Makalah 4 fix
-
Upload
ayundari-primarani -
Category
Documents
-
view
255 -
download
0
Transcript of Makalah 4 fix
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
1/28
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI. 1
BAB I
PENDAHULUAN. 2
BAB II
LAPORAN KASUS.. 3
BAB III
PEMBAHASAN. 5
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA... 14
BAB V
KESIMPULAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH.26
DAFTAR PUSTAKA.. .27
BAB I
1
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
2/28
PENDAHULUAN
Diskusi modul ME kasus keempat ini dengan judul Ny.S 27 tahun, dibawa ke UGD
RS.Trisakti oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba mengamuk, berteriak-teriak serta hendak
memukul suaminya dengan linggis. Diskusi sesi 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Mei 2013
pukul 08.00-10.00, dilanjutkan dengan sesi 2 yang dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Mei 2013
pukul 10.00-12.00.
Diskusi sesi 1 dipimpin oleh Satria Adji Hady Prabowo dengan Maria Christiningrum
sebagai sekretaris dan jalannya sesi 2 dipimpin oleh Yasmine Salida dengan Nur Triastuti
sebagai sekretaris. Diskusi ini dibimbing oleh dr. Eliyati D. Rosadi, Sp.KJ(K) sebagai tutor.
Kedua diskusi berjalan lancar dengan partisipasi seluruh anggota kelompok VII yang berjumlah
13 orang.
Pada kasus keempat ini, dibahas mengenai seorang pasien 27 tahun yang dibawa ke UGD
RS. Trisakti oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba mengamuk, berteriak-teriak serta hendak
memukul suaminya. Baik hari pertama maupun hari kedua, diskusi kelompok VII dapat berjalan
lancar dan tepat waktu. Semua anggota yang berjumlah 13 orang ikut berpartisipasi dengan
memberikan pendapatnya masing-masing sehingga kami dapat menyelesaikan kasus tersebut.
Demikianlah makalah ini kami susun sebaik-baiknya dengan segala kekurangan dan
kelebihan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
2
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
3/28
BAB II
LAPORAN KASUS
Skenario 1
Ny.S, 27 tahun, dibawa ke UGD RS.Trisakti oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba
mengamuk, berteriak-teriak serta hendak memukul suaminya dengan linggis.
Skenario 2
Ketika ditanya mengapa, ia mengatakan ada suara bisikan yang menyuruh pasien untuk
memukul suaminya. Pasien mengatakan suaminya berselingkuh dengan perempuan lain serta
hendak mencelakakannya. Penampilan pasien agak lusuh, dandananya kurang rapi, agak kurus,
kesadaran baik.
Skenario 3
Kejadian seperti diatas pernah dialami pasien sejak 3 tahun terakhir walaupun hanya kadang-
kadang saja. Sebelum mengamuk, biasanya pasien sering menyendiri dalam kamar, melamun,
kadang-kadang tertawa sendiri, bicaranya kacau. Pasien belum pernah berobat ke dokter tapi
hanya ke dukun pintar saja. Karena tidak dapat dipertahankan dirumah, pasien dibawa ke
RS.Trisakti.
Skenario 4
Perkembangan Ny.S pada masa kanak dan remaja tidak ada kelainan fisik yang berarti. Pasien
mempunyai perawakan yang kurus, jarang bergaul, mudah tersinggung, temannya yang akrab
hanya 1-2 orang saja. Pasien menikah pada usia 23 tahun, punya 2 orang anak. Laki-laki yang
berusia 1 dan 3 tahun, pasien jarang mengurus anaknya sendiri.
Skenario 5
1. Pemeriksaan status mental:
3
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
4/28
Terdapat waham kejar, waham kebesaran, halusinasi auditorik.
Afek tumpul dan tidak serasi.
2. Pemeriksaan diagnostik lanjut:
Pemeriksaan fisik umum dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologik : tanpa deficit neurology
EKG normal
Laboratorium darah dan urine: tidak ada kelainan
4
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
5/28
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : -
Alamat : -
Suku bangsa : -
Status : Sudah menikah
B. MASALAH
Masalah Dasar Masalah HipotesisWanita, 27 tahun Anamnesis - Usia produktif yang
memiliki tingkatstressor lebih tinggi
- Adanya gangguanhormonal
Mengamuk, berteriak-teriak, hendak memukulsuaminya dengan linggis
Anamnesis - Depresi- Waham curiga
Adanya suara bisikanyang menyuruh pasianuntuk memukul suaminya
Anemnesis - Halusinasi auditorikskizofrenia
Pasien mengatakansuaminya berselingkuhdengan perempuan laindan ingin mencelakakandirinya
Anamnesis - Waham curiga- Waham kejar
5
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
6/28
Penampilan pasien agaklusuh, dandanan kurangrapi, agak kurus,kesadaran baik
Observasi - Skizofrenia- Gangguan psikotik- Depresi
Penyakit serupa pernahdialami selama 3 tahun
Anamnesis - Perjalanan penyakitkronis
Sebelum mengamuk,pasien menyendiri dikamar, melamun, dankadang-kadang tertawasendiri, bicara kacau
Anamnesis - Depresi- Halusinasi- Inkoerensi
Jarang bergaul, mudahtersinggung, temannyayang akrab hanya 1-2orang saja.
Anamnesis - Daya nilai sosialkurang
Menikah usia 23 tahun Anamnesia - Usia pernikahanyang cukup mudamerupakaan suatustressor
C. ANAMNESIS TAMBAHAN
Berikut ini beberapa anamnesis tambahan yang dapat ditanyakan untuk membantu
mengarahkan diagnosis pada pasien ini:
Riwayat Penyakit Sekarang :
Apa yang menyebabkan pasien tiba tiba berpikiran bahwa suaminya berselingkuh?
Apa yang dipikirkan pasien setiap serangan sebelum sebelumnya?
Apa pasien bertengkar dengan suaminya setiap kali?
Apa pasien sering berkomunikasi dengan keluarganya? Seperti apa? Dan apa yang
dibicarakan?
Apa pasien mengalami masalah berat atau stress sehingga hal ini muncul?
Riwayat Penyakit Dahulu :
Apa pasien merasakan hal yang sama seperti 3 tahun yang lalu?
6
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
7/28
Apa yang menyebakan pasien berubah 3 tahun lalu?
Apa yang perawatan diberikan ke pada pasien beberapa tahun terakhir ini?
Apa kepribadian pasien berubah sejak dari 3 tahun lalu? Bagaimana kepribadianpasien sebelumnya di keluarga?
Riwayat Kebiasaan :
Apa yang sering dilakukan pasien di rumah?
Apa pasien ada hal kesukaan yang ibu sukai?
Apa pasien sering menemani anak anak bermain?
Apa pasien bekerja? Apa ada stress pekerjaan?
Riwayat Keluarga :
Pasien merupakan anak keberapa dari berapa bersaudara?
Pola asuh yang diterima pasien di keluarganya?
Apa dari keluarga pasien ada yang mengalami hal yang sama?
D. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien untuk mencari adanya gejala- gejala fisik maupun
penyakit lainnya. Namun setelah dilakukan pemeriksaan fisik umum, semua dalam batas
normal.
E. STATUS MENTAL
A. Deksripsi Umum
7
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
8/28
1. Penampilan : pasien wanita, 27 tahun, diantar oleh keluarga, tampak sesuai dengan
usianya. Penampilan agak lusuh, dandanannya kurang rapi. Perawakan kurus
2. Kesadaran
a. Kesadaran psikiatri : terganggu
b. Kesadaran biologis : baik (compos mentis)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : dibawa dengan keluhan utama tiba-tiba
mengamuk, berteriak-teriak dan ingin memukul suaminya dengan linggis.
4. Pembicara : pasien mengatakan suaminya berselingkuh dengan perempuan lain serta
hendak mencelakakannya.
B. Mood dan Afek
Afek tumpul tidak serasi : ketidak sesuaian antara perasaan emosional dengan gagasan
pikiran atau pembicaraan yang menyertai, penurunan intensitas irama perasaan yang di
ungkapkan keluar.
C. Proses pikir : terganggu
D. Fungsi intelektual :
Daya nilai sosial : Jarang bergaul, temannya yang akrib hanya 1-2 orang saja. Menikah
pada usia 23 tahun.
E. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : pasien sering mendengar suara bisikan yang menyuruh pasien untuk
memukul suaminya.
F. Proses Berpikir
1. Halusinasi auditorikthird order
pasien merasa ada sudut pandang ke-tiga (orang lain di luar dirinya) yang
membisikkan untuk memukul suaminya.
8
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
9/28
2. Isi pikiran
a. Gangguan pikiran :
Waham kejar : keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang
mengancam atau bencana membahayakan dirinya. Waham ini menyebabka
penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan
karena merasa diperhatikan, diikuti serta diawasi.
Waham kebesaran : keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan
kekuatan serta menjadi orang penting.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT
Untuk mencari gejala lain, dilakukan pula beberapa pemeriksaan diagnostik lanjutan seperti
pemeriksaan neurologik, EKG serta laboratorium urin dan darah. Pada pemeriksaan
neurologik didapatkan bahwa tidak ada defisit neurologik. Hasil pemeriksaan EKG pada
pasien menunjukkan hasil yang normal. Pada pemeriksaan laboratorium darah dan urin tidak
ditemukan adanya kelainan.
G. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL(3)
Aksis I : (F20.0) Skizofrenia Paranoid
Aksis II : (F60.1) Ciri Kepribadian skizoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah psikososial & lingkungan lain
Aksis V : 15 (bahaya mencederai diri/orang lain, dissabilitas sangat berat dalam
komunikasi & mengurus diri)
Pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III, adalah:
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
9
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
10/28
- Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau brsifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas.;
o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata /tidak meonjol.
H. DIAGNOSIS BANDING
F22.0 Gangguan Waham Menetap
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling
mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu system waham)
harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal)
dan bukan budaya setempat.
Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap mungkin terjadi
secara intermitten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat
tidak terdapat gangguan afektif itu.
Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
10
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
11/28
Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat
sementara.
Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siaran pikiran,
penumpulan afek, dsb.)
Menurut Diagnostic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR),
kriteria diagnostik untuk gangguan delusional adalah:
Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata,
seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari infeksi, dicintai jarak jauh, atau dikhianati oleh
pasangan atau kekasih atau menderita sesuatu penyakit) selama sekurangnya satu bulan.
Kriteria A untuk skizofrenia tidak pernah dipenuhi. Catatan: halusinasi taktil dan cium
mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan dengan tema waham.
Terlepas dari pengaruh waham atau percabangannya, fungsi tidak terganggu dengan jelas
dan kacau.
Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama totalnya
adalah relative singkat disbanding periode waham
Gangguan adalah bukan Karena efek fisiologis langsung suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi atau sudatu kondisi medis umum).
Diagnosis banding ini dipilih karena kemiripan gejala paranoid yang dimiliki pasien, namun
adanya halusinasi auditorik menyingkirkan diagnosis banding pada pasien ini. (5)
I. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa(2)
1. Rawat inap
Rawat inap diindikasikan terutama untuk tujuandiagnostik, untuk stabilisasi pengobatan,
untuk keamanan pasien untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Injeksi haloperidol 5mg
11
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
12/28
3. Pemberian obat antipsikotik golongan atipikal yaitu Risperidon 2x3mg kg/bb perhari
mengingat suami pasien yang sudah tidak memiliki pekerjaan karena obat ini relatif lebih
murah dibandingkan clozapin.
4. Antikolinergik untuk meredakan efek dari pemberian obat anti psikotik dapat berupa
difenhidramin
Nonmedikamentosa
1. Terapi psikososial
Intervensi psikologis dipusatkan pada pasien perorangan untuk mengembangkan
keterampilan sosial. Kekambuhan pada skizofrenia tampaknya berkaitan dengan tingkat ekspresi
emosional keluarga misalnya berupa komentar-komentar kritis, yang terlihat saat penilaian
formal atau ungkapan kemarahan keluarga saat wawancara.
2. Terapi sosial
Penginapan atau rumah kelompok memiliki struktur atau dukungan yang bervariasi.
Rawat jalan baik berupa rehabilitasi aktif yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
bekerja atau dukungan sederhana dengan aktivitas utama yang ringan, dapat memperbaiki fungsi
personal (misalnya ; higiene, percakapan, dan pertemanan) serta mendeteksi terjadinya
kekambuhan dini.
3. Terapi keluarga
Ditekankan kepada pasien bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk
memastikan kepatuhan kontrol dan minum obat. Serta memberi pengertian kepada keluarga agar
tetap menghargai pasien dan memberikan pertimbangan-pertimbangan yang rasional terhadap
keinginan-keinginan pasien.
J. PROGNOSIS
12
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
13/28
Untuk menentukan diagnosis maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang menentukan
prognosis bagi penderita skizofrenia. Diantaranya yaitu:
1. Usia : Usia pasien yang yaitu 27 tahun menjadi faktor penentu prognosis kearah yang
baik
2. Riwayat : Riwayat pasien yang mengalami gejala yang bukan untuk pertama kalinya
mengarah kepada prognosis buruk
3. Herediter : Tidak ada riwayat keluarga pada pasien mengarah kepada prognosis yang baik
4. Durasi : Lamanya pasien menderita gangguan ini juga merupakan salah satu faktor yang
menentukan prognosis. Semakin lama pasien telah mengidap gangguan, maka
akan semakin buruk prognosisnya. Pada pasien ini, dikatakan telah 3 tahunmaka
prognosisnya lebih ke arah buruk.
5. Perhatian keluarga : pentingnya peranan keluarga menentukan prognosis pasien dimana pada
pasien perhatian keluarga masih ada didapat dari keluarganyayang mengantar ke
rumah sakit, sehingga prognosisnya kearah yang baik.
6. Kepribadian premorbid : pasiennya sebelumnya memiliki kepribadianyang mudah
tersinggung,jarangbergaul,dan hanya memiliki 1-2 teman yang
akrab hal ini mempengaruhi prognosis yang kearah buruk
7. Status Pernikahan : pasien sudah menikah sehingga mempengaruhi prognosis ke arah
yang baik.
Dengan faktor-faktor diatas, kelompok kami memberikan prognosis pada pasien ini adalah dubia
ad bonam.
K. RANGKUMAN KASUS
Berdasarkan hasil diskusi, kami menetapkan diagnosis multiaksial pada pasien ini, yaitu:
Aksis I : (F20.0) Skizofrenia Paranoid (fase kronik-eksersebasi akut)
Aksis II : (F60.1) Ciri Kepribadian skizoid
13
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
14/28
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah psikososial & lingkungan lain
Aksis V : 15 (bahaya mencederai diri/orang lain, dissabilitas sangat berat dalam
komunikasi & mengurus diri)
Tatalaksana pada pasien ini terdiri dari medikamentosa dan non medikamentosa (terapi
psikososial, terapi sosial, dan terapi keluarga). Adapun prognosis pada pasien ini adalah dubia ad
bonam, karena dari beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis pada pasien skizofrenia
mengarah baik. Maka, apabila pasien ini ditatalaksana secara baik dan tepat, maka pasien dapat
sembuh seperti sebelum sakit karena penyakit skizofrenia tidak meninggalkan defek intelektual.
Berdasarkan kasus, kita dapat belajar tentang:
1. Psikopatologi gejala skizofrenia paranoid.
2. Penelusuran riwayat penyakit dan riwayat medik lainnya.
3. Status mental, gangguan persepsi, emosi dan isi pikir.
4. Pembuatan diagnosis lanjut dalam rangka membuat diagnosis gangguan mental
emosional dengan multiaksial.
5. Membuat rencana terapi tentang skizofrenia paranoid.
14
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
15/28
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap, dan bersifat khas
pada seseorang dalam cara mengadakan hubungan, caranya berfikir tentang lingkungan dan
dirinya sendiri. dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukan berbagai macam
perilaku tau emosi yang berbeda-beda. kadang kita menemukan seseorang yang beperilaku
sopan, tidak mudah marah, dan dapat mengendalikan diri dengan baik. kadang pula kita
menemukan hal yang sebaliknya.
Jika perilaku atau emosi ini menetap pada diri seseorang sejak menjelang dewasa sampai
saat ini dan merupakn ciri yang khas dari orang tersebut, maka hal ini dapat dikatakan bahwa
inilah ciri-ciri kepribadian orang itu. tiap orang memiliki ciri khas kepribadian yang berbeda
denga orang lain. tak ada satu orang pun yang memiliki ciri kepribadian yang sama dengan ciri
kepribadian orang lain.
Tempramen atau tabiat adalah salah satu aspek kepribadian yang berhubungan erat
dengan konstitusi jasmani dan sudah dibawa sejak lahir. oleh karena itu tempramen lebih sukar
dirubah oleh pengaruh lingkungan luar karena tempramen sangat dipengaruhi oleh faktor
fisiologis tubuh. tempramen dapat dikatakan akan menetap dalam diri seseorang.
Watak atau karakter adalah keseluruhan keadaan dan cara bertindak terhadap suatu rangsangan.
Watak akan terus berkembang dalam masa kehidupan seseorang dan berhubungan erat dengan
fungsi saraf pusat. watak juga dipengaruhi oleh faktor eksogen seperti lingkungan, pengalaman
dan pendidikan.
Penemuan Sigmund Freud yang paling mendasar yaitu peranan dinamis ketidaksadaran
dalam hidup psikis manusia. Dalam salah satu buku yang ditulis olehnya yaitu Ego dan Id Freud
membedakan tiga sistem dalam hidup psikis yaitu Id, Ego dan Superego. Id adalah lapisan psikis
paling dasar yang merupakan keinginan-keinginan tersimpan dalam psikis seseorang. Psikis bayi
yang baru lahir terdiri dari Id saja. Id menjadi bahan dasar dari pembentukan psikis lainnya. id
dikuasai oleh prinsip kesenangan. Id tidak mengenal waktu dan tidak menurut logika.
15
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
16/28
Ego merupakan lapisan psikis yang mengadakan hubungan langsung dengan dunia luar.
Ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. aktivitas Ego
bersifat sadar, prasadar maupun tak sadar, namun sebagian besar bersifat sadar (contoh aktivitas
sadar : proses intelektual, contoh aktivitas pra sadar : fungsi daya ingat, contoh aktivitas tak
sadar : pertahanan psikis). Ego dikuasai prinsip realitas, seperti tampak dalam pemikiran yang
objektif sesuai dengan tuntutan sosial dan rasional. Ego bertugas mempertahankan kepribadian
dirinya dan juga menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Jadi Ego akan menyelesaikan
pertentangan antara realitas lingkungan dengan keinginan-keinginan dalam psikis seseorang. Ego
berfungsi menyatukan integritas kepribadian seseorang.
Superego merupakan lapisan psikis yang terbentuk dari internalisasi (memasukkan ke
dalam psikis) larangan-larangan, perintah-perintah, dan aturan-aturan ke dalam psikis seseorang.
Superego merupakan dasar dari hati nurani. Beberapa manifestasi yang merupakan Gangguan
kepribadian menurut Rusdi Malim yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan
diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan
ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak
tergolongkan.
SKIZOFRENIA
I. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan
perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala
positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh
gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul
atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, miskin kontak emosional (pendiam,
sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan
dorongan kehendak atau inisiatif
16
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
17/28
II. Epidemiologi
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah.
Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia.
Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja
akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda
yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden
skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban
dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003).
Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama
ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien
skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan
penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang
melakukan bunuh diri (Kazadi, 2008).
Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993 di seluruh dunia prevalensi seumur
hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan perempuan diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%.
Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di antara laki-laki dan
perempuan, perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas. Onset
untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang
perbandingan risiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang
mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki (Durand,
2007).
III. Etiologi
Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia,
antara lain :
Faktor Genetik
Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-
anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung
7 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 16%; bila kedua
17
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
18/28
orangtua menderita skizofrenia 40 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi
kembar satu telur (monozigot) 61 86%.
Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci.
Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi
di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada
gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai
berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin
banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007).
Faktor Biokimia
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut
neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu
sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter
dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang
abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang
berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitterlain seperti serotonin
dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan (Durand, 2007).
Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat,
adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta
interaksi yang patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutardjo, 2005).
Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi
penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic motherkadang-kadang digunakan
untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang
diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand & Barlow, 2007).
Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga pada masa kanak-
kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang
bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada
kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi
bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.
IV. Perjalanan Penyakit
18
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
19/28
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan
klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari
keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005).
Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada
dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa
remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal
yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia
dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif
terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala
somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan
(Sadock, 2003).
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu
adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap
realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai
dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua
gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri ( withdrawal)
dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).
V. Tipe-tipe Skizofrenia(3)
Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut dalam
DSM-IV (American Psychiatric Assosiation,1994) dan DSM-IV-TR (American Psychiatric
Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006) :
Tipe Paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam
konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga. Waham biasanya
adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain
(misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri
lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.
Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)
19
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
20/28
Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan afek
yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa
yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku dapat membawa
pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari-hari.
Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
ketidakbergerakan motorik(waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan, negativism yang
ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak
terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain
(echopraxia).
Tipe Undifferentiated
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simptom-
simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat
ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya
delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme
seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.
Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau
mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala
residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek
datar. (1)
VI. Terapi
Penggunaan Obat Antipsikosis
Kebanyakan pasien mengalami episode akut ( dikarakteristikkan dengan tampaknya
kedua simtom psikotik, yaitu simtom positif dan negatif) yang diikuti oleh periode-periode stabil,
dengan remisi yang parsial atau lengkap. Simtom-simtom positif paling berespons terhadap
20
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
21/28
pengobatan. Simtom-simtom negatif sering tidak memberikan respons terhadap obat antipsikotik
standar dan dihubungkan dengan hasil pasien yang buruk dan lamanya perawatan.
Pada umumnya antipsikotik atipikal dipilih sebagai pengobatan lini pertama untuk
skizofrenia mengingat rendahnya efek samping obat dibandingkan antipsikotik Tipikal atau yang
biasa disebut konvensional meskipun obat antipsikotik tipikal masih banyak digunakan.
Aspek pengobatan yang terpenting dari suatu gangguan adalah pengurangan yang cepat
pada gejala-gejala positif, negatif dan kognitif. Respons yang cepat terhadap pengobatan adalah
penting dalam mengurangi penderitaan pasien dan keluarganya, serta biaya pengobatan. Respons
pengobatan dalam 1 sampai 2 minggu pertama juga dapat berhubungan dengan kepatuhan pasien
yang lebih besar dimana pasien mengalami pengurangan gejala-gejala dengan cepat, sehingga
pasien kemungkinan lebih mematuhi pengobatan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa
antipsikotik atipikal memiliki onset of action yang lebih cepat daripada antipsikotik
konvensional.(2)
Psikoterapi suportif
Terapi Psikoanalisa.. Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang
tidak disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan
kecemasannya . Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-hal yang
dirasakan oleh penderita. Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita schizophrenia sedang
tidak dalam halusinasi ataupun emosi yang berat. Macam terapi psikoanalisa yang dapat
dilakukan, adalah Asosiasi Bebas. Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan
pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya tanpa penyuntingan
atau penyensoran.
Pada teknik ini, penderita disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun
mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaanrelaks, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal. Pada
saat penderita tidur di sofa dan disuruh menyebutkan segala macam pikiran dan perasaan yang
ada di benaknya dan penderita mengalami blocking, maka hal itu merupakan manifestasi dari
keadaan over-repressi. Hal yang direpress biasanya berupa dorongan vital seperti sexual dan
agresi. Repressi terhadap dorongan agresi menyangkut figur otorotas yang selalu diwakili oleh
21
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
22/28
father dan mother figure. Repressi anger dan hostile merupakan salah satu bentuk intrapsikis
yang biasa menyebabkan blocking pada individu. Akibat dari blocking tersebut, maka integrasi
kepribadian menjadi tidak baik, karena ada tekanan ego yang sangat besar.
apabila terjadi blocking dalam proses asosiasi bebas, maka penderita akan melakukan analisa.
Hasil dari analisanya dapat menimbulkan insight pada penderita. Analisa pada waktu terjadi
blocking bertujuan agar penderita mampu menempatkan konfliknya lebih proporsional, sehingga
penderita mengalami suatu proses penurunan ketegangan dan penderita lebih toleran terhadap
konflik yang dialaminya. Seperti yang telah diungkapkan terdahulu bahwa penderita diberi
kesempatan untuk dapat mengungkapkan segala traumatic events dan keinginan-keinginan yang
direpressnya. Waktu ini disebut dengan moment chatarsis. Disini penderita diberi kesempatan
untuk mengeluarkan uneg-uneg yang ia rasakan , sehingga terjadi pelibatan emosi dalam
menyelesaikan masalah yang dialaminya. Dalam teknik asosiasi bebas ini, juga terdapat proses
transference, yaitu suatu keadaan dimana pasien menempatkan therapist sebagai figur substitusi
dari figur yang sebenarnya menimbulkan masalah bagi penderita.
Terdapat 2 macam transference, yaitu:
(1) transference positif, yaitu apabila therapist menggantikan figur yang disukai oleh penderita,
(2) transference negatif, yaitu therapist menggantikan figur yang dibenci oleh penderita
Terapi Perilaku (Behavioristik)
Mencoba menentukan stimulus yang mengawali respon malasuai dan kondisi lingkungan yang
menguatkan atau mempertahankan perilaku itu
Akhir-akhir ini, pakar terapi perilaku melihat adanya pengaruh variabel kognitif pada perilaku
(misalnya, pemikiran individu tentang situasi menimbulkan kecemasan tentang akibat dari
tindakan tertentu) dan telah mencakupkan upaya untuk mengubah variabel semacam itu dengan
prosedur yang khusus ditujukan pada perilaku tersebut
therapy untuk pasien schizophrenia ditampilkan pakar psikiatri dari Amerika maupun dari
Malaysia sendiri. Ternyata, terdapat hasil yang cukup baik, terutama untuk kasus-kasus baru,
dengan menggunakan cognitif - behavior therapy tersebut. Rupanya ada gelombang besar
optimisme akan kesembuhan schizophrenia di dunia dengan terapi yang lebih komprehensif ini.
22
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
23/28
Selain itu, secara umum terapi ini juga bermaksud secara langsung membentuk dan
mengembangkan perilaku penderita schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan penderita
untuk kembali berperan dalam masyarakat.
a. Social Learning Program
Social learning program menolong penderita schizophrenia untuk mempelajari perilaku-perilaku
yang sesuai. Program ini menggunakan token economy, yakni suatu cara untuk menguatkan
perilaku dengan memberikan tanda tertentu (token) bila penderita berhasil melakukan suatu
perilaku tertentu. Tanda tersebut dapat ditukar dengan hadiah (reward), seperti makanan atau
hak-hak tertentu. Program lainnya adalah millieu program atau therapeutic community. Dalam
program ini, penderita dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab
untuk tugas-tugas tertentu. Mereka dianjurkan meluangkan waktu untuk bersama-sama dan
saling membantu dalam penyesuaian perilaku serta membicarakan masalah-masalah bersama
dengan pendamping. Terapi ini berusaha memasukkan penderita schizophrenia dalam proses
perkembangan untuk mempersiapkan mereka dalam peran sosial yang bertanggung jawab
dengan melibatkan seluruh penderitan dan staf pembimbing.
b. Social Skills Training
Terapi ini melatih penderita mengenai ketrampilan atau keahlian sosial, seperti kemampuan
percakapan, yang dapat membantu dalam beradaptasi dengan masyarakat Social Skills Training
menggunakan latihan bermain sandiwara. Para penderita diberi tugas untuk bermain peran dalam
situasi-situasi tertentu agar mereka dapat menerapkannya dalam situasi yang sebenarnya. Bentuk
terapi seperti ini sering digunakan dalam panti-panti rehabilitasi psikososial untuk membantu
penderita agar bisa kembali berperan dalam masyarakat. Mereka dibantu dan didukung untuk
melaksanakan tugas-tugas harian seperti memasak, berbelanja, ataupun untuk berkomunikasi,
bersahabat, dan sebagainya.
Terapi Humanistik
a. Terapi Kelompok
Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan seseorang dalam berhubungan dengan orang
lain, yang dapat menyebabkan seseorang berusaha menghindari relasinya dengan orang lain,
23
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
24/28
mengisolasi diri, sehingga menyebabkan pola penyelesaian masalah yang dilakukannya tidak
tepat dan tidak sesuai dengan dunia empiris. Dalam menangani kasus tersebut, terapi kelompok
akan sangat bermanfaat bagi proses penyembuhan klien, khususnya klien schizophrenia.
Terapi kelompok ini termasuk salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien
berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai
pemberi arah di dalamnya. Di antara peserta terapi tersebut saling memberikan feedback tentang
pikiran dan perasaan yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada setting sosial yang
mengajaknya untuk berkomunikasi, sehingga terapi ini dapat memperkaya pengalaman mereka
dalam kemampuan berkomunikasi. Di rumah sakit jiwa, terapi ini sering dilakukan. Melalui
terapi kelompok ini iklim interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien
selalu diajak untuk berpikir secara realistis dan menilai pikiran dan perasaannya yang tidak
realistis.
a. Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Kelompoknya terdiri
atas suami istri atau orang tua serta anaknya yang bertemu dengan satu atau dua terapist. Terapi
ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama
keluarganya. Ungkapan-ungkapan emosi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan penyakit
penderita kambuh kembali diusahakan kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara-cara
untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara
konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga
diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Keluarga
juga diberi penjelasan tentang cara untuk mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan
sikap penuh penghargaan. Perlakuan-perlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga
diatur dan disusun sedemikian rupa serta dievaluasi. Dari beberapa penelitian, seperti yang
dilakukan ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atausekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapi. (4)
Prognosis
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah
perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20 %
24
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
25/28
pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan
memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala,
episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus
tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan
sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan perkiraan
yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk menjalani
kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang
sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama
seluruh hidupnya.
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan
premorbid yang baik
Gejala gangguan mood (terutama
gangguan depresif)
Menikah
Onset muda
Tidak ada factor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat social dan pekerjaan premorbid
yang buruk
Prilaku menarik diri atau autistic
Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda
Sistem pendukung yang buruk
25
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
26/28
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
BAB V
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Kesimpulan
Berdasarkan data-data dan hasil pemeriksaan yang didapat pada kasus Ny. S, kelompok kami
menegakan diagnosis berupa skizofrenia paranoid dengan potensi pasien yang dapat mencederai
diri atau orang lain. Mengingat pasien skizofrenia belum bisa sembuh seutuhnya, maka
diperlukan perawatan yang khusus dan berbeda dibandingkan dengan pasien gangguan jiwa lain
yang lebih ringan. Serta pemberian terapi psikososial, sosial, dan terapi keluarga juga sangat
dibutuhkan pada pasien ini.
26
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
27/28
Penutup dan Ucapan Terima Kasih
Secara keseluruhan kasus ini sangat baik, sangat memicu diskusi yang aktif dan kondusif dari
seluruh peserta diskusi serta pemahaman tentang dasar-dasar dari Modul Kesehatan Mental
Emosional. Kami menyadari bahwa diskusi dan laporan kami masih belum sempurna dan dengan
bimbingan dan panduan dari para dosen, akan berusaha untuk terus memperbaikinya. Akhir kata,
kami mengucapkan terima kasih kepada segenap keluarga besar Trisakti secara umum, dan
secara khusus kepada seluruh staff dan kontributor Modul Organ Kesehatan Mental Emosional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. 7th ed. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010
2. Sulistia G,Ganiswarna.dkk.Farmakologi dan Terapi cetakan ke 4. Jakarta:FKUI ,2006.
3. Maslim R, editor. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;2001. p.46-52
4. Frankenburg FR. Scizophrenia. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/288259-differential. Accessed on May 17, 2013
27
-
7/28/2019 Makalah 4 fix
28/28
5. Amir Nurmiati. In : Elvira Sylvia D, Hadisukanto Gitayanti. Buku Ajar PSIKIATRI.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010. p.178-92
28