Makalah 4 fix

download Makalah 4 fix

of 28

Transcript of Makalah 4 fix

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    1/28

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI. 1

    BAB I

    PENDAHULUAN. 2

    BAB II

    LAPORAN KASUS.. 3

    BAB III

    PEMBAHASAN. 5

    BAB IV

    TINJAUAN PUSTAKA... 14

    BAB V

    KESIMPULAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH.26

    DAFTAR PUSTAKA.. .27

    BAB I

    1

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    2/28

    PENDAHULUAN

    Diskusi modul ME kasus keempat ini dengan judul Ny.S 27 tahun, dibawa ke UGD

    RS.Trisakti oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba mengamuk, berteriak-teriak serta hendak

    memukul suaminya dengan linggis. Diskusi sesi 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Mei 2013

    pukul 08.00-10.00, dilanjutkan dengan sesi 2 yang dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Mei 2013

    pukul 10.00-12.00.

    Diskusi sesi 1 dipimpin oleh Satria Adji Hady Prabowo dengan Maria Christiningrum

    sebagai sekretaris dan jalannya sesi 2 dipimpin oleh Yasmine Salida dengan Nur Triastuti

    sebagai sekretaris. Diskusi ini dibimbing oleh dr. Eliyati D. Rosadi, Sp.KJ(K) sebagai tutor.

    Kedua diskusi berjalan lancar dengan partisipasi seluruh anggota kelompok VII yang berjumlah

    13 orang.

    Pada kasus keempat ini, dibahas mengenai seorang pasien 27 tahun yang dibawa ke UGD

    RS. Trisakti oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba mengamuk, berteriak-teriak serta hendak

    memukul suaminya. Baik hari pertama maupun hari kedua, diskusi kelompok VII dapat berjalan

    lancar dan tepat waktu. Semua anggota yang berjumlah 13 orang ikut berpartisipasi dengan

    memberikan pendapatnya masing-masing sehingga kami dapat menyelesaikan kasus tersebut.

    Demikianlah makalah ini kami susun sebaik-baiknya dengan segala kekurangan dan

    kelebihan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

    2

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    3/28

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Skenario 1

    Ny.S, 27 tahun, dibawa ke UGD RS.Trisakti oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba

    mengamuk, berteriak-teriak serta hendak memukul suaminya dengan linggis.

    Skenario 2

    Ketika ditanya mengapa, ia mengatakan ada suara bisikan yang menyuruh pasien untuk

    memukul suaminya. Pasien mengatakan suaminya berselingkuh dengan perempuan lain serta

    hendak mencelakakannya. Penampilan pasien agak lusuh, dandananya kurang rapi, agak kurus,

    kesadaran baik.

    Skenario 3

    Kejadian seperti diatas pernah dialami pasien sejak 3 tahun terakhir walaupun hanya kadang-

    kadang saja. Sebelum mengamuk, biasanya pasien sering menyendiri dalam kamar, melamun,

    kadang-kadang tertawa sendiri, bicaranya kacau. Pasien belum pernah berobat ke dokter tapi

    hanya ke dukun pintar saja. Karena tidak dapat dipertahankan dirumah, pasien dibawa ke

    RS.Trisakti.

    Skenario 4

    Perkembangan Ny.S pada masa kanak dan remaja tidak ada kelainan fisik yang berarti. Pasien

    mempunyai perawakan yang kurus, jarang bergaul, mudah tersinggung, temannya yang akrab

    hanya 1-2 orang saja. Pasien menikah pada usia 23 tahun, punya 2 orang anak. Laki-laki yang

    berusia 1 dan 3 tahun, pasien jarang mengurus anaknya sendiri.

    Skenario 5

    1. Pemeriksaan status mental:

    3

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    4/28

    Terdapat waham kejar, waham kebesaran, halusinasi auditorik.

    Afek tumpul dan tidak serasi.

    2. Pemeriksaan diagnostik lanjut:

    Pemeriksaan fisik umum dalam batas normal.

    Pemeriksaan neurologik : tanpa deficit neurology

    EKG normal

    Laboratorium darah dan urine: tidak ada kelainan

    4

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    5/28

    BAB III

    PEMBAHASAN KASUS

    A. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. S

    Umur : 27 tahun

    Pekerjaan : -

    Alamat : -

    Suku bangsa : -

    Status : Sudah menikah

    B. MASALAH

    Masalah Dasar Masalah HipotesisWanita, 27 tahun Anamnesis - Usia produktif yang

    memiliki tingkatstressor lebih tinggi

    - Adanya gangguanhormonal

    Mengamuk, berteriak-teriak, hendak memukulsuaminya dengan linggis

    Anamnesis - Depresi- Waham curiga

    Adanya suara bisikanyang menyuruh pasianuntuk memukul suaminya

    Anemnesis - Halusinasi auditorikskizofrenia

    Pasien mengatakansuaminya berselingkuhdengan perempuan laindan ingin mencelakakandirinya

    Anamnesis - Waham curiga- Waham kejar

    5

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    6/28

    Penampilan pasien agaklusuh, dandanan kurangrapi, agak kurus,kesadaran baik

    Observasi - Skizofrenia- Gangguan psikotik- Depresi

    Penyakit serupa pernahdialami selama 3 tahun

    Anamnesis - Perjalanan penyakitkronis

    Sebelum mengamuk,pasien menyendiri dikamar, melamun, dankadang-kadang tertawasendiri, bicara kacau

    Anamnesis - Depresi- Halusinasi- Inkoerensi

    Jarang bergaul, mudahtersinggung, temannyayang akrab hanya 1-2orang saja.

    Anamnesis - Daya nilai sosialkurang

    Menikah usia 23 tahun Anamnesia - Usia pernikahanyang cukup mudamerupakaan suatustressor

    C. ANAMNESIS TAMBAHAN

    Berikut ini beberapa anamnesis tambahan yang dapat ditanyakan untuk membantu

    mengarahkan diagnosis pada pasien ini:

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Apa yang menyebabkan pasien tiba tiba berpikiran bahwa suaminya berselingkuh?

    Apa yang dipikirkan pasien setiap serangan sebelum sebelumnya?

    Apa pasien bertengkar dengan suaminya setiap kali?

    Apa pasien sering berkomunikasi dengan keluarganya? Seperti apa? Dan apa yang

    dibicarakan?

    Apa pasien mengalami masalah berat atau stress sehingga hal ini muncul?

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Apa pasien merasakan hal yang sama seperti 3 tahun yang lalu?

    6

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    7/28

    Apa yang menyebakan pasien berubah 3 tahun lalu?

    Apa yang perawatan diberikan ke pada pasien beberapa tahun terakhir ini?

    Apa kepribadian pasien berubah sejak dari 3 tahun lalu? Bagaimana kepribadianpasien sebelumnya di keluarga?

    Riwayat Kebiasaan :

    Apa yang sering dilakukan pasien di rumah?

    Apa pasien ada hal kesukaan yang ibu sukai?

    Apa pasien sering menemani anak anak bermain?

    Apa pasien bekerja? Apa ada stress pekerjaan?

    Riwayat Keluarga :

    Pasien merupakan anak keberapa dari berapa bersaudara?

    Pola asuh yang diterima pasien di keluarganya?

    Apa dari keluarga pasien ada yang mengalami hal yang sama?

    D. PEMERIKSAAN FISIK

    Dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien untuk mencari adanya gejala- gejala fisik maupun

    penyakit lainnya. Namun setelah dilakukan pemeriksaan fisik umum, semua dalam batas

    normal.

    E. STATUS MENTAL

    A. Deksripsi Umum

    7

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    8/28

    1. Penampilan : pasien wanita, 27 tahun, diantar oleh keluarga, tampak sesuai dengan

    usianya. Penampilan agak lusuh, dandanannya kurang rapi. Perawakan kurus

    2. Kesadaran

    a. Kesadaran psikiatri : terganggu

    b. Kesadaran biologis : baik (compos mentis)

    3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : dibawa dengan keluhan utama tiba-tiba

    mengamuk, berteriak-teriak dan ingin memukul suaminya dengan linggis.

    4. Pembicara : pasien mengatakan suaminya berselingkuh dengan perempuan lain serta

    hendak mencelakakannya.

    B. Mood dan Afek

    Afek tumpul tidak serasi : ketidak sesuaian antara perasaan emosional dengan gagasan

    pikiran atau pembicaraan yang menyertai, penurunan intensitas irama perasaan yang di

    ungkapkan keluar.

    C. Proses pikir : terganggu

    D. Fungsi intelektual :

    Daya nilai sosial : Jarang bergaul, temannya yang akrib hanya 1-2 orang saja. Menikah

    pada usia 23 tahun.

    E. Gangguan Persepsi

    1. Halusinasi : pasien sering mendengar suara bisikan yang menyuruh pasien untuk

    memukul suaminya.

    F. Proses Berpikir

    1. Halusinasi auditorikthird order

    pasien merasa ada sudut pandang ke-tiga (orang lain di luar dirinya) yang

    membisikkan untuk memukul suaminya.

    8

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    9/28

    2. Isi pikiran

    a. Gangguan pikiran :

    Waham kejar : keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang

    mengancam atau bencana membahayakan dirinya. Waham ini menyebabka

    penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan

    karena merasa diperhatikan, diikuti serta diawasi.

    Waham kebesaran : keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan

    kekuatan serta menjadi orang penting.

    F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT

    Untuk mencari gejala lain, dilakukan pula beberapa pemeriksaan diagnostik lanjutan seperti

    pemeriksaan neurologik, EKG serta laboratorium urin dan darah. Pada pemeriksaan

    neurologik didapatkan bahwa tidak ada defisit neurologik. Hasil pemeriksaan EKG pada

    pasien menunjukkan hasil yang normal. Pada pemeriksaan laboratorium darah dan urin tidak

    ditemukan adanya kelainan.

    G. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL(3)

    Aksis I : (F20.0) Skizofrenia Paranoid

    Aksis II : (F60.1) Ciri Kepribadian skizoid

    Aksis III : Tidak ada diagnosis

    Aksis IV : Masalah psikososial & lingkungan lain

    Aksis V : 15 (bahaya mencederai diri/orang lain, dissabilitas sangat berat dalam

    komunikasi & mengurus diri)

    Pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III, adalah:

    - Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

    9

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    10/28

    - Sebagai tambahan :

    o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

    a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

    halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),

    mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)

    b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau brsifat seksual, atau lain-lain

    perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol

    c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

    (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity

    (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,

    adalah yang paling khas.;

    o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik

    secara relatif tidak nyata /tidak meonjol.

    H. DIAGNOSIS BANDING

    F22.0 Gangguan Waham Menetap

    Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:

    Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling

    mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu system waham)

    harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal)

    dan bukan budaya setempat.

    Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap mungkin terjadi

    secara intermitten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat

    tidak terdapat gangguan afektif itu.

    Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

    10

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    11/28

    Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat

    sementara.

    Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siaran pikiran,

    penumpulan afek, dsb.)

    Menurut Diagnostic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR),

    kriteria diagnostik untuk gangguan delusional adalah:

    Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata,

    seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari infeksi, dicintai jarak jauh, atau dikhianati oleh

    pasangan atau kekasih atau menderita sesuatu penyakit) selama sekurangnya satu bulan.

    Kriteria A untuk skizofrenia tidak pernah dipenuhi. Catatan: halusinasi taktil dan cium

    mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan dengan tema waham.

    Terlepas dari pengaruh waham atau percabangannya, fungsi tidak terganggu dengan jelas

    dan kacau.

    Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama totalnya

    adalah relative singkat disbanding periode waham

    Gangguan adalah bukan Karena efek fisiologis langsung suatu zat (misalnya obat yang

    disalahgunakan, suatu medikasi atau sudatu kondisi medis umum).

    Diagnosis banding ini dipilih karena kemiripan gejala paranoid yang dimiliki pasien, namun

    adanya halusinasi auditorik menyingkirkan diagnosis banding pada pasien ini. (5)

    I. PENATALAKSANAAN

    Medikamentosa(2)

    1. Rawat inap

    Rawat inap diindikasikan terutama untuk tujuandiagnostik, untuk stabilisasi pengobatan,

    untuk keamanan pasien untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

    2. Injeksi haloperidol 5mg

    11

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    12/28

    3. Pemberian obat antipsikotik golongan atipikal yaitu Risperidon 2x3mg kg/bb perhari

    mengingat suami pasien yang sudah tidak memiliki pekerjaan karena obat ini relatif lebih

    murah dibandingkan clozapin.

    4. Antikolinergik untuk meredakan efek dari pemberian obat anti psikotik dapat berupa

    difenhidramin

    Nonmedikamentosa

    1. Terapi psikososial

    Intervensi psikologis dipusatkan pada pasien perorangan untuk mengembangkan

    keterampilan sosial. Kekambuhan pada skizofrenia tampaknya berkaitan dengan tingkat ekspresi

    emosional keluarga misalnya berupa komentar-komentar kritis, yang terlihat saat penilaian

    formal atau ungkapan kemarahan keluarga saat wawancara.

    2. Terapi sosial

    Penginapan atau rumah kelompok memiliki struktur atau dukungan yang bervariasi.

    Rawat jalan baik berupa rehabilitasi aktif yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan

    bekerja atau dukungan sederhana dengan aktivitas utama yang ringan, dapat memperbaiki fungsi

    personal (misalnya ; higiene, percakapan, dan pertemanan) serta mendeteksi terjadinya

    kekambuhan dini.

    3. Terapi keluarga

    Ditekankan kepada pasien bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk

    memastikan kepatuhan kontrol dan minum obat. Serta memberi pengertian kepada keluarga agar

    tetap menghargai pasien dan memberikan pertimbangan-pertimbangan yang rasional terhadap

    keinginan-keinginan pasien.

    J. PROGNOSIS

    12

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    13/28

    Untuk menentukan diagnosis maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang menentukan

    prognosis bagi penderita skizofrenia. Diantaranya yaitu:

    1. Usia : Usia pasien yang yaitu 27 tahun menjadi faktor penentu prognosis kearah yang

    baik

    2. Riwayat : Riwayat pasien yang mengalami gejala yang bukan untuk pertama kalinya

    mengarah kepada prognosis buruk

    3. Herediter : Tidak ada riwayat keluarga pada pasien mengarah kepada prognosis yang baik

    4. Durasi : Lamanya pasien menderita gangguan ini juga merupakan salah satu faktor yang

    menentukan prognosis. Semakin lama pasien telah mengidap gangguan, maka

    akan semakin buruk prognosisnya. Pada pasien ini, dikatakan telah 3 tahunmaka

    prognosisnya lebih ke arah buruk.

    5. Perhatian keluarga : pentingnya peranan keluarga menentukan prognosis pasien dimana pada

    pasien perhatian keluarga masih ada didapat dari keluarganyayang mengantar ke

    rumah sakit, sehingga prognosisnya kearah yang baik.

    6. Kepribadian premorbid : pasiennya sebelumnya memiliki kepribadianyang mudah

    tersinggung,jarangbergaul,dan hanya memiliki 1-2 teman yang

    akrab hal ini mempengaruhi prognosis yang kearah buruk

    7. Status Pernikahan : pasien sudah menikah sehingga mempengaruhi prognosis ke arah

    yang baik.

    Dengan faktor-faktor diatas, kelompok kami memberikan prognosis pada pasien ini adalah dubia

    ad bonam.

    K. RANGKUMAN KASUS

    Berdasarkan hasil diskusi, kami menetapkan diagnosis multiaksial pada pasien ini, yaitu:

    Aksis I : (F20.0) Skizofrenia Paranoid (fase kronik-eksersebasi akut)

    Aksis II : (F60.1) Ciri Kepribadian skizoid

    13

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    14/28

    Aksis III : Tidak ada diagnosis

    Aksis IV : Masalah psikososial & lingkungan lain

    Aksis V : 15 (bahaya mencederai diri/orang lain, dissabilitas sangat berat dalam

    komunikasi & mengurus diri)

    Tatalaksana pada pasien ini terdiri dari medikamentosa dan non medikamentosa (terapi

    psikososial, terapi sosial, dan terapi keluarga). Adapun prognosis pada pasien ini adalah dubia ad

    bonam, karena dari beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis pada pasien skizofrenia

    mengarah baik. Maka, apabila pasien ini ditatalaksana secara baik dan tepat, maka pasien dapat

    sembuh seperti sebelum sakit karena penyakit skizofrenia tidak meninggalkan defek intelektual.

    Berdasarkan kasus, kita dapat belajar tentang:

    1. Psikopatologi gejala skizofrenia paranoid.

    2. Penelusuran riwayat penyakit dan riwayat medik lainnya.

    3. Status mental, gangguan persepsi, emosi dan isi pikir.

    4. Pembuatan diagnosis lanjut dalam rangka membuat diagnosis gangguan mental

    emosional dengan multiaksial.

    5. Membuat rencana terapi tentang skizofrenia paranoid.

    14

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    15/28

    BAB IV

    TINJAUAN PUSTAKA

    KEPRIBADIAN

    Kepribadian adalah seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap, dan bersifat khas

    pada seseorang dalam cara mengadakan hubungan, caranya berfikir tentang lingkungan dan

    dirinya sendiri. dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukan berbagai macam

    perilaku tau emosi yang berbeda-beda. kadang kita menemukan seseorang yang beperilaku

    sopan, tidak mudah marah, dan dapat mengendalikan diri dengan baik. kadang pula kita

    menemukan hal yang sebaliknya.

    Jika perilaku atau emosi ini menetap pada diri seseorang sejak menjelang dewasa sampai

    saat ini dan merupakn ciri yang khas dari orang tersebut, maka hal ini dapat dikatakan bahwa

    inilah ciri-ciri kepribadian orang itu. tiap orang memiliki ciri khas kepribadian yang berbeda

    denga orang lain. tak ada satu orang pun yang memiliki ciri kepribadian yang sama dengan ciri

    kepribadian orang lain.

    Tempramen atau tabiat adalah salah satu aspek kepribadian yang berhubungan erat

    dengan konstitusi jasmani dan sudah dibawa sejak lahir. oleh karena itu tempramen lebih sukar

    dirubah oleh pengaruh lingkungan luar karena tempramen sangat dipengaruhi oleh faktor

    fisiologis tubuh. tempramen dapat dikatakan akan menetap dalam diri seseorang.

    Watak atau karakter adalah keseluruhan keadaan dan cara bertindak terhadap suatu rangsangan.

    Watak akan terus berkembang dalam masa kehidupan seseorang dan berhubungan erat dengan

    fungsi saraf pusat. watak juga dipengaruhi oleh faktor eksogen seperti lingkungan, pengalaman

    dan pendidikan.

    Penemuan Sigmund Freud yang paling mendasar yaitu peranan dinamis ketidaksadaran

    dalam hidup psikis manusia. Dalam salah satu buku yang ditulis olehnya yaitu Ego dan Id Freud

    membedakan tiga sistem dalam hidup psikis yaitu Id, Ego dan Superego. Id adalah lapisan psikis

    paling dasar yang merupakan keinginan-keinginan tersimpan dalam psikis seseorang. Psikis bayi

    yang baru lahir terdiri dari Id saja. Id menjadi bahan dasar dari pembentukan psikis lainnya. id

    dikuasai oleh prinsip kesenangan. Id tidak mengenal waktu dan tidak menurut logika.

    15

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    16/28

    Ego merupakan lapisan psikis yang mengadakan hubungan langsung dengan dunia luar.

    Ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. aktivitas Ego

    bersifat sadar, prasadar maupun tak sadar, namun sebagian besar bersifat sadar (contoh aktivitas

    sadar : proses intelektual, contoh aktivitas pra sadar : fungsi daya ingat, contoh aktivitas tak

    sadar : pertahanan psikis). Ego dikuasai prinsip realitas, seperti tampak dalam pemikiran yang

    objektif sesuai dengan tuntutan sosial dan rasional. Ego bertugas mempertahankan kepribadian

    dirinya dan juga menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Jadi Ego akan menyelesaikan

    pertentangan antara realitas lingkungan dengan keinginan-keinginan dalam psikis seseorang. Ego

    berfungsi menyatukan integritas kepribadian seseorang.

    Superego merupakan lapisan psikis yang terbentuk dari internalisasi (memasukkan ke

    dalam psikis) larangan-larangan, perintah-perintah, dan aturan-aturan ke dalam psikis seseorang.

    Superego merupakan dasar dari hati nurani. Beberapa manifestasi yang merupakan Gangguan

    kepribadian menurut Rusdi Malim yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan

    diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan

    ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak

    tergolongkan.

    SKIZOFRENIA

    I. Definisi Skizofrenia

    Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan

    psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan

    perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,

    walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

    Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala

    positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh

    gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul

    atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, miskin kontak emosional (pendiam,

    sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan

    dorongan kehendak atau inisiatif

    16

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    17/28

    II. Epidemiologi

    Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah.

    Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia.

    Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja

    akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda

    yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden

    skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban

    dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003).

    Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama

    ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien

    skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan

    penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang

    melakukan bunuh diri (Kazadi, 2008).

    Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993 di seluruh dunia prevalensi seumur

    hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan perempuan diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%.

    Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di antara laki-laki dan

    perempuan, perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas. Onset

    untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang

    perbandingan risiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang

    mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki (Durand,

    2007).

    III. Etiologi

    Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia,

    antara lain :

    Faktor Genetik

    Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah

    dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-

    anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung

    7 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 16%; bila kedua

    17

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    18/28

    orangtua menderita skizofrenia 40 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi

    kembar satu telur (monozigot) 61 86%.

    Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci.

    Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi

    di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada

    gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai

    berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin

    banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007).

    Faktor Biokimia

    Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut

    neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu

    sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter

    dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang

    abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang

    berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitterlain seperti serotonin

    dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan (Durand, 2007).

    Faktor Psikologis dan Sosial

    Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat,

    adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta

    interaksi yang patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutardjo, 2005).

    Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi

    penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic motherkadang-kadang digunakan

    untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang

    diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand & Barlow, 2007).

    Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga pada masa kanak-

    kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang

    bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada

    kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi

    bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.

    IV. Perjalanan Penyakit

    18

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    19/28

    Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan

    klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari

    keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005).

    Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada

    dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa

    remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal

    yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia

    dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif

    terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala

    somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan

    (Sadock, 2003).

    Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu

    adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap

    realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai

    dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua

    gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri ( withdrawal)

    dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).

    V. Tipe-tipe Skizofrenia(3)

    Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental

    Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut dalam

    DSM-IV (American Psychiatric Assosiation,1994) dan DSM-IV-TR (American Psychiatric

    Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosis

    ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006) :

    Tipe Paranoid

    Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam

    konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga. Waham biasanya

    adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain

    (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri

    lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.

    Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)

    19

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    20/28

    Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan afek

    yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa

    yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku dapat membawa

    pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari-hari.

    Tipe Katatonik

    Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi

    ketidakbergerakan motorik(waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan, negativism yang

    ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak

    terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain

    (echopraxia).

    Tipe Undifferentiated

    Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simptom-

    simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat

    ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya

    delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme

    seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.

    Tipe Residual

    Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih

    memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau

    mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala

    residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek

    datar. (1)

    VI. Terapi

    Penggunaan Obat Antipsikosis

    Kebanyakan pasien mengalami episode akut ( dikarakteristikkan dengan tampaknya

    kedua simtom psikotik, yaitu simtom positif dan negatif) yang diikuti oleh periode-periode stabil,

    dengan remisi yang parsial atau lengkap. Simtom-simtom positif paling berespons terhadap

    20

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    21/28

    pengobatan. Simtom-simtom negatif sering tidak memberikan respons terhadap obat antipsikotik

    standar dan dihubungkan dengan hasil pasien yang buruk dan lamanya perawatan.

    Pada umumnya antipsikotik atipikal dipilih sebagai pengobatan lini pertama untuk

    skizofrenia mengingat rendahnya efek samping obat dibandingkan antipsikotik Tipikal atau yang

    biasa disebut konvensional meskipun obat antipsikotik tipikal masih banyak digunakan.

    Aspek pengobatan yang terpenting dari suatu gangguan adalah pengurangan yang cepat

    pada gejala-gejala positif, negatif dan kognitif. Respons yang cepat terhadap pengobatan adalah

    penting dalam mengurangi penderitaan pasien dan keluarganya, serta biaya pengobatan. Respons

    pengobatan dalam 1 sampai 2 minggu pertama juga dapat berhubungan dengan kepatuhan pasien

    yang lebih besar dimana pasien mengalami pengurangan gejala-gejala dengan cepat, sehingga

    pasien kemungkinan lebih mematuhi pengobatan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa

    antipsikotik atipikal memiliki onset of action yang lebih cepat daripada antipsikotik

    konvensional.(2)

    Psikoterapi suportif

    Terapi Psikoanalisa.. Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang

    tidak disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan

    kecemasannya . Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-hal yang

    dirasakan oleh penderita. Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita schizophrenia sedang

    tidak dalam halusinasi ataupun emosi yang berat. Macam terapi psikoanalisa yang dapat

    dilakukan, adalah Asosiasi Bebas. Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan

    pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya tanpa penyuntingan

    atau penyensoran.

    Pada teknik ini, penderita disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun

    mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaanrelaks, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal. Pada

    saat penderita tidur di sofa dan disuruh menyebutkan segala macam pikiran dan perasaan yang

    ada di benaknya dan penderita mengalami blocking, maka hal itu merupakan manifestasi dari

    keadaan over-repressi. Hal yang direpress biasanya berupa dorongan vital seperti sexual dan

    agresi. Repressi terhadap dorongan agresi menyangkut figur otorotas yang selalu diwakili oleh

    21

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    22/28

    father dan mother figure. Repressi anger dan hostile merupakan salah satu bentuk intrapsikis

    yang biasa menyebabkan blocking pada individu. Akibat dari blocking tersebut, maka integrasi

    kepribadian menjadi tidak baik, karena ada tekanan ego yang sangat besar.

    apabila terjadi blocking dalam proses asosiasi bebas, maka penderita akan melakukan analisa.

    Hasil dari analisanya dapat menimbulkan insight pada penderita. Analisa pada waktu terjadi

    blocking bertujuan agar penderita mampu menempatkan konfliknya lebih proporsional, sehingga

    penderita mengalami suatu proses penurunan ketegangan dan penderita lebih toleran terhadap

    konflik yang dialaminya. Seperti yang telah diungkapkan terdahulu bahwa penderita diberi

    kesempatan untuk dapat mengungkapkan segala traumatic events dan keinginan-keinginan yang

    direpressnya. Waktu ini disebut dengan moment chatarsis. Disini penderita diberi kesempatan

    untuk mengeluarkan uneg-uneg yang ia rasakan , sehingga terjadi pelibatan emosi dalam

    menyelesaikan masalah yang dialaminya. Dalam teknik asosiasi bebas ini, juga terdapat proses

    transference, yaitu suatu keadaan dimana pasien menempatkan therapist sebagai figur substitusi

    dari figur yang sebenarnya menimbulkan masalah bagi penderita.

    Terdapat 2 macam transference, yaitu:

    (1) transference positif, yaitu apabila therapist menggantikan figur yang disukai oleh penderita,

    (2) transference negatif, yaitu therapist menggantikan figur yang dibenci oleh penderita

    Terapi Perilaku (Behavioristik)

    Mencoba menentukan stimulus yang mengawali respon malasuai dan kondisi lingkungan yang

    menguatkan atau mempertahankan perilaku itu

    Akhir-akhir ini, pakar terapi perilaku melihat adanya pengaruh variabel kognitif pada perilaku

    (misalnya, pemikiran individu tentang situasi menimbulkan kecemasan tentang akibat dari

    tindakan tertentu) dan telah mencakupkan upaya untuk mengubah variabel semacam itu dengan

    prosedur yang khusus ditujukan pada perilaku tersebut

    therapy untuk pasien schizophrenia ditampilkan pakar psikiatri dari Amerika maupun dari

    Malaysia sendiri. Ternyata, terdapat hasil yang cukup baik, terutama untuk kasus-kasus baru,

    dengan menggunakan cognitif - behavior therapy tersebut. Rupanya ada gelombang besar

    optimisme akan kesembuhan schizophrenia di dunia dengan terapi yang lebih komprehensif ini.

    22

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    23/28

    Selain itu, secara umum terapi ini juga bermaksud secara langsung membentuk dan

    mengembangkan perilaku penderita schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan penderita

    untuk kembali berperan dalam masyarakat.

    a. Social Learning Program

    Social learning program menolong penderita schizophrenia untuk mempelajari perilaku-perilaku

    yang sesuai. Program ini menggunakan token economy, yakni suatu cara untuk menguatkan

    perilaku dengan memberikan tanda tertentu (token) bila penderita berhasil melakukan suatu

    perilaku tertentu. Tanda tersebut dapat ditukar dengan hadiah (reward), seperti makanan atau

    hak-hak tertentu. Program lainnya adalah millieu program atau therapeutic community. Dalam

    program ini, penderita dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab

    untuk tugas-tugas tertentu. Mereka dianjurkan meluangkan waktu untuk bersama-sama dan

    saling membantu dalam penyesuaian perilaku serta membicarakan masalah-masalah bersama

    dengan pendamping. Terapi ini berusaha memasukkan penderita schizophrenia dalam proses

    perkembangan untuk mempersiapkan mereka dalam peran sosial yang bertanggung jawab

    dengan melibatkan seluruh penderitan dan staf pembimbing.

    b. Social Skills Training

    Terapi ini melatih penderita mengenai ketrampilan atau keahlian sosial, seperti kemampuan

    percakapan, yang dapat membantu dalam beradaptasi dengan masyarakat Social Skills Training

    menggunakan latihan bermain sandiwara. Para penderita diberi tugas untuk bermain peran dalam

    situasi-situasi tertentu agar mereka dapat menerapkannya dalam situasi yang sebenarnya. Bentuk

    terapi seperti ini sering digunakan dalam panti-panti rehabilitasi psikososial untuk membantu

    penderita agar bisa kembali berperan dalam masyarakat. Mereka dibantu dan didukung untuk

    melaksanakan tugas-tugas harian seperti memasak, berbelanja, ataupun untuk berkomunikasi,

    bersahabat, dan sebagainya.

    Terapi Humanistik

    a. Terapi Kelompok

    Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan seseorang dalam berhubungan dengan orang

    lain, yang dapat menyebabkan seseorang berusaha menghindari relasinya dengan orang lain,

    23

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    24/28

    mengisolasi diri, sehingga menyebabkan pola penyelesaian masalah yang dilakukannya tidak

    tepat dan tidak sesuai dengan dunia empiris. Dalam menangani kasus tersebut, terapi kelompok

    akan sangat bermanfaat bagi proses penyembuhan klien, khususnya klien schizophrenia.

    Terapi kelompok ini termasuk salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien

    berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai

    pemberi arah di dalamnya. Di antara peserta terapi tersebut saling memberikan feedback tentang

    pikiran dan perasaan yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada setting sosial yang

    mengajaknya untuk berkomunikasi, sehingga terapi ini dapat memperkaya pengalaman mereka

    dalam kemampuan berkomunikasi. Di rumah sakit jiwa, terapi ini sering dilakukan. Melalui

    terapi kelompok ini iklim interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien

    selalu diajak untuk berpikir secara realistis dan menilai pikiran dan perasaannya yang tidak

    realistis.

    a. Terapi Keluarga

    Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Kelompoknya terdiri

    atas suami istri atau orang tua serta anaknya yang bertemu dengan satu atau dua terapist. Terapi

    ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama

    keluarganya. Ungkapan-ungkapan emosi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan penyakit

    penderita kambuh kembali diusahakan kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara-cara

    untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara

    konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga

    diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Keluarga

    juga diberi penjelasan tentang cara untuk mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan

    sikap penuh penghargaan. Perlakuan-perlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga

    diatur dan disusun sedemikian rupa serta dievaluasi. Dari beberapa penelitian, seperti yang

    dilakukan ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atausekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapi. (4)

    Prognosis

    Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah

    perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20 %

    24

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    25/28

    pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan

    memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala,

    episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus

    tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan

    sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.

    Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan perkiraan

    yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk menjalani

    kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang

    sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama

    seluruh hidupnya.

    Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:

    1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.

    2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.

    3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.

    4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.

    5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.

    6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.

    7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.

    8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

    Prognosis Baik Prognosis Buruk

    Onset lambat

    Faktor pencetus yang jelas

    Onset akut

    Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan

    premorbid yang baik

    Gejala gangguan mood (terutama

    gangguan depresif)

    Menikah

    Onset muda

    Tidak ada factor pencetus

    Onset tidak jelas

    Riwayat social dan pekerjaan premorbid

    yang buruk

    Prilaku menarik diri atau autistic

    Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

    Sistem pendukung yang buruk

    25

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    26/28

    Riwayat keluarga gangguan mood

    Sistem pendukung yang baik

    Gejala positif

    Gejala negatif

    Tanda dan gejala neurologist

    Riwayat trauma perinatal

    Tidak ada remisi dalam 3 tahun

    Banyak relaps

    Riwayat penyerangan

    BAB V

    PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH

    Kesimpulan

    Berdasarkan data-data dan hasil pemeriksaan yang didapat pada kasus Ny. S, kelompok kami

    menegakan diagnosis berupa skizofrenia paranoid dengan potensi pasien yang dapat mencederai

    diri atau orang lain. Mengingat pasien skizofrenia belum bisa sembuh seutuhnya, maka

    diperlukan perawatan yang khusus dan berbeda dibandingkan dengan pasien gangguan jiwa lain

    yang lebih ringan. Serta pemberian terapi psikososial, sosial, dan terapi keluarga juga sangat

    dibutuhkan pada pasien ini.

    26

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    27/28

    Penutup dan Ucapan Terima Kasih

    Secara keseluruhan kasus ini sangat baik, sangat memicu diskusi yang aktif dan kondusif dari

    seluruh peserta diskusi serta pemahaman tentang dasar-dasar dari Modul Kesehatan Mental

    Emosional. Kami menyadari bahwa diskusi dan laporan kami masih belum sempurna dan dengan

    bimbingan dan panduan dari para dosen, akan berusaha untuk terus memperbaikinya. Akhir kata,

    kami mengucapkan terima kasih kepada segenap keluarga besar Trisakti secara umum, dan

    secara khusus kepada seluruh staff dan kontributor Modul Organ Kesehatan Mental Emosional.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

    Klinis. 7th ed. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010

    2. Sulistia G,Ganiswarna.dkk.Farmakologi dan Terapi cetakan ke 4. Jakarta:FKUI ,2006.

    3. Maslim R, editor. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.

    Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;2001. p.46-52

    4. Frankenburg FR. Scizophrenia. Available at:

    http://emedicine.medscape.com/article/288259-differential. Accessed on May 17, 2013

    27

  • 7/28/2019 Makalah 4 fix

    28/28

    5. Amir Nurmiati. In : Elvira Sylvia D, Hadisukanto Gitayanti. Buku Ajar PSIKIATRI.

    Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010. p.178-92

    28