Makalah 8

33
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN PROGRAM PENGAJARAN FISIKA MODEL PEMBELAJARAN O L E H KELOMPOK IV ADELYNA OKTAVIA NASUTION/ 4123321001 ANDI PUTRA NAINGGOLAN / 4123321004 DEWI RATNA PERTIWI SITEPU / 4123321013 M. FADLI SURIADI / 4123321029 PRODI/KELAS : PENDIDIKAN FISIKA EKS A 2012 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of Makalah 8

MATA KULIAH : PENGEMBANGAN PROGRAM PENGAJARAN FISIKA

MODEL PEMBELAJARAN

O

L

E

H

KELOMPOK IV

ADELYNA OKTAVIA NASUTION/ 4123321001

ANDI PUTRA NAINGGOLAN / 4123321004

DEWI RATNA PERTIWI SITEPU / 4123321013

M. FADLI SURIADI / 4123321029

PRODI/KELAS : PENDIDIKAN FISIKA EKS A 2012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya

maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Model Pembelajaran”

untuk tugas mata kuliah Pengembangan Program Pengajaran Fisika.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas Pengembangan Program Pengajaran Fisika.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami

sungguh terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Tuhan YME memberikan imbalan yang setimpal

pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini

sebagai ibadah.

Medan, April 2015

Penulis

~ i ~

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran...................................................................................3

2.2 Model Pembelajaran Langsung.....................................................................................3

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif...................................................................................5

2.3.1 Jenis – Jenis Model Pembelajaran Kooperatif....................................................7

2.3.1.1 Tipe STAD.............................................................................................7

2.3.1.2 Tipe Jigsaw.............................................................................................8

2.3.1.3 Tipe Group Investigation........................................................................10

2.3.1.4 Tipe Think Pair Share (TPS)..................................................................11

2.4 Model Pengajaran Berdasarkan Masalah......................................................................11

2.5 Model Pembelajaran Inkuiri.........................................................................................12

2.5 Model Pembelajaran Kontekstual.................................................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

~ ii ~

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan

pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah

demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan

tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab

seperti dikatakan Reber, belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah

proses mendapatkan pengetahuan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut.

Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-

banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar

ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah

hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti

ini secara esensial belum memadai. Perlu Anda pahami, perolehan pengetahuan maupun

upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju

terbentuknya keperibadian seutuhnya.

Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan

kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada

pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan

meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya.

Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk

penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi

yang diterapkan dikelaspun juga individual.

Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan

pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada

lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan

dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah

kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal

adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.

~ 1 ~

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini aalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari model pembelajaran?

2. Bagaimana yang dikatakan model pengajaran langsung?

3. Bagaimana yang dikatakan model pembelajaran kooperatif?

4. Apa saja yang termasuk kedalam jenis – jenis model pembelajaran kooperatif?

5. Bagaimana yang dikatakan model pengajaran berdasarkan masalah?

6. Apa itu model pembelajaran inkuiri?

7. Bagaimana yang dikatakan model pembelajaran kontekstual?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian model pembelajaran

2. Mengetahui model pengajaran langsung

3. Mengetahui model pembelajaran kooperatif

4. Mengetahui jenis – jenis model pembelajaran kooperatif

5. Mengetahui model pengajaran berdasarkan masalah

6. Mengetahui model pembelajaran inkuiri

7. Mengetahui model pembelajaran kontekstual

~ 2 ~

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencenaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, flim, komputer,

kurikulum, dan lain-lain. Model Pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain

pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran

tercapai. (Joyce dalam Trianto, 2011: 22)

Adapun Soekanto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar

mengajar. (Trianto. 2011:22)

2.2 Model Pengajaran Langsung

Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2011 : 29) adalah “Salah satu

pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan

baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”.

Sejalan dengan Widaningsih, Dedeh (2010:150) bahwa pengetahuan prosedural yaitu

pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu, sedangkan pengetahuan

deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu.

Teori pendukung pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan teori belajar

sosial. Berdasarkan kedua teori tersebut, pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai

perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus-respon

bersifat mekanis, maka teori belajar social beraksentuasi pada perubahan perilaku bersifat

organis melalui peniruan.

~ 3 ~

Fase dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung

No Fase Peran Guru

1 Menyampaikan Tujuan

Pembelajaran dan mempersiapkan

siswa

Menjelaskan Tujuan, Materi Prasyarat,

memotivasi siswa, dan mempersiapkan siswa

2 Mendemonstrasikan Pengetahuan

dan Keterampilan

Mendemonstrasikan keterampilan atau

menyajikan informasi tahap demi tahap

3 Membimbing Pelatihan Guru memberi latihan terbimbing

4 Mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik

Mengecek kemampuan siswa dan memberikan

umpan balik

5 Memberikan latihan dan

penerapan konsep

Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan

menerapkan konsep yang dipelajari pada

kehidupan sehari-hari.

Kelebihan dan kekurangan model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan Model Pengajaran Langsung

1) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan

informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa

yang harus dicapai oleh siswa.

2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

3) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang

mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.

4) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual

yang sangat terstruktur.

5) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-

keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.

b. Kekurangan Model Pengajaran Langsung

1) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan

informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua

~ 4 ~

siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya

kepada siswa.

2) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal

kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau

ketertarikan siswa.

3) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi

siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

4) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran

ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya

diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan

pembelajaran mereka akan terhambat.

5) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi

dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung,

dapat berdampak negatif terhadapkemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan

keingintahuan siswa.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya

mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk

membantu satu sama lain dalam belajar.

Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model

pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan

dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris.

Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan

memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial

memberikanmekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut 

Lie ( 2004 ):

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar

siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan

positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling

~ 5 ~

ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling

ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.

2. Interaksi tatap muka

Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan

berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena

biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.

3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian

ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.

Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua

kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok

tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan

kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah

penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara

individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa

yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga

siswa lainnya.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu sebagai berikut:

FASE – FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : present goals and set

Menyampaikan tujuan dan memper

siapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap

belajar.

Fase 2 : present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada

paserta didik secara verbal.

Fase 3 : organize students into Memberikan penjelasan kepada

~ 6 ~

learning teams

Mengorganisir peserta didik ke

dalam tim – tim belajar

peserta didik tentang tata cara

pembentukan tim belajar dan

membantu kelompok melakukan

transisi yang efisien.

Fase  4 : assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim- tim belajar selama

peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5 : test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

 Fase 6 : provide recognition

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok.

2.3.1 Jenis – Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

2.3.1.1 Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang

dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat

orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru

menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang

materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative

Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi

yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru

kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.

~ 7 ~

FASE KEGIATAN GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan

informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

diajarkan atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok

2.3.1.2 Tipe Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s

dari Umiversitas Texas, USA.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu jenis pembelajaran

kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab dari materi yang

ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.

~ 8 ~

Konsep jigsaw merupakan pembelajaran tutor sebaya. Pembelajaran jigsaw diharapkan dapat

meningkatkan siswa untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikannya. Penerapan

model jigsaw dikelas adalah sebagai berikut:

1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok

2. Tiap kelompok terdiri atas 5-6 orang yang bersifat heterogen

3. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan

4. dari masing-masinh kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk kelompok

pakar

5. kelompok pakar kemudian kembali kekelompok semula untuk mengajari anggota

kelompoknya

6. guru berperan sebagai fasilitator dan motivator

7. tiap munggu atau dua minggu guru melaksanakan evaluasi

8. Bagi siswa dan kelompok siswa yang mendapat nilai hasil belajar yang sempurna diberi

penghargaan

Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif  jigsaw adalah

sebagai berikut:

Kelebihan Model Pembelajaran tipe Jigsaw :

a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada tim ahli yang bertugas

menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

b. Pemerataan materi dapat dicapai dalam waktu yang singkat.

c. Melatih siswa untuk berbicara dan berpendapat.

Kelemahan model pembelajaran tipe Jigsaw :

a. Prinsif utama pembelajaran ini adalah peer teaching,pembelajaran oleh teman sendiri, ini

akan menjadi kendala, karena perbedaan persepsi memahami konsep yang akan

didiskusikan bersama siswa lain.

b. Tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi

kepada temannya.

c. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini

diterapkan.

~ 9 ~

Data siswa tentang nilai, kepribadian,perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru, dan

butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe masing-masing siswa.

d. Model pembelajaran ini sulit diterapkan pada kelas yang memiliki siswa banyak (>40)

2.3.1.3 Tipe Group Investigation

Model ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini

siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari

melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok. Sintaks dari model pembelajaran group

investigation adalah sebagai berikut:

Fase Kegiatan Guru

Mempusatkan perhatian

siswa.

a) Memotivasi siswa (memfokuskan perhatian siswa)

dengan cara Tanya jawab berkaitan dengan materi dalam

kehidupan sehari-hari.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran

Mengidentifikasi topic dan

membagi siswa ke dalam

kelompok

a) Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk

memberikan kontribusi apa yang akan mereka selidiki

b) Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas

Merencanakan tugas Mempersiapkan dan menata sumber belajar sebagai sarana

siswa berfantasi agar dapat berinvestigasi secara optimal

Membuat penyelidikan Memfasilitasi, membimbing serta mengawasi siswa yang

sedang berfantasi dan berinvestigasi agar setiap kelompok

dapat bekerja optimal

Mempresentasikan tugas

akhir

a) Memberikan reinforcement pada kelompok yang

penampilannya baik dan memberikan motivais pada

kelompok yang kurang baik

b) Memberikan penegasan terhadap masing-masing bahasan

dari setiap kelompok

Evaluasi  pembelajaran a) Membantu siswa melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah  dipelajari yang telah dipelajat

sekali

b) Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran

c) Mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dengan

menggunaka tes hasil belajar

~ 10 ~

2.3.1.4 Tipe Think Pair Share (TPS)

Seperti namanya ”Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan

pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru

memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

Selanjutnya, ”Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-

pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan

diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui

intersubjektif dengan pasangannya.

Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan

pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan ”Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan

terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstruksian pengetahuan secara integratif.

Peseta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.

2.4 Model Pengajaran Berdasarkan Masalah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah model

pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik dimana masalah

tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari peserta didik. Selanjutnya peserta

didik menyeleseikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru.

Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki

keterampilan penyelidikan. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah.

Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Peserta didik dapat

menjadi pembelajar yang mandiri dan indipenden. Simtaks dari model pembelajaran berbasis

masalah adalah sebagai berikut:

FASE – FASE PERILAKU GURU

Fase 1 :

Memberikan orientasi tentang

permasalahannya

kepada peserta didik

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik

penting dan memotivasi peserta didik untuk

terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah

Fase 2 :

Mengorganisasikan peserta didik

untuk meneliti

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait

dengan permasalahannya

Fase 3 :

Membantu investigasi mandiri

dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk

mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan

~ 11 ~

eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi

Fase 4 :

Mengembangkan dan

mempresentasikan artefak

dan exhibit

Guru membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak

yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan

model-model serta membantu mereka untuk

menyampaikannya kepada orang lain

Fase 5 :

Menganalisis dan mengevaluasi

proses mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi

terhadap investigasinya dan proses-proses yang

mereka gunakan

2.5 Model Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2002), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analistis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1)

keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan

secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya

diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri

Trianto (2011:168-172) menyatakan, bahwa kemampuan melaksanakan pembelajaran

inkuiri adalah sebagai berikut :

a. Mengajukan Pertanyaan Atau Permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pernyataan atau permasalahan diajukan. Untuk

meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis,

kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat

diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan

mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu

hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan

c. Mengumpulkan Data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan

dapat berupa tabel, matrik, atau grafik

d. Analisi Data

~ 12 ~

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis

data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran

‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat

menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak,

siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya

e. Membuat Kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara

berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Tabel 2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri

No

.Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan

atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan

masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa

dalam kelompok

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah

pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing

siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan hipotesis yang menjadi

prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menetukan

langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan

dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-

langkah percobaan.

4. Melakukan percobaan

untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui

percobaan

5. Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

~ 13 ~

2.6 Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi

pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni :

kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry), masyaraka

belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian

autentik (authentic assessment). 5 (lima) elemen yang harus yang harus diperhatikan dalam

pembelajaran kontekstual, yaitu :

1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.

2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagian secara khusus

(dari umum ke khusus)

3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara (a) menyusun konsep

sementara, (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang

lain, dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep

4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa yang

dipelajari.

5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang

dipelajari.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dikelas antara lain :

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:

1. Kontruktivisme (Contructivism)

~ 14 ~

Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam

struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut kontruktivisme, pengetahuan

memang berasal dari luar tetapi dikontruksi dalam diri seseorang, oleh sebab itu pengetahuan

terbentuk oleh dua faktor penting yaitu obyek yang menjadi bahan pengamatan dan

kemampuan subyek untuk mengintrepretasi obyek tersebut (Sugiyanto: 2009: 17).

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, diperluas melalui konteks yang

terbatas dan tidak sekonyong – konyong, pengetahuanbukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

2. Menemukan (Inquiri)

Inquiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui

proses berfikir secara sistematis (Sugiyanto: 2009: 17). Inquiri merupakan inti dari

pembelajaran berbasis CTL, pengetahuan dan keterampilan yangdiperoleh siswa hasil dari

menemukan sendiri.Kegiatan inquiri merupakan sebuah siklus, siklus tersebut terdiri dari

langkah – langkah sebagai berikut :

Merumuskan masalah (dalam mapel apapun)

Mengajukan hipotesa

Mengumpulkan data melalui observasi

Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan

karya lainnya (menguji hipotesa).

Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, , teman sekelas, atau

audiens yang lain (membuat kesimpulan).

3. Bertanya (Question)

Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan,

jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. Dalam pembelajaran model

CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan

bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri (Sugiyanto: 2009: 17).

Pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan, hal ini penting karena

pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu berguna untuk :

Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pembelajaran

Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar

Merangsang keinginan siswa terhadap sesuatu

Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan

Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

~ 15 ~

Menyegarkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat dari hasil kerja

sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok,

dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar akan berjalan baik jika terjadi

komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat aktif dalam komunikasi

pembelajaran saling belajar. (Rusman: 2010)

Manfaatnya yaitu melatih siswa untuk bekerjasama, memberi, dan meminta informasi,

prakteknya di kelas terwujud dalam :

a. Pembentukan kelompok kecil

b. Pembentukan kelompok besar

c. Mendatangkan nara sumber atau ahli

d. Bekerja dengan kelas sederajad

e. Bekerja dengan sekolah diatasnya

f. Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya

g. Bekerja dengan masyarakat

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang

dapat ditiru oleh siswa, contohnya membaca berita, membaca lafal bahasa, mengoperasikan

instrumen memerlukan contoh agar siswa dapat mengerjakan dengan benar (Sugiyanto: 2009:

19).

Dalam pembelajaran ada model yang ditiru (Bagaimana cara belajar), misalnya cara

membaca peta, cara menemukan kata kunci. Guru bukan satu-satunya model, bisa dari siswa

atau narasumber

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara

mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah

dilaluinya untuk mendapatkan pengalaman yang dicapai, baik yang bernilai positif atau yang

bernilai negatif (Sugiyanto: 2009: 19).

Refleksi juga merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir

tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu, realisasi refleksi antara lain:

a. Pertanyaan langsung tentang apa yang diperoleh pada hari tersebut

b. Catatan atau jurnal di buku siswa

c. Kesan atau saran siswa mengenai hal tersebut

~ 16 ~

d. Diskusi

e. Hasil karya

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran

perkembangan belajar siswa. Karakteristik Authentic Assesment antara lain :

a. Diselenggarakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

b. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

c. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta

d. Berkesinambungan

e. Terintegrasi

f. Dapat digunakan sebagai feed back

BAB III

PENUTUP

~ 17 ~

3.1 Kesimpulan

1. Penggunaan kata pembelajaran sering dihubungkan dengan istilah-istilah sebagai berikut:

(1) pendekatan pembelajaran (2) strategi pembelajaran, (3) Metode pembelajaran, (4)

teknik pembelajaran, (5) Taktik pembelajaran, dan (6) Model Pembelajaran.

2. Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2011 : 29) adalah “Salah satu

pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur

dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi

selangkah

3. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya

mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil

untuk membantu satu sama lain dalam belajar.

4. Jenis – Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Tipe Jigsaw

Tipe Group Investigation

Tipe Think Pair Share (TPS)

5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah model

pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik dimana

masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari peserta didik.

6. strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analistis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri.

7. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi

pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

~ 18 ~

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi. Surabaya

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan. Jakarta: Kencana

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Tim Dosen. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan: UNIMED Press

~ 19 ~