Makalah Agama UAS Semester 3

19
KISI-KISI UAS AGAMA 1. HUBUNGAN KERJA DAN KEBUTUHAN MANUSIA a. Dharuriyah Segala sesuatu yang harus ada untuk tegaknya kehidupan manusia, dalam arti apabila dharuriah tidak terwujud, maka cederalah kehidupan manusia di dunia dan akhirat. b. Hajiyah Kebutuhan sekunder, dimana bila tidak terwujudkan tidak sampai mengancam keselamatannya, namun akan mengalami kesulitan. c. Tahsiniyah Tingkat kebutuhan tersier, yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi dharuriyah dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Memelihara Agama (hifzh al-din) Memelihara agama, berdasarkan kepentingannya, dapat dibedakan menjadi tiga peringkat : a) Memelihara agama dalam tingkat dharuriyah yaitu memelihara dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk dalam peringkat primer, Contoh: melaksanakan shalat lima waktu . Kalau shalat itu diabaikan, maka akan terancamlah eksistensi agama; b) Memelihara agama dalam peringkat hajiyah yaitu melaksanakan ketentuan agama, dengan maksud menghidari kesulitan, Contoh: shalat jama dan qasar bagi orang yang sedang bepergian . Kalau ketentuan ini tidak dilaksanakan maka tidak mengancam eksistensi agama, melainkan hanya kita mempersulit bagi orang yang melakukannya. c) Memelihara agama dalam tingkat tahsiniyah yaitu mengikuti petunjuk agama guna menjunjung martabat manusia, sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajiban kepada Tuhan, Contoh: membersihkan badan, pakaian dan tempat .

Transcript of Makalah Agama UAS Semester 3

Page 1: Makalah Agama UAS Semester 3

KISI-KISI UAS AGAMA

1. HUBUNGAN KERJA DAN KEBUTUHAN MANUSIA

a. Dharuriyah

Segala sesuatu yang harus ada untuk tegaknya kehidupan manusia, dalam arti apabila dharuriah tidak terwujud, maka cederalah kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

b. Hajiyah

Kebutuhan sekunder, dimana bila tidak terwujudkan tidak sampai mengancam keselamatannya, namun akan mengalami kesulitan.

c. Tahsiniyah

Tingkat kebutuhan tersier, yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi dharuriyah dan tidak pula menimbulkan kesulitan.

Memelihara Agama (hifzh al-din)

Memelihara agama, berdasarkan kepentingannya, dapat dibedakan menjadi tiga peringkat :

a) Memelihara agama dalam tingkat dharuriyah yaitu memelihara dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk dalam peringkat primer,

Contoh: melaksanakan shalat lima waktu. Kalau shalat itu diabaikan, maka akan terancamlah eksistensi agama;

b) Memelihara agama dalam peringkat hajiyah yaitu melaksanakan ketentuan agama, dengan maksud menghidari kesulitan,

Contoh: shalat jama dan qasar bagi orang yang sedang bepergian. Kalau ketentuan ini tidak dilaksanakan maka tidak mengancam eksistensi agama, melainkan hanya kita mempersulit bagi orang yang melakukannya.

c) Memelihara agama dalam tingkat tahsiniyah yaitu mengikuti petunjuk agama guna menjunjung martabat manusia, sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajiban kepada Tuhan,

Contoh: membersihkan badan, pakaian dan tempat.

Memelihara jiwa (hifzh an-nafs)

Memihara jiwa berdasarkan tingkat kepentingannya dibedakan menjadi tiga peringkat

a) Memelihara jiwa dalam tingkat dharuriyah

Contoh: memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup.

Page 2: Makalah Agama UAS Semester 3

b) Memelihara jiwa dalam tingkat hajiyat,

Contoh: dibolehkannya berburu binatang untuk menikmati makanan yang lezat dan halal, kalau ini diabaikan maka tidak mengancam eksistensi kehidupan manusia, melainkan hanya mempersulit hidupnya.

c) Memelihara jiwa dalam tingkat tahsiniyat

Contoh: ditetapkan tata cara makan dan minum.

Memelihara akal, (hifzh al-`aql)

Memelihara akal dari segi kepentingannya dibedakan menjadi 3 tingkat :

a) Memelihara akal dalam tingkat dharuriyah

Contoh: diharamkan meminum minuman keras karena berakibat terancamnya eksistensi akal.

b) Memelihara akal dalam tingkat hajiyat

Contoh: dianjurkan menuntut ilmu pengetahuan.

c) Memelihara akal dalam tingkat tahsiniyat

Contoh: menghindarkan diri dari menghayal dan mendengarkan sesuatu yang tidak berfaedah.

Memelihara keturunan (hifzh an-nasb)

Memelihara keturunan dari segi tingkat kebutuhannya dibedakan menjadi tiga

a) Memelihara keturunan dalam tingkat dharuriyah

Contoh: disyariatkan nikah dan dilarang berzina.

b) Memelihara keturunan dalam tingkat hajiyat

Contoh: ditetapkannya ketentuan menyebutkan mahar pada waktu akad nikah.

c) Memelihara keturunan dalam tingkat tahsiniyat

Contoh: disyaratkannya khitbah dan walimah dalam perkawinan.

Memelihara harta. (hifzh al-mal)

Memelihara harta dapat dibedakan menjadi 3 tingkat :

a) Memelihara harta dalam tingkat dharuriyah

Contoh: syariat tentang tata cara pemilikan harta dan larangan mengambil harta orang dengan cara yang tidak sah.

Page 3: Makalah Agama UAS Semester 3

b) Memelihara harta dalam tingkat hajiyat

Contoh: syariat tentang jual beli tentang jual beli salam.

c) Memelihara harta dalam tingkat tahsiniyat

Contoh: ketentuan menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan.

2. PRINSIP HUKUM ISLAM

Karakter Dasar Syariat Islam:

a. Islam tidak mempersulit (‘Adamul Haraj)

Allah Tabâraka wa ta’âla menurunkan syari’at Islam untuk menghindarkan manusia dari beban-beban kehidupan yang tidak seharusnya mereka pikul. Kemudahan syariat ini mencakup dua hal. Yaitu mudah secara asalnya dan memberi kemudahan jika terjadi suatu kendala dalam pelaksanaannya. Mudah secara asalnya maksudnya bahwa asal dari perintah-perintah syariat itu memang dibangun di atas prinsip kemudahan. Berulang kali Al-Qur’an menegaskan hal ini. Seperti terbaca pada beberapa ayat,

ر� �ع�س� ال �م� �ك ب �ر�يد� ي و�ال� ر� �س� �ي ال �م� �ك ب �ه� الل �ر�يد� ي

Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesusahan…,(Al Baqarah : 185)

ج� ح�ر� م�ن� الد�ين� ف�ي �م� �ك �ي ع�ل ج�ع�ل� و�م�ا

Tidaklah Allah jadikan pada agama ini satu kesusahan… (Al Hajj: 78 )

ع�ه�ا و�س� � �ال إ ا �ف�س$ ن �ه� الل �ل�ف� �ك ي � ال

Tidaklah Allah membebani satu jiwa melainkan sebatas kemampuannya…(Al Baqarah : 286),

Demikian pula banyak petuah Rasulullah dalam haditsnya yang shahih agar orang mengambil kemudahan agama dan jangan menyulit-nyulitkan diri sendiri. Sebagaimana sabdanya, “Agama itu mudah, tidak ada yang memberat-beratkan diri dalam agama melainkan ia akan kepayahan sendiri!” (shahih Riwayat Al Bukhary), beliau juga bersabda sebagaimana diriwayatkan Al Bukhary dalam kitab Shahihnya, “Amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (kontinyu) walaupun amal baik itu hanya sedikit”. Aisyah memberi kesaksian sikap Rasulullah dalam menghadapi setiap urusan, “Tidaklah Rasulullah disuruh memilih dua urusan melainkan beliau akan mengambil yang paling mudah dari keduanya selama hal itu bukan dosa”.

Sedang kemudahan yang diberikan syariat Islam jika terjadi kendala dalam pengamalannya terlihat dari beberapa dispensasi hukum yang diberikan Islam kepada kaum muslimin jika terjadi kesulitan menghadang mereka. Baik itu kesulitan yang muncul dari diri mereka sendiri karena terserang suatu penyakit atau sedang dalam safar. Atau kesulitan yang muncul dari faktor internal seperti terjadi bencana alam atau kerusuhan. Maka jika suatu hukum syariat terhalang pelaksanaannya oleh suatu sebab, pada saat itulah kemudahan berikutnya diberikan. Seperti kemudahan bersuci bagi yang sakit atau safar atau karena tidak ada air. Hukum asal bersuci yaitu mandi dan wudhu mesti dengan air. Tetapi jika seseorang tidak bisa kena air karena sakit atau sedang diperjalanan yang terdesak oleh sempitnya waktu, maka saat itulah perintah mandi dan wudhu dapat diganti dengan bertayamum. Demikian juga jika terjadi bencana alam yang menyebabkan krisis air bersis, maka pada saat itupun boleh meninggalkan mandi atau wudhu dan diganti dengan tayamum. Demikian seterusnya, setiap ada

Page 4: Makalah Agama UAS Semester 3

halangan dalam pelaksanaan suatu perintah atau kesulitan menghidari apa yang dilarang oleh syariat maka di sana ada kemudahan yang diberikan agama sebagai jalan keluarnya.

b. Mempersedikit perbebanan (Qalîlut Takâlif)

Syariat Islam dibawa oleh Nabi Muhammad dengan kandungan hukum-hukumnya yang simpel dan sedikit. Kalaupun kemudian menimbulkan kesan bahwa syariat agama Islam itu sangat kaku dan banyak sekali perintah serta larangan, maka hal itu karena kesalah fahaman dan sikap berlebihan dari sebagian umatnya. Kalau kita membandingkan antara beban-beban syariat dengan kebolehan-kebolehan yang diberikannya maka sungguh beban syariat itu sangat sedikit. Shalat umpamanya yang wajib dalam duapuluh empat jam atau sehari semalam hanya lima waktu. Shaum diwajibkan hanya satu bulan dalam setahun. Zakat diperintahkan hanya satu tahun sekali dengan kadarnya berkisar antara dua setengah persen sampai sepuluh persen dari kelebihan harta yang dimiliki. Demikian juga Hajji hanya satu kali seumur hidup, itupun bagi yang mampu. Selebihnya dari itu kebanyakan adalah sunnah-sunnah dan keutamaan-keutamaan yang menekankan aspek sukarela. Sehingga kewajiban-kewajiban dalam syariat tidak akan menyita atau menghabiskan hajat hidup manusia yang lainnya.

c. Gradualisasi dalam syariat / secara bertahap (At Tadrîj fil Tasyri’)

Sejarah penurunan Al-Qur’an dan penetapan hukum-hukum syari’at Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad selama dua puluh dua tahun lebih, telah membuktikan bahwa syari’at Islam diterapkan secara bertahap dan beransur-ansur. Ajaran aqidah tentang keesaan Allah, iman kepada para Malaikat, kitab, para rasul, hari akhir, taqdir, surga dan neraka, dan lain-lainnya lebih dulu diturunkan daripada perintah shalat lima waktu, shaum Ramadhan dan ibadah ritual lainnya. Demikian juga hukum-hukum ibadah diturunkan bertahap antara yang satu dengan lainnya. Perintah ibadah shalat diturunkan lebih dulu dibanding dengan perintah shaum, zakat dan hajji. Sementara perintah shalat itu sendiri diturunkan secara bertahap, baik menyangkut status hukumnya, waktu, tata cacara, jumlah rakaat dan lain-lainnya. Shalat wajib lima waktu disyariatkan lebih dulu daripada shalat idul fitri dan idul adha.

Demikian pula syari’at dalam masalah mu’amalah yang menyangkut hukum jual beli, makanan halal dan haram, perkawinan, perceraian, warisan, hukum pencurian, pembunuhan, perzinaan, dan lain sebagainya, semuanya diturunkan dengan strategi pentahapan yang sangat tepat.

Pentahapan syari’at sangat terkait dengan kesiapan umat itu sendiri dalam mengamalkannya, dimana masyarakat di masa Nabi adalah umat yang sedang mengalami proses transformasi sosial-budaya secara radikal dari masyarakat yang berjiwa syirik kepada masyarakat yang berjiwa Islam. Hukum-hukum syari’at turun bukan hanya mengarahkan perubahan masyarakat kepada suatu tatanan sosial religius yang diinginkan tetapi seringkali juga diturunkan sebagai jawaban dan solusi terhadap kasus-kasus sosial yang terjadi. Sehingga hukum yang diturunkan bukan hanya suatu alat pengekang bagi masyarakat tetapi memang masyarakat sudah merasakan keperluan terhadap hukum tersebut untuk menjaga ketertiban hidup mereka sendiri, baik kepentingan yang bersifat individual, kekeluargaan, ataupun kepentingan bersama sebagai satu masyarakat. Seperti terlihat dalam penurunan wahyu mengenai hukum waris, perkawinan, dan pengharaman minuman keras atau khamer. Dengan pentahapan dalam penetapan hukum syari’at ini maka pelaksanaan syari’at berjalan dengan mantap di tengah-tengah umat tanpa ada gejolak sosial, malah justru dinikmati oleh masyarakat sebagai solusi yang memberi kedamaian dan ketentraman. Al-Qur’an menyatakan,

$ �ز�يال �ن ت �اه� �ن ل �ز� و�ن م�ك�ث� ع�ل�ى �اس� الن ع�ل�ى ه�� أ �ق�ر� �ت ل �اه� ق�ن ف�ر� $ا �ن آ و�ق�ر�

Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan beransur-ansur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian (Al Isrâ : 106)

Page 5: Makalah Agama UAS Semester 3

3. PRINSIP KEPERCAYAAN DALAM ISLAM

a. Rububiyyah : Prinsip kepercayaan bahwa Allah itu ada dan mengatur

ma’rifatullah = mengenal Allah

SIFAT ALLAH

a) Sifat-sifat Wajib

Sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki oleh Allah SWT, jumlahnya 20.

1) Wujud artinya Ada

2) Qidam artinya Dahulu

3) Baqa’ artinya Kekal

4) Mukhallafatu lil Hawaditsi artinya Berbeda dari Semua Makhluk

5) Qiyamuhu Binafsihi artinya Berdiri Sendiri

6) Wahdaniyah artinya Esa

7) Qudrat artinya Maha Kuasa

8) Iradat artinya Berkehendak

9) Ilmu artinya Maha Mengetahui

10) Hayat artinya Hidup

11) Sama’ artinya Mendengar

12) Bashar artinya Melihat

13) Kalam artinya Berfirman

14) Qadiran artinya Mahakuasa

15) Muridan artinya Maha Berkehendak

16) ‘Aliman artinya Maha Mengetahui

17) Hayyan artinya Mahahidup

18) Sami’an artinya Maha Mendengar

19) Bashiran artinya Maha Melihat

20) Mutakalliman artinya Maha Berkata-kata

Kedua puluh sifat wajib Allah ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah.

1) Sifat Nafsiyah

adalah sifat yang hanya berkaitan dengan Zat Allah semata-mata. Sifat ini terdapat dalam sifat wujud.

Page 6: Makalah Agama UAS Semester 3

2) Sifat Salbiyah

adalah sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, sedangkan makhluk tidak memilikinya. Sifat ini terdapat dalam lima sifat Allah, yaitu qidam, baqa, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah.

3) Sifat Ma’ani

adalah sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Sifat ini terdapat pada tujuh sifat Allah, yakni qudrat, iradat, ‘ilmu, hayat, sama’, basher, dan kalam.

4) Sifat Ma’nawiyah

adalah keumuman/kelaziman dari sifat ma’ani. Sifat ini tidak dapat berdiri sendiri karena setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Sifat-sifat yang termasuk ma’nawiyah ada tujuh, yaitu qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakalliman.

b) Sifat-sifat Mustahil

Sifat yang mustahil dimiliki Allah SWT, jumlahnya juga 20.

1) ‘Adam artinya tidak ada

2) Huduts artinya baru atau permulaan

3) Fana artinya binasa atau rusak

4) Mumatsalatu lil Hawaditsi artinya menyerupai yang baru

5) Ihtiyaju li ghairihi artinya membutuhkan sesuatu selain dirinya

6) Ta’adud artinya berbilang lebih dari satu

7) ‘Ajzun artinya lema

8) Karahah artinya terpaksa

9) Jahlun artinya bodoh

10) Mautun artinya mati

11) Shamamun artinya tuli

12) ‘Umyun artinya buta

13) Bukmun artinya bisu

14) ‘Ajizan artinya Mahalemah

15) Mukrahan artinya Maha terpaksa

16) Jahilan artinya Mahabodoh

17) Mayyitan artinya Mahamati

18) Ashamma artinya Mahatuli

Page 7: Makalah Agama UAS Semester 3

19) A’ma artinya Mahabuta

20) Abkama artinya Mahabisu

c) Sifat Jaiz / Mubah

Sifat yang bebas/boleh bagi ALLAH, jumlahnya hanya 1.

Yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu

Artinya Memperbuat sesuatu yang mungkin tidak terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

b. Nubuwah : mengenal tentang kenabian

SIFAT RASUL

a) Sifat-sifat Wajib

ada 4 :

1) Siddiq

artinya benar atau jujur. Segala sesuatu yang diterima oleh rasul dari Allah wajib dikatakan dengan benar dan jujur.

2) Amanah

artinya dapat dipercaya. Seorang rasul harus dapat dipercaya untuk menyampaikan seluruh pesan yang diperintahkan oleh Allah swt. sama seperti aslinya, tanpa ditambah atau dikurangi.

3) Tablig

artinya menyampaikan. Maksudnya menyampaikan semua wahyu yang diterima dari Allah walaupun mereka menghadapi halangan dan rintangan yang berat.

4) Fatanah

artinya cerdik dan bijaksana. Seorang rasul haruslah cerdik, karena hanya orang cerdik yang dapat memimpin dan membimbing umat.

b) Sifat-sifat Mustahil

ada 4 :

1) Kizib, artinya berbohong atau dusta.

2) Khianat, artinya tidak dapat dipercaya.

3) Kitman, artinya menyembunyikan atau tidak menyampaikan.

4) Baladah, artinya bodoh atau dungu.

Page 8: Makalah Agama UAS Semester 3

c) Sifat Jaiz / Mubah

ada 1:

yaitu Aradhul Basyariyah (sifat-sifat sebagaimana manusia) , seperti rasul makan, minum, tidur, beristri, sedih, dan gembira.

c. Ruhaniyyah : Roh

Kita bertindak dikendalikan oleh roh. Tubuh tanpa roh = bangkai

d. Sami’yya : hal yang hanya didengar

Dikuburan ada pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir

4. AKHLAK

PERBEDAAN AKHLAK, MORAL, & ETIKA

A. AKHLAK

Akhlak   berasal dari bahasa arab yakni  khuluqun    yang menurut loghat diartikan:   budi  pekerti, perangai,   tingkah   laku   atau   tabiat.   Kalimat   tersebut   mengandung   segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.

Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.

Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari

Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.

Page 9: Makalah Agama UAS Semester 3

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.

Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara

Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.

B. ETIKA

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.

Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.

Apabila kita menlusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran.

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut:

Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia.

Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.

Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.

Page 10: Makalah Agama UAS Semester 3

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

C. MORAL

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

Penganut islam tidak akan terjamin dari ancaman kehancuran akhlak yang menimpa umat, kecuali apabila kita memiliki konsep nilai-nilai yang konkret yang telah disepakati islam, yaitu nilai-nilai absolut yang tegak berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut adalah tersebut adalah kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang akan mengantarkan kepada kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat secara individual dan sosial.

Perbedaan Antara Akhlak dan Moral dan Etika

1) Akhlak merupakan satu sistem yang menilai tindakan zahir dan batin manusia manakala moral ialah satu sistem yang menilai tindakan zahir manusia sahaja.

2) Akhlak mencakup pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk lain manakala moral mencakupi pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia dengan manusia sahaja.

3) Nilai-nilai akhlak ditentukan oleh Allah swt melalui al-Quran dan tunjuk ajar oleh Rasulullah saw manakala moral ditentukan oleh manusia.

4) Nilai-nilai akhlak bersifat mutlak, sempurna dan tetap manakala nilai-nilai moral bersifat relatif, subjektif dan sementara.

CARA UNTUK MEMBENTUK DAN MEMBINA AKHLAK MULIA

a) Pendidikan Iman sebagai Asas Akhlak

Page 11: Makalah Agama UAS Semester 3

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencorak manusia menjadi seseorang yang beriman. Iman adalah asas kepada akhlak Islam. Tidak akan sempurna iman seseorang jika tidak disertai oleh akhlak yang baik. Contohnya dengan melaksanakan segala perintah Allah yang berupa ibadah kerana kesemua perintah Allah tersebut bertujuan untuk membersihkan diri dan menyuburkan jiwa manusia dengan sifat-sifat terpuji.

Lantaran itu setiap ayat al-Quran menyeru manusia berbuat baik dan mencegah manusia daripada melakukan perbuatan mungkar. Biasanya didahului dengan panggilan "Wahai orang-orang yang beriman" kemudian barulah diikuti dengan perintah atau larangan. Iman yang teguh tetap memerlukan akhlak yang teguh. Jika berlaku kemerosotan akhlak di kalangan manusia, puncanya adalah kelemahan iman dan tertakluk kepada kefasikan atau kejahatan yang dilakukan oleh seseorang.

Pendidikan iman bolehlah disimpulkan sebagai suatu pemulihan tenaga keimanan seseorang supaya dapat mempertahankan diri manusia daripada segala kerendahan dan keburukan serta dapat mendorong manusia ke arah kemuliaan.

b) Melalui Latihan dan Bimbingan Pendidik Berkualiti

Pendidikan yang diberikan itu hendaklah bermula dari rumah yang ditangani oleh ibu bapa. Selepas itu barulah berpindah ke peringkat sekolah hingga ke pusat pengajian tinggi bagi pendidikan berbentuk formal. Ibu bapa seharusnya mempunyai keperibadian dan akhlak yang mantap sebagai pendidik dan pembinbing seperti lemah lembut dalam pertuturan, pergaulan, sabar, lapang dada, istiqamah, berwawasan dan seumpamanya.

c) Mengambil Rasulullah saw Sebagai Contoh

Rasulullah adalah contoh teladan dan ikutan yang paling tepat bagi semua peringkat kehidupan. Bersesuaian dengan itu, Allah swt telah berfirman bahawa Nabi Muhammad saw diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak di kalangan mereka. Firman Allah yang bermaksud : "Demi sesungguhnya bagi kamu pada diri Rasulullah saw itu contoh ikutan yang baik bagi orang-orang yang sentiasa mengharapkan keredhaan Allah dan balasan baik di hari akhirat serta sentiasa menyebut dan memperingati Allah dalam masa senang dan susah." Contoh-contoh akhlak Rasulullah saw :

1. Akhlak Rasulullah saw dengan Allah swt

Mengabdikan diri setiap detik dan masa kepada Allah dengan penuh kepatuhan, ketaatan, kecintaan dan kesyukuran yang tidak berbelah bagi terhadap Allah di samping redha dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah kepadanya.

Melaksanakan kewajipan yang wajib atau difardhukan serta amalan-amalan sunat seperti bangun malam mengadakan Qiyamullail, berpuasa sunat, zikir, istighfar, doa, tasbih, tahmid dan sebagainya.

2. Akhlak Rasulullah saw dengan sesama manusia

Akhlak Rasulullah saw meliputi aspek kekeluargaan, soaial, ekonomi, politik dan sebagainya. Dari aspek kekeluargaan, Rasulullah saw berjaya mewujudkan suasana yang harmoni dan Rasulullah saw pernah bersabda : "Rumahku adalah syurgaku."

Rasulullah saw merupakan seorang yang bertanggungjawab, sentiasa memberi kasih sayang, berlemah lembut dan bertolak ansur terhadap semua ahli keluarganya.

Rasulullah saw juga selalu berbincang dengan para sahabat dan menghargai pandangan yang diberikan oleh mereka.

Page 12: Makalah Agama UAS Semester 3

Begitu juga akhlak dan sikap Rasulullah saw terhadap orang bukan Islam iaitu menghormati mereka, bersopan santun dan memberi haknya kepada mereka terutama dari segi kejiranan. Contohnya kisah baginda dengan seorang wanita Yahudi (jirannya) yang akhirnya wanita Yahudi tersebut telah memeluk Islam atas keprihatinan, kesabaran dan kemuliaan akhlak yang ditonjolkan oleh Rasulullah saw.

3. Akhlak Rasulullah saw dengan makhluk lain.

Rasulullah saw begitu peka dan prihatin terhadap makhluk yang lain seperti haiwan, tumbuha-tumbuhan dan alam sekitar.

Rasulullah saw menasihati umatnya supaya berlaku ihsan kepada haiwan dan binatang ternakan serta tidak menzalimi atau menyiksa mereka. Demikian juga tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar.

5. KONSEP PERGAULAN DALAM ISLAM

Islam telah mengatur perilaku dalam remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :

a. Menutup Aurat

Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. ( An-Nur: 31)

Aurat bagi-bagi yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurot bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.

Di samping aurat, pakaian yang dikenakan tidak boleh ketat sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan atau tipis sehingga tembus pandang.

b. Menjauhi Perbuatan Zina

Page 13: Makalah Agama UAS Semester 3

Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan diperbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus menjaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32 :

Artinya :    “Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”

Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :

1) Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.

2) Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.

Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergualan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi :

a. Mengucapkan Salam

b. Meminta Izin

c. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda

d. Bersikap santun dan tidak sombong

e. Berbicara dengan perkataan yang sopan

f. Tidak boleh saling menghina

g. Tak boleh saling membenci dan iri hati

h. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat

i. Mengajak untuk berbuat kebaikan

6. IPTEK

Al-Qur’an bukan satu-satunya sumber IPTEK, namun IPTEK harus berdasar pada Al-Qur’an.

DIKOTOMI

Di Indonesia, gagasan tentang perlunya integrasi imtak dan iptek ini sudah lama digulirkan. Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan

Page 14: Makalah Agama UAS Semester 3

ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa pengembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.

Secara lebih spesifik, integrasi imtak dan iptek ini diperlukan karena empat alasan.

a. Iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

b. Pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.

c. Dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

d. Imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu

Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.

(Q.S. An-Nur:39).

Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah:

Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (Q.S. Al-Baqarah :201).