Makalah-1-F3

20
 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEISMIK STRATIGRAFI RESUME WILAYAH F3 DISUSUN OLEH: Alvini Ika Putri 13/347846/PA/15376) Arief Sunanto 13/347990/PA/15414) Dheny Martin Sudiyanto 13/347816/PA/15368) Eko Satrio Hutomo 13/349738/PA/15570) Florensius Valentino 13/349885/PA/15594) Nasrianto 13/347765/PA/15361) Santika Satya Widita 13/347848/PA/15378) Wahyuni Annisa H umairoh 13/350003/PA/15601)  YOGYAKARTA MEI 2016  

Transcript of Makalah-1-F3

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 1/20

 

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

SEISMIK STRATIGRAFI

RESUME WILAYAH F3

DISUSUN OLEH:

Alvini Ika Putri 13/347846/PA/15376)

Arief Sunanto 13/347990/PA/15414)

Dheny Martin Sudiyanto 13/347816/PA/15368)

Eko Satrio Hutomo 13/349738/PA/15570)

Florensius Valentino 13/349885/PA/15594)

Nasrianto 13/347765/PA/15361)

Santika Satya Widita 13/347848/PA/15378)

Wahyuni Annisa Humairoh 13/350003/PA/15601) 

YOGYAKARTA

MEI

2016

 

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 2/20

LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA

Delta adalah sebuah lingkungan transisi dicirikan oleh adanya material sedimen yang

tertransport lewat aliran sungai (channel), kemudian terendapkan pada kondisi di bawah air

(subaqueos) pada air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut dan darat/subaerial

(Friedman dan Sanders, 1978). Umunya, delta terbentuk apabila material sedimen terangkut

melalui sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang. Proses

 pengendapan delta menghasilkan pola progradasi atau majunya garis pantai ke arah daratan.

Litologi yang dihasilkan umumnya mempunyai struktur gradasi normal pada fasies yang

 berasosiasi dengan lingkungan laut, selain itu faktor utama pengontrol pembentukan delta

adalah material sedimen yang dibawa oleh sungai. Terdapat beberapa klasifikasi yang

digunakan untuk mengelompokkan beragam jenis delta, diantaranya klasifikasi yang dibuatoleh Galloway 1975, dan klasifikasi yang dibuat oleh Fisher 1969.

Klasifikasi Galloway menjelaskan bahwa contoh delta terdiri dari tipikal proses yang

dominan bekerja untuk membentuk setiap tipikal delta, seperti fluvial dominated delta akan

menghasilkan delta yang berbentuk elongate, tide dominated delta akan menghasilkan delta

yang berbentuk estuarine, dan wave dominated delta akan menghasilkan delta yang berbentuk

cuspate. Sedangkan klasifikasi Galloway menyebutkan bahwa proses pembentukan delta

dikontrol beberapa factor yaitu hasil interaksi antara dua atau lebih faktor pengontrol, seperti

contohnya adalah Delta Mahakam yang berbentuk lobate yang dihasilkan dari proses fluvial

dan tidal dengan sedikit pengaruh gelombang. Berbeda dengan klasifikasi Galloway,

klasifikasi Fisher menyebutkan bahwa proses pembentukan delta dipengaruhi oleh dua faktor

utama, diantaranya proses fluvial dan pasokal sedimen, serta faktor laut. Berdasarkan dominasi

dari salah satu faktor tersebut, Fisher membagi delta menjadi dua kelompok, yaitu delta yang

 bersifat high constructive dan high destructive. Delta yang bersifat high constructive adalah

delta yang faktor utamanya dikontrol oleh proses fluvial dan pasokan sedimen, sedangkan deltayang bersifat high destructive adalah delta yang faktor utamanya dikontrol oleh proses asal

laut.

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 3/20

  Secara garis besar, lingkungan pengendapan delta dibagi menjadi beberapa

sublingkungan pengendapan, yaitu:

1.   Delta Plain

Delta plain merupakan bagian delta yang berada di bagian lowland dan tersusun

dari active channel dan abandoned channel, dan dipisahkan oleh lingkungan perairan

dangkal. Proses yang membentuk delta plain dipengaruhi oleh arus sungai dan

terkadang arus tidal juga. Delta plain dibagi menjadi dua, yaitu upper delta plain dan

lower delta plain, dimana upper delta plain merupakan bagian delta yang dipengaruhi

oleh pasang surut air laut, sedangkan lower delta plain merupakan bagian delta yang

terbentuk akibat interaksi antara sungai dan laut yang terbentang mulai dari batas

surutnya muka air laut sampai batas maksimal air laut pada saat pasang.

2.   Delta Front

Delta front merupakan sublingkungan pengendapan dengan energi tinggi, dimana

sedimen dirombak oleh arus pasang surut, arus sepanjang pantai dan aksi gelombang.

Delta front biasanya ditunjukkan dengan sekuen yang mengasar ke atas (coarsening

upward) berskala besar yang artinya terjadi perubahan fasies vertikal ke atas dari

sedimen offshore yang halus ke sedimen kasar shoreline yang biasanya didominasi

oleh batupasir.

3.  Pro Delta

Pro delta merupakan lingkungan transisi antara delta front dan endapan marine

shelf. Sedimen yang biasanya terendapkan di daerah ini adalah sedimen yang sangat

halus dan berstruktur masif, laminasi, dan burrowing structure. Endapan ini berada di

 bawah efek gelombang, pasang surut air laut, dan arus sungai.

ANALISIS SEISMIK STRATIGRAFI: LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA

Konfigurasi refleksi yang biasa ditemukan pada penampang seismik yang berupa

lingkungan pengendapan delta adalah konfigurasi prograding clinoforms. Konfigurasi

 progradasi simple-oblique dan agradasi pada arah dip merupakan ciri dari sistem delta

highstand yang diendapkan pada lingkungan paparan yang stabil dan dangkal dan sering

disebut sebagai sistem paparan delta. Pergeseran dari channel dan lidah delta akan membentuk

 pola mounded lokal sepanjang paparan tersebut. Sebaliknya sistem pinggiran paparan delta

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 4/20

atau sistem lereng delta akan dicirikan oleh progradasi sistem delta yang berkembang pada air

dalam.

Profil seismik memperlihatkan progradasi sistem delta (Brown, 1994)

Konfigurasi (Pola Refleksi) Dan Terminasi Seismik

Sekuen seismik merupakan sekuen pengendapan yang ditunjukan oleh penampang

refleksi seismik dengan urutan yang relative selaras dan secara genetic berhubungan, dibatasi

oleh bidang ketidaselarasan pada bagian atas dan bawahnya.

Permukaan yang menentukan batas sekuen adalah pada strata diskontinuitas yang

terlihat dari terminasi pola refleksi seismik. Terminasi refleksi adalah kriteria untuk mengenal

 batas sekuen seismik. Yang ditunjukkan seperti gambar dibawah ini :

Sedangkan berikut merupakan beberapa konfigurasi dan pola refleksi: 

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 5/20

 

Telah dilakukan akuisisi 3D seismik di lapangan F3 yang berada pada blok sector Belanda di

Laut Utara. Dari paper telah diberikan penjelasan bahwa pada daerah ini memiliki fitur seismik

yang mencolok seperti Sigmoid-bedding, Onlap, Downlap dan Toplap. Berikut, merupakan

analisa kami yang menunjukan fitur-fitur yang telah disebutkan.

Fitur Sigmoid-bedding  dibatasi oleh garis berwarna , fitur ini terbentuk akibat

 pengendapan yang progresif secara lateral dari bidang pengendapan yang miring, disebut

Onlap

Downlap

Toplap

Chaotic

Chaotic

Chaotic

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 6/20

clinoform. Hak ini merefleksikan pengendapan terjadi karena energi rendah. Batas konfigurasi

sigmoid ini terdiri dari sekuen atas dan bawah yang hampir horizontal dengan batas atas

konkordan dan batas bawah downlap, sedangkan bagian tengahnya relative lebih tebal dengan

kemiringan <10.

 Downlap merupakan baselap dimana lapisan yang awalnya miring terminated downdip

 pada bidang yang awalnya horizontal. Downlap terjadi pada alas suatu depositional sequence

di dalam cekungan dan diatas maximum flooding surface sehingga menunjukan adanya suatu

sequence. Toplap adalah terminasi strata lebih tua yang biasanya terjadi akibat pengangkutan

sedimen yang melalui daerah non deposisi sedimen dan menunjukkan adanya suatu batas

sekuen. Onlap merupakan terminasi pola perlapisan yang kedudukan mulanya miring, biasanya

terbentuk pada base dari depositional sequence dan menunjukkan adanya suatu batas sekuen.

Formasi Lapangan F3 

Blok F3 merupakan area Belanda yang terletak pada Northsea. Block tersebut

merupakan area akuisisi seismic 3D untuk mengeksplorasi minyak dan gas pada strata Upper

Jurassic  –  Lower Cretaceous. Keberadaan source rock utama untuk minyak, Posidonia shale,

terdapat pada era Mesozoic. Pesidonia shale kemudian terakumulasi kedalam unit reservoirutama Vieland Sandstone dimana ini menjadi sebuah channel yang terletak pada kurun waktu

Early Cretaceous. Keberadaan source rock utama untuk gas, Westphalian coals, terdapatpada

era Paleozoic. Westphalian coals kemudian juga terakumulasi kedalam unit reservoirutama

Vieland Sandstone dan Nampak sebagai shallow hydrocarbon. Petroleum system daerah

 penelitian secara jelas dapat dilihat pada Gambar. Panah-panah (merah dan hijau)

menunjukkan asal source rock yang berasosiasi dengan reservoir minyak/gas.

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 7/20

 

System Hidrokarbon bawah permukaan Northsea (Jager dan Geluk. 2007)

1. 

Batuan Keras [Hard Subtrat]

Penyebaran endapan kerikil yang tidak terkonsolidasi

Kerikil yang berukuran mulai dari kerikil granular, dengan diameter sekitar 2 dan

3.4mm hingga diameter 16mm. Terdapat pula batu yang ukurannya hingga diameter 64mm

dan batu-batu yang lebih dari 64 mm diameter (Boulder). Batuan kerikil dari ukuran granular

gravel sampai pebble ini hampir selalu mengandung proporsi kalsium karbonat. Karbonat ini

hampir seluruhnya terdiri dari kerang biogenic dan shell fragmen, yang terdistribusi dengan

ukuran yang bervariasi dari berbagai sumber.

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 8/20

Penyebaran kerikil sebagian besar terjadi di daerah dekat pantai dimana terdapat energy

 pasang surut yang kuat dari gelombang laut. Kerikil dengan ukuran mulai dari large pebble,

cobble dan boulder kemungkinan besar berasal dari formasi serak tua yang telah terendam

selama proses kenaikan permukaan laut. Daerah formasi mencakup pantai bawah laut, fluvial

dan sedimen glacigenic yang paling merupakan sedimen paling halus.

 Distribusi penyebaran kerikil (Pantin 1991)

2.  Formasi Batuan Cohesive Hard Quaternary

Proses konsolidasi pada batuan biasanya terjadi di bawah permukaan tanah yang

menyebabkan pengecilan pori dan dewatering (pengeringan) saat sedimen terkubur dan

terkompresi di bawah beratnya sendiri. Sedimen Cohesive Hard merupakan clay dan mud yang

dikompres dengan berat es selama atau setelah masa ketika sedimen diendapkan. Posisi

 bentangan es yang bersifat dinamis akibat perubahan muka air laut berdampak pada jenis

sedimen dan kekuatan sedimen yang bervariasi secara vertical dan lateral dalam satu formasi

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 9/20

geologi. Diamicton adalah istilah untuk sedimen ini, sebagian besar merupakan kerikil, pasir

dan lumpur dengan berbagai proporsi. Lingkungan pengendapan diamicton secara signifikan

adalah dari beragam geomorfologi dasar laut modern.

Terdapat juga formasi semi-konsolidasi yang memiliki potensi menjadi keras yang

terdiri dari lumpur, lumpur interbedded dan pasir (Gambar 5) dengan mengandung berbagai

 proporsi kerikil. Hard Cohesive sediments memiliki rentang usia sekitar 2,4  juta tahun.

3. 

Formasi Batuan Pre-Quartenary

Batuan submarine terdistribusikan di sekitar wilayah Laut Utara dan memiliki rentang

usia Pra-Kambrium (lebih dari sekitar 590 juta tahun tahun) ke Upper Cretaceous (berusia

sekitar 95 sampai 65 juta tahun. Batuan pada formasi ini memiliki rentang kekerasan batuan

yang bervariasi. Kekerasan yang sangat kuat, lebih dari 200MPa (menimbulkan percikan api

 bila terkena palu) di batuan kristal yang lebih tua sampai kekerasan yang sangat lemah (<5MPa

hansur di tangan atau lembaran tipis bisa pecah dengan mudah di tangan) di batuan sedimen

yang lebih muda. Terdapat juga Cemented carbonate hardgrounds in soft sediments  pada

daerah lepas pantai dari east Anglia.

Lepas pantai dari East Anglia juga ditutupi platform karbonat tanaman kapur pada dasar

lautnya. Semen karbonat dapat membentuk hardgrounds yang terdapat di daerah lembutlumpur atau sedimen uncohesive. Hardgrounds ini terbentuk selama oksidasi biogenik metana,

mereka menarik untuk biota dan situs yang mungkin menarik khusus untuk pelestarian masa

depan. Hardgrounds juga bisa terbentuk di lumpur lunak telah dilaporkan berdekatan dengan

Shetland.

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 10/20

 

 Distribution of provinces with potential for cohesive hard Quaternary formations (>40kPa)

and rock substrates. Adapted after Holmes et al. (1993,1994), occurrences of cemented

hardgrounds after Hovland et al. (1987), Hovland and Judd (1988).

Seabed [Dasar Laut]

4. 

Formasi Lumpur Tebal

Seabed merupakan lumpur yang terkonsolidasi normal atau sedikit underconsolidated dengan

kekerasan sangat lembut dengan kekuatan <40kPa yang secara luas terdistribusikan di dekat

dasar laut. Sebagian besar formasi lumpur tebal berasal dari sedimen yang muncul setelah

lapisan es terakhir perlahan hilang di Laut Utara.

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 11/20

 

 Distribution of shallow muds, pockmarks, sandwaves and selected other features relevant to

sediment mobility. Where the areas of mud and sandwaves are shown with common

boundaries, the muds extend under the sandwaves. Adapted after Andrews et al. (1990), Pantin

(1991)

5.  SANDBANK

Sandbank  merupakan daerah terakumulasinya batupasir. Penampung utama untuk pasir

di daerah ini terdiri dari pesisir pantai dan sandbank. Sandbank di pesisir dikenal sangat mudah

 berpindah. Dari analisis grafik batimetri bersejarah Caston (1972) menemukan bahwa beberapa

lebih lepas pantai Bank Norfolk telah memanjang ke arah barat utara, ke arah net daerah

transportasi pasir.

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 12/20

Struktur Geologi Lapangan F3

Terdapat 9 penampang geologi regional yang di konstruksi untuk mengilustrasikan

elemen struktural utama dari Lapangan F3, Belanda (fig. 3). Dalam referensi, maksud dari

elemen struktural ialah berhubungan dengan struktur regional dengan sejarah deformasi yang

seragam, dalam konteks penurunan (subsidence), patahan ( faulting), pengangkatan (uplift ) dan

erosi selama interval waktu yang spesifik. Peta elemen struktural telah direkonstruksi dari peta

kedalaman dan ketebalan.

Guna untuk memetakan elemen struktural regional ini secara sistematik, beberapa tipe

structural digunakan seperti cekungan, tinggian, zona  platform dan patahan. Selain itu juga

termasuk batas dari elemen structural seperti cekungan yang di deliniasi dengan subcrop,

 patahan utama dan struktur  salt . Dalam referensi, sebuah tinggian di definisikan sebagai area

dengan erosi yang signifikan hingga pada strata Carboniferous atau Permian. Sebuah platform

di karakteristikkan dengan erosi berumur  Late Jurassic  dalam umur Triassic  dan

ketidakhadiran strata lower   dan upper Jurassic. Sedangkan terminology  graben digunakan

untuk menunjukkan penurunan elemen structural yang dapat jelas di deliniasi dengan patahan

utama yang linear.

Elemen structural regional pada referensi telah di rekonstruksi berdasarkan 6 periode

tectono-stratigraphy, yaitu Late Carboniferous - Early Permian (Variscan phases),  Middle and

 Late Permian, Triassic (Early Kimmerian phase), Late Jurassic (Late Kimmerian phase), Late

Cretaceous (Subhercynian phase)  dan Cenozoic (Laramide, Pyrenean and Savian phases)

(Figs 4a - 4f).

Delineasi lebih lanjut dari struktur cekungan didapatkan dengan menggunakan subcrop

dari strata lower   dan upper Jurassic. Pada table 1a mengindikasikan periode geologi aktif

untuk setiap elemen strukturalnya dengan daerah regional signifikan yang dikenali dalam peta.

Zona patahan utama yang di indikasikan dalam skema deformasi pada table 1a, dapat di

temukan baik di dalam peta maupun dalam penampang geologi. Pada table 1b, dijelaskan

mengenai deskripsi geologi dan digunakan singkatan pada elemen  –   elemen structural. 

Contohnya bagian terbesar dari  Mid North Sea High (MNSH) merupakan struktur Variscan,

dan juga the Elbow Spit High (ESH), serta Late Jurassic origin (Figs 4a and d).

Kenampakan structural yang terdapat pada lapangan F3 dipengaruhi secara kuat oleh

system patahan yang berada di basement dimana mulai menghilang selama Variscan orogeny ( Late Carboniferous - Permian phases). Hal tersebut dapat terlihat jelas dari peta elemen

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 13/20

structural pada  Late Jurassic - Early Cretaceous, dimana gaya ekstensi mendominasi

konfigurasi structural  dari daerah bawah permukaan Belanda, termasuk juga Kimmerian

reactivation dari patahan  pre-existing  Permo-Carboniferous. Cekungan yang mengalami

 penurunan pada umur  Late Jurassic  dan early cretaceous serta pengangkatan dari flanking

 platforms, dikombinasikan dengan efek dari pergerakan salt, menunjukkan pengembangan dari

setting structural yang komplek. Setting geologi selama late Jurassic dikarakteristikkan oleh

erosi dari elevated platforms bersamaan dengan akumulasi sedimen di sekitar cekungan local

sepanjang batas dari blok yang mengalami pengangkatan. Hal tersebut menekankan bahwa area

 pengendapan pada umur late Jurassic tergolong kecil jika dibandingkan dengan pengendapan

yang terjadi pada cekungan berumur Permian, Triassic, dan cretaceous.

Pergerakan halokinetik yang kuat dapat ditemui pada area lepas pantai utara dan timurlaut onshore. Variasi ketebalan dari Zechstein salt dapat dengan mudah di observasi pada profil

geologi dan peta ketebalan dari Zechstein (fig. 5b). struktur salt juga ditampilkan berdasarkan

ketebalan dari Zechstein yang lebih besar 1300m (fig. 5b). Salt pillow, walls dan diapirs, telah

aktif sejak late Triassic. Kedua intensitas dan pengaktifan kembali dari pergerakan salt

 bervariasi sangat kuat terhadap area local.

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 14/20

 

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 15/20

 

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 16/20

 

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 17/20

 

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 18/20

 

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 19/20

7/25/2019 Makalah-1-F3

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-1-f3 20/20

 

Daftar pustaka : http://www.nlog.nl/resources/Publicaties/NJG-85-4_Duin.pdf