Makalah Bab 6 Aliran-Aliran Pendidikan

35
ALIRAN – ALIRAN PENDIDIKAN DISUSUN OLEH : 1. EVELINA ASTRA PATRIOT 2. FRESTY RIANTY 3. INTAN PERMATA SARI 4. SEPTIANA SARI 5. SHERLY MARGARETA F. DOSEN PENGASUH : Drs. ROMLI MANARUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Transcript of Makalah Bab 6 Aliran-Aliran Pendidikan

ALIRAN – ALIRAN PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

1. EVELINA ASTRA PATRIOT2. FRESTY RIANTY3. INTAN PERMATA SARI4. SEPTIANA SARI5. SHERLY MARGARETA F.

DOSEN PENGASUH :

Drs. ROMLI MANARUS

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2010

KATA PENGANTAR

Pertama – tama, puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya lah kami bisa menyelesaikan makalah ini

dengan sebaik – baiknya sesuai dengan target yang diinginkan.

Makalah ini berisi mengenai pengetahuan tentang pengantar

pendidikan yang berkaitan dengan materi – materi ALIRAN – ALIRAN

PENDIDIKAN DI INDONESIA. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa referensi

yang terkait mengenai materi yang akan dibahas dalam makalah ini.

Pada kesempatan yang baik ini, tidak lupa kami menyampaikan

ucapan terimakasih kepada dosen pengasuh yang telah membimbing dalam

pendalaman materi yang dibahas. Selain itu, terimakasih kami sampaikan kepda

teman – teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga

makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan target yang diinginkan.

Kami telah berusaha untuk membuat hasil makalah ini menjadi

makalah dengan pembahasan materi – materi yang lengkap. Tentunya makalah

ini mempunyai kelemahan karena adanya keterbatasan penulis dalam

penyusunan makalah. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran dari pembaca khususnya sehingga makalah ini menjadi lebih baik.

Indralaya, November 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………………………………………2

Daftar isi……………………………………………………………………………………………………………..3

BAB I…………………………………………………………………………………………………………………..4

1. Latar Belakang………………………………………………………………………………………..42. Tujuan……………………………………………………………………………………………………..4

BAB II………………………………………………………………………………………………………………….6

1. Aliran Klasik dan Gerakan Baru Dalam Suatu Pendidikan……………………..6a. Aliran – aliran klasik dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap

pemikiran pendidikan di Indonesia…………………………………………………..7

b. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan di

Indonesia…………………………………………………………………………………………11

2. Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia…………………………………………16

a. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa..............................................17

b. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam……………………………………………………19

BAB III………………………………………………….……………………………………………………….….24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………25

BAB I

1. LATARBELAKANGGagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai

dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun

di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring

dengan pekembangan sosial – budaya dan perkembangan iptek.

Pemikiran – pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu

disebut aliran – aliran pendidikan.

Seperti dalam bidang – bidang lainnya, pemikiran –

pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti suatu diskusi

berkepanjangan yakni pemikiran – pemikiran terdahulu selalu di

tanggapi pro dan kontra oleh pemikir – pemikir berikutnya, dan karena

dialog tersebut akan melahirkan lagi pemikiran – pemikiran baru, dan

demikian seterusnya.

Agar diskusi berkepanjangan itu dapat diikuti dan dapat

dipahami, maka berbagai aspek dari aliran – aliran itu harus dipahami

terlebih dahulu. Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan,

utamanya calon pakar kependidikan, harus memahami berbagai aliran –

aliran itu agar dapat menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran

– pemikiran dalam pendidikan itu.

2. TUJUAN

Setelah mempelajari dan membahas materi ini, anda

diharapkan dapat :

a. Memahami aliran – aliran klasik dalam pendidikan ( empirisme,

nativisme, naturalisme, dan konvergensi ) serta pengaruhnya di

Indonesia.

b. Memahami beberapa gerakan baru dalam pendidikan, utamanya

pengajaran, serta pengaruhnya di Indonesia.

c. Memahami gagasan – gagasan pokok dua tonggak pemikiran

pendidikan di Indonesia ( Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan

Ruang Pendidik INS Kayu Tanam), upaya – upaya, dan hasilnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN.

Pemikiran – pemikiran tentang pendidikan telah dimulai

pada zaman Yunani Kuno, dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya,

akhirnya berkembang pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Pemikiran itu tersebar

keseluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara, seperti : dibawa

oleh bangsa penajah ke daerah jajahannya, melalui bacaan ( buku dan

sejenisnya), dibawa oleh orang – orang yang pergi belajar ke Eropa / AS.

Aliran – aliran klasik yang meliputi aliran empirisme,

nativisme, dan konvergensi merupakan aliran yang mewakili berbagai variasi

pendapat tentang pendidikan, mulai dari yang pesimis sampai optimis. Aliran

yang paling pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan

mungkin merusak bakat yang telah dimiliki anak. Sedangkan aliran yang sangat

optimis memandang anak seakan – akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka

hati.

Terdapat beberapa gagasan yang lebih bersifat satu

gerakan dalam pendidikan yang pengaruhnya masih terasa sampai kini, yakni

gerakan – gerakan pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah

kerja dan pengajaran proyek. Gerakan ini sangat mempengaruhi cara – cara guru

dalam mengelola kegiatan beljar mengajar disekolah. Oleh karena itu, gerakan

itu dapat dikaji untuk memeperkuat wawasan dan pengetahuan tentang

pengajaran.

1. Aliran – aliran klasik dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap

pemikiran pendidikan di Indonesia.

Perbedaan pandangan tentang hakikat manusia itu berpangkal

pada perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia.

Terdapat perbedaan penekanan di dalam sesuatu teori kepribadian

tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh dalam

perkembangan kepribadian. Teori –teori dari strategi dispopsisisonal,

terutama yang berdasar pandangan biologis (konstitusional) dari

kreteshmer dan seldom, memberikan tekanan pada pengaruh faktor

hereditas, sedang teori – teori dari strategi behavioral dan strategi

phenomenologist menekankan faktor belajar. Kedua strategi yang

terakhir ini, meskipun keduanya menekankan faktor belajar, tetapi

mengemukakan pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses

belajar itu terjadi. Strategi behavioral memandang manusia sebagai

makhluk pasif yang tergantung pada pengaruh lingkungannya,

sedang strategi phenomenologist memandang manusia sebagai

makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan sendiri.

a. Aliran Empirisme

Aliram empirisme bertolak dari tradition yang

mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan

manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak

bergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak

dipentingkan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang

filsuf Inggris John Locke (1704 – 1932) yang mengembangkan

teori “ Tabularasa “, yakni anak dilahirkan di dunia bagaikan

kertas putih yang bersih. Penganut aliran ini masih pada

pendapat – pendapat yang memandang manusia sebagai

makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui

modifikasi tingkah laku. Hal tu tercermin pada pandangan

scientific psychology dari B.F. Skinner ataupun pandangan

behavioral. Pandangan behavioral juga masih bervariasi dalam

menentukan faktor apakah faktor yang paling utama dalam

prses belajar itu sebagai berikut :

1. Pandangan yang menekankan peranan stimulus terhadap

perilaku

2. Pandangan yang menekankan pranan dari dampak

ataupun balikan sesuatu perilaku

3. Pandangan yang menekankan pengamatan dan imitasi.

b. Aliran Nativisme

Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian tradition

yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga

faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang

berpengaruh terhadap perkembangan anak. Schopenhauer

( Filsuf Jerman 1788 – 1860 ) berpendapat bahwa bayi itu

lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk.

Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh

pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Istilah nativisme

dari asal kata ”natie” yang artinya terlahir. Bagi Nativisme,

lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak

akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.

Terdapat variasi pendapat dari pendekatan

phenomenology / humanistik tersebut sbagai berikut :

1. Pendekatan aktualisasi diri atau non-direktif

2. Pendekatan “Personal Construct”

3. Pendekatan “Gestalt”

4. Pendekatan “Search for meaning”

c. Aliran Naturalisme

Pandangan yang ada persamaannya dengan

Nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori oleh

seorang filsuf Prancis J.J Rousseau (1712-1778). Rousseau

berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan

mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan

menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Beliau juga

berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa

malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran

ini juga disebut,karena berpendapat bahwa pendidik wajib

membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata

lain pendidikan tak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah

menyerahkan anak didik kealam,agar pembawaan yang baik

itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses

dan kegiatan pendidikan itu.

d. Aliran konvergensi

Perintis aliran ini adalah William stern (1871 –

1939), seorang ahli pendidikan bangsa jerman yang

berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah

disertai pembawaan baik maupun buruk. Penganut aliran ini

berpendapat bahwa dalam proses pengembangan anak , baik

faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama

mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu

lahir tak akan berkembang dengan baik tanpa adanya

dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat

itu. Sebaliknya lingkungan yang baik tak dapat menghasilkan

perkembangan anak yang optimsls kalau memang pada diri

anak tak terdapat bakat yang diperlukan untuk

mengembangkan itu.

Karena itu, teori W-stern disebut teori konvergensi

(konvergen) artinya memusat kesatu titik. Jadi menurut teori

konvergensi :

1. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.

2. Pendidikan diartikan sebgaai pertolongan yang diberikan

lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan

potensi yang baik dan mecegah berkembangnya potensi

yang kurang baik

3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan

lingkungan.

e. Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan praktek

pendidikan di Indonesia.

Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di

Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya

persekolahan, dari pengusaha penjajah Belanda dan disusul

kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar dinegeri

Belanda pada masa penjajahan. Meskipun peranan pandangan

empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi

penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan alektif

fungsional yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun

ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergasi. Seperti

telah dikemukakan tumbuh-kembang manusia dipengaruhi

oleh berbagai faktor, yakni hereditas, lingkungan, proses

perkembangan itu sendiri, dan anugrah. Faktor itu merupakan

pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut

menentukan nasib manusia.

2. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap

Pelaksanaan di Indonesia.

Pendidikan sebagai kegiatan yang kompleks

menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik

yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen

tertentu saja. Gerakan – gerakan baru dalam pendidikan pada

umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatan mutu

pendidikan hanya dalam satu beberapa komponen saja.

Meskipun demikian, sebagai suatu sistem, penanganan satu atau

beberapa komponen itu akan mempengaruhi komponen yang

lain. Beberapa dari gerakan – gerakan baru tersebut memusatkan

diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar –

mengajar pada sistem persekolahan, seperti pengajaran alam

sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran

proyek dan sebagainya (Suparlan, 1984; Soejono, 1958).

a. Pengajaran Alam Sekitar

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak

dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar.

Perintis gerkan ini adalah Fr. A. Finger dan Hot Volle Leven.

Prinsip dari gerakan ini adalah :

1) Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan

secara langsung.

2) Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak

– banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk,

dengar, dan catat saja.

3) Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan

pengajaran totalitas suatu bentuk pengajaran dengan ciri -

ciri dalam poin sebagai berikut.

a. Suatu pengajarn yang tidak mengenai pembagian mata

pelajaran dalam daftar pengajaran.

b. Suatu pengajaran yang menarik minat

c. Suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan

pengajaran itu berhubungan satu sama lain secara teratur.

4) Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan

apersepsi intelektual yang kokoh dan tidak verbalistis.

5) Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional,

karena alam sekitar memberikan ikatan emosional dengan

anak.

Alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan

pengajaran memberikan dasar emosional, sehingga anak

menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu

yang diberikan kepadanya asal itu didasrkan dan atas dan

dimbil dari alam sekitarnya. J. Lingthart mengemukakan

pegangan dalam Het Volle Leven sebagai berikut :

1) Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu

sebelum mendengar namanya

2) Pengajaran sesungguhnya itu harus mendasari pengajaran

selanjutnya, atau mata pengajaran yang lain harus

dipusatkan atas itu.

3) Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya

kesemua jurusan agar murid faham akan hubungan antara

bermacam – macam lapangan dalam hidupnya

(pengajaran alam sekitar).

b. Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh

Ovideminat Decroly ( 1871 – 1932 ) dari Belgia dengan

pengajaran melalui pusat – pusat minat ( Centres d’interest ),

di samping pendapatnya tentang pengajaran global.

Pendidikan menurut Decroly berdasar pada semboyan : Ecole

pour la vie, par la vie ( sekolah untuk hidup dan oleh hidup ).

Pengetahuan anak harus bersifat subyektif dan

obyektif. Decroly menyumbangkan pendapat yang sangat

berguna bagi pengajaran dan pendidikan, yang merupakan

dua nilai yang khas dari Decroly :

1) Metode Global

2) Centre d’interest

Anak – anak mempunyai minat spontan terhadap

diri sendiri dan terhadap diri sendiri diri itu, dapat kita

bedakan menjadi : (a) Dorongan mempertahankan diri, (b)

Dorongan mencari makan dan minum, dan (c) Dorongan

memelihara diri sendiri. Sedangkan minat terhadap

masyarakat ialah : (a) Dorongan sibuk bermain – main, (b)

Dorongan meniru orang lain. Dorongan – dorongan inilah

yang digunakan sebagai pusat minat.

c. Sekolah Kerja

Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai

titik kulminasi dari pandangan – pandangan yang

mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.

J.A. Cornenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan

mengembangkan : pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan

(keterampilan, kerja tangan).

Sekolah kerja itu bertolak dari pandangan bahwa

pendidikan itu tidak hanya demi kepentingan individu tatapi

juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain, skolah

berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni : (1)

Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan,

(2) Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk

kepentingan Negara, dan (3) Dalam menunaikan kedua tugas

tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar

dengan jalan itu tiap warga Negara ikut membantu

mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan

keselamatan negara.

Berdasarkan hal itu, maka menurut G.

Kerschensteiner tujuan sekolah adalah :

(1) Menambah pengetahuan anak

(2) Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran

tertentu.

(3) Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan

jabatan dalam mengabdi negara

Kerschensteiner bependapat bahwa kewajiban

utama dalam sekolah adalah mempersiapkan anak – anak

untuk dapat bekerja. Banyaknya macam pekerjaan yang

menjadi pusat pelajaran, yang dibagi menjadi tiga

golongan besar :

(1) Sekolah – sekolah perindustrian ( tukang cukur, tukang

cetak, tukang kayu, tukang daging, masinis, dan lain –

lain )

(2) Sekolah – sekolah perdagangan ( makanan, pakaian,

bank, asuransi, pemegang buku, porselin, pisau, dan

gunting dari besi, dan lain – lain )

(3) Sekolah – sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik

para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan

warga negara yang baik.

Leo de Paeuw merupakan pengikut G.

Kerschensteiner , membuka lima macam seklah kerja

yaitu :

(1) Sekolah teknik kerajinan, (2) Sekolah dagang, (3)

Sekolah pertanian bagi anak laki-laki, (4) Sekolah

rumah tangga kota dan (5) Sekolah rumah tangga

desa. Kedua yang terakhir ini khusus untuk para

gadis dan dapat berhasil baik. Sedang sekolah-

sekolah bentuk lainnya bersifat intelektualistik.

d. Rintisan Pengajaran Proyek

Dasar filsofis dan paedagosis dari

pengajaran-pengajaran proyek diletakkan oleh Jhon

Dewey (1859-1952), namun pelaksanaannya

dilakukan oleh pengikutnya, utamanya

W.H.Kilpatrick (1871-….). Dewey menegaskan

bahwa sekolah haruslah sebagai mikrokomos dari

masyarakat (becoine a microcosm of society); oleh

karena itu, pendidikan adalah suatu proses

kehidupan iu sendiri dan bukannya penyampaian

untuk kehidupan di masa depan (education is a

process of living and not a preparation for future

living) Ulich,1950:318). Dikemukakan bahwa Dewey

merupakan peletak dasar dari falsafah

pramagtisme dan penganut behaviorisme.

Pengajaran proyek diAmrik

Khusus dalam bidang pengajaran,

Dewey menegaskan pengajaran proyek anak bebas

menentukan pilihannya merancang serta

memimpin. Proyek yang ditentukan oleh anak

mendorongnya mencari jalan keluar bila menemui

kesulitan.

e. Pengaruh Gerakan Baru Dalam Pendidikan Terhadap

Penyelengaraan Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat

untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk

pendidikan serta memupuk wawasan historis dari setiap

tenaga kependidikan. Kedua hal itu sangat penting karena

seiap keputusan dan tindakan kependidikan, termasuk di

bidang pembelajaran, akan membawa dampak bukan hanya

pada masa kini tetapi juga masa depan.

B. Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia

Dua “Aliran” pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan

adalah perguruan kebangsaan taman siswa dan ruang pendidikan INS Kayu

Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang

pendidikan di Indonesia. Namun, perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya

dibidang pendidikan tidak hanya terbatas oleh taman siswa dan INS itu saja.

Setelah Belanda memperkenalkan sistem persekolahan di

Indonesia, timbul pula berbagai upaya untuk mendirikan sekolah RA. Kartini

(1879 – 1904) sebelum menikah telah berhasil mendirikan sekolah untuk anak

perempuan di Jepara, dan setelah menikah didirikanlah pula di Rembang. Dan

demikianlah pula tokoh di bidang keagamaan (islam,Kristen,Khatolik,dan

sebagainya) setelah merintis persekolahan yang bercorak keagamaan sesuai

agamanya masing – masing, sebagai contoh Muhammaddiyah didirikan 1912

oleh K.H. Ahmad Dahlan. Yang bercorak kebangsaan adalah perguruan

kebangsaan Taman Siswa ( didirikan oleh K.H. Dewantara pada 3 Juli 1922 )

ruang pendidik INS Kayu Tanam ( didirikan oleh Muh. Sjafei pada 31 Oktober

1926 ).

1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa idirikan oleh Ki Hadkar

Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3

Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan

Taman Indria, Taman Dewasa.

a. Asas dan Tujuan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas

perjuangan untuk menghadapi kolonial Belanda. Ketujuh asas tersebut adalah

sebagai berikut.

1) Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur diri sendiri (zelf

bschikkingsrect) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri

kehidupan umum.

2) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang

dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.

3) Bahwa pengajaran harus berdasarpada kebudayaan dan kebangsaan

sendiri.

4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada

seluruh rakyat.

5) Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir

maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan

menolak bantuan apapun dari siapapun yang mengikat, baik ikatan lahir

maupun batin.

6) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak

harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan (zelf begrotings –

system).

7) Bahwa dalam mendidik anak – anak perlu keikhlasan lahir dan batin,

untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan anak

– anak.

Selanjutnya dikemukakan penjelasan resmi dari Perguruan

Kebangsaan Taman Siswa tentang ketujuh asas 1922 tersebut Ki Hajar

Dewantara 1952 : 270 – 271, wawasan kependidikan guru, 1982: 148 –

151.

Dalam perkembangan selanjutnya Taman Siswa

melengkapi “Asas 1922” tersebut dengan “Dasar – dasar 1974” yang

disenut “Panca Dharma”. Selain itu, tujuan perguruan Kebangsaan Taman

Siswa dapat dibagi dua jenis yakni tujuan yayasan atau keseluruhan

perguruan dan tujuan pendidikan. Tujuan yang pertama adalah :

1. Sebagai yang dinyatakan dalam keterangan “Asas Taman Siswa”

tahun 1922 Pasal 1, tujuan Taman Siswa sebagai badan perjuangan

kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang tertib dan damai.

2. Tertib yang sebenarnya tidak akan ada damai antara manusia.

b. Upaya – upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa

Peraturan Dasar Persatuan Taman Siswa menetapkan

berbagai upaya yang dilakukan Taman Siswa, baik dilingkungan

perguruan maupun diluar lingkunga perguruan itu. Di lingkungan

perguruan, untuk mencapai tujuannya (seperti yang dinyatakan dalam

pasal 8).

Selain upaya – upaya dalam lingkungan pergurua, untuk

mencapai tujuan Taman Siswa, juga berusaha diluar lingkungan

perguruan dengan jalan (Pasal 10).

c. Hasil – hasil yang dicapai

Yayasan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa telah

mencapai hal seperti : gagasan / pemikiran tentang pendidikan

nasional, lembaga – lembaga pendidikan dari Taman Indria sapai

dengan Sarjana Wiyata.

Akhirnya perlu dikemukakan harapan seperti yang

tercermin dalam Tajuk Rencana Harian Kompas menyambut Kongres

ke-16 hari dan jadi ke-70 Taman Siswa yang berjudul : “Menyegarkan

kembali Semanngat Humanisme Ki Haar Dewantara”.

Karena tanpa penyegaran dan dinamisasi, dapat terjadi

Taman Siswa sebagai “Indonesia Kecil” bisa mengikuti “sesama Taman

Siswa”. Harapan kita, semua penyegaran dan dinamisasi itu akan terus

berkembang agar Taman Siswa dapat maju.

3. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

31 Oktober 1926 Indonesia Nederlandsche School didirikan di Kayu Tanam, Sumatera Barat. Awalnya dipimpin bapaknya dan lalu diambil alih oleh Moh. Sjafei. Jumlah murid pertama kali adalah 75 murid.

Desember 1948 seluruh gedung INS dibumihanguskan.

Mei 1950 INS bangkit kembali oleh Moh. Sjafei dengan 30 murid.

Tahun 1952 mendirikan percetakan Sridharma dan menerbitkan majalah bulanan Sendi untuk anak-anak.

A. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Berpikir logis dan rasional

Keaktifan atau kegiatan

Pendidikan masyarakat

Memperhatikan pembawaan anak

Menentang intelektualisme

Setelah Indonesia merdeka, Moh. Sjafei mengembangkan azas – azas diatas menjadi Dasar – dasar Pendidikan Republik Indonesia (Moh. Sjafei, 1979: 31-86; dan Said, 1981: 57-69).

1) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan

3) Kesusilaan

4) Kerakyatan

5) Kebangsaan

6) Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan

7) Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan

8) Berakhlak (bersusila) setinggi mungkin

9) Bertanggung jawab akan keselamatan nusa dan bangsa

10) Berjiwa aktif positif dan aktif negatif

11) Mempunyai daya cipta

12) Cerdas, logis, dan rasional

13) Berperasaan tajam, tajam, dan estetis

14) Gigih atau ulet yang sehat

15) Correct atau tepat

16) Emosional atau terharu

17) Jasmani sehat dan kuat

18) Cakap berbahasa Indonesia, Ingggris, dan Arab

19) Sanggup hidup sederhana dan bersusah payah

20) Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan alat serba kurang

21) Sebanyak mungkin memakai kebudayaan nasional waktu mendidik

22) Waktu mengajar para guru sebanyak mungkin menjadi objek, dan murid sebagai subjek. Bila hal ini tidak mungkin barulah guru menjadi subjek dan murid menjadi objek

23) Sebanyak mungkin para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, tidak hanya pandai menyuruh saja

24) Diusahakan supaya pelajar mempunyai darah ksatria; berani karena benar

25) Mempunyai jiwa konsentrasi

26) Pemeliharaan (perawatan) sesuatu usaha

27) Menepati janji

28) a. Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-baiknya

b. Kewajiban harus dipenuhi29) Hemat

Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah

Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan

Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat

Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan bertanggung jawab

Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

B. Usaha – usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Di bidang kelembagaan, antara lain Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan seperti ruang

rendah (7 tahun, setara SD)

dan ruang dewasa (4 tahun, setara sekolah menengah) Tambahan pendidikan selama 1 tahun, program khusus

menjadi guru (Said, 1981:57-69)

Selain itu sebagai bagian dari usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, INS menerbitkan majalah anak Sendi, dalam rangka pemberantasan buta aksara dan angka dengan judul Kunci 13.

Dan INS melakukan usaha-usaha tsb dengan mandiri, dan menolak bantuan yang mungkin akan membatasi kebebasannya.

C. Hasil hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten, memiliki keterampilan/kerajinan, guna menjadi seorang pendidik yang profesional,

Menciptakan beberapa jenjang pendidikan

Menerbitkan bebearpa majalah dan buku dalam rangka menuntaskan buta huruf, aksara, dan angka

Memberikan penyegaran dan dinamisasi seiring perkembangan masyarakat dan iptek.

Dan upaya-upaya diatas dilakukan dalam kerangka pengembangan Sisdiknas, sebagai bagian dari usaha mewujudkan cita-cita Ruang Pendidik INS, yakni mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia.

BAB III

KESIMPULAN

Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan

masa yang akan datang terus berkembang. Hasil – hasil dari

pemikiran tersebut disebut aliran pendidikan atau gerakan baru

dalam suatu pendidikan. Aliran / gerakan tersebut memengaruhi

pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari

sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan – gagasan tentang

pendidikan yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan,

yakni Taman Siswa dan INS Kayu Tanam.

Kajian tentang berbagai aliran atau gerakan

pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan

historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar

para pendidik dapat memahami, dan pada gilirannya nanti dapat

memberikan kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Dan yang

tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan

wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan

memiliki bekal yang memadai dalam meninjau berbagai masalah

yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan

kebijakan dan tindakan sehari – hari.

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Prof. Dr. Umar.1995.Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Dasar Ilmu Pendidikan. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar

V, Buku IIA. 1981 . Jakarta : Proyek PIPT Ditjen Dikti Depdikbud.

Dewantara, Ki Hajar. 1962 . Karya Ki Hajar Dewantara . Yogyakarta : Majelis

Luhur Taman Siswa

Undang – undang tentang Sistem Pendidikan nasional ( UU RI No. 2 Tahun 1989 )

dan Peraturan Pelaksanannya. Jakarta : Sinar Grafika.

Wawasan Kependidikan Guru, Program Akta Mengajar V-B Komponen Dasar

Kependidikan, Buku II : Modul No. 5 (1982). Jakarta : PPIPT Ditjen Dikti

Depdikbud.