Makalah Agama New
description
Transcript of Makalah Agama New
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM
PERSPEKTIF AGAMA”
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Mojokerto, 7 November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pngetahuan dan teknologi di bidang kedokteran berkembang dengan pesat. Salah
satunya adalah kemajuan dalam teknik transfuse dan transplantasi organ tubuh. Transfuse dan
transplantasi organ tubuh merupakan suatu teknologi medis untuk melakukan transfuse darah
dan penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang
lain. Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan
pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-
obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat
ditransplantasikan. Dalam beberapa kepustakaan disebutkan bahwa transplantasi organ sudah
dilakukan sejak tahun 600 SM. Dimana saat itu Susruta dari India telah melakukan
transplantasi kulit.
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu organ ke orang
lain. Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medic yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi
pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan
kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini
terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medic ini tidak dapat dilakukan
begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medic, yaitu dari segi agama,
hokum, budaya, etika da moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam
menetapkan terapi transplantasi adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (living related
donor, LDR) dan donasi organ jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait (hokum, kedokteran, sosiologi , pemuka agama, pemuka
masyarakat), pemerintah dan swasta.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan transfusi darah dan transplantasi organ tubuh?
2. Bagaimana ketentuan dalam transfusi darah dan transplantasi organ tubuh?
3. Bagaimana pandangan islam tentang transfusi darah dan transplantasi organ tubuh?
4. Bagaimana hubungan pendonor dengan resipien?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian transfuse darah dan transplantasi anggota badan.
2. Untuk mengetahui ketentuan (syarat) transfuse dan transplantasi anggota badan.
3. Untuk mengetahui pendangan islam tentang transfusi darah dan transplantasi organ
tubuh?
4. Untuk mengetahui hubungan pendonor dengan resipien?
D. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan, yaitu menggunakan buku-buku literatur yang sesuai dengan pembahasan
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Transfusi
1.1 Pengertian
Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah
penerima (resipien). Definisi lain adalah sutu proses pekerjaan memindahkan darah
dari orang yang sehat kepada orang yang sakit. Lalu Dr. Ahmad Sofyan mengartikan
transfusi darah dengan istilah “pindah-tuang darah” sebagaimana dikemukakannya
dalam rumusan definisinya yang berbunyi:
“Pengertian pindah-tuang darah adalah memasukkan darah orang lain ke
dalam pembuluh darah orang yang yang akan ditolong”
Sedangkan Asy-Syekh Husain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya
sebagai berikut:
�ه� �ات ي ح� ق�اذ� ن � ال� ض� الم�ر�ي �ل�ى إ ح� ي الص�ح� م�ن� �ه� �قل �ن ب ان� س� �ن اإل � �د�م ب �ف�اع# ت �ن اإل ه#و� ج� ع�ال� �ل ل � الد�م �قل# .ن
Artinya:
Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.
1.2 Ketentuan dalam transfusi darah
Syarat – Syarat Calon Donor Darah :
1. Keadaan Umum : bukan pecandu alkohol atau narkoba, tidak menderita penyakit
jantung, paru-paru, hati, ginjal, kencing manis, penyakit darah, gangguan pembekuan
darah, epilepsi, kanker, penyakit kulit kronis, kecuali diperbolehkan oleh dokter yang
merawat.
2. Umur 17 – 60 tahun
3. Berat badan 50 kg atau lebih (minimal 45 kg)
4. Tekanan darah
- Siastole : 120-140 mmHg
- Diastole : 80 – 100 mmHg
5. Nadi 50-100/menit teratur
6. Tidak hamil, menyusui, menstruasi bagi wanita,(boleh donor setelah 6 bulan
melahirkan, 3 bulan setelah berhenti menyusui.)
7. Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
8. Bukan pencandu alkohol/narkoba.
9. Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
10. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak
penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan.
11. Sudah sarapan / makan.
Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
1. Pernah menderita hepatitis B.
2. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
3. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
4. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
5. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
6. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
7. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, etanus
dipteria atau profilaksis.
8. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica,
measles, tetanus toxin.
9. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
10. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
11. Sedang menyusui.
12. Ketergantungan obat.
13. Alkoholisme akut dan kronik.
14. Sifilis.
15. Menderita tuberkulosa secara klinis.
16. Menderita epilepsi dan sering kejang.
17. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
1.3 Keuntungan dan Tujuan transfusi darah
Keuntungan Transfusi Darah
1. Ketika seseorang menyumbangkan darah, sumsum tulangnya dirangsang untuk
menghasilkan sel darah merah baru. Ini akan membuat organ pembentuk darah kita
untuk berfungsi lebih efektif dan sel-sel aktif.
2. Seorang dokter akan memeriksa calon donor yang mengajukan diri pada prosedur
secara gratis. Dia akan juga tahu golongan darahnya dan tahu apakah dia menderita
anemia atau tidak. Donor akan diberi tahu mengenai penyakit dilihat dalam darah
sebagai hasil dari tes skrining.
3. Menjaga kesehatan jantung, saat kita rutin mendonorkan darah, maka jumlah zat
besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan resiko penyakit jantung.
4. Membantu penurunan berat tubuh, menjadi donor darah adalah salah satu metode
diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Dengan memberikan sekitar 450 ml darah,
akan membantu proses pembakaran kalori kira – kira 650.
5. Mendapatkan kesehatan psikologis, menyumbangkan hal yang tidak ternilai
harganya kepada sahabat kita yang membutuhkan akan membuat kita merasakan
kepuasan psikologis.
6. Mendeteksi penyakit serius, tiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur
standarnya adalah darah kita akan diperiksa terlebih dahulu sehingga kita bisa
mengetahui apakah kita memiliki penyakit serius atau tidak seperti HIV, hepatitis,
siphilis, malaria. Bagi yang menerima darah, ini adalah informasi penting agar tidak
tertular penyakit serius tersebut. Sedangkan untuk si pendonor, ini adalah RAMBU
PERINGATAN agar kita lebih mencintai tubuh kita sendiri
Tujuan dalam memberikan tindakan transfusi darah adalah
1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen (transfusi darah dapat
meningkatkan kadar Hb dalam darah, fungsi dari Hb adalah mengangkut oksigen)
2. Memperbaiki volume darah tubuh.
3. Memperbaiki kekebalan dalam tubuh. Pemberian transfusi darah dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita, hal ini karena dalam darah mempunyain
komponen leukosit yang berperan sebagai makrofag (pemakan antigen atau zat asing)
4. Memperbaiki masalah pembekuan. Pemberian transfusi dapat meningkatkan fungsi
trombosit yang berperan penting dalam pembekuan darah, sehingga dapat mencegah
terjadinya perdarahan.
1.4 Pandangan islam mengenai transfusi darah
Islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbang darahnya
untuk tujuan kemanusiaan, bukan komersialisasi. Baik darahnya itu disumbangkan
secara langsung kepada orang yang memerlukan transfusi darah, misalnya untuk
anggota keluarga sendiri, maupun diserahkan kepada palang merah atau bank darah
untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong orang yang memerlukan.
Penerima sumbangan darah tidak disyariatkan harus sama dengan donornya
mengenai agama/kepercayaannya, bangsa/suku bangsanya, dan sebagainya. Karena
menyumbangkan darah dengan ikhlas itu adalah termasuk amal kemanusiaan yang
sangat dihargai dan dianjurkan oleh islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia,
sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayan 32 :
Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka
seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
Jadi, boleh saja mentransfusi darah seorang muslim untuk orang non –muslim
(Katolik, budha, dan sebagainya), dan sebaliknya demi menolong dan memuliakan/
menghormati harkat dan martabat manusia. Sebab Allah sebagai Khalik alam semesta
termasuk manusia berkenaan memuliakan manusia, sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 70 :
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam (manusia)
Berdasarkan ayat di atas, maka sudah seharusnya manusia bisa saling tolong
menolong, dan menghormati sesamanya (mutual respect).
Adapun dalil syar’i yang bisa menjadi pegangan untuk membolehkan transfusi
darah tanpa mengenal batas agama dan sebagainya, berdasarkan kaidah hukum fiqih
Islam yang berbunyi:
م�ه� �حر�ي ت ع�ل�ى ل# �ي الد�ل �د#ل� ي �ى ح�ت �اح�ة# �ب اإل �اء� ي ش� األ ف�ى صل#
� �أل ا
Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu itu boleh hukumnya, kecuali kalau ada
dalil yang mengharamkannya.
Sedangkan tidak ada satu ayat dan satu hadis pun yang secara eksplisit atau
dengan nash yang sharih melarang transfusi darah; maka berarti transfusi darah
diperbolehkan, bahkan perbuatannya sebagai donor darah itu ibadah, jika dilakukan
dengan niat mencari keridhaan Allah dengan jalan menolong jiwa sesama manusia.
Jelaslah, bahwa persyaratan diperbolehkannya transfusi darah itu berkaitan
dengan masalah medis, bukan masalah agama. Persyaratan ini harus dipenuhi, karena
adanya kaidah- kaidah hukum Islam sebagai berikut:
a) ال# #ز� ي ر# �لض�ر� ,ا artinya Bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya
kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.
b) ر� �الض�ر� ب ال# #ز� ي ال� ر# �لض�ر� artinya Bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya ,ا
lain (yang lebih besar bahayanya). Misalnya seorang yang memerlukan transfusi
darah karena kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh menerima darah
orang yang terkena AIDS, sebab bisa mendatangkan bahaya yang lebih
besar/berakibat fatal.
c) ار� ض�ر� ال� و� ر� ض:ر� artinya Tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri ,ال�
dan tidak pula membuat mudarat kepada orang lain. Misalnya seorang pria yang
impoten atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh. Demikian pula
seorang yang masih hidup tidak boleh menyumbangkan ginjalnya kepada orang
lain.
1.5 Hubungan antara Donor dan Resipien
Transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya hubungan
kemahraman (haram perkawinan) antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut
dalam Al-Qur’a Surat An-Nisa ayat 23, ialah :
a. Mahram karena adanya hubungan nasab. Misanya hubungan antara anak dengan
ibunya atau saudaranya sekandung/sebapak/seibu dan sebagainya.
b. Mahram karena adanya hubungan perkawinan. Misalnya hubungan antara
seorang dengan mertuanya atau anak tiri dari istri yang telah disetubuhi dan
sebagainya.
c. Mahram karena adanya hubungan sepersusuan. Misalnya hubungan antara
seorang dengan wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang
sepersusuan dan sebagainya.
Kemudian pada ayat berikutnya (An-Nisa ayat 24) ditegaskan bahwa selain
wanita-wanita yang tersebut pada An-Nisa ayat 23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab
tidak adanya hubungan kemahraman, kecuali mengawini seorang wanita bersama
bibinya secara poligamis dilarang berdasarkan hadis Nabi. Maka jelaslah, bahwa
transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara donor dan
resipien. Karena itu, perkawinan antara donor dan resipien diizinkan oleh agama
(hukum Islam), berdasarkan mafhum mukhalafah Surat An-Nisa ayat 23-24 tersebut
di atas.
1.6 Hukum Memperjualbelikan Darah
Dalam hadits Jabir yang diriwayatkan dalam kedua kitab shahih, Bukhari dan
Muslim. Jabir berkata yang artinya sebagai berikut :
“Rasulullah saw. bersabda, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan
memperjualbelikan khamar, bangkai, babi dan berhala. (lalu Rasulullah ditanya para
sahabat), bagaimana (orang Yahudi) yang memanfaatkan minyak bangkai; mereka
pergunakan untuk memperbaiki kapal dan mereka gunakan untuk menyalakan lampu?
Rasul menjawab, semoga Allah melaknat orang Yahudi, diharamkan minyak (lemak)
bangkai bagi mereka, mereka memperjualbelikannya dan memakan (hasil)
harganya.”
Hadits Jabir ini menjelaskan tentang larangan menjual najis, termasuk
didalamnya menjual darah, karena darah juga termasuk najis sebagaimana yang
dijelaskan oleh surah Al-Maidah ayat 3. Menurut hukum asalnya menjual barang najis
adalah haram. Namun yang disepakati oleh para ulama hanyalah khamar atau arak dan
daging babi. Sedangkan memperjualbelikan barang najis yang bermanfaat bagi
manusia, seperti memperjualbelikan kotoran hewan untuk keperluan pupuk,
dibolehkan dalam Islam (menurut madzhab Hanafi).
Menjual darah untuk kepentingan transfusi diperbolehkan asalkan penjualan itu
terjangkau oleh yang menerima bantuan darah. Karena yang menjual darah atau
donor memerlukan tambahan gizi untuk kembali memulihkan kondisi tubuhnya
sendiri setelah darahnya didonorkan, tentunya untuk memperoleh gizi tambahan
tersebut memerlukan biaya.
Demikian juga apabila darah itu dijual kepada suatu Bank Darah atau Yayasan
tertentu yang bergerak dalam pengumpulan darah dari para donor, ia dapat meminta
bayaran dari yang menerima darah, agar Bank Darah atau yayasan tersebut dapat
menjalankan tugasnya dengan lancar. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk
menutupi kebutuhan-kebutuhan dalam tugas oprasional Bank Darah dan Yayasan,
termasuk gaji dokter, perawat, biaya peralatan medis dan perlengkapan lainnya. Akan
tetapi bila penjualan darah itu melampaui batas kemampuan pasien untuk tujuan
komersial, jelas haram hukumnya.
2. Transplantasi Anggota Badan
2.1 Pengertian
Pencangkokan (transplantasi) ialah pemindahan organ tubuh yang mempunyai
daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak
berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis biasa, harapan
penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.
Pada saat ini juga, ada upaya memberikan organ tubuh kepada orang yang
memerlukan, walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang
buta. Hal ini khusus donor mata bagi orang buta.
Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada waktu ini adalah :
mata, ginjal dan jantung. Karena ketiga organ tubuh tersebut sangat penting fungsinya
untuk manusia terutama sekali ginjal dan jantung.
2.2 Macam-macam Transplantasi organ tubuh
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahannya sendiri, yaitu:
a. Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi yang cermat
dan general check up (pemeriksaan kesehatan yang lengap), baik terhadap donor
maupun terhadap si penerima (resipien), demi menghindari kegagalan transplantasi
yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh resipien, dan sekaligus untuk mencegah
resiko bagi donor.
b. Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga kuat akan meninggal segera.
Untuk tipe ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat kontrol dan
penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat pernapasan khusus. Kemudian
alat-alat penunjang kehidupan tersebut di cabut, setelah selesai proses pengambilan
ogan tubuhnya. Hanya kriteria mati secara medis/klinis dan yuridis perlu ditentukan
dengan tegas dan tuntas. Apakah kriteria mati itu ditandai dengan berhentinya denyut
jantung dan pernafasan (sebagaimana rumusan PP No. 18/1981) ataukah ditandai
dengan berhentinya fungsi otak (sebagaimana rumusan Kongres IDI tahun 1985).
Penegasan criteria mati secara klinis dan yuridis itu sangat penting bagi dokter sebagai
pegangan dalam menjalankan tugasnya, sehingga ia tidak khawatir dituntut
melakukan pembunuhan berencana oleh keluarga yang bersangkutan sehubungan
dengan praktek transplantasi itu.
c. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara
medis tinggal menunggu penetuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan
yuridis dan harus diperhatikan pula daya tahan tubuh yang mau diambil untuk
transplantasi.
2.3 Macam-macam Transplantasi Organ Tubuh
1. Organ Thoracic :
Jantung
Paru-paru
2. Organ Abdomen :
Hati
Ginjal
Pankreas
Usus
Perut / Lambung
3. Organ, sel, cairan
Tangan
Kornea
Kulit
Pulau Langerhaus ( sel Pankreas)
Sumsum Tulang
Pembuluh Darah
Katup Jantung
Tulang
2.4 Ketentuan dalam Transplantasi Organ Tubuh
Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 4 persyaratan:
1. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang
didatangkan oleh tindakan tersebut atas diri penerima.
2. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan
donor atau fungsi tubuhnya.
3. Perkiraan penerimaan organ tersebut oleh penerima
4. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaram dan bebas, dengan
mengetahui resiko yang mungkin terjadi
Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah:
1. Keamanan: tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima organ.
Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan
sarana dan alat kesehatan
2. Voluntarisme: transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa dilakukan
jika telah ada persetujuan dari donot dan ahli waris atau keluarganya (pasal 34 ayat 2
UU No. 23/1992). Sebelum meminta persetujuan dari donor dan ahli waris atau
keluarganya, dokter wajib memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada
donor (pasal 15 PP 18/1981).
2.5 Pandangan islam mengenai transplantasi organ tubuh
Apabila pencakokkan mata (selaput bening mata atau kornea mata), ginjal, dan
jantung dari donor dalam keadaan hidup sehat, maka Islam tidak membenarkan
(melarang), karena :
1. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 195 :
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan
Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah berbuat sesuatu yang bisa
berakibat fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai tujuan kemanusiaan yang luhur.
Misalnya seorang menyumbangkan sebuah matanya atau sebuah ginjalnya kepada
orang lain yang buta atau tidak berfungsi ginjalnya, sebab selain ia mengubah ciptaan
Allah yang membuat buta mata dan ginjal berpasangan, juga ia menghadapi resiko
sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata atau
ginjalnya yang tinggal sebuah itu.
2. Kaidah Hukum Islam
ل�ح لم�ص�ا ا ج�لب� ع�ل�ى م#ق�د�م= د� س� لم�ف�ا ا ء# د�ر
Menghindari kerusakan/resiko didahulukan atas menarik kemaslahatan
Misalnya, menolong orang dengan cara mengorbankan dirinya sendiri bisa
berakibat fatal bagi dirinya, tidak dibolehkan oleh Islam.
3. Kaidah Hukum Islam
ر� �الض�ر� ب ال# #ز� ي ال@ ر# �لض�ر� ا
Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya.
Misalnya, bahaya yang mengancam jiwa si A, tidak boleh diatasi/dilenyapkan
dengan cara yang bisa menimbulkan bahaya baru yang mengancam jiwa orang yang
menolong si A tersebut.
Apabila pencangkokkan mata, ginjal, atau jantung dari donor dalam keadaan
koma atau hampir meninggal; maka Islam pun tidak mengizinkan, karena :
1. Hadits Nabi
ار ض�ر� و�ال� ر� ض�ر� ال�
Tidak boleh membikin mudarat pada dirinya dan tidak boleh pula membikin mudarat
pada orang lain.
Misalnya orang yang organ tubuh dari seorang donor yang belum mati secara klinis
dan yuridis untuk transplantasi, berarti ia membuat mudarat kepada donor yang
berakibat mempercepat kematiannya
2. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi
mempertahankan hidupnya; tetapi hidup dan mati itu di tangan Allah. Karena itu
manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri) atau mempercepat
kematian orang lain, sekalipun dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk
mengurangi/menghentikan penderitaan si pasien.
Apabila pencangkokan mata, ginjal, atau jantung dari donor yang telah
meninggal secara yuridis dan klinis, maka menurut penulis, Islam bisa mengizinkan
dengan syarat:
1. Resipien (penerima sumbangan donor) berada dalam keadaan darurat, yang
mengancam jiwanya dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan nonmedis,
tetapi tidak berhasil.
2. Pencangkokkan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih gawat
bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelum pencangkokkan.
2.6 Hubungan antara Donor dan Resipien
Bagaimana menurut islam, apakah donor organ tubuh itu bisa mendapat pahala,
jika resipien (penerima organ tubuh) orang yang saleh, dan apakah si donor juga
menanggung dosa, jika resipien-nya orang yang suka berbuat maksiat? Pertanyaan ini
dapat dijawab dengan tegas “tidak”! berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut.
1. Al-Qur’an Surat Al-Najm ayat 39-41 :
Artinya:
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).
kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna,
Ayat-ayat di atas menunjukkan, bahwa setiap orang hanya akan mendapat
balasan/ganjaran dari Allah sesuai dengan amalnya masing-masing.
2. Al-Qur’an Surat Al-Najm ayat 38 :
Artinya:
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
Ayat ini menunjukkan, bahwa seorang tidak menanggung dosa orang lain.
Berdasarkan ayat ini dan ayat-ayat tersebut diatas (Al-Najm 39-41), maka islam tidak
mengenal swarga nunut, neraka katut.
3. Hadits Nabi :
�د ي Aح� ل ص�ا Aد� و�ل و� أ �ه� ب �ف�ع# ت #ن ي A م ل وع�
� أ ، Aة� ر�ي ا ج� Aق�ة ص�د� Aث �ال� ث م�ن �ال� إ #ه# ع�م�ل ق�ط�ع� �ن ا ن� ا س� �ن اإل ت �ذ�ام�ا إ
�ه# ع#ول
Jika manusia itu telah meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali yang
meninggalkan tiga hal, yaitu : 1. Sedekah/amal jariah (wakaf), 2. Ilmu yang
diambil bernanfaatnya oleh orang lain, dan 3. Anak saleh yang mendoakan untuk
orang tuanya. (Hadits riwayat Al-Bukhari dan lain-lain dari Abu Hurairah)
Karena itu, menurut penulis, donor organ tubuh tidak bertanggung jawab atas
perbuatan resipien, sebagaimana ia (donor) tidak berhak memperoleh pahala dari
amalan-amalan yang baik dari resipien, sebab sumbangan organ tubuh itu tidak
termasuk dalam kategori tiga hal yang disebut dalam hadist di atas.
Juga perlu diingat, bahwa yang salah bukan organ tubuh, tetapi pusat pengendali,
yaitu pusat urat saraf. Oleh karena itu tidak usah khawatir dengan organ tubuh yang
disumbangkan, karena tujuannya adalah untuk kemanusiaan dan dilakukan dalam
keadaan darurat. Hal ini sama dengan hukum transfusi darah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara memindahkannya
dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang membutuhkannya, untuk mempertahankan
hidupnya. Dan Islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan
darahnya untuk tujuan kemanusiaan. Juga perlu diketahui bahwa transfusi darah itu tidak
membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman (haram perkawinan) antara donor
dan resipien.
2. Pencangkokan (transplantasi) ialah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya
hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik. Pandangan Islam terhadap transplantasi ketiga organ tubuh tersebut tergantung
kepada kondisi donornya, apakah donor dalam keadaan hidup sehat, koma ataukah dalam
keadaan mati.
B. Saran
Semoga makalah kami ini mampu memberikan manfaat dan bahan pembelajaran bagi
segenap pembaca. Apabila dalam makalah kami ini masih banyak kekurangan, kami mohon
maaf. Dan dari para pembaca kami harapkan kritik dan sarannya untuk membangun makalah
ini supaya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2003.
Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah. Jakarta: PT RajaGrafindo. 2000.
Majhudin. Masailul Fiqhiyah. Jakarta : Kalam Mulia. 2003.
Zuhfi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. 1997.
file:///C:/Users/Admin/Documents/Makalah%20Transfusi%20dan%20Transplantasi
%20Anggota%20Badan%20-%20Oasis%20Pengetahuan.htm
file:///C:/Users/Admin/Documents/Transfusi%20darah%20menurut%20Islam
%20%20%20KI%20-%20STAIN%20Samarinda.htm