Makala h
-
Upload
nasrudinach -
Category
Documents
-
view
15 -
download
1
description
Transcript of Makala h
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa
negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah
pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar
80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun
2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk
saat ini (Armilawati et al, 2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia
telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita
yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar
penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6
sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa
Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar
0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade,
2003).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi pembuluh darah ?
1.2.2 Bagaimana pengertian hipertensi ?
1.2.3 Bagaimana etiologi hipertensi ?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi hipertensi ?
1.2.5 Bagaimana patofiologi hipertensi ?
1.2.6 Bagaimana manifestasi klinis hipertensi ?
1.2.7 Bagaimana pemeriksaan penunjang hipertensi ?
1.2.8 Bagaimana penataksanaan hipertensi ?
1
1.2.9 Bagaimana pencegahan hipertensi ?
1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan hipertensi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan khusus
Untuk mengetahui hipertensi dan asuhan keperawatan yang tepat untuk hipertensi
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pembuluh darah
b. Untuk mengetahui pengertian hipertensi
c. Untuk mengetahui etiologi hipertensi
d. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
e. Untuk mengetahui patofiologi hipertensi
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi
g. Untuk mengetahui penunjang hipertensi
h. Untuk mengetahui penataksanaan hipertensi
i. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipertensi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan fisiologi
Menurut (Karnia,2012) Untuk dapaat menjaga organ – organ tubuh tetap dapat
berfungsi dengan baik,di dalam tubuh manusia,darah mengalir keseluruh bagian (organ –
organ ) tubuh secara terus menerus untukn menjamin suplai oksigen dan zat – zat nutrien
lainnya.
Aliran darah keseluruhan tubuh dapat berjalan berkat adanya pemompa utama,yaitu
jantung dan sistem pembuluh darah sebagai alat pengalir/distribusi.
2.1.1 Sistem Sirkulasi Darah
Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2
bagian,yaitu :
a) Sistem sirkulasi umum (sistemik),yaitu sirkulasi darah yang mengalir dari
jantung kiri keseluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan.
b) Sistem sirkulasi paru – paru (pulmoner), yaitu sirkulasi darah yang mengalir
dari jantung kanan ke paru – paru lalu kembali ke jantung kiri.
2.1.2 Sistem Sirkulasi Darah dalam Tubuh Manusia
Umumnya,pada orang dewasa,jumlah volume darah yang mengalir di dalamn
sistem sirkulasi mencapai 5 – 6 liter (4,7 – 5,7n liter).Darah terus berputar mengalir
di dalam sistem sirkulasi sistemik dan paru – paru tanpa henti.Untuk menjelaskan
alur aliran darah,kita dapat memulai dari sistemik kemudian sirkulasi pulmoner.
a. Sistem Sirkulasi Sistemik
3
Jantung (bilik/ ventrikel kiri) → Aorta → Arteri →
Arteriole → Capillary bed atau A – V Anastomose →
Venule →Vena → Vena Cava (Vena Cava Inferior dan
Vena Cafa Superior) → Jantung (Atrium / serambi kanan).
Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah bersih (darah yang
mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru) dipompa keluar oleh
jantung melalui balik(ventrikel )kiri ke pembuluh darh aorta lalu keseluruh
tubuh bagian tubuh melalui arteri – arteri hingga mencapai pembuluh darah
yang diameternya paling kecil yang dinamakan kapilaria.
Kapilaria melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian
yang disebut dengan vasomotion sehingga darah didalamnya mengalir secara ter
putus- putus (intemittent).
Vasomotion terjadi secara periodik dengan interval 15 detik – 3 menit
sekali.Darah mengalir secara sangat lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan
rata – rata 0,7 mm/detik.
Dengan aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat
melalui dinding kapilaria. Pertukaran zat ini terjadi melalui proses
difusi,pinositosis dan transpor vesikuler,serta filtrasi dan reabsorbsi.Ujung
kapilaria yang membawa darah bersih dinamakan anteriole sedangkan ujung
kapilaria yang membawa darah kotor dinamakan dengan venule,terdapat
hubungan antara arteriole dengan venule melalui capillary bed yang berbentuk
seperti anyaman,ada juga hubungan langsung (bypass) dari arteriole ke venule
melalui Ar- teria – Vena Anastomose (A-V Anastomosis).
Darah dari arteriole mengalir kedalam venule kemudian melalui pembuluh
darah balik (vena terbesar yang menuju jantung kanan yaitu Vena Cava Inferior
dan Vena Cafa Superior) kembali ke jantung kanan (serambi / atrium
kanan.).Darah dari atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup
Trikuspid (katup berdaun 3).
b. Sistem Sirkulasi Paru (Pulmoner)
Sistem sirkulasi paru dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak
mengandung Oksigen (O2) tetapi mengandung banyak CO2 yang berasal dari
Vena Cava Inferior dan vena cafa superior ) mengalir meninggalkan jantung
kanan (Ventrikel / bilik kanan)melaui. Arteri Pulmonalis menuju paru paru
4
Jantung (bilik /ventrikel kanan) → Arteri
Pulmonalis → Paru → Kapilaria paru → Vena
Pulmonalis → jantung (atrium / serambi kiri).
(paru kanan dan kiri).Kecepatan aliran darah di dalam arteri pulmonalis sebesar
18 cm/detik,kecepatan ini lebih lambat dari pada aliran darah di dalam
Aorta.
Didalam paru kiri dan kanan,darah mengalir ke kapilaria paru – paru
dimanaterjadi pertukaran zat dan cairan melalui proses filtrasi dan reabsorbsi
serta difusi.Di kapalira paru – paru terjadi pertukaran gas O2 sehingga
mengahasilkan darah bersih (darah yang mengandung banyak Oksigen).
Darah bersiuh selanjutnya keluar paru melalui vena Pulmonalis (Vena
Pulmonalis kanan dan kiri) memasuki jantung kiri(atrium / serambi
kiri).Kecepatan aliran darah di dalam kapilaria paru – paru sangat lambat,setelah
mencapai vena pulmonalis,kecepatan aliran darah bertambah kembali.Seperti
halnya Aorta,Arteri Pulmonalis hingga kapilaria juga mengalami pulsasi
(berdenyut).
Selanjutnya darah mengalir dari atrium kiri melalui katup Mitral (katup
beradun 2) memasuki Ventrikel kiri lalu keluar jantung melalui aorta ,maka
dimulailah sistem sirkulasi sistemik (umum), dan seterusnya secara
berkesinambungan.
2.1.3 Sifat Pembuluh Darah
Pembuluh darah dapat kita ibaratkan sebagai selang yang bersifat
slastis,yaitu diametrnya dapat membesar atau mengecil.Sifat elastis ini sangat
bermanfaat untuk mempertahankan tekanan darah yang stabil.
Pada keadaan normal,apabila tekanan di dalam pembuluh darah
meningkat,maka diameter pembuluh darah akan melebar sebagai bentuk
adaptasi untuk menurunkan tekanan yang berlebih agar menjadi normal.
Sebaliknya diameter pembuluh darah akan mengecil bila tekanan darah
turun.Bila pembuluh darah mengalami kekakuan maka ia menjadi kurang
fleksibel sehingga tidak dapat melakukan antisipasi terhadap kenaikan /
penurunan tekanan darah.
5
Elastesitas pembuluh darah tidak tetap,pembuluh darah akan menjadi kaku
seiring bertambahnya usia ( misal oleh karena terjadi pengapuran pada
dindingnya) oleh karena itu tekanan darah pada orang lanjut usia cenderung
sedikit lebih tinggi dari pada orang muda.
Penyebab lain dari kelakuan pembuluh darah adalah karena adanya
tumpukan kolesterol pada dinding sebelah dalam pembuluh darah, kolesterol
juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang kaku
akan menyebabkanhipertensi (penyakit darah tinggi), walau sebenarnya tidak
semua penyakit darah tinggi disebabkan karena kelakuan pembuluh darah.
Apabila pembuluh darah menjadi kaku dan disertai penyempitan pada
sebagian besar pembuluh darah dalam tubuh seseorang, maka tekanan darahnya
dapat menjadi sangat tinggi (hipertensi berat).
Untuk menjaga agar elastisitas pembuluh darah tetap baik sehingga kita
tidak mudah terkena penyakit tekan darah tinggi, salah satu cara terbaik adalah
dangan melakukan olahraga (exercise) secara teratur. Dengan melakukan
olahraga secara teratur , akan melatih jantung dan pembuluh darah tetap tetap
terjaga kelenturannya.
2.1.4 Penggolongan Pembuluh Darah
Berdasarkan ukuran dan fungsinya, pembuluh darah dapat digolongkan sebagai
berikut :
a) Windkessel vessels (compression chumber), yaitu pembuluh darah yang
sangat besar, misal: aorta dan arteri besar lainnya. Pembuluh ini sangat
elastis dan menyimpan energi potensial yang dirubah menjadi energi
kenetik.
b) Resistance vessels, yaitu diameter agak kecil, memiliki sistem pengaturan
yang sangat efesien dan diatur pula oleh sistem syaraf otonom.
c) Exchange vessels, yaitu pembuluh darah kapiler (kapilaria). Pembuluh
terkecil, dindingnya terdiri dari 1 lapisan sel. Di sini terjadi pertukaran air
dan zat-zatt di dalamnya antara darah dengan cairan tubuh lainnya (cairan
interstitill).
6
d) Capacity vessels, yaitu pembuluh-pembuluhdarah yang balik (vena dan
venuli), dapat menampung darah dalam jumlah banyak.
e) Shunt vessels,yaitu aliran darah yang tidak melalui pembuluh darah kapiler
akan melewati shunt ini, tidak turut dalam pertukaran cairan dan zat-zat,
diatur oleh sistem syaraf otonom dan hanya terdapat di beberapan tempat,
mislnya kulit. Gunanya agar darah lebih mudah mengeluarkan panas keluar
tubuh/ permukaan.
2.1.5 Sifat Viskositas Darah
Darah merupakan cairan yang terdiri dari plasma (cairan bening dan
sel-sel darah yang terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan pembekuan
darah). Adanya sel-sel darah menyebabkan adanya semacam pergeseran
intern(intern friction) diantara lapisan yang berdampingan sehingga
menyebabkan adanya sifat viskositas darah.
Viskositas darah normal = 3-4 kali viskositas air.
Viskositas plasma darah = 1,5-2 kali viskositas air.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viskositas Darah
Viskositas darah memegang peranan penting dalam aliran darah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi viskositas darah antara lain:
a) Volume hematokrit (volume sel darah merah). Volume Hematokrit yang
meningkat akan di ikuti viskositas darah yang meningkat.
b) Kadar protein plasma. Bila kadarnya naik maka viskositas naik dan
sebaliknya.
c) Suhu tubuh. Bila suhu tubuh naik, viskositas turun.
d) Kecepatan aliran darah. Bila diameter pembuluh darah kurang dari 1.5
mm, maka viakositas darah turun. Hal ini di kenal sebagai fahreus-
lindquist effect, di dalam pembuluh darah kecil di mana darah mengalir
lambat, maka d) dan e) bekerja saling berlawanan.
2.1.6 Aliran darah
Agar darah dapa mengalir dan mencakup seluruh bagian tubuh. Maka
di perlukan adanya tekanan darah minimum yang di sebut juga critical
clossing pressureyield pressure. Tekanan minimal ini di perlukan untuk
7
membuka rongga pembuluh darah kecil (kapiler) yaitu sebesah 20 mm air
raksa.(Hg).
Kecepatan aliran darah yang tercepat pada aorta (pembuluh daraah
tempat keluarnya darah dari jantung), makin jauh makin rendah kecepatannya.
Jumlah total darah yang di pompa keluar jantung kira-kira 5,5 liter darah per
menit.
2.1.7 Tekanan darah
Jantung memompa darah secara terputus-putus (itermittent) kedalam
pembuluh darah terbesar( aorta), selanjutnya kedalm arteri, dan seterusnya
sehingga tekanan darah di dalamnya berganti-ganti naik turun.
Aorta dan arteri merupakan pembuluh darah yang elastis sehingga
tekanan yang mendadak naik dapat turun secara berangsur-angeur dan di
sebarka ke seluruh tubuh. Oleh karena itu aorta dan aarteri besar di namakan
windkessel vessels (compression chamber).
Jenis tekanan darah dapat di bedakan sebagai berikut:
a) Tekanan sistole
Tekanan darah tertinggi selama 1 siklus jantung, merupakan tekanan yang di
alami pembuluh darah saat jantung berdenyut/memompakan darah keluar
jantung. Pada orang dewasa normal tekanan sistole berkisar 120 mm Hg.
b) Tekanan diastole
Tekanan darah terenda selama 1siklus jantung, suatu tekanan di dalam
pembuluh darah saat jantung beristirahat. Pada orang dewasa tekanan darah
diastole berkisar 80 mm Hg.
Rentang angka sehatnnya adalah sepert pada tabel berikut.
Tekanan darah Sistolik ( angka
pertama)
Diastolik (angka kedua)
Darah rendah atau
hipotensi
Di bawah 90 Di bawah 60
Normal 90-120 60-80
8
Pre-hipertensi 120-140 80-90
Hipertensi (stadium 1) 140-160 90-100
Hipertensi (stadium 2) Di atas 160 Di atas 100
Nilai normal tekanan darah sistolik
Neotal 1-13 tahun 13-18 tahun
Perempuan 16-105 105-124 124-127
Laki-laki 87-105 105-124 124-136
Nilai normal tekanan darah diastolik
Neotal 1-13 tahun 13-18 tahun
Perempuan 60-67 69-79 78-80
Laki-laki 68-69 67-80 77-84
c) Tekanan nadi
Selisih antara tekanan sistole dan diastole.
2.1.8 Cara mengukur tekanan darah
Tekanan darah dapat di ukur dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut:
a) Pengukuran secara langsing (Direct).
Caranya dengan memasukan sebuah kanula ke dalam arteri dan
menghubungkannya dengan manometer air raksa.
b) Pengukuran secara tidak langsung.
Mengukur tekanan darah secara auskultasi memakai stetoskop, manset
tekanan, pompa karet, dan manometer air raksa.
2.1.9 Cara tubuh memelihara tekanan darah normal
9
Tubuh mempunyai mekanisme-mekanisme untuk merubah dan
memelihara tekanan darah dan aliran darah. Ada sensor-sensor yang
merasakan tekanan darah pada dinding-dinding dari arteri-arteri dan mengirim
sinyal-sinyal ke jantung, arteriol, vena dan ginjal yang menyebabkannya
membuat perubahan-perubahan yang dapat menurunkan atau meningkatkan
tekanan darah.
Ada beberapa cara-cara dimana tekanan darah dapat disesuikan, di
antaranya dengan menyesuikan jumlah darah yang dipompa oleh jantung ke
dalam arteri ( cardiac output ), jumlah darah yang terisi di vena, tekanan
arteriol, dan volume darah.
a) Jantung dapat mempercepat dan berkotraksi lebih sering dan ia dapat
menyemburkan lebih banyak darah dengan setiap kontraksi. Kedua
respons ini meningkatkan aliran darah kedalam arteri-arteri dan
meningkatkan tekanan darah.
b) Vena dapat meluas dan menyempit. Ketika vena meluas, lebih banyak
darah dapat disimpan di vena dan lebih banyak darah dapat disimpan di
vena dan lebih sedikit darah yang kembali ke jantung untuk dipompa ke
dalam arteri. Sebagai akibatnya, jantung memompa lebih sedikit darah, dan
tekanan darah lebih rendah.
Pada sisi lain, ketika vena menyempit, lebih sedikit darah yang
tersimpan di vena, lebih banyak darah yang kembali ke jantung untuk dipompa
ke dalam arteri, dan tekanan darah lebih tinggi.
a) Arteriol dapat meluas dan menyempit arteriol yang meluas meciptakan
lebih sedikit ketahanan ( resisten ) pada aliran darah dan mengurangi
tekanan darah, dimana arteriol yang menyempit meciptakan lebih banyak
ketahanan ( resisiten ) dan menaikan tekanan darah.
b) Ginjal dapat merespons perubahan-perubahan pada tekanan darah dengan
meningkatkan atau mengurangi jumlah urin yang dihasilkan. Urin terutama
adalah air yang dikeluarkan dari darah.
Ketika ginjal membuat lebih banyak urin, jumlah ( volume ) dari darah
yang mengisi arteri dan vena-vena berkurang, dan ini menurunkan tekanan
10
darah. Jika ginjal menghasilkan lebih sedikit urin, jumlah darah yang mengisi
arteri dan vena meningkat dan ini meningkatkan tekanan darah.
Disbanding dengan mekanisme-mekanisme lain dalam menyesuikan
tekanan darah. Perubahan-perubahan pada produksi urin mempengaruhi
tekanan darah secara perubahan melalui waktu yang berjam-jam dan berhari-
hari. Mekanisme –mekanisme lain adalah efektif dalam waktu yang berdetik-
detik.
Contohnya, volume darah yang rendah yang disebabkan oleh
perdarahan ( seperti perdarahan borok di lambung anda atau dari pencabikan
yang buruk dari luka ) dapat menyebabkan tekanan darah rendah.
Tubuh secara cepat meresppons pada volume dan tekanan darah yang rendah
dengan penyesuian-penyesuian berikut yang semuanya meningkatkan tekanan
darah.
a) Detak jantung meningkat dan kontraksi-kontraksi jantung yang dengan
sekuat tenaga meningkat, jadi lebih banyak darah dipompa melalui
jantung.
b) Vena-vena menyempit untuk mengembalikan lebih banyak darah ke
jantung untuk dipompa.
c) Aliran darah ke ginjal berkurang untuk mengurangi pembentukan urin dan
dengan demikian meningkatkan volume darah di arteri dan vena.
d) Arteriol menyempit untuk meningkatkan ketahanan ( resisten ) pada aliran
darah.
Respons – respos yang dapat menyesuiakan diri ini akan
mempertahankan tekanan darah dalan batasan normal kecuali kalau
kehilangan darah menjadi begitu buruk yang membuat respons-respons
menjadi kewalahan.
2.2 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan Suddarth, 896 ; 2002).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur palingtidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. (Elizabeth J. Corwin, 484; 2009).
11
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO
tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia <
60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60
tahun). (Taufan Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya ≥ 90 mmHg, atau bila paien memakai obat antihipertensi. ( Arif Mansjoer,
2001).
Menurut (Karnia,2012) Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah
satu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu
factor resiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah
tinggi atau hipertensi pada usia senja.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan,
tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam
aktivitas sehari-hari. Tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil.
Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan
meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung
berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika
jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan tekanan diastolic. Sikap yang paling baik
untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring.
Tekanan darah tinggi menyebabkan meningkatkan resiko terhadap stroke, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin,
semua orang bisa terkena penyakit jantung dan biasanya tanpa ada gejala-gejala
sebelumnya.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami bayi dan
anak-anak secara normal memiliki takanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, di mana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur
di malam hari.
2.3 Etiologi
Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia adalah :
12
a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua. Hal
ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi
yang berlangsung terus menerus.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya usia
semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi
sistolik.
d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang
berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang
kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses
sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah.
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi
diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan
garam yang tinggi alkohol yang berlebihan (Stockslager, 2008).
Elsanti (2009) , mengelompokan menjadi 2 (dua) yaitu faktor resiko yang dapat dikontrol
dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol. a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
1) Jenis kelamin
Pada dasarnya tidak ada perbedan prevlensi antara wanita dan laki-laki,akan tetapi
wanita setelah menopause menjadi lebih berpotensi terserang penyakit hipertensi.
Karena wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang
berperan aktif dalm peningkatan kadar High Density Lipoprotein ( HDL). HDL
merupakan faktor yang berperan penting dalam melindungi terjadinya
arterosklerosis. Pada wanita yang sudah mencapai umur 45 tahun ke atas maka
sedikit demi sedikit hormon estrogen akan mengalami penyusutan baik kuantitas
maupun kualitasnya sehingga berdampak pada banyaknya kasusu hipertensi pada
wanita.
2) Umur
Kenaikan umur seseorang sebanding dengan kenaikan tekanan darah. Penambahan
usia menyebabkan semakin hilang daya elastisitas dari pembuluh darah yang
mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya untuk menyesuaikan diri dengan
13
aliran darah (Wolff, 2008) . Oleh karena itu orang yang lebih tua akan lebih
cenderung terkena penyakit hipertensi dari pada orang yang berumur lebih muda. Hal
ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2009) dengan judul:
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada
Lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009. Hipertensi pada usia
lebih lanjut harus ditangani lebih serius hal ini karena pada usia lanjut terjadi
penurunan fungsi organ seperti ginjal yang berperan aktiv dalam proses rennin
angiotensin aldosteron, karena itu dosis obat harus diberikan secara tepat. Menurut
Susilo (2011), seiring dengan bertambahnya usia kepekaan orang bertambah terhadap
hipertensi. Individu yang berumur lebih dari 60 tahun mempunyai tekanan darah yang
lebih besar dari orang lain sebesar 50% – 60 % hal tersebut dikarenakan degenerasi
yang terjadi pada orang usia lanjut.
3) Keturunan
Menurut Junaedi (2010), genetik merupakan salah satu faktor yang dapat memicu
timbulnya hipertensi terlebih lagi hipertensi primer. Jika kedua orang tua kita
menderita hipertensi maka kemungkinan kita terserang penyakit hipertensi adalah 60
% dan apabila hanya salah satu dari orang tua kita terserang hipertensi maka
prevalensi kita untuk terserang akan turun menjadi 25%. Adanya faktor genetik pada
suatu keluarga akan mengakibatkan keluarga tersebut mempunyi faktor keturunan
yang sama berisiko terkena hipertensi. Sifat bawaan dari orang tua, kita warisi melalui
gen sehingga akan diwariskan kepada keturunannya.
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Obesitas merupakan salah satu ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi
lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.
Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena
seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang
lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang
menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.
Menurut Sustrani (2006), cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak
14
yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT), Rumus untuk IMT adalah berat
badan (kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) . Adapun kategori
penilaian berat badan menurut IMT adalah :
a) IMT > 20 kg/m2 = berat badan kurang
b) IMT 20 – 24 kg/m2 = normal atau sehat
c) IMT 25 – 29 kg/m2 = gemuk atau kelebihan
berat badan
d) IMT > 30 kg/m2 = sangat gemuk atau obesitas
2) Kebiasaan merokok
Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung.
Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan
darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat
merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal
dan kasar. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding
pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah penggumpalan
darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru dan
jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Soeharto, 2001).
Penelitian Rahyani (2007) dengan judul Faktor yang mempengaruhi kejadian
hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode
januari-juni mendapatkan suatu hasil kesimpulan yaitu kejadian hipertensi banyak
dijumpai pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari.
3) Konsumsi garam
Konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan seseorang akan mengalami
peningkatan tekanan darah senading dengan bertambahnya usia, begitu sebaliknya
jika seseorang rendah dalam mengkonsumsi garam menunjukan peningkatan darah
yang sedikit prevalensinya dibanding dengan yang banyak mengkonsumsi garam
(Beevers, 2002). WHO (1999) dalam Jegathes (2010) menganjurkan untuk membatasi
asupan garam maksimal 6 gram perhari (sama dengan 2400 mg natrium), dikarenakan
berkaitan dengan proses osmolaritas. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Konsumsi natrium yang
berlebihan mengakibatkan retensi sehingga mengakibatkan tekanan darah naik.
15
Akibatkanya tekanan darah meningkat. Penelitian menujukkan bahwa dalam asupan
garam dapur yaitu sekitar 3 gram sehari (tidak sampai satu sendok teh), dapat
mencegah terjadinya stroke dan serangan jantung akibat dari sumbatan pembuluh
darah. Namun jika berlebihan akan mengakibatkan efek yang berkebalikan (Sustrani,
2006).
4) Kebiasaan berolahraga
Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya
hipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001). Kurang berolahraga cenderung mengakibatkan
tekanan darah menjadi lebih tingi hal ini dikarenakan kurang berolahraga dapat
meningkatkan berat badan. Jalan kaki olahraga yang mudah dan murah juga
memberikan manfaat yang baik bagi jantung orang yang berjalan kaki 30 – 60 menit
sehari dapat menjaga jantung dan pembuluh darahnya. Riset di Oregon Health
Science, kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan
kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6 ,5% kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri. Sebaiknya
berolahraga dilakukan rutin dan sering dari pada dilakukan secara tidak rutin
(Beevers, 2002). Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi
karena olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer pembuluh darah sehingga
tekanan darah menjadi turun dan mengakibatkan otot jantung beradaptasi dengan
suatu keadaan yang mengharuskan kerja jantung lebih berat.
Minum Alkohol
Beberapa penelitian mengemukakan bahwas alkohol mempunyai efek yang
buruk terhadap tubuh antara lain menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ
tubuh ,juga dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga
mengakibatkan hipertensi (Marliani, 2007). Alkohol, peningkatan tekanan darah dan
prevalensi hipertensi pada masyarakat mempunyai hubungan yang linier.
Diperkirakan 5 – 10 % hipertensi yang terjadi di Amerika disebabkan oleh karena
alkohol. Alkohol akan mengurangi efektivitas obat antihipertensi yang diminum dan
hal ini akan berangsur-angsur membaik efek supresornya sampai 1 atau 2 mingu
setelah konsumsi alkohol dikurangi hingga 80% (Joewono, 2003).
5) Stress
16
Stress dapat memicu peningkatan aktifitas pada syaraf simpatis, peningkatan
ini yang kemudian dapat merangsang peningkatan darah yang intermiten atau tidak
tetap (Basha, 2004). Menurut Anggraini (2009), stress juga akan memicu peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung dipacu dengan aktivitas syaraf
simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,
ekonomi, dan karakteristik personal.
6) Obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat memicu peningkatan tekanan darah oleh karena itu
perlu diketahui secara pasti efek samping dari obat yang dikonsumsi. Bila obat
tersebut dihentikan pada umumnya tekanan darah akan berangsur-angsur turun.
Beberapa jenis obat yang dapat memicu peningkatan tekanan darah yaitu : pil KB,
estrogen, obat batuk pilek yang mengandung dekongestan, pil diet, dan obat anti
radang non-steroid seperti Ibuprofen.
Selain dari faktor resiko yang dikemukakan oleh Elsanti di atas, Bustan (2007)
menambahkan beberapa faktor resiko lain seperti ras/suku dimana orang kulit hitam
lebih banyak terkena hipertensi dibandingkan orang kullit putih, kedua pada daerah
kota lebih banyak ditemukan terkena hipertensi dibandingkan dengan orang desa,
ketiga letak geografis dimana pada daerah pantai lebih banyak kejadian hipertensi dari
pada daerah pegunungan, kemudian keempat tipe kepribadian orang juga
mempengaruhi kejadian hipertensi, banyak ditemukan hipertensi pada tipe
kepribadian A. Kemudian kelima adalah komposisi air (sodium/ natrium tidak jelas;
cadium ada bukti dari bebrapa studi; lead/ plumbum kemungkinan ada hubungan).
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia tahun 2007
klasifikasi hipertensi untuk orang Indonesia belum dapat ditentukan. Hal ini karena data
penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang. Karena itu para pakar
hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai
klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.
a. Menurut WHO dalam Junaidi (2010), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa
seperti dalam tabel 2.1
Tabel 2.1
Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organisation)
17
<120 Dan <80
KategoriTekanan sistolik
(mmHg)
Tekanan diastolic
( mmHg )
Tensi optimal < 120 < 80
Tensi normal < 130 < 85
Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) ( mmHg )
Tensi normal tinggi 130 – 139 85 – 89
Tingkat 1 : hipertensi ringan 140 – 159 90 – 99
Subgroup : batas 140 – 149 90 – 94
Tingkat 2 : hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109
Tingakt 3 : hipertensi berat 180 – 209 110 – 119
Hipertensi sistolik isolasi ≥ 140 <90
Subgroup : batas 140 – 149 <90
Tingkat 4 : hipertensi maligna ≥ 210 ≥120
b. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7 dalam Kuswardhani
(2007) adalah :
Tabel 2.2
Klasifikasi hipertensi menurut the Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2
c. Jenis Hipertensi
Menurut Sustrani (2006), hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu hipertensi esensial
atau primer dan hipertensi renal atau hipertensi sekunder.
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).
Merupakan hipertensi yang belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya,
tetapi para ahli berpendapat bahwa yang melatar belakangi hipertensi ini adalah
karena stress dan para pakar juga berkesimpulan bahwa terdapat hubungan
18
≥ 160 Atau ≥ 100
antara riwayat keluarga penderita hipertensi atau keturunan (genetik). Faktor
lain yang mungkin berperan adalah lingkungan, kelainan metabolisme intra
seluler, dan faktor yang meningkatkan terjadinya obesitas, konsumsi alkohol,
merokok dan kelainan darah. Junaedi (2010) menyebutkan penyebab hipertensi
esensial adalah karena kondisi masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam
yang cukup tinggi lebih dari 6,8 gram per hari dan juga faktor genetik.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab lain hipertensi selain dari faktor yang mengakibatkan hipertensi
esensial di atas,termasuk dalam hipertensi sekunder dimana penyebab yang
spesifiknya sudah dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pada hormonal,
penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan
dengan kehamilan. Jarang sekali ditemukan kasus keganasan pada kelenjar
adrenal.
1) Kelainan ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, penyempitan arteri renalis
( ginjal), tumor ginjal, trauma pada ginjal, penyakit ginjal polikista
2) Kelainan hormon: diabetes mellitus / kencing manis, hiperaldosteronisme,
sindrom cussing, feokromositoma.
3) Kelainan neurologist / syaraf: tumor otak
4) Obat-obatan: pil KB, kortekosteroid, siklosporin, eritropoitin, kokain,
penyalahgunaan alkohol, kayu manis ( dalam jumlah yang besar )
5) Lain – lain: koartraksi aorta (penyempitan arteri besar), kehamilan,
keracunan timbal akut, porfiria intermiten akut.
Menurut Bustan (2007) dalam bukunya jenis hipertensi dapat juga
dibedakan menurut gangguan tekanan darah yaitu hipertensi sistolik dimanan
terjadi peninggian tekanan darah sistolik saja dan hipertensi diastolik yaitu
peningkatan tekanan diastolik. Serta ada hipertensi ringan, sedang, dan berat
jika dibedakan menurut beratnya atau tinggi peningkatan tekanan darah.
2.5 Patofiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
19
paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi
pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari
hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor
tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi
mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler,
viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural.
Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor
genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan
gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi
yang kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan
komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30
tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada
pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi
hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi
pada usia 40-60 tahun(Menurut Sharma S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).
2.6 Manifestasi klinis
20
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita hipertensi
menurut Elizabeth J. Corwin (2009 ; 487), antara lain :
a) Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranium.
b) Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c) Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf pusat.
d) Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Sedangkan menurut Marllyn Doengoes (2000). Tanda dari hipertensi adalah
kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung meningkat, ansietes, depresi, obesitas,
pusing, sakit kepala, tekanan darah meningkat.
2.7 Pemeriksaan penunjang
Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin
(2009 ; 487), antara lain :
a) Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan sfigmomanometer akan
memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya
gejala penyakit.
b) Dijumpai proteinuria pada wanita preklamsia.
c) Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2009), Pemeriksaan khusus pada penderita
hipertensi antara lain :
1) Tujuan semua pemeriksaan khusus adalah untuk menemukan penyebab, derajat
dan adanya kerusakan pada ”end organ”.
2) Kimia darah meliputi tes untuk fungsi ginjal dan elektrolit serum.
3) Rontgen toraks.
4) EKG
5) Urinalisasi
6) Tes lebih spesifik bila terdapat kecurigaan yang lebih besar, aortogram untuk
koarktasio aorta atau kelainan vaskuler ginjal.
7) Aktivitas renin plasma dan ekskresi aldosteron untuk aldosteronisme.
8) ”Rapid-sequnce intravenous pyelogram”, arteriogram arteri renalis, aktivitas
renin vena renalis dan biopsi ginjal untuk penyakit ginjal.
21
9) Pemeriksaan terhadap asam vanillymandelic dan katekolamin pada urin untuk
mencari adanya feokromosotioma.
10) 17-hidroksikortikosteroid dalam urin untuk sindrom Cushing.
11) Tes fungsi tiroid untuk penyakit.
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Junaidi (2010) penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Merupakan pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan yang diterapikan untuk
hipertensi. Pengobatan dengan cara ini penurunan tekanan darah diupayakan melalui
merubah kebiasaan yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi antara lain:
1) Penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk mengurangi berat badan
sampai batas ideal dengan cara diit yang diatur porsi makannya.
2) Mengurangi penggunaan garam sampai kurang dari 2-3 gram natrium perhari atau
6 gram natrium klorida setiap harinya yang disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup.
3) Membatasi konsumsi alkohol dan kopi
4) Melakukan olahraga secara teratur (tidak fluktuatif).
5) Berhenti merokok.
6) Managemen stress agar tidak terlalu mempengaruhi pikiran.
7) Berusaha membina hidup yang positif.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Adalah pengobatan yang didasarkan pada obat-obat medis. Pengobatan ini
dilakukan pada hipertensi dengan tekanan sisitolik >140 mmHg, dan tekanan darah
diastolic > 90 mmHg. Perlu diingat pengobatan farmakologis merupakan pengobatan
jangka panjang bahkan mungkin sampai seumur hidup. Berdasarkan U.S Departement
Health and Human Services (2004) pengobatan hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Normal, tekanan < 120 dan < 80 mmHg : tanpa ada perubahan gaya hidup dan
terapi.
2) Prehipertensi, tekanan darah 120 – 139 atau 80 – 89 mmHg : pola hidup sehat dan
tanpa terapi obat.
22
3) Hipertensi derajat 1, tekanan darah 140-159 / 90-99 mmHg : melalui pola hidup
sehat ditambah dengan 1 jenis obat anti hipertensi tipe diuretik thiazide dan bisa
dipertimbangkan ACE (angiotensin-converting enzym) inhibitor, ARB
(angiotensinreseptor bloker), beta-bloker, atau kombinasi.
4) Hipertensi derajat 2, tekanan darah ≥160/100 mmHg dengan : pola hidup sehat
dan ditambah dengan dua atau lebih obat anti hipertensi tipe diuretic thiazide atau
ACE inhibitor, ARB, beta-bloker.
Dalam kacamata epidemiologi yang ditulis oleh Bustan (2007) pengobatan
hipertensi yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti : menurunkan tekanan darah
secara bertahap, mampu menurunkan darah secara multifokal, berkhasiat untuk
semua tingkatan hipertensi dan melindungi organ vital, mendukung pengobatan
penyakit penyerta seperti DM serta mengurangi faktor resiko penyakit jantung
koroner, mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina, memperbaiki fungsi
ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut, efek samping serendah
mungkin, dapat membuat jantung bekerja efisien dan melindungi dari infrak serta
tidak mengganggu gaya dan kualitas hidup penderita seperti mengantuk dan batuk.
Menurut Sanif (2009), beberapa obat yang digunakan dalam penanganan
hipertensi dengan farmakologis :
1) Diuretik
a. Aldosteron Antagonis
Obat ini akan memblokir reseptor aldosteron di : Jantung, ginjal, otak,
dinding pembuluh darah, obat ini akan mengakibatkan sering kencing,
berkeringat yang akan membawa lebih banyak garam dan air keluar dari
tubuh, sehingga volume darah berkurang dan berakibat turunnya tekanan
darah. Contoh obat dari aldosteron antara lain : Spironolactone
(Aldactone,Aldazide,Carpiatone,Letonal,Spirola,Spirolacton)
b. Thiazides
Merupakan diuretik pada tahap awal, namun jangka panjang dapat
melebarkan dinding pembuluh darah, mekanismenya belum jelas. Efek
samping, impotensi. Beberapa contoh obat thiazide: Chlorthalidone
(hygroton), Chlorthiazide (Diuril),
H.C.T (hyrochlorthyazide), Triamterene (maxzide)
23
2) Penyekat sistem renin-angiotensin
ACE inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan kadar
bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor
angiotensin II menyediakan blokade reseptor AT1 secara selektif, dan efek
angiotensin II pada reseptor AT2 yang tidak tersekat dapat menambah efek
hipotensi. Contoh dari ACE inhibitor adalah captopril, enalapril, fosinopril,
trandopril dll.
3) Beta blocker
Penyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan darah melalui penurunan
curah jantung, karena reduksi kecepatan detak jantung dan kontraktilitas.
Mekanisme lain yang diajukan mengenai bagaimana beta blocker mengurangi
tekanan darah adalah efek pada sistem saraf pusat, dan inhibisi pelepasan renin.
Beta blocker terutama efektif pada pasien hipertensi dengan takikardia, dan
potensi hipotensi mereka dikuatkan oleh pemberian bersama diuretik. Beberapa
contoh antihipertensi golongan Beta Blocker adalah amlodipine, cardivask,
diltiazem, felodipine, nicardipine, dll.
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian (kep. Gerontik)
A. DATA BIOGRAFI
Nama
Tempat & Tgl Lahir
Pendidikan Terakhir
Agama
Status Perkawinan
TB / BB
Penampilan
Alamat
Orang Yang Dekat Dihubungi
Hubungan dengan Usila
Alamata
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram
keterangan
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini
Alamat Pekerjaan Berapa Jarak Dari rumah .. . . . .km
Alat Transportasi
Pekerjaan Sebelumnya
Berapa Jarak Dari Rumah. . . . . . .km
Alat Transportasi
Sumber – sumber pendapatan & Kecukupan terhadap kebutuhan :
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Tipe Tempat Tinggal
25
Jumlah Kamar Jumlah tongkat
Kondisi Tempat Tinggal
Jumlah orang yang tinggal di rumah :Laki – laki= . .orang/perempuan=. .orang
Derajat Privasi Tetangga Terdekat :
Alamat/Telepon
E. RIWAYATREKREASI
Hobbi / Minat
Keanggotaaan Organisasi
Liburan / Perjalanan
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidaan / Dokter / Fisioterapi
Jarak dari rumah....km jaraknya . .....km
Rumah sakit jaraknya....km
Pelayanan Kesehatan di rumah
Makanan yang dihantarkan
Perawataan sehari – hari yang dilakukan keluarga
Lain – lain
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual
Yang lainnya
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatann umum selama setahun yang lalu. .
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu.....
Keluhan utama :
Provokative / Paliative
Quslity /; Quantitaty
Region
Severity Scale
26
Timmin
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah kesehatan
Obat – obatan :
No Nama Obat Dosis Keterangan
Status Immunisasi : (catat tanggal terbaru)
Tetanus,Difteri:. ........................................................Influensa
Pneumovaks :
Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik)
Obat – obatan
makanan
Faktor lingkungan
Penyakit yang diderita :
Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia
Lain – lain :Sebutkan
I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI – HARI (ADL)
27
Indeks Katz : A / B /C /D / E /F /G
Oksigenasi :
Cairan &Elektrolit :
Nutrisi :
Eliminasi :
Aktivitas :
Istirahat & Tidur :
Personal Hygiene
seksual
Rekreasi
Psikologis
Persepsi Klien
Konsep diri
Emosi
Adaptasi
Mekanisme Pertahan diri
J. TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran
Skala koma Glasgow
Tanda – tanda vital
1. Kepala :
2. Mata , Telinga, Hidung
3. Leher
4. Dada & Punggung
5. Abdomen & Pinggang
6. Ekstremitas Atas & Bawah
7. Sistem Immune
8. Genetalia
9. Sistem reproduksi
10. Sistem Persyarafan
11. Sistem Pengecapan
28
12. Sistem penciuman
13. Tactil respon
K. STATUS KOGNITIF / AFEKTIF / SOSIAL
1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ)
2. Mini mental state exam(MMSE)
3. Yesavage Depression Scale
4. APGAR Keluarga
L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium.....
2. Radiologi....
3. EKG.....
4. USG
5. CT – Scan
6. Obat – Obatan
1. Pengkian Gerontik MINI MENTAL STATE EXAM (MME):
Menguji aspek-aspek kognitif dan fungsi mental
MME merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan seseorang dalam berfikir atau menguji aspek aspek kognitif
apakah ada perbaikan atau semakin memburuk. Dari Pfeiffer (1975)
NilaiPasien Pertanyaan
Maksimum
Orientasi
Registrasi
Perhatian dan Kalkulasi
Mengingat
29
55
(Tahun) (Musim) (tanggal) (Hari) (Bulan apa
Sekarang)?
55
Dimana kita : (Negara Bagian) (Wilayah)
(Kota) (Rumah Sakit) (Lantai)3 3
Sebutkan Nama 3 Objek : 1 detik untuk
mengatakan masing-masing. Beri 1 point
untuk setiap jawaban yang benar.
5 2
Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran
berhenti setelah 5 jawaban. Berganti seja
“kata” ke belakang.
Bahasa
Keteranagan maksimal 30, nilai 21 atua kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif
yang memerlukan penyelidikan lanjut.
2. Pengkajian Gerontik SPMSQ (shor portable Mental Status Questionnaire)
Merupakan isntrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk menilai fungsi intelektual
maunpun mental dari lansia. Adapun format SPMSQ sebagai berikut ;
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNARE
(SPMSQ)
(Penilaian Ini Untuk Mengetahui Fungsi Intelektual Lansia)
Nama klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin : L/P
Umur : .....tahun
TB/BB : Cm/TB
Agama : ...................................
Suku : ...................................
Gol. Darah : ...................................
Tingkat Pendidikan : SD. SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi.
Score No Pertanyaan Jawaban
+ - 1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini ?
30
3 3
Meminta untuk mengulang ketiga objek
diatas. Berikan 1 point untuk setiap
kebenaran.
9 9
Nama pensil dan melihat (2 point)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan
atau teteapi (1 point)
4 Berapa nomor telepon anda ?
Dimana alamat anda? Tanyakan apabila tidak memiliki
telepon
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3 ? (begitu seterusnya sampai
bilangan terkecil)
Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 : kerusakan intelektual berat
No Keadaan pasien Skore
1 Kondisi umum :
Baik
Lumayan
Buruk
Sangat buruk
4
3
2
1
2 Kesadaran :
Composmentis
Apatis
Confuse/sopor
Coma
4
3
2
1
3 Aktifitas :
Ambulan
Ambulan dengan bantuan
Hanya bisa duduk
Tiduran
4
3
2
1
4 Mobilitas :
31
Bergerak bebas
Sedikit bebas
Sangat terbatas
Tidak bisa bergerak
4
3
2
1
5 Inkontenensia
Tidak ada
Kadang-kadang
Sering inkotenensia alvi
Inkontinensia alvi dan urine
4
3
2
1
4. Intrumentasi pengkajian ADL dengan indeks Barthel (IB) dan Indeks Kats
1) Indeks Barthel (IB)
Indeks barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur
kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan
sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami
gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator, yaitu :
Tabel 1 instrument
No. Item yang dinilai Skore Nilai
1. Makan
(feeding)
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong,
mengoles, mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi
(Bathing)
0 = tergantung orang lain
1 = Mandiri
3. Perawatan dan
(grooming)
0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur.
4. Berpakaian
(dressing)
0 = tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal;
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil
(bowel)
0 = Inkontinensia atau pakai kateter
dan tidak terkontrol
32
1 = kadang inkontinensia (maks
1x24jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7hari)
6 Buang air besar
(bladder)
0 = inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = kadang inkontinensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Pengguanaan toilet 0 = tergantung bantuan orang lain
1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = mandiri
8 Transfer 0 = tidak mampu
1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
9 Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = menggunakan kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu
orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu, seperti tongkat)
10 Naik turun tangga 0 = tidak mampu
1 = membutuhkan bantuan (alat
bantu)
2 = mandiri
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
33
12-19 : ketergantungan ringan
9-11 : ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total
2) Indeks Kartz
Untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen BAB, 3) berpindah, 4) ke kamar kecil,
5) Mandi dan berpakaian, (Maryam, R. Siti, Dkk, 2011)
Tabel 2. Penilaian Indek Kartz menurut Maryam, R. Siti. Dkk, 2011
Skore KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, Kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke
kamar kecil mandi dan berpakaian.
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali hal kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tamabahan.
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C,D,E atau F.
Keterangan :
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun sebenarnya mampu.
1. Mandi
Mandiri: Bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
34
Bergantung: bantuan lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri.
2. Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi
atau mengikat pakaian
Bergantung: Tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian.
3. Ke kamar kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genetalia sendiri
Bergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot.
4. Berpindah
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri.
Bergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak memerlukan
satu, atua lebih berpindah.
5. Kontinen
Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri
Bergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan kateter, pispot, enema, dan
pembalut (pampres)
6. Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan, dari piring dan menyuapinya, tidak
makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT)
Tabel 3. Modifikasi indeks kemandirian Katz menurut maryam, R. Siti, dkk, 2011
No. Aktifitas Mandiri
Nilai (1)
Bergantung
Nilai (2)
1. Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan,
dan mengeringkan badan)
2. Menyiapkan pakain, membuka, dan
menggunakannya.
3 Memakan makanan yang telah disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan
(menyisir rambut, menggosok gigi, bercukur kumis)
35
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan
mengeringkan daerah bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feces (tinja)
7 Buang air kecil dikamar mandi (membersihkan dan
mengeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih
9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan
yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti ; merapikan
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan)
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri kepala
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oedema
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
6. Cemas berhubungan dengan proses penyakit
3.3 Intervensi
1. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam pasien melaporkan
nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol,Mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan.
Kriteria Hasil :
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
2. Wajah pasien rileks
36
3. Pasien dapat melakukan aktifitas mandiri
Intervensi dan rasional:
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
1. Meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi.
2. Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.
3. Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat menurunkan dan sakit kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat BAB, dan lain-lain.
2. Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.
3. Menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan vaskuler serebral karena aktifitas yang meningkatkan vaskonotraksi.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
4. Pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
5. Menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan mukosa.
6. Dorong klien lanjut usia membicarakan pengalamannya pengalamannya tentang rasa sakit. Tunjukkan minat terhadap apa yang dikatakannya
6. misalnya dengan isyarat mata atau mengangguk bila menjawab pertanyaan, dan terutama sediakan waktu untuk klien. Ia menghendaki perawat ikut merasakan apa yang dialaminya.
7. Manfaatkan pengetahuan yang telah terkumpul tentang reaksi dan toleransi klien lanjut usia terhadap rasa sakit
7. Untuk mempermudah pengobatan klien
8. Jelaskan pada klien lanjut usia tentang obat yang diberikan, khususnya suntikan akan dirasa sakit, tetapi tidak berlangsung lama.
8. pasien akan mengerti prosedur pengobatan yang diberikan
37
INTERVENSI RASIONAL
9. Manfaatkan kegiatan dan percakapan selama mendampingi klien lanjut usia
9. untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Beri bahan yang klien senangi atau kegiatan yang digemarinya.
10. Beri kesempatan pada klien lanjut usia mengekspresikan perasaannya, khususnya yang berhubungan dengan rasa sakit yang akan dialami
10. Dengan menemukan penyebab, kadang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakit.
11. Kolaborasi dalam pemberian analgesic dan antiancietas.
11. Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperbuat oleh stress.
2. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap.
Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler,
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam peningkatan curah jantung
dapat berkurang, Kriteria hasil
1) Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.
2) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.
Intervensi dan rasional:
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tekanan darah.
2. Catat keberadaan, kualitas
denyutan sentral dan perifer.
1. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang
masalah vaskuler.
2. Denyutan karotis, jugularis,
radialis, dan femoralis mungkin
diamati atau tekanan palpasi.
Denyutan pada tungkai mungkin
38
INTERVENSI RASIONAL
3. Auskultasi tonus jantung dan
bunyi nafas.
4. Amati warna kulit, kelembaban
suhu, dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum/tertentu.
6. Beri lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktifitas/keributan
lingkungan dan batasi jumlah
pengunjung dan lamannya tinggal.
7. Pertahankan pembatasan aktifitas
(jadwal istirahat tanpa gangguan,
istirahat di tempat tidur/kursi), bantu
pasien melakukan aktifitas perawatan
diri sesuai kebutuhan.
8. Lakukan tindakan yang nyaman
(pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur).
9. Anjurkan tehnik relaksasi,
distraksi, dan panduan imajinasi.
10. Pantau respon terhadap obat
menurun: efek dari vasokontraksi.
3. Bunyi jantung IV umum
terdengar pada hipertensi berat dan
kerusakan fungsi adanya krakels
mengi dapat mengindikasi kongesti
paru sekunder terhadap atau gagal
jantung kronik.
4. Mungkin berkaitan dengan
vasokontraksi atau mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah
jantung.
5. Mengindikasi gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskuler.
6. Membantu untuk menurunkan
rangsangan simpatis, menurunkan
relaksasi.
7. Menurunkan stress dan
ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.
8. Mengurangi
ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
9. Menurunkan rangsangan
stress membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan tekanan darah.
10. Respon terhadap terapi obat
39
INTERVENSI RASIONAL
untuk mengontrol tekanan darah.
11. Kolaborasi dalam pemberian
obat-obat sesuai indikasi seperti:
Diuretik tiazoid: diuril, esidrix,
bendroflumentiazoid
12. Kolaborasi dalam memerikan
pembatasan cairan dan diet natrium
sesuai indikasi.
tergantung pada individu dan efek
sinergis obat.
11. Dapat memperkuat agen
antihipertensi lain dengan membatasi
retensi cairan.
12. dapat menangani retensi
cairan dengan respon hipertensi yang
dapat melibatkan beban kerja
jantung.
3. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan: Mual muntah
dan anorexia,
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pemenuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Intervensi dan rasional:
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pemahaman pasien
tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya
menurunkan masukan kalori dan
batasi masukan lemak, garam, gula
sesuai indikasi.
1. Kegemukan adalah resiko
tambahan pada hipertensi karena
kondisi proporsi antara kapasitas
aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan massa
tubuh.
2. Kesalahan kebiasaan
maksimum menunjang terjadinya
atherosklerosis dan kegemukan yang
merupakan predisposisi untuk
hipertensi dan komplikasinya.
40
INTERVENSI RASIONAL
3. Tetapkan keinginan pasien
untuk menurunkan berat badan.
4. Kaji ulang masukan kalori
harian dan pilihan diet.
5. Instruksikan dan bantu
memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak
tinggi dan kolesterol.
6. Kolaboratif, rujuk ke ahli gizi
sesuai indikasi.
3. Motivasi penurunan berat
badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan
berat badan bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
4. Membantu dalam
menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian/penyuluhan dan
mengidentifikasi kekuatan/
kelemahan dalam program diet
terakhir.
5. Penting untuk mencegah
perkembangan aterogenesis.
6. Memberikan konseling dan
bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet individual.
4. Intoleran aktifitas Berhubungan dengan: kelemahan umum,
Tujuan :
Setalah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pasien :
a. Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan.
b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
c. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.
Kriteria hasil :
a. Tekanan darah Normal, 120/80
b. Pasien bisa melakukan aktifitas dengan mandiri
Intervensi dan rasional:
41
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji respon pasien terhadap
aktifitas frekuensi nadi, peningkatan
tekanan darah yang nyata
selama/sesudah aktifitas.
2. Instruksikan tehnik
penghematan energi (menggunakan
kursi saat mandi, duduk, menyisir
rambut atau menyikat gigi, lakukan
aktifitas dengan perlahan).
3. Berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas/perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1. Menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respon
fisiologis stress terhadap aktifitas
dan bila ada merupakan indicator
dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktifitas.
2. Dapat mengurangi
penggunaan energi dan membantu
keseimbangan antara suplai antara
suplai dan kebutuhan O2.
3. Kemajuan aktifitas bertahap
mencegah penurunan kerja jantung
tiba.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
5. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien mengetahui
kondisi penyakitnya
1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
2) Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
3) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
Intervensi dan Rasional :
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kesiapan dan hambatan
dalam belajar, termasuk orang terdekat.
2. Tetapkan dan nyatakan batas
tekanan darah normal, jelaskan tentang
1. Mengidentifikasi
kemampuan klien dalam menerima
pembelajaran.
2. Meningkatkan pengetahuan
42
INTERVENSI RASIONAL
hipertensi dan efeknya pada jantung,
pembuluh darah, ginjal, dan otak.
3. Hindari mengatakan tekanan
darah normal dan gunakan istilah
terkontrol dengan baik saat
menggambarkan tekanan darah pasien
dalam batas yang diinginkan.
4. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi factor-faktor resiko
kardiovaskuler yang dapat diubah
misalnya obesitas, diet, tinggi lemak
jenuh, kolesterol, pola hidup monoton,
dan minum alcohol, pola hidup stress.
5. Rekomendasikan untuk
menghindari mandi air panas, ruang
penguapan, penggunaan alcohol yang
berlebihan.
6. Anjurkan pasien untuk
berkonsultasi dengan pemberi
perawatan sebelum menggunakan obat.
7. Instruksikan pasien tentang
peningkatan masukan makanan atau
cairan tinggi kalium.
klien tentang tekanan darah normal
dan efek hipertensi.
3. Tekanan darah normal pada
setiap orang berbeda tergantung
pada banyak faktor.
4. Mencegah meningkatnya
tekanan darah dengan
memperhatikan faktor – faktor
resiko.
5. Dapat menyebabkan
tekanan darah berubah – ubah.
6. Menghindari terjadinya
resiko overdosis obat.
7. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
43
DAFTAR PUSTAKA
Elsanti, S. (2009). Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan
Jantung. Yogyakarta.: Araska.
Martha, Kurnia. (2012) Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta. Araska
Corwin, E.J., 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Junaidi, Iskandar, 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer.
Price, S.A. & Wilson L.M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Perjalanan
Penyakit, 6th ed. Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sharma S et al, 2008. Hypertension. Last update augt 2008. www.medicine.com. Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2010
44