelatan, distribusi tidak merata dan mudah dicabut,

cukup tipis

WAJAH : Wajah simetris, marasmic face (+) , tidak ada pembengkakan,

tidak ada luka atau jaringan parut

MATA :

9

Page 10: AIDS Referat

Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-

Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-

Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-

Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+

Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+

Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor

Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+

Cekung : +/+

TELINGA :

Bentuk : normotia Tuli : -/-

Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-

Liang telinga : sempit Membran timpani : sulit dinilai

Serumen : sulit dinilai Refleks cahaya : sulit dinilai

Cairan : +/+ à kuning kental, berbau

HIDUNG :

Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-

Sekret : +/+ Deviasi septum : -

Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi : +

BIBIR : kering (+), pucat (-), sianosis (-)

MULUT : oral hygiene buruk, bercak putih seperti jamur, caries gigi (-)

LIDAH : Normoglotia, bercak putih seperti jamur, tremor (-)

TENGGOROKAN : T1-T1 tenang, bercak putih seperti jamur

LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid

maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran

tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah

THORAKS :

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan

yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, retraksi sela iga (+), costae tampak

jelas

ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi abnormal (-).

10

Page 11: AIDS Referat

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,

vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri, teraba ictus cordis pada ICS V linea

midclavicularis kiri, denyut kuat

Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal

Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung

I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea midclavicularis kiri, murmur

(-), gallop (-)

ABDOMEN :

Inspeksi : perut cekung, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun

benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (+), gerakan peristaltik (-)

Palpasi : supel, nyeri tekan (+) di regio hipokondrium dextra, epigastrium ,

lumbar dextra & sinistra, turgor kulit lambat. Hepar teraba 3 cm di bawah

archus costae dextra, lien tidak teraba membesar

Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut

Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 6-8 x / menit

GENITALIA : Tidak ditemukan adanya kelainan. Labia mayor menutup labia minor.

Pembengkakan (-), kemerahan (-)

ANUS : Perianal eritema (+)

KGB :

Preaurikuler : tidak teraba membesar

Postaurikuler : tidak teraba membesar

Submandibula : tidak teraba membesar

Supraclavicula : tidak teraba membesar

Axilla : tidak teraba membesar

Inguinal : tidak teraba membesar

11

Page 12: AIDS Referat

ANGGOTA GERAK :

Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas

Tangan Kanan Kiri

Tonus otot normotonus normotonus

Kekuatan otot 5 5

Kaki Kanan Kiri

Tonus otot normotonus normotonus

Kekuatan otot 5 5

STATUS NEUROLOGIS

REFLEKS Kanan Kiri

Biseps + +

Triseps + +

Patella + +

Achiles + +

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

TANDA RANGSANG MENINGEAL

Kaku kuduk -

Kanan Kiri

Kernig - -

Laseq - -

Bruzinski I - -

Bruzinski II - -

12

Page 13: AIDS Referat

SARAF CRANIALIS

- N. I (Olfaktorius)

Tidak dilakukan pemeriksaan

- N. II dan III (Opticus dan Occulomotorius)

Pupil bulat isokor 3mm / 3mm, RCL +/+, RCTL +/+

- N. IV dan VI (Trochlearis dan Abducens)

baik

- N. V (Trigeminus)

baik

- N. VII (Facialis)

Wajah simetris

Motorik: baik

Sensorik: baik

- N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)

Tidak dilakukan pemeriksaan

- N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)

Baik

- N. XI (Aksesorius)

baik

- N. XII (Hipoglosus)

baik

KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit

buruk, kering (+), pengisian kapiler < 2 detik, petechie (-)

TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-).

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 24 / 4 / 2014 UGD RSUD Budhi Asih

Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit 10.3 Ribu/µL 5.5-15.5

Eritrosit 3.3 * Juta/ µL 3.7-5.7

Hemoglobin 8.3 * g/dL 10.8-12.8

13

Page 14: AIDS Referat

Hematokrit 25 * % 31-43

Trombosit 92 * Ribu/ µL 229-553

MCV 75.0 fL 73-101

MCH 25.1 Pg 23-31

MCHC 33.5 g/dL 32-36

RDW 18.7 * % <14

Hitung Jenis

Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 0 * % 1-5

Netrofil batang 1 * % 3-6

Netrofil segmen 87 * % 25-60

Limfosit 7 * % 25-50

Monosit 5 % 1-6

Elektrolit

Na 124 * mmol/L 135-155

K 1.6 * mmol/L 3.6-5.5

Cl 94 * mmol/L 98-109

Gula darah sewaktu 77 Mm/dL 52-98

Tes VCT Antibodi 8 / 4 / 2014

1. Oncoprobe Reaktif

2. Vikia Reaktif

3. Intec Reaktif

14

Page 15: AIDS Referat

IV. RESUME

Dari hasil anamnesis didapatkan, os anak perempuan berusia 3 tahun 2 bulan dibawa

oleh neneknya ke UGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan utama mencret sejak 1 bulan

SMRS. Mencret ± 10 kali sehari, warna kuning terkadang hijau, lendir (+). Jumlah ¼ sampai

½ gelas Aqua. Berbau (+), nyeri perut (+). Disertai demam selama 1 bulan, naik-turun. Batuk

kering, pilek dengan lendir bening & encer. Tidak mau makan selama 5 hari. Nyeri mulut dan

tenggorokan. Muntah 1 kali. Timbul bercak putih di mulut yang semakin bertambah. Keluar

cairan dari kedua telinga bila demam timbul, dirasakan sejak 6 bulan SMRS sampai saat ini.

Sejak 1 tahun terakhir , kondisi os menurun. Mulai kurus, sering sakit-sakitan. Semakin

lemas, tidak rewel dan lebih sering diam. Sering berobat ke Puskesmas namun tidak ada

perubahan. Riwayat perkembangan, pertumbuhan, imunisasi os tidak diketahui pasti karena

kedua orang tua os telah meninggal dunia dan keluarga tidak mengetahui. Kondisi kesehatan

kedua orang tua os sebelum meninggal pun tidak diketahui. Kemungkinan ayah dan ibu os

menderita HIV-AIDS.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan, tampak sakit berat dengan status gizi buruk. Nadi

140 x / menit, lemah, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular. Nafas 38 x / menit, suhu

38.6°C. Microcephali, rambut hitam kecokelatan, distribusi tidak merata dan mudah dicabut,

cukup tipis, marasmic face (+) , mata cekung. Keluar cairan kuning kental, berbau dari

kedua telinga. Sekret di hidung, bibir kering, oral hygiene buruk, bercak putih seperti jamur

di rongga mulut dan lidah. Thorax terdapat retraksi sela iga (+), costae tampak jelas.

Abdomen cekung, kulit keriput, nyeri tekan di regio hipokondrium dextra, epigastrium ,

lumbar dextra & sinistra, turgor kulit lambat. Hepar teraba 3 cm di bawah archus costae

dextra, frekwensi 6-8 x / menit. Perianal eritema.

Dari pemeriksaan lab didapatkan, eritrosit 3.3 juta/µL, Hb 8.3 g/dL, Ht 25%,

trombosit 92 ribu/µL. Hitung jenis leukosit 0/0/1/87/7/5. Elektrolit Na/K/Cl 124/1.6/94. Tes

VCT antibodi oncoprobe, vikia & intec reaktif.

V. DIAGNOSIS BANDING

1. Diare kronik :

- Diare kronik e.c viral infection

- Diare kronik e.c bacterial infection

15

Page 16: AIDS Referat

2. Prolonged fever :

- Prolonged fever e.c viral infection

3. Otitis media supuratif kronik auricular dextra-sinistra (OMSK ADS)

4. Gizi buruk

5. Batuk & pilek à infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)

6. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) stadium 3

7. Nyeri mulut & tenggorokan à Candidiasis oral

8. Electrolyte imbalance

9. Anemia : anemia normositik normokrom

VI. DIAGNOSIS KERJA

Diare kronik

Gizi buruk

OMSK ADS

AIDS stadium 3

Electrolyte imbalance

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

• Cek ulang darah lengkap, analisa gas darah & elektrolit

• Pemeriksaan feses

• Rontgen Thorax

• Mantoux test

• Permeriksaan CD4

VIII. PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa

• Tirah baring

• Observasi tanda – tanda vital

• Periksa darah rutin tiap 24 jam

• Kompres air hangat bila perlu

• Perbanyak minum air putih & diet Tinggi karbohidrat tinggi protein

16

Page 17: AIDS Referat

Medikamentosa

IVFD Kaen 3B + KCl 10 mEq 4cc /kgBB/jam

Aminofusin paed 125 cc/24 jam

O2 nasal 1-2 liter/menit

Zinkid 1x10mg

Asam Folat 1x1mg

Lacto B 2x1 sacch

KCl oral 3x100mg

IX. PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubia Ad malam

Ad Functionam : Dubia Ad malam

Ad Sanationam : Dubia Ad malam

X. FOLLOW UP

Tgl S O A P

25/4/

2014

Mencret 7x,

warna kuning

kehijauan.

Demam (+)

Batuk (+), pilek

(+)

Nyeri

tenggorokan (+)

Compos mentis / Tampak sakit berat / Kesan gizi buruk

BB : 5.9 kg

Tanda Vital

N: 140 x/menit, isi cukup, lemah, teratur

P: 32 x/menit, S: 38.6˚C

Status Generalis

Kepala : Microcephali, rambut tipis & tidak merata, marasmic face (+)

Mata : Conjunctiva anemis -/-,

-Diare kronik

-Gizi buruk

-OMSK ADS

-Candidiasis

oral

-AIDS

-Electrolyte

imbalance

-Anemia

IVFD Kaen 3B + KCl 10 mEq 4cc/kgBB/jam

Aminofusin paed 125 cc/24 jam

O2 nasal 1-2 liter/menit

PRC 2x500 cc dalam 6 jam (tanpa lasix)

Diet NGT 500 kalori, susu 8 x 60 cc

17

Page 18: AIDS Referat

Sklera ikterik -/-

Hidung : Sekret kering +/+, Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Kering (+), candidiasis oral (+)

Telinga : normotia, sekret kuning kental +/-, nyeri tekan (-), nyeri tarik (-)

Leher : Tiroid & Kelenjar getah bening (KGB) tidak teraba membesar

Thorax :

Simetris, costae tampak jelas, retraksi (+)

Cor/ BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ Suara nafas vesikuler, rhonchi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Cekung, bising usus (+) 4x/menit, supel, turgor > 2”, timpani, nyeri tekan (+) à di regio epigastrium, hipokondrium dextra, lumbar dextra & sinistra.

Hepar teraba 4 cm di bawah archus costae dextra

Akral : hangat (+), CRT < 2”, lemak subkutis menurun

Minum : 330 cc

Urin : tidak ditimbang

Zinkid 1x10mg

As.Folat 1x1mg

Cotrimoxazole adult 2x ½ tab

Candistin 3x0.75cc

Lacto B 2x1 sacch

KCl oral 3x100mg

Tes Mantoux à baca tanggal 27/4/2014

Co/ THT

Co/ Gizi

Tgl S O A P

18

Page 19: AIDS Referat

26/4/

2014

Mencret 5x,

warna kuning

kehijauan.

Demam (+)

Batuk (+), pilek

(+)

Mual (+)

Keluar cairan dari

telinga kanan

Jamur di mulut

berkurang

Compos mentis / Tampak sakit berat / Kesan gizi buruk

BB : 6.5 kg

Tanda Vital

N: 149 x/menit, isi cukup, lemah, teratur

P: 41 x/menit, S: 38.3˚C

Status Generalis

Kepala : Microcephali, rambut tipis & tidak merata, marasmic face (+)

Mata : Conjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Hidung : Sekret kering +/+, Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Kering (+), candidiasis oral (+)

Telinga : normotia, sekret kuning kental +/-, nyeri tekan (-), nyeri tarik (-)

Leher : Tiroid & Kelenjar getah bening (KGB) tidak teraba membesar

Thorax :

Simetris, costae tampak jelas, retraksi (+)

Cor/ BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ Suara nafas vesikuler, rhonchi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Cekung, bising usus (+) 4x/menit, supel, turgor >

-Diare kronik

-Gizi buruk

-OMSK ADS

-Candidiasis

oral

-AIDS

-Electrolyte

imbalance

-Anemia

normositik

normokrom

-Sepsis

IVFD Kaen 3B + KCl 10 mEq + NaCl 3% (20cc) 4cc/kgBB/jam

Aminofusin paed 125 cc/24 jam

O2 nasal 1-2 liter/menit

PRC 2x500 cc dalam 6 jam (tanpa lasix)

Diet NGT 500 kalori, susu 8 x 60 cc

Zinkid 1x10mg

As.Folat 1x1mg

Cotrimoxazole adult 2x ½ tab

Candistin 3x0.75cc

Lacto B 2x1 sacch

KCl oral 3x100mg

Gentamicin tetes telinga ADS 4x1 tetes

Tes Mantoux à baca tanggal 27/4/2014

19

Page 20: AIDS Referat

2”, timpani, nyeri tekan (+) à di regio epigastrium, hipokondrium dextra, lumbar dextra & sinistra.

Hepar teraba 4 cm di bawah archus costae dextra

Akral : hangat (+), CRT < 2”, lemak subkutis menurun

Minum : 720 cc

Urin : tidak ditimbang + 520 gram

Hasil lab & Rontgen thorax 25/4/2014 terlampir

Laboratorium 25 / 4 / 2014 Lantai VI Timur RSUD Budhi Asih

Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit 12.3 Ribu/µL 5.5-15.5

Eritrosit 3.4* Juta/ µL 3.7-5.7

Hemoglobin 8.2* g/dL 10.8-12.8

Hematokrit 25* % 31-43

Trombosit 83* Ribu/ µL 229-553

LED 52* mm/jam 0-10

MCV 73.8 fL 73-101

MCH 24.1 Pg 23-31

MCHC 32.7 g/dL 32-36

RDW 18.4* % <14

Hitung Jenis

Basofil 1 % 0-1

Eosinofil 0* % 1-5

20

Page 21: AIDS Referat

Netrofil batang 0* % 3-6

Netrofil segmen 79* % 25-60

Limfosit 13* % 25-50

Monosit 7* % 1-6

Hati

SGOT 47 mU/dL <56

SGPT 34 mU/dL <39

Albumin 2.9 * g/dL 3.8-5.4

Ginjal

Ureum 32 mg/dL 11-39

Creatinin 0.56 mg/dL <1.0

Besi (Fe/iron) 6* µg/dL 50-120

TIBC 144* µg/dL 240-400

Analisa Gas Darah

pH 7.63* 7.35-7.45

pCO2 22* mmHg 35-45

pO2 158* mmHg 80-100

Bikarbonat (HCO3) 23 mmol/L 21-28

Total O2 24 mmol/L 23-27

Saturasi O2 97 % 95-100

Kelebihan basa (BE) 3.6* mEq/L -2.5 – 2.5

Autoimmune

CRP Kuantitatif 84* mg/L <5

Gambaran Darah Tepi 25 / 4 / 2014

Eritrosit Normositik normokrom

Anisositosis +1

Fragmentosis +1

21

Page 22: AIDS Referat

Rouleoux +1

Sel target +1

Ovalosit +1

Leukosit Cukup

Eritrosit berinti : 0 / 100 leukosit

Morfologi Granula toksik +1

Trombosit Kurang

Morfologi Normal

Kesan à anemia normositik normokrom, neutrofilia relatif, limfopenia,

trombositopenia

Rontgen Thorax 25/4/2014

Kesan :

Cor & pulmo normal

Hilus baik

Tulang-tulang intak

Tgl S O A P

28/4/

2014

Mencret ± 5x,

warna kuning.

Demam (+)

Batuk (+), pilek

(+)

Keluar cairan dari

telinga kanan

Compos mentis / Tampak sakit berat / Kesan gizi buruk

BB : 6.25 kg

Tanda Vital

N: 143 x/menit, isi cukup, lemah, teratur

P: 43 x/menit, S: 39.3˚C

Status Generalis

Kepala : Microcephali, rambut tipis & tidak merata, marasmic face (+)

Mata : Conjunctiva anemis -/-,

-Diare kronik

-Gizi buruk

-OMSK ADS

-Candidiasis

oral

-AIDS

-Electrolyte

imbalance

-Anemia

normositik

IVFD Kaen 3B + KCl 10 mEq + NaCl 3% (20cc) 4cc/kgBB/jam

Aminofusin paed 125 cc/24 jam

O2 nasal 1-2 liter/menit

Diet NGT 500 kalori, susu 8 x 75 cc

Zinkid

22

Page 23: AIDS Referat

Sklera ikterik -/-

Hidung : Sekret kering +/+, Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Kering (+), candidiasis oral (+)

Telinga : normotia, sekret kuning kental +/-, nyeri tekan (-), nyeri tarik (-)

Leher : Tiroid & Kelenjar getah bening (KGB) tidak teraba membesar

Thorax :

Simetris, costae tampak jelas, retraksi (+)

Cor/ BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ Suara nafas vesikuler, rhonchi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Cekung, bising usus (+) 4x/menit, supel, turgor > 2”, timpani, nyeri tekan (+) à di regio epigastrium, hipokondrium dextra, lumbar sinistra.

Hepar teraba 3 cm di bawah archus costae dextra

Akral : hangat (+), CRT < 2”, lemak subkutis menurun

Tes Mantoux hasil negatif

Minum : 580 cc

Urin : 1050 cc

Hasil lab 27/4/2014 terlampir

normokrom

(perbaikan)

-Sepsis

1x10mg

As.Folat 1x1mg

Cotrimoxazole 1x36 mg

Candistin 3x0.75cc

KCl oral 3x100mg

Gentamicin tetes telinga ADS 4x1 tetes

Inj.Cefotaxime 3x225 mg (hari 1)

Laboratorium 27 / 4 / 2014 UGD RSUD Budhi Asih

23

Page 24: AIDS Referat

Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit 5.3* Ribu/µL 5.5-15.5

Eritrosit 4.3 Juta/ µL 3.7-5.7

Hemoglobin 11.7 g/dL 10.8-12.8

Hematokrit 33 % 31-43

Trombosit 30* Ribu/ µL 229-553

MCV 76.9 fL 73-101

MCH 27.3 Pg 23-31

MCHC 35.5 g/dL 32-36

RDW 15.7* % <14

GDS Cito 85 mg/dL 52-98

Elektrolit 26 / 4 / 2014

Na 122 * mmol/L 135-155

K 2.7 * mmol/L 3.6-5.5

Cl 93 * mmol/L 98-109

Tgl S O A P

29/4/

2014

Mencret ± 4x,

warna kuning

kehijauan, lendir

(+).

Demam (+)

Batuk (+), pilek

(-)

Keluar cairan dari

telinga kanan

Compos mentis / Tampak sakit berat / Kesan gizi buruk

BB : 6.4 kg

Tanda Vital

N: 132 x/menit, isi cukup, lemah, teratur

P: 38 x/menit, S: 36.7˚C

Status Generalis

Kepala : Microcephali, rambut tipis & tidak merata,

-Diare kronik

-Gizi buruk

-OMSK ADS

-Candidiasis

oral

-AIDS

-Electrolyte

IVFD Kaen 3B + KCl 10 mEq + NaCl 3% (20cc) 4cc/kgBB/jam

Aminofusin paed 125 cc/24 jam

O2 nasal 1-2 liter/menit

Diet NGT 500 kalori, susu 8 x

24

Page 25: AIDS Referat

mulai berkurang. marasmic face (+)

Mata : Conjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Hidung : Sekret kering +/+, Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Kering (+), candidiasis oral (+)

Telinga : normotia, sekret kuning kental +/-, nyeri tekan (-), nyeri tarik (-)

Leher : Tiroid & Kelenjar getah bening (KGB) tidak teraba membesar

Thorax :

Simetris, costae tampak jelas, retraksi (+)

Cor/ BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ Suara nafas vesikuler, rhonchi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Cekung, ekimosis (+), bising usus (+) 4x/menit, supel, turgor > 2”, timpani, nyeri tekan (+) à di regio epigastrium, hipokondrium dextra & sinistra, lumbar dextra, umbilikalis.

Hepar teraba 3 cm di bawah archus costae dextra

Akral : hangat (+), CRT < 2”, lemak subkutis menurun

Tes Mantoux hasil negatif

Minum : 480 cc

BAB : 330 gram

imbalance

-Anemia

normositik

normokrom

(perbaikan)

-Sepsis

75 cc

Zinkid 1x10mg

As.Folat 1x1mg

Cotrimoxazole 1x36 mg

Candistin 3x0.75cc

KCl oral 3x100mg

Gentamicin tetes telinga ADS 4x1 tetes

Inj.Cefotaxime 3x225 mg (hari 2)

25

Page 26: AIDS Referat

BAK : 420 gram

BAB + BAK : 200 gram

Hasil lab 28/4/2014 terlampir

Laboratorium 28 / 4/ 2014

Imunoserologi / Immunodeficiency Profile / CD4

CD4 % <3 * % 30-60

CD4 Absolut <50 * cell/uL 410-1590

Faeces Rutin

Makroskopik

Warna Hijau * Coklat

Konsistensi Lunak Lunak

Lendir Positif * Negatif

Darah Negatif Negatif

Mikroskopik

Leukosit Positif * Negatif

Eritrosit Negatif Negatif

Amoeba coli Negatif Negatif

Amoeba histolitika Negatif Negatif

Telur cacing Negatif Negatif

Pencernaan

Lemak Positif * Negatif

Amilum Negatif Negatif

Serat Negatif Negatif

Sel ragi Negatif Negatif

Tgl S O A P

26

Page 27: AIDS Referat

30/4/

2014

Mencret ± 4x,

warna kuning

kehijauan, lendir

(+).

Demam (+)

Batuk (+)

Keluar cairan dari

telinga kanan

mulai berkurang.

Compos mentis / Tampak sakit berat / Kesan gizi buruk

BB : 6.2 kg

Tanda Vital

N: 142 x/menit, isi cukup, lemah, teratur

P: 40 x/menit, S: 36.8˚C

Status Generalis

Kepala : Microcephali, rambut tipis & tidak merata, marasmic face (+)

Mata : Conjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Hidung : Sekret kering +/+, Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Kering (+), candidiasis oral (+)

Telinga : normotia, sekret kuning kental +/-, nyeri tekan (-), nyeri tarik (-)

Leher : Tiroid & Kelenjar getah bening (KGB) tidak teraba membesar

Thorax :

Simetris, costae tampak jelas, retraksi (+)

Cor/ BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ Suara nafas vesikuler, rhonchi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Cekung, ekimosis (+), bising usus (+) 4x/menit, supel, turgor > 2”, timpani, nyeri tekan (+) à di regio epigastrium, hipokondrium

-Diare kronik

-Gizi buruk

-OMSK ADS

-Candidiasis

oral

-AIDS

-Electrolyte

imbalance

-Anemia

normositik

normokrom

(perbaikan)

-Sepsis

-Hipoalbumin

-Bronchitis

IVFD Kaen 3B + KCl 10 mEq + NaCl 3% (20cc) 4cc/kgBB/jam

Aminofusin paed 125 cc/24 jam

O2 nasal 1-2 liter/menit

Diet NGT 500 kalori, susu 8 x 75 cc

Zinkid 1x10mg

As.Folat 1x1mg

Cotrimoxazole 1x36 mg

Candistin 3x0.75cc

KCl oral 3x100mg

Gentamicin tetes telinga ADS 4x1 tetes

Inj.Cefotaxime 3x225 mg (hari 3)

27

Page 28: AIDS Referat

dextra & sinistra, lumbar dextra.

Hepar teraba 3 cm di bawah archus costae dextra

Akral : hangat (+), CRT < 2”, lemak subkutis menurun

Minum : 600 cc

Urin : 210 gram

Campur BAB + BAK : 720 gram

Hasil lab 29/4/2014 terlampir

Elektrolit 29 / 4 / 2014

Na 118 * mmol/L 135-155

K 4.4 mmol/L 3.6-5.5

Cl 87 * mmol/L 98-109

Albumin 2.4 * g/dL 3.8-5.4

Rontgen thorax lateral 28 / 4 / 2014

Kesan :

Bronchitis

Hilus baik

Cor & pulmo normal

Tulang-tulang intak

Tgl S O A P

1/5/ Mencret ± 4x, warna

kuning kehijauan,

Compos mentis / Tampak sakit berat / Kesan gizi buruk

-Diare kronik

-Gizi buruk

IVFD Kaen 3B + KCl 10 mEq + NaCl 3% (20cc)

28

Page 29: AIDS Referat

2014 lendir (+).

Demam (+)

Batuk (+)

Keluar cairan dari

telinga kanan mulai

berkurang.

BB : 6.2 kg

Tanda Vital

N: 137 x/menit, isi cukup, lemah, teratur

P: 42 x/menit, S: 37˚C

Status Generalis

Kepala : Microcephali, rambut tipis & tidak merata, marasmic face (+)

Mata : Conjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Hidung : Sekret kering +/+, Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Kering (+), candidiasis oral (+)

Telinga : normotia, sekret kuning kental +/-, nyeri tekan (-), nyeri tarik (-)

Leher : Tiroid & Kelenjar getah bening (KGB) tidak teraba membesar

Thorax :

Simetris, costae tampak jelas, retraksi (+)

Cor/ BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ Suara nafas vesikuler, rhonchi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Cekung, ekimosis (+), bising usus (+) 4x/menit, supel, turgor > 2”, timpani, nyeri tekan (+) à di regio epigastrium, hipokondrium dextra & sinistra, lumbar

-OMSK ADS

-Candidiasis

oral

-AIDS

-Electrolyte

imbalance

-Anemia

normositik

normokrom

(perbaikan)

-Sepsis

-Hipoalbumin

-Bronchitis

4cc/kgBB/jam

Aminofusin paed 125 cc/24 jam

FFP 3v65 cc

O2 nasal 1-2 liter/menit

Diet NGT 500 kalori, susu 8 x 75 cc

As.Folat 1x1mg

Cotrimoxazole 1x36 mg

Candistin 3x0.75cc

KCl oral 3x100mg

Gentamicin tetes telinga ADS 4x1 tetes

Inj.Cefotaxime 3x225 mg (hari 4)

Zidovudin 40mg 2x1

Lamivudin 25mg 2x1

Stavudin 1x1

Mevirapin 1x1

29

Page 30: AIDS Referat

dextra.

Hepar teraba 3 cm di bawah archus costae dextra

Akral : hangat (+), CRT < 2”, lemak subkutis menurun

Minum : 600 cc

Urin : 750 gram + 1x tidak ditimbang

Sampai laporan kasus ini dibuat, pasien masih dalam perawatan di bangsal lantai VI Timur.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

30

Page 31: AIDS Referat

III.1 Pendahuluan

Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) pertama kali ditemukan pada anak

tahun 1983 di Amerika Serikat, yang mempunyai beberapa perbedaan dengan infeksi HIV

pada orang dewasa dalam berbagai hal seperti cara penularan, pola serokonversi, riwayat

perjalanan dan penyebaran penyakit, faktor resiko, metode diagnosis, dan manifestasi oral.

Dampak acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pada anak terus meningkat, dan saat

ini menjadi penyebab pertama kematian anak di Afrika, dan peringkat keempat penyebab

kematian anak di seluruh dunia. Saat ini World Health Organization (WHO) memperkirakan

2,7 juta anak di dunia telah meninggal karena AIDS. Fakta baru tahun 2002 menunjukkan

bahwa penularan infeksi HIV di Indonesia telah meluas ke rumah tangga, sejumlah 251 orang

diantara penderita HIV/AIDS di atas adalah anak-anak dan remaja, dan transmisi perinatal

(dari ibu kepada anak) terjadi pada 71 kasus.

Transmisi HIV secara vertikal dari ibu kepada anaknya merupakan jalur tersering

infeksi pada masa kanak-kanak, dan angka terjadinya infeksi perinatal diperkirakan sebesar

83% antara tahun 1992 sampai 2001. Di Amerika Serikat, infeksi HIV perinatal terjadi pada

hampir 80% dari seluruh infeksi HIV pediatri. Infeksi perinatal sendiri dapat terjadi in-utero,

selama periode peripartum, ataupun dari pemberian ASI, sedangkan transmisi virus melalui

rute lain, seperti dari transfusi darah atau komponen darah relatif lebih jarang ditemukan.

Selain itu, sexual abuse yang terjadi pada anak juga dapat menjadi penyebab terjadinya

infeksi HIV, di mana hal ini lebih sering ditemukan pada masa remaja.

Berbagai gejala dan tanda yang bervariasi dapat bermanifestasi dan ditemukan pada

anak-anak yang sebelumnya tidak diperkirakan mengidap infeksi HIV harus menjadi suatu

tanda peringatan bagi para petugas kesehatan, terutama para dokter untuk memikirkan

kemungkinan terjadinya infeksi HIV. Gejala dan tanda-tanda yang mungkin terjadi meliputi

infeksi bakteri yang berulang, demam yang sukar sembuh, diare yang sukar sembuh,

sariawan yang sukar sembuh, parotitis kronis, pneumonia berulang, lymphadenopati

generalisata, gangguan perkembangan yang disertai failure to thrive, dan kelainan kulit

kronis-berulang.

III.2 Etiologi HIV

31

Page 32: AIDS Referat

Virus penyebab defisiensi imun yang dengan nama Human Immunodeficiency Virus

(HIV) adalah suatu virus RNA dari famili Retrovirus dan subfamili Lentiviridae. Sampai

sekarang baru dikenal dua serotype HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang juga disebut

lymphadenopathy associated virus type-2 (LAV-2) yang hingga kini hanya dijumpai pada

kasus AIDS atau orang sehat di Afrika,dan spektrum penyakit yang ditimbulkannya belum

banyak diketahui. HIV-1, sebagai penyebab sindrom defisiensi imun (AIDS) tersering,

dahulu dikenal juga sebagai human T cell-lymphotropic virus type III (HTLV-III),

lymphadenipathy-associated virus (LAV) dan AIDS-associated virus.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya

yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia

masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai

reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat

berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan

keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap

infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian

selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA

(Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung

terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 akan berikatan dengan reseptor

CD4, yaitu suatu reseptor yang terdapat pada permukaan sel T helper, makrofag, monosit,

sel-sel Langerhans pada kulit, sel-sel glial, dan epitel usus (terutama sel-sel kripta dan sel-sel

enterokromafin). Sedangkan gp 41 atau disebut juga protein transmembran, dapat bekerja

sebagai protein fusi yaitu protein yang dapat berikatan dengan reseptor sel lain yang

berdekatan sehingga sel-sel yang berdekatan tersebut bersatu membentuk sinsitium. Karena

bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif

terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan

dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya,

tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah,

saliva, semen, air mata dan mudah mati di luar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel

monosit, makrofag dan sel glia jaringan otak.

32

Page 33: AIDS Referat

III.3 Patofisologi Infeksi HIV

Sistem imun manusia sangat kompleks, kerusakan pada salah satu komponen sistem

imun akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan. HIV menginfeksi sel T helper

yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya, makrofag, sel dendritik, organ limfoid. Fungsi

penting sel T helper antara lain menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai stimulasi

pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi,

sehingga penurunan sel T CD4 menurunkan imunitas dan menyebabkan penderita mudah

terinfeksi.

Ketika HIV masuk melalui mukosa, sel yang pertama kali terinfeksi ialah sel

dendritik. Kemudian sel-sel ini menarik sel-sel radang lainnya dan mengirim antigen tersebut

ke sel-sel limfoid. HIV mempunyai target sel utama yaitu sel limfosit T4, yang mempunyai

reseptor CD4. Setelah masuk ke dalam tubuh, HIV akan menempel pada sel yang mempunyai

molekul CD4 pada permukaannya. Molekul CD4 ini mempunyai afinitas yang sangat besar

terhadap HIV, sehingga limfosit CD4 dihasilkan dan dikirim ke sel limfoid yang peka

terhadap infeksi HIV. Limfosit-limfosit CD4 yang diakumulasikan di jaringan limfoid akan

tampak sebagai limfadenopati dari sindrom retrovirus akut yang dapat terlihat pada remaja

dan orang dewasa. HIV akan menginfeksi sel CD4 yang sangat berespon terhadapnya

sehingga kehilangan respon dan kontrol pertumbuhan terhadap HIV. Ketika replikasi virus

melebihi batas (biasanya 3-6 minggu sejak infeksi) akan terjadi viremia yang tampak secara

klinis sebagai flu like syndrome (demam, rash, limfadenopati, arthralgia) terjadi 50-70% pada

orang dewasa. Dengan terbentuknya respon imun humoral dan seluler selama 2-4 bulan,

muatan virus dalam darah mengalami penurunan secara substansial, dan pasien memasuki

masa dengan gejala yang sedikit dan jumlah CD4 yang meningkat sedikit.

Replikasi HIV-1 permulaan pada anak tidak menunjukkan adanya manifestai klinis

pada anak. Walaupun di tes dengan menggunakan PCR atau isolasi virus untuk sequence

asam nukleat dari virus.

Beberapa mekanisme yang diduga berhubungan dengan turunnya kadar CD4 pada

orang dewasa dan anak-anak ialah mekanisme-mekanisme dari HIV-mediated single cell

killing, formasi multinukleus dari sel giant pada CD4 baik yang terinfeksi maunpun yang

tidak (formasi syncytia), respon imun spesifik untuk virus (sel natural killer, sitotoksisitas

33

Page 34: AIDS Referat

seluer tergantung antibodi), aktivasi mediasi superantigen sel T (membuat sel T lebih peka

terhadap HIV), autoimun dan apoptosis.

Tiga pola penyakit ditemukan pada anak-anak. Tepatnya 15-25% bayi baru lahir yang

terinfeksi HIV pada negara berkembang muncul dengan perjalanan penyakit yang cepat,

dengan gejala dan onset AIDS dalam beberapa bulan pertama kehidupan, median waktu

ketahanan hidup ialah 9 bulan jika tidak diobati. Pada negara miskin, mayoritas bayi baru

lahir akan mengalami perjalanan penyakit seperti ini. Telah diketahui bahwa infeksi

intrauterin bertepatan dengan periode pertumbuhan cepat CD4 pada janin. Migrasi yang

normal dari sel-sel ini menuju ke sumsum tulang, limpa, dan timus yang menghasilkan

penyebaran sistemik HIV, tidak dapat dicegah oleh sistem imun yang imatur dari janin.

Infeksi dapat terjadi sebelum pembentukan ontogenik normal sel imun, yang mengakibatkan

gangguan dari imunitas. Anak-anak dengan keadaan seperti ini menunjukkan hasil tes PCR

yang positif (nilai median 11.000 kopi/ml) pada 48 jam pertama kehidupan. Bukti ini

menunjukkan terjadinya infeksi inuterin. Muatan virus akan terus meningkat dalam 2-3 bulan

(750000 kopi/ml) dan menurun secara perlahan. Berbeda dengan orang dewasa bahwa

muatan virus pada anak-anak tetapi tinggi selama 1-2 tahun pertama.

Infeksi perinatal mayoritas yang terjadi di negara berkembang (60-80%) mengalami

pola penyakit yang kedua ini, yang mempunyai perjalanan penyakit yang lebih lambat,

dengan median ketahanan hidup selama 6 tahun. Banyak pasien dengan penyakit ini memiliki

tes kultur yang negatif dalam 1 minggu pertama kehidupan dan dipertimbangkan sebagai

pasien bayi yang terinfeksi intrapartum. Pada pasien muatan virus akan meningkat dengan

cepat dalam 2-3 bulan pertama kehidupan (median 100.000 kopi/ml) dan menurun secara

lambat setelah 24 bulan. Ini berbeda dengan orang dewasa dimana muatan virus berkurang

dengan cepat setelah infeksi primer. Perubahan sistem imun anak-anak karena infeksi HIV

akan menyerupai infeksi HIV pada orang dewasa. Penurunan sel T akan kurang dramatis

disebabkan karena pada bayi terjadi limfositosis relatif. Sebagai contoh, jumlah CD4 1.500

sel/mm3 pada anak.

Aktivasi sel B muncul pada infeksi awal pada kebanyakan anak sebagai bukti

hipergammaglobulinemia dengan kadar antibodi anti-HIV-1 yang tinggi. Respon ini

memperlihatkan adanya disregulasi dari supresi sel T dari sintesis antibodi sel B dan

34

Page 35: AIDS Referat

peningkatan jumlah CD4 aktif dari respon humoral sel limfosit B. Disregulasi dari sel B

mendahului berkurangnya CD4 pada kebanyakan anak, dan dapat berguna sebagai alat bantu

diagnosis infeksi HIV pengganti bila tes diagnosis spesifik (PCR, kultur) tidak ada atau

terlalu mahal. Meskipun peningkatan kadar imunoglobulin, bukti dari produksi antibodi

spesifik tidak muncul pada beberapa anak. Hipogamaglobulinemia sangat jarang.

Pengaruh terhadap sistem saraf pusat lebih sering terjadi pada anak-anak

dibandingkan orang dewasa. Makrofag dan mikroglia mempunyai peran penting dalam dalam

neuropatogenesis HIV, dan dari data dilaporkan astrosit juga dapat berpengaruh. Meskipun

mekanisme pada sistem saraf pusat belum begitu jelas, pertumbuhan otak pada bayi muda

dipengaruhi 2 mekanisme, yaitu virus itu sendiri yang dapat menginfeksi bermacam-macam

sel otak secara langsung ,atau secara tidak langsung dengan cara mengeluarkan sitokin (IL-

1α, IL-1, TNF- α, IL-2) atau oksigen reaktif dari limfosit atau makrofag yang terinfeksi HIV.

III.4 Perjalanan Penyakit

Perjalanan alamiah infeksi HIV dapat dibagi dalam tahapan sebagai berikut :

Infeksi virus

(2-3 minggu)

Sindrom retroviral akut

(2-3 minggu)

Gejala menghilang + serokonversi

Infeksi kronis HIV-asimtomatik

(rata-rata 8 tahun)

Infeksi HIV/AIDS simtomatik

(rata-rata 1,3 tahun)

Kematian

35

Page 36: AIDS Referat

Bagan 1 Perjalanan penyakit alamiah infeksi HIV

Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut atau

Acute Retroviral Syndrome. Sindrom retroviral akut diikuti oleh penurunan CD4 dan

peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma (viral load). Hitung CD4 perlahan-lahan akan

menurun dalam beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5-2,5

tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load akan meningkat dengan cepat

pada awal infeksi dan kemudian turun sampai titik tertentu. Dengan berlanjutnya infeksi,

viral load secara perlahan akan meningkat. Pada fase akhir penyakit akan ditemukan hitung

sel CD4 <200/mm3, diikuti timbulnya infeksi opportunistik, munculnya kanker tertentu, berat

badan menurun, dan munculnya komplikasi neurologis. Tanpa obat ARV rata-rata

kemampuan bertahan setelah CD4 turun ialah 3,7 tahun.

Window period adalah masa dimana pemeriksaan tes serologis untuk antibodi HIV

masih menunjukkan hasil negatif sementara sebenarnya virus sudah ada dalam jumlah

banyak dalam darah penderita. Window period menjadi hal yang penting untuk diperhatikan

karena pada masa itu orang dengan HIV sudah mampu menularkan kepada orang lain

misalnya melalui darah yang didonorkan, bertukar jarum suntik pada pengguna obat-obatan

suntik atau melalui hubungan seksual. Sebenarnya pada saat itu pemeriksaan laboratorium

telah mampu mendeteksinya karena pada window period terdapat peningkatan kadar antigen

p24 secara bermakna.

III.5 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis infeksi bervariasi antara bayi, anak-anak dan remaja. Pada

kebanyakan bayi pemeriksaan fisik biasanya normal. Gejala inisial dapat sangat sedikit,

seperti limfadenopati, hepatosplenomegali, atau yang tidak spesifik seperti kegagalan untuk

tumbuh, diare rekuren atau kronis, pneumonia interstitial. Di Amerika dan Eropa sering

36

Page 37: AIDS Referat

terjadi gangguan paru-paru dan sistemik, sedangkan di Afrika lebih sering terjadi diare dan

malnutrisi.

Terdapat berbagai klasifikasi klinis HIV/AIDS 2 diantaranya menurut Enter for

Disease Control and Prevention (CDC) dan World Health Organization (WHO). Klasifikasi

HIV menurut CDC pada anak menggunakan 2 parameter yaitu status klinis dan derajat

gangguan imunologis, lihat tabel 2.1 dan tabel 2.2.

EFINISI STATUS

IMUNOLOGIS

KATEGORI IMUNOLOGIS

JUMLAH CD4+ DAN PERSENTASI TOTAL LIMFOSIT

TERHADAP USIA

< 1 tahun 1-5 tahun 6-12 tahun

µL % µL % µL %

1. Non-suppressed ≥ 1500 ≥ 25 ≥ 1000 ≥ 25 ≥ 500 ≥ 25

2. Moderate suppression 750-1499 15-24 500-999 15-24 200-499 15-24

3. Severe suppression <> <15 <> <15 <> <15

Tabel 1 Klasifikasi HIV pada Anak Kurang dari 13 Tahun Berdasarkan Jumlah CD4 dan

Persentasi Total Limfosit Terhadap Usia

DEFINISI STATUS

IMUNOLOGIS

Klasifikasi Secara Klinis

N : Tanpa

Gejala

dan

Tanda

A : Gejala

dan

Tanda

Ringan

B : Gejala

dan

Tanda

Sedang

C : Gejala

dan

Tanda

Berat

1. Non-suppressed N1 A1 B1 C1

2. Moderate suppression A2 C2 B2 C2

37

Page 38: AIDS Referat

3. Severe suppression A3 C3 B3 C3

Tabel 2 Klasifikasi HIV menurut CDC pada Anak Kurang dari 13 Tahun Secara Klinis

Kriteria klinis untuk infeksi HIV pada anak-anak kurang dari 13 tahun.

Kategori N : pasien-pasien asimptomatik. Tidak ditemukan tanda maupun gejala yang

menunjukkan adanya infeksi HIV, atau pasien hanya dapat ditemukan satu bentuk

kelainan berdasarkan kategori A.

Kategori A : pada pasien dapat ditemukan dua atau lebih kelainan, tetapi tidak termasuk

kategori B atau C :

o Lymphadenopathy (≥ 0.5 cm pada dua tempat atau lebih, dua KGB yang bilateral

dianggap sebagai satu kesatuan).

o Hepatomegali

o Splenomegali

o Dermatitis

o Parotitis

o URTI berulang atau persisten

Kategori B: moderately symptomatic. Pasien menunjukkan gejala-gejala yang tidak

termasuk ke dalam keadaan-keadaan pada kategori A maupun C, dan gejala-gejala yang

terjadi merupakan akibat dari terjadinya infeksi HIV.

o Anemia

o Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis (terjadi dalam satu episode).

o Candidiasis orofaring yang terjadi lebih dari dua bulan pada anak-anak berusia enam

bulan atau kurang.

o Kardiomiopati.

o Infeksi CMVyang terjadi lebih dari satu bulan.

o Diare

o Hepatitis

38

Page 39: AIDS Referat

o Stomatitis yang disebabkan oleh HSV (rekuren, minimal terjadi 2 kali dalam satu

tahun).

o Bronkitis yang disebabkan oleh HSV, pneumonitis, atau esofagitis yang terjadi

sebelum usia satu bulan.

o Herpes zoster yang terjadi dalam dua episode berbeda pada satu dermatom.

o Leiomyosarcoma

o Pneumonia limfoid interstitiel, atau hiperplasia kelenjar limfoid pulmonal kompleks.

o Nefropati.

o Nocardiosis.

o Demam yang berlangsung selama satu bulan atau lebih.

o Toksoplasmosis yang timbul sebelum usia satu bulan.

o Varicella diseminata atau dengan komplikasi.

Kategori C: pasien-pasien dengan gejala-gejala penyakit yang parah dan ditemukan pada

pasien AIDS.

o Kandidiasis bronki, trakea, dan paru

o Kandidiasis esofagus

o Kanker leher rahim invasif

o Coccidiomycosis menyebar atau di paru

o Kriptokokus di luar paru

o Retinitis virus sitomegalo

o Ensefalopati yang berhubungan dengan HIV

o Herpes simpleks dan ulkus kronis > 1 bulan

o Bronkhitis, esofagitis dan pneumonia

o Histoplasmosis menyebar atau di luar paru

o Isosporiasi intestinal kronis > 1 bulan

o Sarkoma Kaposi

o Limfoma Burkitt

o Limfoma imunoblastik

39

Page 40: AIDS Referat

o Limfoma primer di otak

o Mycobacterium Avium Complex (MAC) atau M. Kansasii tersebar di luar paru

o M. Tuberculosis dimana saja

o Ikobacterium jenis lain atau jenis yang tidak dikenal tersebar atau di luar paru

o Pneumonia Pneumoncystitis carinii

o Pneumonia berulang

o Leukoensefalopati multifokal progresif

o Septikemia salmonella yang berulang

o Toksoplasmosis di otak

Sedangkan klasifikasi WHO pada anak ialah :

Stadium Klinis 1

Tanpa gejala (asimtomatis)

Limfadenopati generalisata persisten

Stadium Klinis 2 (Ringan)

Hepatosplenomegaly persisten tanpa alasani

Erupsi papular pruritis

Infeksi virus kutil yang luas

Moluskum kontagiosum yang luas

Infeksi jamur di kuku

Ulkus mulut yang berulang

Pembesaran parotid persisten tanpa alasan

Eritema lineal gingival (LGE)

Herpes zoster

Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang atau kronis (ototis media, otore,

sinusitis, atau tonsilitis)

Stadium Klinis 3 (Sedang)

Malanutrisi sedang tanpa alasan jelas tidak membaik dengan terapi baku

40

Page 41: AIDS Referat

Diare terus-menerus tanpa alasan (14 hari atau lebih)

Demam terus-menerus tanpa alasan (di atas 37,5°C, sementara atau terus-menerus,

lebih dari 1 bulan)

Kandidiasis oral terus-menerus (setelah usia 6-8 minggu)

Oral hairy leukoplakia (OHL)

Gingivitis atau periodonitis nekrotising berulkus yang akut

Tuberkulosis pada kelenjar getah bening

Tuberkulosis paru

Pneumonia bakteri yang parah dan berulang

Pneumonitis limfoid interstitialis bergejala

Penyakit paru kronis terkait HIV termasuk brokiektasis

Anemia (<8g/dl)

Stadium Klinis 4 (Berat)

Toksoplasmosis sistem saraf pusat (setelah usia 1 bulan)

Ensefalopati HIV

Infeksi sitomegalovirus: retinitis atau infeksi CMV yang mempengaruhi organ lain, yang

mulai pada usia lebih

dari 1 bulan)

Kriptokokosis di luar paru (termasuk meningitis)

Mikosis diseminata endemis (histoplasmosis luar paru, kokidiomikosis)

Kriptosporidiosis kronis

Isosporiasis kronis

Infeksi mikobakteri non-TB diseminata

Limfoma serebral atau non-Hodgkin sel-B

Progressive multifocal leucoencephalopathy (PML)

Nefropati bergejala terkait HIV atau kardiomiopati bergejala terkait HIV

Catatan:

a. ‘Tanpa alasan’ berarti keadaan tidak dapat diakibatkan oleh alasan lain.

41

Page 42: AIDS Referat

b. Beberapa penyakit khusus yang juga dapat dimasukkan pada klasifikasi wilayah

(misalnya penisiliosis di Asia)

III.6 Diagnosis

Seperti penyakit lain, diagnosis HIV lain juga ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis yang mendukung kemungkinan adanya infeksi HIV ialah :

1. Lahir dari ibu resiko tinggi atau terinfeksi HIV

Bayi-bayi yang terlahir dari ibu-ibu yang terinfeksi HIV akan tetap mempertahankan

status seropositif hingga usia 18 bulan oleh karena adanya respon antibodi ibu yang

ditransfer secara transplacental. Selama periode ini, hanya anak-anak yang terinfeksi

HIV saja yang akan mengalami respon serokonversi positif pada pemeriksaan dengan

enzyme immunoassays (EIA), immunofluorescent assays (IFA) atau HIV-1 antibody

western blots (WB).

2. Lahir dari ibu pasangan resiko tinggi atau terinfeksi HIV

3. Penerima transfusi darah atau komponennya dan tanpa uji tapis HIV

4. Penggunaan obat parenteral atau intravena secara keliru (biasanya pecandu narkotika)

5. Kebiasaan seksual yang keliru, homoseksual atau biseksual.

Menyingkirkan Diagnosis HIV Pada Bayi dan Anak

Diagnosis definitif infeksi HIV pada bayi dan anak membutuhkan uji diagnostik yang

memastikan adanya virus HIV.

Uji antibodi HIV mendeteksi adanya antibodi HIV yang diproduksi sebagai bagian

respons imun terhadap infeksi HIV. Pada anak usia ≥ 18 bulan, uji antibodi HIV

dilakukan dengan cara yang sama seperti dewasa.

Antibodi HIV maternal yang ditransfer secara pasif selama kehamilan, dapat terdeteksi

sampai umur anak 18 bulan oleh karena itu interpretasi hasil positif uji antibodi HIV

menjadi lebih sulit pada usia < 18 bulan.

42

Page 43: AIDS Referat

Bayi yang terpajan HIV dan mempunyai hasil positif uji antibodi HIV pada usia 9-18

bulan dianggap berisiko tinggi mendapat infeksi HIV, namun diagnosis definitif

menggunakan uji antibodi HIV hanya dapat dilakukan saat usia 18 bulan.

Untuk memastikan diagnosis HIV pada anak dengan usia < 18 bulan, dibutuhkan uji

virologi HIV yang dapat memeriksa virus atau komponennya.

Anak dengan hasil positif pada uji virologi HIV pada usia berapapun dikatakan terkena

infeksi HIV.

Anak yang mendapat ASI akan terus berisiko terinfeksi HIV, sehingga infeksi HIV

baru dapat disingkirkan bila pemeriksaan dilakukan setelah ASI dihentikan > 6 minggu.

Gejala klinis yang sesuai dengan penjelasan sebelumnya, pada bagian manifestasi

klinis. Sedangkan untuk diagnostik pasti dikerjakan pemeriksaan laboratorium.

Tes untuk mendiagnosis virus harus dilakukan dalam 48 jam kehidupan pertama.

Hampir 40% bayi dapat didiagnosis pada masa ini. Disebabkan karena banyak bayi yang

terinfeksi HIV mempunyai perkembangan penyakit yang cepat sehingga memerlukan terapi

yang progresif pula. Pada anak yang terpapar HIV dengan tes virologis yang negatif pada 2

hari pertama, beberapa pendapat mengusulkan perlu untuk dilakukan pemeriksaan kembali

pada hari ke-14 untuk memaksimalkan deteksi dari virus ini.

Terdapat beberapa tes HIV yang cepat dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik.

Kebanyakan dari tes-tes ini hanya membutuhkan satu step pengambilan sampel dan hasilnya

didapat lebih cepat pada 2 hari pertama kehidupan, dan > 90% pada usia > 2 minggu

kehidupan. Uji RNA HIV plasma, yang mendeteksi replikasi virus lebih sensitif daripada

PCR DNA untuk diagnosis awal, namun data yang menyatakan seperti itu masih terbatas.

Kultur HIV mempunyai sensitivitas yang hampir sama dengan PCR HIV DNA, namun

tekniknya lebih sulit dan mahal, dan hasilnya sulit didapat pada beberapa minggu,

dibandingkan dengan PCR yang membutuhkan hanya 2-3 hari. Uji antigen p24 bersifat lebih

spesifik dan mudah untuk dilakukan namun kurang sensitif dibandingkan dengan uji virologis

lainnya, dan tidak direkomendasikan untuk usia.

Seorang bayi yang terpapar oleh virus HIV dapat dinyatakan positif terinfeksi HIV

jika pada pemeriksaan serologis dari dua sampel darah yang berbeda pada bayi (tidak

43

Page 44: AIDS Referat

termasuk darah yang berasal dari pusat, karena adanya risiko terkontaminasi oleh darah ibu);

baik dua kali hasil positif pada pemeriksaan kultur HIV darah perifer untuk sel-sel

mononuklear (peripheral blood mononuclear cell (PMBC)), dan/atau satu hasil positif untuk

DNA atau RNA polymerase chain reaction (PCR) assay dan satu hasil postif pada kultur

PMBC HIV. Pemeriksaan-pemeriksaan terebut harus dilakukan pada dua waktu yang

berlainan pada bayi-bayi yang belum pernah diberi ASI sebelumnya. Seorang bayi yang

terlahir dari seorang ibu pengidap infeksi HIV dapat dinyatakan tidak terinfeksi HIV jika tes-

tes di atas tetap memberikan hasil negatif sampai usia bayi lebih dari empat bulan dan bayi

tidak mendapat ASI.

Bagan 2. Diagnosis HIV Pada Bayi dan Anak < 18 bulan Dengan status HIV ibu tidak

diketahui

44

Page 45: AIDS Referat

Bagan 3. Diagnosis HIV Pada Bayi dan Anak < 18 Bulan dan Mendapatkan ASI

Bagan 4. Diagnosis bayi dan anak < 18 bulan, status ibu HIV positif dengan hasil uji virus

awal negatif dan terdapat tanda atau gejala HIV pada kunjungan berikutnya

45

Page 46: AIDS Referat

Tabel 3 Penegakkan diagnosis presumptif HIV pada bayi dan anak < 18 bulan dan terdapat

tanda atau gejala HIV yang berat

Bagan 5. Diagnosis HIV Pada Bayi dan Anak > 18 Bulan

46

Page 47: AIDS Referat

III.7 Penatalaksanaan

Terapi Anti Retroviral (ARV)

Terapi saat ini tidak dapat mengeradikasi virus namun hanya untuk mensupres virus

untuk memperpanjang waktu dan perubahan perjalanan penyakit ke arah yang kronis.

Pengobatan infeksi virus HIV pada anak dimulai setelah menunjukkan adanya gejala klinis.

Gejala klinis menurut klasifikasi CDC. Pengobatan ARV diberikan dengan pertimbangan :

1. Adanya bukti supresi imun yang ditandai dengan menurunnya jumlah CD4 atau

persentasenya.

2. Usia

3. Bagi anak berusia > 1 tahun asimtomatis dengan status imunologi normal, terdapat 2

pilihan :

a. Awali pengobatan tidak bergantung kepada gejala klinis.

b. Tunda pengobatan pada keadaan resiko progresifitas perjalanan penyakit rendah atau

adanya faktor lain misalnya pertimbangan lamanya respon pengobatan, keamanan

dan kepatuhan.

Pada kasus seperti ini faktor lain yang harus dipertimbangkan ialah :

1. Peningkatan viral load

2. Penurunan dengan cepat CD4 baik jumlah atau presentasi supresi imun (Kategori

Imun 2 pada tabel 2.1)

3. Timbulnya gejala klinis

Keputusan untuk memberikan terapi antiretrovirus harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Tes HIV secara sukarela disertai konseling yang mudah dijangkau untuk mendiagnosis HIV

secara dini.

2. Tersedia dana yang cukup untuk membiayai Anti Retrovirus Terapi (ART) selama

sedikitnya 1 tahun.

3. Konseling bagi pasien dan pendamping untuk memberikan pengertian tentang ART,

pentingnya kepatuhan pada terapi, efek samping yang mungkin terjadi dan lain-lain.

4. Konseling lanjutan untuk memberi dukungan psikososial dan mendorong kepatuhan serta

untuk menghadapi masalah nutrisi yang dapat timbul akibat ART.

47

Page 48: AIDS Referat

5. Laboratorium untuk memantau efek samping obat termasuk Hb, tes fungsi hati dan lain-

lain.

6. Kemampuan untuk mengenal dan menangani penyakit umum dan infeksi oportunistik

akibat HIV.

7. Tersedianya obat yang bermutu dengan jumlah yang cukup, termasuk obat untuk infeksi

oportunistik dan penyakit yang berhubungan dengan HIV.

8. Tersedianya tim kesehatan termasuk dokter, perawat, konselor, pekerja sosial, dukungan

sebaya. Tim ini seharusnya membantu pembentukan kelompok dukungan Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA) dan pendampinya.

9. Adanya pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pemantauan dan umpan balik tentang

penatalaksanaan penyakit HIV yang efektif termasuk sistem untuk menyebarluaskan

informasi dan pedoman baru.

10. Obat ARV digunakan secara rasional sesuai pedoman yang berlaku.

Perjalanan penyakit infeksi HIV dan penggunaan ART pada anak adalah serupa dengan

orang dewasa tetapi ada beberapa pertimbangan khusus yang dibutuhkan untuk bayi,

balita, dan anak yang terinfeksi HIV.

Efek obat berbeda selama transisi dari bayi ke anak. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian

khusus tentang dosis dan toksisitas pada bayi dan anak. Kepatuhan berobat pada anak

menjadi tantangan tersendiri.

Terapi ARV memberi manfaat klinis yang bermakna pada anak yang terinfeksi HIV yang

menunjukkan gejala. Uji klinis terhadap anak sudah menunjukkan bahwa ART memberi

manfaat serupa dengan pemberian ART pada orang dewasa.

Saat ini ada 3 golongan ART yang tersedia di Indonesia:

1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs): Obat ini dikenal sebagai analog

nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA. Proses ini

diperlukan agar virus dapat bereplikasi. Obat dalam golongan ini termasuk Zidovudine

(AZT), Lamivudine (3TC), Didanosine (ddl), Stavudine (d4T), Zalcitabin (ddC), Abacavir

(ABC).

2. Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI): obat ini berbeda dengan NRTI

walaupun juga menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA. Obat dalam golongan

ini termasuk nevirapine (NVP), Efavirenz (EFV), dan Delavirdine (DLV).

48

Page 49: AIDS Referat

3. Protease Inhibitor (PI): Obat ini bekerja menghambat enzim protease yang memotong

rantai panjang asam amino menjadi protein yang lebih kecil. Obat dalam golongan ini

termasuk Indinavir (IDV), Nelfinavir (NFV), Saquinavir (SQV), Ritonavir (RTV),

Amprenavir (APV), dan Lopinavir/ritonavir (LPV/r).

Regimen obat yang diusulkan di Indonesia ialah :

Salah satu dari Kolom A dan salah satu kombinasi dari

Kolom B

Kolom A Kolom B

Nevirapine (NVP) AZT + ddl

Nelfinavir (NVF) ddl+3TC

d4T + ddl

AZT + 3TC

d4T + 3TC

Tabel 2.3 Regimen ART yang diusulkan di Indonesia

Untuk neonatus, regimen obat yang diberikan berupa 2 nucleoside reverse transcriptase

inhibitors (NRTIs) atau nevirapine dengan 2NRTIs atau protease inhibitor dengan 2NRTIs.

Selain itu, juga direkomendasikan pemberian zidovudine dengan didanosine atau zidovudine

dengan lamivudine dikombinasi dengan nelfinavir atau ritonavir. Untuk bayi-bayi yang lebih

tua dan anak-anak, direkomendasikan beberapa regimen antiretroviral. Protease inhibitor

sebagai pilihan utama dengan 2NRTIs. Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor yang

paling direkomendasikan untuk anak-anak berusia lebih dari tiga tahun adalah 2NRTIs

dengan efavirenz (dapat disertai dengan atau tanpa protease inhibitor). Untuk anak-anak

berusia kurang dari tiga tahun yang belum dapat mendapat tablet, regimen nonnucleoside

terpiliih adalah 2NRTIs dengan nevirapine. Alternatif pemberian regimen terapi nucleoside

analogue adalah zidovudine dengan lamivudine dan abacavir.

49

Page 50: AIDS Referat

Pemantauan pengobatan

Pemantauan pengobatan diperlukan untuk melihat :

1. Kepatuhan minum obat.

2. Gejala baru yang timbul akibat efek samping obat maupun dari perjalanan penyakit itu

sendiri.

Pemantauan sebaiknya dilakukan setelah 1 bulan pengobatan dimulai dan selanjutnya

setiap 3 bulan sekali. Pemantauan keberhasilan dan toksisitas ART:

1. Secara klinis

a. Berat badan meningkat

b. Tidak kena infeksi opportunistik, atau kalau pun terkena, infeksi tidak berat

c. Anamnesis gejala yang berhubungan dengan HIV seperti batuk lebih dari 2 minggu,

demam, diare, dll disertai pemeriksaan fisik.

2. Pemeriksaan laboratorium

Tes darah rutin termasuk tes darah lengkap, SGOT/SGPT, kreatinin, gula darah,

kolesterol dan trigliserid dibutuhkan untuk memantau efek samping obat dan perjalanan

penyakit. Jenis tes yang dibutuhkan bergantung pada regimen obat yang digunakan. Tes

jumlah CD4 setiap 6 bulan sekali diperlukan untuk menentukan kapan profilaksis dapat

dihentikan. Bila tes ini belum dapat dilakukan maka dapat dipakai hitung limfosit total.

Asuhan Gizi

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi

HIV. Mereka akan mengalami gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan dan hal ini

berkaitan dengan kurang gizi. Penyebabnya multifaktorial antara lain karena anoreksia,

gangguan penyerapan sari makanan pada saluran cerna, hilangnya cairan tubuh akibat diare

dan muntah, dan gangguan metabolisme. Jika seseorang dengan HIV mempuyai status gizi

yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga menghambat memasuki tahap

AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi bagi ODHA sangat penting bagi mereka yang

mengkonsumsi ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat

50

Page 51: AIDS Referat

infeksi oportunistik dan juga sebaliknya, sehingga memerlukan pengaturan diet seperti obat

ARV dimakan ketika saat lambung kosong.

Prinsip gizi medis pada ODHA ialah tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan

secara oral, juga kaya vitamin, mineral dan cukup air. Berdasarkan beberapa penelitian,

pemberian stimulan nafsu makan, seperti megestrol acetate dan human recombinant growth

hormone dapat memberikan kenaikan berat badan dan pertumbuhan.

Seiring dengan berkembangnya penyakit, akan terjadi penurunan berat badan yang

sangat drastis (drastic wasting) dan terhambatnya pertumbuhan anak. Berkurangnya

cadangan protein dapat diatasi dengan meningkatkan intake asam amino, terutama threonine

dan methionine.

Bayi yang lahir dari ibu HIV tidak boleh diberi ASI ibunya, sehingga bayi diberikan

pengganti air susu ibu (PASI). Namun dalam keadaan tertentu dimana pemberian PASI tidak

memungkinkan dan bayi akan jatuh ke dalam kurang gizi, ASI masih dapat diberikan dengan

cara diperas dan dihangatkan terlebih dahulu pada suhu di atas 66OC untuk membunuh virus

HIV.

Rekomendasi terkait menyusui untuk ibu dengan HIV adalah sebagai berikut :

1. Menyusui bayinya secara eksklusif selama 4-6 bulan untuk ibu yang tidak terinfeksi atau

ibu yang tidak diketahui status HIV-nya.

2. Ibu dengan HIV positif dianjurkan untuk tidak memberikan ASI dan sebaliknya

memberikan susu formula (PASI) atau susu sapi atau kambing yag diencerkan.

3. Bila PASI tidak memungkinkan disarankan pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan

kemudian segera dihentikan untuk diganti dengan PASI.

III.8 Prognosis

Viremia plasma dan hitung limfosit CD4 sesuai usia dapat menentukan resiko

perjalanan penyakit dan komplikasi HIV. Prognosis yang buruk pada infeksi perinatal

berhubungan dengan terjadinya encephalofati, infeksi, perkembangan menjadi AIDS lebih

awal, dan berkurangnya jumlah limfosit CD4 yang cepat. Tanpa terapi, kurang lebih 30%

bayi yang terinfeksi berkembang menjadi gejala klinis berat kategori C atau kematian dalam

51

Page 52: AIDS Referat

1 tahun kehidupan. Dengan terapi yang optimal angka mortalitas dan morbiditas menjadi

rendah.

III.9 Pencegahan

Edukasi dan konseling pasien yang terdeteksi terinfeksi HIV. Infeksi HIV yang

muncul pada wanita biasanya karena pengguna obat-obatan dan pasangan seksual laki-laki

yang resiko tinggi. Sehingga dibutuhkan pendidikan seks yang baik dan sehat. Konseling juga

jangan hanya membahas tentang modifikasi stress namun juga memodifikasi perubahan gaya

hidup melalui pesan-pesan budaya dan religi.

Perlu dilakukan uji tapis serologis bagi darah pendonor dan pengawasan serta

perlakuan yang lebih ketat bagi bahan-bahan yang berasal dari darah, terutama yang akan

diberikan pada anak yang perlu mendapat transfusi atau pemberian bahan yang berasal dari

darah berulang-ulang atau daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi.

Program pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja, perlu dipikirkan strategi

penerapannya di sekolah dan akademi dan untuk remaja yang berada di luar sekolah.

Transmisi vertical dapat dicegah dengan memberikan terapi antiretrovirus pada ibu

selama kehamilan dan memberikan profilaksis pada bayinya yang baru lahir. Wanita hamil

yang terinfeksi HIV sebaiknya diberikan terapi kombinasi 3 obat. Terapi kombinasi dapat

membuat supresi virus.

52

Page 53: AIDS Referat

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Infeksi &Pediatri Tropis edisi

kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2012

2. Rampengan. Penyakit Infeksi Tropic Pada Anak. Jakarta : EGC. 2008.

3. Lan, Virginia M. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS). In : Hartanto H, editor. Patofisiologi : Konsep

Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.2006.

4. Merati, Tuti P. Respon Imun Infeksi HIV. In : Sudoyo Aru W., editor. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI ; 2006.

53