Makalah-Agama-Islam-Aliran-Sesat.pdf

21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik para tokoh pelopornya, pengikutnya serta masyarakat secara keseluruhan. Problem aliran sesat mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat. Aliran sesat bukan fenomena baru, selain dia mengambarkan anomali, juga kemungkinan adanya deviasi sosial yaitu selalu ada komunitas yang abnormal. Baik berada dalam abnormalitas demografis, abnormalitas sosial, maupun abnormalitas psikologis. Sedangkan bentuk deviasi dapat bersifat individual, situasional dan sistemik. Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya dengan satu kriteria, karena bisa jadi seseorang berkategori normal dalam pengertian kepribadian tetapi abnormal dalam pengertian sosial dan moral. Demikian halnya dengan para penganut aliran sesat, akan diperoleh kriterium kategori yang tidak tegas. Salah satu yang paling mungkin untuk menyatakan kesesatan adalah defenisi atau batasan ketidaksesatan yang bersifat formalistik atau diakui sebagai batasan institusional. Walaupun sudah jelas dituangkan dalam Firman Allah SWT: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (Al-Maidah 5:3). Merebaknya panji-panji yang bertentangan dengan esensi ajaran agama Islam dewasa ini, tentu melahirkan problematika yang serius, yang patut untuk 1

Transcript of Makalah-Agama-Islam-Aliran-Sesat.pdf

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik

    para tokoh pelopornya, pengikutnya serta masyarakat secara keseluruhan. Problem

    aliran sesat mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat.

    Aliran sesat bukan fenomena baru, selain dia mengambarkan anomali, juga

    kemungkinan adanya deviasi sosial yaitu selalu ada komunitas yang abnormal. Baik

    berada dalam abnormalitas demografis, abnormalitas sosial, maupun abnormalitas

    psikologis. Sedangkan bentuk deviasi dapat bersifat individual, situasional dan

    sistemik. Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya dengan satu

    kriteria, karena bisa jadi seseorang berkategori normal dalam pengertian kepribadian

    tetapi abnormal dalam pengertian sosial dan moral. Demikian halnya dengan para

    penganut aliran sesat, akan diperoleh kriterium kategori yang tidak tegas. Salah satu

    yang paling mungkin untuk menyatakan kesesatan adalah defenisi atau batasan

    ketidaksesatan yang bersifat formalistik atau diakui sebagai batasan institusional.

    Walaupun sudah jelas dituangkan dalam Firman Allah SWT:

    Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-

    cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu

    (Al-Maidah 5:3).

    Merebaknya panji-panji yang bertentangan dengan esensi ajaran agama Islam

    dewasa ini, tentu melahirkan problematika yang serius, yang patut untuk

    1

  • didiskusikan, Mengingat tidak ada perubahan aturan ibadah yang telah ditetapkan

    oleh Nabi Muhammad SAW.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Dalam makalah ini, kami mencoba memaparkan pembahasan tentang latar

    belakang munculnya aliran-aliran sesat di Indonesia, mengapa aliran-aliran tersebut

    dianggap/divonis sesat dan bagaimana cara menghindarinya.

    C. TUJUAN

    Dari penjelasan makalah ini kami sebagai penulis bertujuan untuk memenuhi

    tugas mata kuliah Agama Islam di samping itu untuk memperdalam pemahaman

    mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang pemikiran aliran-aliran sesat

    Islam yang tersebar di Indonesia.

    2

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A. DEFINISI ALIRAN SESAT

    Kata sesat dapat diartikan sebagai keyakinan yang dianut seseorang yang

    menjadi keyakinan publik, atau menjadi keyakinan para pengikutnya, sehingga orang

    yang di ikuti keyakinannya yang sesat disebut menyesatkan. Sedangkan pengertian

    sesat menyesatkan (dallun mudillun) adalah paham atau pemikiran yang dianut dan

    diamalkan oleh sebuah kelompok yang bertentangan dengan aqidah dan syariat Islam

    serta dinyatakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyimpang berdasarkan dalil

    Syari1.

    Aliran sesat dapat didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang menyimpang

    dari mainstream masyarakat, namun batasan ini menjadi rancu karena kriteria

    kesesatan bersifat multikriteria. Oleh karena itu silang pendapat apakah suatu aliran

    sesat atau tidak merupakan masalah tersendiri yang tidak mudah. Aliran hanya dapat

    dinyatakan sebagai sesat apabila mengacu pada satu kumpulan kriteria yang

    dinyatakan secara apriori sebagai tidak sesat. Oleh karena itu ukuran sosiologis,

    politis dan psikologis hanya merupakan penjelas saja tentang kemungkinan-

    kemungkinan mengapa seseorang/kelompok menjadi bagian dari aliran sesat.

    1 (Rakermas MUI, 6/11/07, Jakarta)

    3

  • B. FENOMENA ALIRAN SESAT

    Pertanyaan kita apakah aliran sesat itu semakna dengan gerakan sempalan.

    Martin van Bruinussen (Pendiri International Institute of The Study of Islam in

    Modern WORLD / ISIM) mengatakan memang agak sedikit sukar membedakan

    antara mana gerakan sempalan, mana gerakan yang dinilai menyimpang atau sesat

    dan mana gerakan keagamaan yang dilarang karena kepentingan politik. Dalam

    konteks sosiologis gerakan keagamaan, secara sederhana hanya dikenal dua

    terminologi yaitu aliran ortodoks (mainstream) dan aliran sempalan. Gerakan

    ortodoks atau mainstream dianggap Islam yang paling tepat dan (dalam batas-batas

    tertentu) dinilai paling benar, disamping dianut oleh banyak orang. Dalam konteks

    Indonesia, menurut Martin gerakan ini diwakili oleh organisasi seperti MUI,

    Muhammadiyah maupun NU. Sedangkan istilah gerakan sempalan menurut Martin

    lazim dipakai secara normatif untuk aliran agama yang dinilai sesat dan

    membahayakan. Namun, Martin menegaskan bahwa, kedua istilah tersebut berlaku

    secara kontekstual, dalam artian status ortodoksi dan sempalan atau sesat itu tidak

    berlaku tetap, akan tetapi dinamis. Kemudian, Martin juga menyadari bahwa, prinsip-

    prinsip seperti ini memang beresiko, karena dalam sejarah perkembangan pemikiran

    dalam Islam terlihat bagaimana antara kalangan tradisionalis dan modernis saling

    menilai sesat satu sama lain, meskipun penilaian ini ada yang dinyatakan secara

    eksplisit ada yang tidak.

    Batasan terhadap pengertian atau istilah yang kita gunakan menjadi sangat

    penting, untuk menghindari kesewenang-wenangan tafsir atas gerakan keagamaan.

    Terus terang saja, khusus untuk kata aliran atau kelompok sempalan, dalam kosa kata

    4

  • Indonesia bermakna peyoratif2, baik dalam konteks sosial maupun politik. Istilah ini

    oleh pemerintah Orde Lama dan Orde Baru di jadikan instrumen untuk munculnya

    beberapa gerakan keagamaan yang dinilai mengancam stabilitas dan integrasi

    bangsa. Ternyata instrumen ini efektif untuk membasmi kelompok-kelompok yang

    dikelompokkan sebagai ekstrim kanan.

    Seiring dengan perubahan waktu dan perkembangan masyarakat, ternyata

    istilah sesat ini juga tetap bermakna peyoratif dan tetap efektif untuk mengeliminasi

    keberadaan kelompok lain yang dinilai berseberangan dengan sikap dan pendirian

    Kita. Hanya dengan satu kata, sesat, menghina, orang tanpa pikir panjang bisa

    serta merta kehilangan kendali rasionalitas dan rasa kerahiman antara sesama

    manusia. Ironisnya, terkadang mereka bertindak tanpa mengetahui duduk persoalan

    secara persis dan mendalam. Terlebih lagi, jika institusi atau tokoh-tokoh kharismatik

    yang menjustifikasi penilaian tersebut, mereka akan semakin yakin, seakan-akan

    membawa SK pembenaran untuk merusak, memukul dan membunuh satu sama lain.

    Dalam konteks ini, sekali lagi untuk menghindari kesewenang-wenangan

    dalam menjustifikasi keberadaan pluralitas paham, kita perlu membuat batasan yang

    lebih rasional dan jernih, bukan semata-mata atas dasar ketidaksenangan atau

    ketidaksukaan subjektif, apalagi prasangka. Kalau kita menelaah secara lebih

    mendalam tentang keberadaan paham-paham keagamaan, tidak memadai menilai

    sesat sebuah paham jika semata berdasarkan karena orang berbeda paham dengan

    kita. Kemudian, jika kita ingin mengatakan bahwa, ini atau itu adalah ajaran yang

    sesat, setidaknya kita dapat menjelaskan, atas dasar apa kita menilai sebuah ajaran itu 2 Peyoratif ialah unsur bahasa yang memberikan makna menghina, merendahkan, dan sebagainya http://kamusbahasaindonesia.org

    5

  • sesat. Di karenakan di Indonesia aliran sesat terus saja berkembang. Tidak hanya

    aliran sesat yang beranggotakan banyak orang, aliran sesat yang beranggotakan

    beberapa orang pun tumbuh subur. Bak jamur di musim hujan, aliran-aliran sesat

    berkembang sejak kran reformasi dibuka. Maka penyesatan demi penyesatan

    menghinggapi umat Islam. Sebagian ajarannya menjadikan para pemeluknya

    menyimpang dari ajaran Islam. Setidaknya, untuk sampai kepada penilaian tentang

    sesat tidaknya sebuah ajaran agama adalah; (1) harus dibedakan antara sengaja

    merusak dan menghina ajaran agama dengan sekedar perbedaan persfektif dalam

    melakukan penafsiran; (2) wilayah mana yang dinilai telah dirusak oleh mereka

    yang dinilai sesat, seperti wilayah peribadatan yang telah berlaku qathi, atau wilayah

    aqidah atau muamalah yang terbuka peluang terjadinya dialog dengan menghadirkan

    beragam persfektif, seperti filosofis, mistik (tashawuf), logika dan ilmu pengetahuan;

    (3) dilihat dari aspek teologis, yaitu apakah ajaran tersebut cenderung membawa

    orang kepada kemudharatan atau semangat pembangkangan (perlawanan) terhadap

    kemashalatan umum. Inipun membutuhkan satu kajian yang lebih mendalam, agar

    tidak terjadi tirani atas nama kebenaran dan menghindarkan kemudharatan bagi

    ummat; (4) hal yang paling penting, dan ini jarang terjadi dalam kehidupan nyata,

    perlu ada ruang dialog terbuka secara santun dan rasional, tidak untuk memeriksa

    kepercayaan (tahkim), akan tetapi untuk memahami konstruksi atau persfektif mereka

    yang memiliki pandangan keagamaan yang berbeda. Jika keempat hal ini kita

    praktekkan, setidaknya dapat mengurangi praktek kesewenang-wenangan dalam

    penafsiran.

    6

  • Ditambah lagi, dalam sejarah perkembangan Islam, seringkali intrik politik

    berhasil menyelinap ke dalam justifikasi normatif keagamaan, sehingga sukar menilai

    bahwa, proses justifikasi kesesatan sebagai murni fenomena normatif keagamaan,

    akan tetapi kental dengan kepentingan ideologi dan politik praktis.

    Tabel yang dikemukakan oleh R. Hrair Dekmejian berikut memperlihatkan bahwa,

    konflik senantiasa mewarnai proses peralihan kekuasaan politik dalam Islam. Kalau

    kita mengkaji secara lebih mendalam, juga akan terlihat dalam konstelasi politik

    tersebut, juga inklud proses justifikasi normatif keagamaan, sebagai sarana untuk

    meningkatkan konsolidasi diri. Sebagai contoh, ketika terjadi konflik antara

    pendukung Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Syofyan, kemudian berbuntut

    dengan penguatan afiliasi pengikut menjadi Syiah dan Al Sunnah, memperlihatkan

    bagaimana konflik ini tidak hanya memecah ummat Islam ke dalam afiliasi politik

    praktis, akan tetapi juga membuat ummat Islam terjebak pada posisi diametral untuk

    saling mengkafirkan (atau saling mengklaim sesat) antara satu dengan lainnya.

    Tabel 1. Gerakan Keagamaan Dalam IslamPemimpin Gerakan Sebab-sebabUmar II (w.720) Degenerasi moral Umayyah

    Ibn Hanbal (w. 855) Imposisi Abbasiyah terhadap doktrin atau represi nagara yang dikuasai Mutazilah.Ibn Hazm (w. 1064) Kemunduran dan kekalahan Umayyah di Spanyol.

    Ibn Taimiyyah (w. 132 Kehancuran Abbasiyah/Penaklukan Bangsa Tatar / Krisis ekonomi dan moral.Ibn Abd al-Wahhab (w.1791) Kemunduran Turki-Utsmani/Krisis moral dan agama.

    Gerakan Sanusiyah (1880an) Krisis keagamaan masyarakat tribal/Penaklukan Bangsa Italia.

    Gerakan Mahdiyah (1880an)

    Konflik keagamaan masyarakat tribal/Krisis ekonomi / Penguasa Anglo-Mesir-Turki.

    Gerakan Salafiyyah (1890an) Militer Eropa/Imperialisme kultural dan ekonomi.

    Ikhwanul Muslimin (1930an) Krisis sosial-ekonomi-politik/Kehadiran imperialis Inggris.

    7

  • Sumber : R. Hrair Dekmejian, Islamic Revival, Catalysts, Categories, and Consequences, dalam Shireen T. Hunter (ed.), The Politics of Islamic Revivalism, Diversity and Unity, 1988. (dalam Moeflich Hasbullah, 2007)

    Untuk memahami fenomena aliran yang dinilai sesat di Indonesia, kami

    sebagai penulis melihatnya sebagai sebuah gejala sosio-politis, ketimbang sebagai

    sebuah gejala keagamaan murni. Secara sosiologis, bermunculan banyak aliran sesat

    dan fenomena masyarakat mudah percaya dengan segala janji-janji yang instan, ini

    dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah; ketika masyarakat sedang

    mengalami diorientasi hidup, ketika masyarakat mengalami frustasi secara sosial,

    politik dan ekonomi (atau ketika masyarakat terlalu lama berada dalam kondisi

    penderitaan), ketika masyarakat tidak mampu lagi menghadapi kenyataan hidup

    yang serba sulit. Disorientasi hidup adalah kondisi dimana manusia tidak lagi

    memiliki arah atau pedoman hidup yang jelas. Segala jalan yang mereka tempuh tidak

    memberikan arti dan bermakna lagi bagi mereka. Akibatnya mereka terus menerus

    mencari pemuasan diri, namun rasa dahaga juga bergerak (berbanding terbalik) dari

    hasrat pemuasan tersebut. Akibatnya, kepuasan dan kesenangan yang diperoleh

    hanya kesenangan yang bersifat semu dan palsu (pseudo) belaka. Kondisi seperti ini

    yang disebut dengan disorientasi hidup, akibatnya mereka akan sangat mudah

    diombang-ambing oleh situasi (keadaan), karena mereka berharap dapat menemukan

    kepuasan yang mereka cari, meskipun kadang akal sehat mereka tidak lagi berfungsi

    sepenuhnya.

    Kondisi kedua adalah ketika masyarakat mengalami frustasi secara sosial,

    politik dan ekonomi. Akibat terlalu lama menderita secara ekonomi dan sosial, orang

    8

  • akan merasa kehilangan harapan (hopeless), kehilangan masa depan (futureless) dan

    kehilangan gairah (passionless) yang pada akhirnya akan meruntuhkan

    kepercayaan secara politik (kepada otoritas politik). Pekerjaan sulit, cari makan sulit,

    sehari-hari kita hidup dalam dunia yang terancam dan lingkaran kekerasan,

    kebengisan melihat tabiat para pemimpin (atau mereka yang mengklaim suara rakyat)

    ataupun kemarahan terhadap sepak terjang para penegak hukum, kondisi-kondisi ini

    akan mendorong timbulnya kemarahan yang menggumpal, yang akan berbuntut rasa

    frustasi secara sosial, ekonomi maupun secara politik. Kondisi mental seperti akan

    membuat kita tidak stabil, baik secara intelektual, mental dan sosial. Orang yang

    rapuh situasi intelektual, mental dan sosial tersebut akan sangat gampang terjebak

    kepada lingkaran kemarahan (kekerasan) atau mengambil jalan pintas escafe from

    reality (lari dari kenyataan). Pilihan untuk menjadi penganut ajaran-ajaran sesat

    yang menjanjikan dengan cepat solusi atas persoalan tersebut. Atau malah

    mengambil bagian dari gerakan perlawanan sosial sebagai bentuk reaksi terhadap

    keadaan yang dinilai korup (despotism, meskipun dalam tafsiran kesemestaan dirinya

    sendiri), dimana kekerasan adalah salah satu manifestasi dari semangat pembebasan

    tersebut.

    Kondisi ketiga adalah ketika masyarakat tidak mampu lagi menghadapi

    kenyataan hidup yang serba sulit. Menurut Hrair Dekmejian (Profesor Ilmu Politik

    Universitas Souther California Los Angeles) dalam bukunya Islam and Revolution:

    Fundamentalism in the Arab World (Syracuse University Press, 1985) mengatakan

    bahwa, ada relevansi antara krisis sosial dengan kebangkitan agama. Dengan

    mengambil sampel yang terjadi di dunia Islam (selama 14 abad) memperlihatkan

    9

  • bahwa, Islam telah menunjukkan kapasitasnya yang unik untuk memperbarui dan

    mereformulasi dirinya melalui suatu sistem yang ia sebut self-regenerating social

    mechanism (mekanisme sosial regenerasi diri). Mekanisme ini berfungsi merespon

    suasana dimana ideologi-ideologi dan kekuatan-kekuatan sosial sedang bertempur

    satu sama lain. Mekanisme tersebut berfungsi secara otomatis pada saat integritas

    moral atau eksistensi umat sedang terancam. Dekmejian berupaya membuktikan

    tesisnya bahwa, siklus dinamika krisis dan kebangkitan ini terimplementasikan pada

    hampir sepanjang sejarah Islam. Reaksi kebangkitan dalam sejarah dunia Islam

    beragam, mulai dari gerakan radikal (revivalis) hingga gerakan neo-moderen

    (liberalis). Jika analisa Dekmejian ini kita pakai, ketika krisis yang terjadi (baik

    dalam konteks sosial, ekonomi dan politik) terus menerus terjadi tanpa ada

    penyelesaian, lambat laun ia akan membentuk siklus dinamika krisis, dalam kondisi

    seperti ini maka akan muncul beragam reaksi (kebangkitan), mulai dari gerakan yang

    diam (seperti ajaran-ajaran agama yang menyimpang), tapi ada juga yang memilih

    gerakan yang sifatnya ramai (dengan cara kekerasan). Krisis sosial (kemiskinan,

    kebodohan, prostitusi, perjudian dsb), krisis ekonomi (kenaikan harga BBM,

    kesulitan mencari lapangan kerja dan rasa hopeless), krisis politik (runtuhnya

    kepercayaan terhadap pemimpin dan elit politik).

    Sebagaimana yang telah diuraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aliran sesat

    di Indonesia disebabkan beberapa faktor, antara lain:

    1. Kurang efektifnya dakwah atau lemahnya pembinaan umat beragama secara

    internal

    10

  • 2. Adanya pihak eksternal yang memicu, sebagaimana tercantum dalam

    Al Quran surat Al Baqarah ayat 109 dan 120

    Banyak di antara ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat

    mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena

    rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka

    maafkanlah dan berlapang dada-lah, sampai Allah memberikan perintah-

    Nya. Sungguh Allah Maha kuasa ata ssegala sesuatu (QS.AlBaqarah:109)

    Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidakakan rela kepadamu

    (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah,

    Sesungguh nya petunjuk Allah itu petunjuk (yang sebenarnya). Dan jika

    engkau mengikuti keinginan mereka setelah itu (kebenamn) sampai

    kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah (QS.

    Al Baqarah:120).

    Dan di Indonesia sendiri adalah negara yang berpenduduk mayoritas muslim

    terbesar di dunia. Dan dalam diri mereka (orang-orang yang ingin

    menghancurkan Islam) adanya suatu kekhawatiran bahwa peradaban Islam

    diprediksi akan kembali berjaya seperti dimasa Dinasti Abbasiyah (750 1258

    M). Oleh karena itu , mereka menghancurkan akidah umat Islam agar umat

    Islam terpecah belah dan tidak Berjaya kembali.

    3. Pengaruh globalisasi dan informasi yang membawa paham-paham yang

    bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

    11

  • 4. Rasa frustasi umat akibat kondisi keterpurukan ekonomi yang lemah sehingga

    membuat seseorang kurang mendalami ajaran agamanya dan dapat dikatakan

    bahwa kefakiran itu menyebabkan kekafiran.

    Dari fenomena kehidupan ini, bangsa Indonesia mengalami kehebohan yang

    luar biasa. Paham atau aliran menyimpang (sesat) merebak dimana-mana. PBNU

    mencatat, sejak tahun 2001 hingga 2008 sedikitnya ada sekitar 250 paham atau aliran

    yang menyimpang berkembang di Indonesia. Mulai dari aliran kerajaan Lia Eden,

    pemimpin agama Salamullah yang mengaku dirinya sebagai perwakilan Jibril,

    pengikut al-Qiyadah yang mengimani Ahmad Musaddeq sebagai Rasulnya,

    Ahmadiyah yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa- al-Masih, Darul

    Arqam, pemimpinnya mengaku bertemu dengan Nabi, komunitas yang menjalankan

    shalat dengan dua bahasa dan beberapa aliran lainnya. Ciri-ciri dari kesesatan atau

    aliran sesat yang berkembang di Indonesia, dikemukakan oleh Majelis Ulama

    Indonesia (MUI) yang mengeluarkan maklumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu:

    1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci,

    Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam

    (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat,

    dan Haji);

    2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-

    Quran dan As-Sunah);

    3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al Quran;

    4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Quran;

    12

  • 5. Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah

    tafsir;

    6. Mengingkari kedudukan hadits Nabi SAW sebagai sumber ajaran Islam;

    7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul;

    8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir;

    9. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang

    telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu

    tidak 5 waktu;

    10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syari, seperti mengkafirkan

    seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.;

    Kesepuluh maklumat yang dikeluarkan oleh MUI bukan tanpa dasar, bahkan

    dilandasi oleh banyak dalil dari Al Quran dan Al Hadist serta bersesuaian dengan

    prinsip-prinsip Ahlussunah Wal Jamaah. Selain itu kami mencoba untuk membahas

    ciri-ciri lain dari aliran-aliran sesat yang berkembang di Indonesia, antara lain:

    1. Memiliki amalan-amalan khusus yang tidak berdasar

    Sebagian aliran sesat memiliki amalan-amalan tertentu yang nyeleneh. Misalnya,

    ada aliran sesat yang memerintahkan pengikutnya bersetubuh di depan

    pemimpinnya, atau aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu, atau aliran

    yang mengharuskan pengikutnya pergi mengembara (khuruj) dalam jangka waktu

    tertentu. Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Quran, hadits

    atau contoh dari para sahabat. Padahal Rasulullah SAW melarang keras berbuat

    sesuatu dalam agama kecuali ada landasannya dari dalil. Beliau shallallahu

    13

  • alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan

    ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim no. 1718)

    2. Menjanjikan penebusan dosa dengan amalan tertentu tanpa dalil

    Semua dosa terhapus dengan menyumbang infaq sebesar sekian juta kepada

    imam, atau semua dosa hangus jika ikut hijrah, atau semua dosa sirna jika

    berhasil mengajak sekian orang menjadi pengikut. Itulah yang dijanjikan

    sebagian aliran sesat. Padahal tentunya kita semua sepakat masalah pengampunan

    dosa adalah kuasa Allah Taala. Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa

    tentunya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah Taala melalui Al

    Quran atau melalui lisan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Semisal puasa

    Asyura, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Puasa Asyura

    akan menghapus dosa setahun yang lalu. (HR. Muslim no. 2804). Juga amal-

    amal kebaikan, dapat menghapuskan dosa-dosa. Sebagaimana firman Allah

    Taala (yang artinya), Sesungguhnya amal-amal kebaikan menghapuskan amal-

    amal keburukan (Q.S. Huud: 114). Namun kepastian diampuni dan besarnya

    ampunan berpulang pada kehendak Allah Taala, sebagaimana firman-Nya (yang

    artinya), Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, namun Allah

    mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki (Q.S. An Nisa: 48)

    3. Mengajak kepada semangat kekelompokan (hizbiyyah)

    Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk

    berkelompok-kelompok dalam agama. Kelompok-kelompok tersebut pun

    dijadikan tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro). Lebih parah lagi jika

    ditambahi dengan taqlid buta dengan kelompoknya. Sehingga ia mati-matian

    14

  • berpegang teguh pada aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh

    kelompok meskipun bertentangan dengan Al Quran dan As Sunnah. Jika

    demikian, mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Karena Allah Taala

    memerintahkan ummat Islam untuk bersatu di atas kebenaran. Allah Taala

    berfirman (yang artinya), Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah, dan

    janganlah kalian berpecah-belah (QS. Al Imran: 103)

    4. Mengajak untuk memberontak kepada penguasa muslim

    Imam Ahmad bin Hambal atau dikenal dengan Imam Hambali berkata, (Pokok

    keyakinan Ahlus Sunnah menurut kami, salah satunya adalah) tidak halalnya

    memerangi penguasa muslim yang sah. Dan tidak halal bagi seorang pun untuk

    memberontak kepadanya. Orang yang memberontak dan memeranginya maka ia

    adalah ahli bidah yang telah keluar dari jalan kebenaran. (Lihat Ushul As

    Sunnah). Islam mengajarkan ummatnya agar patuh kepada penguasa, presiden,

    raja, perdana menteri atau sejenisnya dan tidak memberontak, meskipun ia adalah

    penguasa yang zhalim. Selama ia seorang muslim yang mengerjakan shalat. Jika

    ia seorang yang zhalim, maka kewajiban rakyat adalah memberi nasehat dengan

    cara yang baik, bukan memberontak dan tetap taat kepadanya pada hal-hal yang

    tidak bertentangan dengan syariat.

    Suatu ketika seorang sahabat, yaitu Salamah bin Yazid Al Jufiy bertanya kepada

    Rasulullah SAW, Bagaimana pendapat engkau jika penguasa yang memerintah

    kami menuntut haknya namun tidak menunaikan hak kami, apa yang engkau

    perintahkan kepada kami? Lalu Rasulullah SAW berpaling darinya, kemudian

    Salamah bertanya lagi kedua kali atau ketiga kalinya. Lalu Al Asyats bin Qais

    15

  • menariknya dan Rasulullah SAW berkata: Patuhi dan taatilah ia, karena mereka

    akan menanggung tanggung jawabnya dan kalian menanggung tanggung jawab

    kalian. (HR. Muslim). Dalam hadits lainnya, dari Hudzaifah, Rasulullah SAW

    juga bersabda, Dengarlah dan taat kepada pemimpinmu, walaupun mereka

    menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat

    kepada mereka. (HR. Muslim)

    16

  • BAB III

    PENUTUP

    Aliran sesat bukan semata masalah kesesatan berpikir, tetapi juga masalah

    psikologis individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dinamika kehidupan yang

    berat, kekacauan sistem sosial dan ketidakpastian nilai-nilai yang ditawarkan oleh

    kapitalisme dan liberalisme menyebabkan orang-orang dengan kecenderungan

    psikiatrik menempuh kehidupan yang sesat dan menyesatkan tanpa disadarinya.

    Meskipun kasus-kasus demikian jarang menjadi ranah para psikolog dan psikiater

    tetapi fakta menunjukkan bahwa problem psikologis dengan gejala psikiatrik delusi3,

    halusinasi dan mimpi aneh menjadi bagian yang perlu dicermati secara ilmiah

    terutama pada para pemimpin aliaran dan gerakan. Hal ini penting agar dapat

    melakukan deteksi dini akan adanya keanehan perilaku.

    Apalagi bila informasi (dakwah) yang disajikan kurang sistematis, memberi

    sosulis dan menyehatkan jiwa akan semakin mudah terbentuknya komunitas atau

    gerakan kesesatan dengan variasi yang tidak pernah berhenti.

    Lebih parah lagi apabila kesesatan dibiarkan sejak awal dan menunggu menguat

    manjadi komunitas besar, maka kesesatan akan dipahami sebagai keniscayaan

    kebenaran.

    Sudah saatnya dakwah dikelola dengan lebih membumi dan menjadi solusi

    bagi persoalan hidup serta ketersediaan sistem sosial yang mampu mencegah

    kesesatan semakin mendapat ruang.3 Delusi adalah pikiran atau pandangan yang tidak berdsar (tidak rasional), pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan

    17

  • Sementara bagi mereka yang baru terlibat/terkena/terjebak/tertipu oleh aliran

    (pikiran, pengetahuan, dan keyakinan) sesat agar diberi kesempatan untuk

    memperoleh informasi yang memadai, mendalam dan intensif agar mereka menyadari

    kekeliruannya. Kesempatan tersebut disertai sikap empati, memaklumi, tidak

    menghakimi, bersifat argumentatif dan penuh kasih sayang dalam kerangka dakwah.

    Sedangkan bagi kesesatan yang bersifat masif, telah menjadi gerakan, dipimpin

    dengan terencana dan tersetruktur maka segera dihentikan agar tidak menyebabkan

    komplikasi sosiologis dan psikologis yang merepotkan.

    Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku tinggalkan di

    tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada

    keduanya, yaitu Kitabullah (Al Quran) dan Sunnah (Hadits). (HR. Al Hakim.

    Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan).

    Dari hadits ini jelaslah bahwa cara agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang

    teguh terhadap Al Quran dan Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Yaitu

    dengan mempelajarinya, lalu mengamalkannya. Abu Bakar Ash Shiddiq

    radhiyallahu anhu berkata, Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah

    shallallahu alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut

    jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang. (HR. Bukhari dan

    Muslim)

    Pada hadits tersebut terdapat isyarat pentingnya mempelajari ilmu agama,

    yaitu Al Quran dan Hadits. Karena pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam

    kesesatan adalah orang yang tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik

    dan benar. Sebagaimana Allah Taala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat

    18

  • sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) Atau apakah kamu mengira

    bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami? Mereka itu tidak lain

    hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya dari binatang ternak

    itu (QS.Al Furqan: 44)

    Karena ilmu agama akan menjaga seseorang dari kemaksiatan dan kesesatan.

    Semakin tinggi ilmunya, semakin tebal perisainya terhadap kemaksiatan dan

    kesesatan. Sebagaimana perkataan para ulama kita terdahulu ketika membandingkan

    ilmu dan harta: Ilmu akan menjaga pemiliknya di dunia dan di akhirat. Sementara

    harta tidak dapat menjagamu. Bahkan dirimulah yang menjaga harta-hartamu di

    dalam kotak dan lemari. (Dinukil dari Kayfa Tatahammas fi Thalabil Ilmi Asy

    Syari, Abul Qaqa Alu Abdillah)

    Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang

    terhindar dari pengaruh aliran sesat, antara lain:

    1. Mempelajari ilmu agama. Selain karena hukumnya wajib, dengan

    mempelajari agama seseorang akan mampu mengetahui ajaran-ajaran yang

    tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam.

    Hadirilah majelis-majelis talim yang dibimbing oleh ustadz yang terpercaya.

    2. Kenali dan pahami ciri-ciri aliran sesat

    3. Sering bergaul dengan ahlul ilmi, yaitu orang-orang yang memiliki kapasitas

    ilmu agama yang baik, atau orang-orang yang semangat menuntut ilmu agama

    4. Jadilah insan yang ilmiah, yang senantiasa melakukan sesuatu atas dasar yang

    kokoh

    19

  • 5. Taruhlah rasa curiga bila menemukan sekelompok orang yang berdakwah

    Islam namun dengan cara sembunyi-sembunyi dan takut diketahui orang

    banyak

    6. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama atau ustadz yang terpercaya

    ketika menemukan sebuah keganjilan dalam praktek beragama

    7. Berdoa memohon pertolongan Allah agar dihindarkan dari kesesatan dan

    dimantapkan dalam kebenaran. Sebagaimana dicontohkan pula oleh

    Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau berdoa: Yaa muqollibal

    quluub, tsabbit qolbii alaa diinik . Artinya: Ya Allah, Dzat Yang Membolak-

    balikan Hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. (HR. Muslim)

    Terakhir, penulis menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian agar

    membudayakan sikap saling menasehati dalam kebaikan. Karena Rasulullah

    shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Agama adalah nasehat (HR.Bukhari dan

    Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di balik sebuah harapan besar agar

    kaum muslimin sekalian terhindar dari jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan

    kebenaran. Sehingga jika pembaca menemukan ciri-ciri aliran sesat sebagaimana

    telah disebutkan, kewajiban pertama adalah menasehati. Bukan menyesat-nyesatkan,

    mencaci-maki, melakukan aksi anarkis apalagi memvonis kafir. Sebab, terjerumus

    dalam jalan kesesatan belum tentu kafir. Dan juga kami mengharap melalui masukan

    dari rekan-rekan sekalian. Wa Allah Aalam bi shawab.

    DAFTAR PUSTAKA

    20

  • Majelis Ulama Indonesia (MUI), 10 (Sepuluh) Kriteria Aliran Sesat, 9 November 2007. Diakses dari http://www.media-islam.or.id/2007/11/09/mui-sepuluh-kriteria-aliran-sesat.

    Martin van Bruinessen, "Gerakan sempalan di kalangan umat Islam Indonesia: latar belakang sosial-budaya" ("Sectarian movements in Indonesian Islam: Social and cultural background"), dalam Ulumul Qur'an vol. III no. 1, 1992, 16-27. Diakses dari http://igitur-archive.library.uu.nl/let/2007-0313-203322/bruinessen_92_gerakan_sempalan.pdf

    Yahdillah, Aliran Sesat Dalam Perspektif Psiklogi, 20 Juli 2008. Diakses dari http://www.ilmupsikologi.com/?p=51

    Eka Hendry Ar., Memahami Aliran Sesat di Indonesia: Tinjauan Sosiologi, 22 April 2009. Diakses dari http://caireu-mediasipontianak.com/main.php?op=informasi&sub-informasi=1&mode=detail&id=23&lang=id

    An-Natijah, Timbulnya Aliran Sesat, 29 Juli 2008. Diakses dari http://mimbarjumat.com/archives/104

    Yulian Purnama, Aliran Sesat, Kenali dan Hindari, 12 Maret 2009 (Buletin At-Tauhid). Diakses dari http://buletin.muslim.or.id/manhaj/aliran-sesat-jauhi-dan-hindari

    Moh. Yasin, Pseudo-Mujtahid dan Menjamurnya Aliran Sesat, 28 Agustus 2008, Di akses dari http://muhammad-yasin.blogspot.com/2008/08/pseudo-mujtahid-dan-menjamurnya-aliran.html.

    Dan dimuat di Koran Suara Karya, Edisi 29 Agustus 2009

    21