Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

23
Daftar Isi HalamanSampul……………………………………………………………. i Kata Pengantar……………………………………………………………… ii Daftar Isi……………………………………………………………………… iii BAB I PENDAHULUAN............................................1 1.1. Latar Belakang........................................1 1.2. Rumusan masalah.......................................2 Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :.................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN............................................2 2.1. Konsep Masyarakat Madani..............................2 2.2. Karakteristik Masyarakat Madani.......................5 2.3. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani. . .6 2.4. Pengertian Kesejahteraan Umat Islam...................7 2.5. Cara Membangun Kesejahteraan Umat Islam...............8 BAB III PENUTUP.............................................12 3.1. Kesimpulan........................................... 12 DAFTAR PUSTAKA..............................................14

description

pendidikan agama islam

Transcript of Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

Page 1: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

Daftar Isi

HalamanSampul……………………………………………………………. i

Kata Pengantar……………………………………………………………… ii

Daftar Isi……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2. Rumusan masalah.....................................................................................................2

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :.............................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2

2.1. Konsep Masyarakat Madani.....................................................................................2

2.2. Karakteristik Masyarakat Madani............................................................................5

2.3. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani...................................6

2.4. Pengertian Kesejahteraan Umat Islam......................................................................7

2.5. Cara Membangun Kesejahteraan Umat Islam..........................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................................12

3.1. Kesimpulan............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14

Page 2: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangManusia buakan hanya sebagai makhluk inividu, tetapi juga sebagai makhluk

social. Dalam kehidupan social manusia medambakan kehidupan yang sejahtera sesuai dengan fitrah pembawaannya. Dalam dinamika kehidupannya manusia dituntut untuk mengekspresikan nilai keadaban, nilai kemanusiaan dan nilai ketuhanan untuk mewujudkan masyarakat yang ideal, yaitu masyarakat madani yang memberikan kebebasan, toleransi, keadilan dan kebersamaan dalam kemajemukan.

Islam adalah agama rahmatan lil`alamin dalam arti yang sesungguhnya. Sejak awal diturunkan, agama Ilahiyyah ini telah menjadikan dirinya sebagai satu-satunya agama yang menginginkan terujudnya rasa keadilan, ketentraman dan kesejahteraan sosial bagi seluruh pemeluknya. Untuk meraih kesejahteraan sosial dimaksud Allah telah mempersiapkan seperangkat aturan dan ajaran baik melalui wahyu maupun hadits rasulullah yang dapat dijadikan acuan bagi kaum muslimin dalam tatanan kehidupan mereka, baik dalam lingkup kecil maupun dalam skala yang lebih besar. Dalam perjalanan sejarah umat Islam awal dan beberapa periode setelahnya, kesejahteraan sosial tersebut berhasil dicapai dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Keniscayaan akan terciptanya kesejahteraan sosial yang sesungguhnya adalah ketika manusia hidup sesuai dengan tatanan yang telah ditentukan Allah dan rasul-Nya.

Adanya beberapa kasus penindasan rakyat yang dilakukan oleh penguasa merupakan realitas yang sering kita lihat dan dengar dalam pemberitaan pers, baik melalui media cetak maupun elektronik yang menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat. Bagaimana masyarakat dapat menanggapi masyarakat tersebut adalah hal yang perlu dikaji bersama. Untuk meninjau hal tersebut Islam memiliki ajaran yang konkrit untuk menciptakan kondisi masyarakat yang islami, karena islam bukan hanya sekedar agama yang memiliki konsep ajaran spiritualitas atau ubudiyah semata.

1.2. Rumusan masalahAdapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian konsep masyarakat madani?2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani?3. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?4. Apakah pengertian kesejahteraan umat islam?5. Bagaimana cara membangun kesejahteraan umat Islam?

Page 3: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konsep Masyarakat MadaniMadani  satu kata yang indah. Punya arti yang dalam. Kadang kala banyak juga

yang menyalah artikannya. Apa itu sebenarnya madani. Bila diambil dari sisi pendekatan letterlijk maka madani berasal dari kata  m u d u n   arti sederhananya  m a j u  atau dipakai juga dengan kata  modern. Tetapi figurlijknya madani mengandung kata maddana al-madaina ( المدائن yakni membangun ( بناها ) artinya, banaa-ha (مدنatau hadhdhara yaitu( حضر) memperadabkan dan tamaddana maknanya ( تمدن ) menjadi beradab yang nampak dalam kehidupan masyarakatnya berilmu (periksa, rasio), memiliki rasa (emosi) secara individu maupun secara kelompok serta memiliki kemandirian (kedaulatan) dalam tata ruang dan peraturan-peraturan yang saling berkaitan, kemudian taat asas pada kesepakatan (hukum) yang telah ditetapkan dan diterima untuk kemashalahatan bersama.  

Masyarakat  madani ( al hadhariyyu) adalah masyarakat berbudaya = الحضري danal-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlak dan memiliki peradaban, melaksanakan nilai - nilai agama (etika religi) atau mengamalkan ajaran Islam (syarak) dengan benar. Nilai - nilai agama Islam boleh saja tampak pada umat yang tidak atau belum menyatakan dirinya Islam, akan tetapi telah mengamalkan nilai Islam itu. Sesunguhnya Agama (Islam) tidak dibatasi ruang-ruang masjid, langgar, pesantren, majlis ta’lim semata.

Pengamalan nilai - nilai agama sebenarnya menata gerak kehidupan riil. Memberi acuan pelaksana tatanan politik pemerintahan, sosial ekonomi, seni budaya, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerapan nilai etika religi mewujudkan  masyarakat yang hidup senang dan makmur (تنعم = tana’ama) dengan aturan  ( مدني ,qanun madaniy) yang didalamnya terlindungi hak-hak privacy = قانونperdata, ulayat dan hak-hak masyarakat lainnya.

Masyarakat madani adalah masyarakat kuat mengamalkan nilai agama (etika reliji). Seperti dalam tatanan masyarakat Madinah al Munawwarah dimasa hayat Nabi Muhammad SAW. Sejahtera dalam keberagaman pluralistis ditengah bermacam anutan paham kebiasaan. Tetapi satu dalam pimpinan. Kekuatannya ada pada nilai dinul Islam. Mampu melahirkan masyarakat proaktif menghadapi perubahan. Bersatu di dalam kesaudaraan karena terdidik rohaninya. Pendidikan rohani merangkum aspek pembangunan sumber daya manusia dengan pengukuhan nilai ibadah dan akhlak dalam diri umat melalui solat, zikir. Pada akhirnya pendidikan watak atau domain ruhani ini mencakup aspek treatment. Rawatan dan pengawalan

Page 4: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

melalui taubat, tazkirah, tarbiyah, tau’iyah. Ditopang dua manazil atau sifat penting, yaitu Rabbaniah dan Siddiqiah.

Sifat Rabbaniah ditegakkan dengan benar diatas landasan pengenalan (makrifat) dan pengabdian (`ubudiah) kepada Allah melalui ilmu pengetahuan, pengajaran, nasihat, menyuruh yang ma’ruf dan mencegahdari yang munkar. Siddiqiah mencakup enam jenis kejujuran (al-sidq):1. kejujuran lidah,2. kejujuran niat dan kemauan (sifat ikhlas),3. kejujuran azam,4. kejujuran al-wafa’ (jujur dengan apa yang diucapkan dan dijanjikan), 5. kejujuran bekerja (prestasi karya), dan6. kejujuran mengamalkan ajaran agama (maqamat al-din).

Kehidupan Madani terlihat pada kehidupan maju yang luas pemahaman (tashawwur) sehingga menjadi sumber pendorong kegiatan di bidang ekonomi yang lebih banyak bertumpu kepada keperluan jasmani (material needs). Spiritnya melahirkan pemikiran konstruktif (amar makruf) dan meninggalkan pemikiran destruktif (nahyun ‘anil munkar) melalui pembentukan tata cara hidup yang diajarkan agama Islam. Mengembangkan masyarakat Madani dimulai dari membangun domain kemanusiaan atau domain ruhiah melalui pendidikan rohani yang merangkum aspek preventif. Menjaga umat dari ketersesatan aqidah. Memelihara rakyat dari ketidakseimbangan emosional dan mental. Agar umat terhindar dari melakukan perbuatan haram, durjana dan kezaliman. Peningkatan mutu masyarakat dengan basis ilmu pengetahuan, basis budaya dan agama.

Moralitas Masyarakat Madani, Sikap hati-hati sangat dituntut untuk meraih keberhasilan. Action planning di setiap lini adalah keterpaduan, kebersamaan, kesepakatan, dan keteguhan. Langkah awalnya menghidupkan musyawarah. Allah menghendaki kelestarian Agama secara mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak bersitegang. Memupuk sikaptaawun saling membantu dengan keyakinan bahwa Allah Yang Maha Rahman selalu membukakan pintu berkah dari langit dan bumi.

Keterpaduan masyarakat dan pemerintah menjadi kekuatan ampuh membangun kepercayaan rakyat banyak. Inilah inti reformasi yang dituju di abad baru ini. Tingkat persaingan akan mampu dimenangkan “kepercayaan” .  Pengikat spiritnya adalah sikap Cinta kepada Bangsa dan Negara yang direkat oleh pengalaman sejarah. Salah menerjemahkan suatu informasi, berpengaruh bagi pengambilan keputusan. Sikap tergesa-gesa akan berakibat jauh bagi keselamatan orang banyak. Masyarakat majemuk dapat dibina dengan kekuatan etika reliji.

Peran serta masyarakat digerakkan melalui  musyawarah dan mufakat. Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan “nawaitu” dalam diri masing-masing mengamalkan ajaran agama dengan benar. Sebab, manusia tanpa agama

Page 5: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

hakikinya bukan manusia sempurna. Tuntunan agama tampak pada adanya akhlak dan ibadah. Akhlak melingkupi semua perilaku pada seluruh tingkat kehidupan. Nyata dalam contoh yang ditinggalkan Rasulullah.

Ketika kehidupan manusia kian bertambah modern dan peralatan teknologi semakin canggih, makin bertambah banyak masalah hati dan kejiwaan manusia yang tampil kepermukaan. Tidak segera mudah dapat diselesaikan. Solsusinya hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT semata. Maka tuntutan kedepan harus diawasi agar umat lahir dengan iman dalam ikatan budaya (tamaddun). Rahasia keberhasilan adalah “tidak terburu-buru” dalam bertindak. Selalu ada husnu-dzan (sangka baik) antara rakyat dan pemimpinnya. Kekuasaan akan berhasil jika menyentuh hati nurani rakyat banyak, sebelum kekuasaan itu menjejak bumi. Ukurannya adalah adil dan takarannya adalah  kemashlahatan umat banyak. Kemasannya adalah jujur secara transparan.

Umat perlu dihidupkan jiwanya. Menjadi satu umat yang mempunyai falsafah dan tujuan hidup (wijhah) yang nyata. Memiliki identitas (shibgah) dengan corak keperibadian terang (transparan). Rela berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Masyarakat Madani yang dituntut oleh “syari’at” Islam menjadi satu aspek dari Sosial Reform yang memerlukan pengorganisasian (nidzam). Masyarakat Madani mesti mampu menangkap tanda-tanda zaman  perubahan sosial, politik dan ekonomi – pada setiap saat dan tempat dengan optimisme besar. Sikap apatis adalah selemah-lemah iman (adh’aful iman). Sikap diam (apatis) dalam kehidupan hanya dapat dihilangkan dengan bekerja sama melalui tiga cara hidup , yakni bantu dirimu sendiri (self help), bantu orang lain (self less help), dan saling membantu dalam kehidupan ini (mutual help).

Ketiga konsep hidup ini mengajarkan untuk menjauhi ketergantungan kepada pihak lain, artinya mandiri. Konsep madaniyah tampak  utama didalam pembentukan watak (character building) anak bangsa. Tentu saja melalui jalur pendidikan. Maka reformasi terhadap pengelolaan keperluan masyarakat atau birokrasi mesti meniru kehidupan lebah, yang kuat persaudaraannya, kokoh organisasinya, berinduk dengan baik, terbang bersama membina sarang, dan baik hasil usahanya serta dapat dinikmati oleh lingkungannya.

2.2. Karakteristik Masyarakat MadaniMasyarakat madani mempunyai karakteristik,yaitu :1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses

penuh terhadap setiap kegiatan publik, yaitu berhak dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik. Sebagai sebuah prasayarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat madani dalam sebuah tatan masyarakat, maka free

Page 6: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

public sphere menjadi salah satu bagian yang harus dipenuhi, karena akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga Negara dalam menyalurkan aspirasinya.

2. Demokratisasi, yaitu proses dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya. Demokrasi merupakan prasyarat yang banyak dikemukakan oleh para pakar. Dan demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan masyarakat madani. Penekanan demokratis disini dapat mencakup bentuk aspek kehidupan, seperti social, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.

3. Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang atau kelompok lain. Toleransi memungkinkan adanya kesadaran untuk menghargai serta menghormati pendapat yang dikemukakan oleh kelompok lainnya yang berbeda. Azyumardi juga menyebutkan bahwa masyarakat madani bukan hanya sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat ini mengacu juga pada yang berkualitas dan civility, civilitas yakni kesediaan induvidu – individu untuk menerima pandangan – pandangan politik dan sikap social  yang berbeda – beda.

4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk disertai dengan sikap tulus. Menurut Nurcholis Madjid, konsep ini merupakan prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani. Menurutnya pluralism yaitu pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan – ikatan keadaban(genuine engagement ofdiversities within the bonds of civility). Bahkan juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).

5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya. Keadilan dimaksud untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang proposional terhadap hak dan kewajiban setiap warga Negara. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalm memperoleh kebijakan – kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa (pemerintah).

6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa atau pihak lain.

7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.\Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan pendidikan. 

8. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang teraniaya dan tidak berdaya membela hak-hak dan kepentingan.

9. Menjadi kelompok kepentingan atau kelompok penekan.

Page 7: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

10. Pilar Penegak Masyarakat MadaniYang dimaksud dengan pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari social control yang berfungsi mengkritisikebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam penegakan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani. Pilar-pilar tersebut antara lain adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi dan Partai politik.

2.3. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat MadaniDalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam

terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.

1. Kualitas SDM Umat IslamFirman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 110 yang artinya: “Kamu adalah

umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang yang fasik.”Dari ayat di atas sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDM-nya dibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.

2. Posisi Umat IslamSDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul.

Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia jumlah umat Islam ±85% tetapi karena kualitas SDM-nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.

Page 8: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

2.4. Pengertian Kesejahteraan Umat Islam Kata sejahtera memiliki beberapa arti. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk

pada  keadaan yang baik; kondisi  saat orang-orang dalam keadaan terkait dengan pandangan hidup yang makmur. Dalam ekonomi, kata sejahtera terkait dengan pandangan hidup yang menjadi landasannya. Kapitalisme atau sosialisme mengukur kesejahteraan dengan capaian-capaian material ( misalnya produk domestic bruto perkapita), walaupun mereka berbeda tentang cara distribusinya.

Beberapa Negara barat, istilah kesejahteraan umat/sosial menunjuk pada pelayanan Negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di Amerika Serikat bahkan hal ini lebih spesifik lagi pada uang yang dibayarkan pemerintah kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan finansial, yakni yang pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.Islam mendefinisikan kesejahteraan umat sebagai kondisi saat seseorang dapat mewujudkan semua tujuan (maqashid) syari’ah, yakni:1.      Terlindung kesucian agamanya2.      Terlindung keselamatan dirinya3.      Terlindung akalnya4.      Terlindung kehormatannya5.      Terlindung hak milik/hak ekonominya.

Dengan demikian, kesejahteraan tidak cuma merupakan buah suatu sistem ekonomi. Kesejahteraan adalah juga buah sistem hukum, sistem politik, sistem budaya dan sistem pergaulan sosial. Karena itulah, ideologi yang mendasari sistem-sistem ini sangat menentukan dalam memberikan warna sejahtera seperti apa yang akan diwujudkan, dan apakah sejahtera seperti itu akan bertahan lama atau berlaku secara universal.

2.5. Cara Membangun Kesejahteraan Umat IslamUntuk tercapainya umat islam yang sejahtera ada beberapa system yang dapat

dilalui. Antara lain yaitu:1. Membangun Kesejahteraan Melalui Sistem Hukum

Surat an-Nisa’ menyebutkan bahwa sumber hukum dalam Islam yang wajib dijadikan referensi di dalam segala tindakan dan hukum mereka, yaitu:Pertama, Al-Qur’anul Karim, mengamalkannya merupakan ketaatan kepada Allah.Kedua, Sunnah Rasul, baik qauliyah (perkataan) maupun fi’liyah (perbuatan) . mengamalkannya adalah ketaatan kepada Rasul.

Ketiga, Pendapat Ahlul Halli wal ‘Aqdi di dalam umat. Mereka terdiri atas ulama’ dan orang-orang yang bertanggung jawab tentang kemaslahatan umum, seperti tentara, para petani, industriawan dan pendidik yang semuanya menangani

Page 9: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

bidangnya masing-masing. Mengamalkan pendapat mereka adalah ketaatan kepada Ulil Amri.

Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah Ta’ala dalam surat an-Nisa’ ayat 59:Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”[2]

Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam menafsirkan surat an-Nisa’ ayat 59 tersebut adalah perintah wajib yang Allah Ta’ala lontarkan kepada umat islam berupa taat kepada-Nya dan Rasul-Nya dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadits, dan taatilah penguasa-penguasa kamu, jika mereka beragama islam yang berpegang teguh kepada syari’at Allah, sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk, jika dia durhaka kepada Sang Khalik. Dan dalam firman-Nya terdapat kata “minkum (di antara kamu)” merupakan dalil bahwa penguasa-penguasa yang wajib kamu taati adalah penguasa-penguasa yang muslim lahir dan batinnya, daging dan darahnya, bukan muslim  bentuk dan penampilannya saja. Pada ayat kemudian “kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul”, maksudnya adalah putuskanlah sesuatu yang menjadi perselisihan tersebut dari hukum-hukum yang terdapat dalam kitab Allah dan hadits nabi –Nya, dan pada sambungan ayat,”jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir,” ini adalah syarat yang menghapus jawabnya untuk menunjukkan lafazh yang terdahu;lu. Jawabnya yang terbuang; maka kembalikanlah ia kepada Allah dan rasul-Nya. Ini bertujuan memotivasi agar umat islam senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an (Allah) dan hadits (rasul-Nya). Seperti perkataan,”jika kamu anakku maka kamu jangan menentang aku”. “Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,” ialah kembali kepada Allah dan rasul-Nya melalui Al-Qur’an dan hadits merupakan hal yang lebih utama bagi umat dan lebih baik akibat/dampaknya bagi umat.[3]Setiap hukum yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits, bila umat muslim tidak bersandar kepadanya, tidak pula kembali kepada pendapat Ahlul Halli wal ‘Aqdi (Ijma’ Ulama’) maka hukumnya bathil, yang mengikuti hawa nafsu semata dan tidak menjamin kemaslahatan hajat hidup orang banyak serta ridha Allah SWT.[4]

Hukum Islam ialah bentuk produk hukum yang sangat menjunjung tinggi kemaslahatan umat, sebenar-benar hukum yang mengedepankan hak asasi manusia, adil tanpa memandang pelaku kejahatan apakah kaya atau miskin, dan bukan produk hukum yang bisa ditawar-tawar serta tidak pula tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Page 10: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

2. Membangun Kesejahteraan Melalui Sistem EkonomiIsu ekonomi islam secara internasional telah lama bergulir. Guliran ini

menemukan momentumnya pada awal 1970-an, ketika terjadi perang Arab-Israel yang membangunkan solidaritas dan kesadaran umat islam dari tidur panjangnya. Demikian pula halnya di Indonesia , meskipun rembesan-rembesan gairah ekonomi islam internasional telah masuk ke negeri ini sejak decade 1980-an, tetapi gerakan ekonomi islam menemukan momentumnya pada saat krisis ekonomi melanda negeri ini di ujung decade 90-an. Hal itu ditandai dengan maraknya berdiri lembaga-lembaga syari’ah dan sejenisnya seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan bank-bank syari’ah di sektor praktis.[5]

Perlu dipahami bahwa ekonomi islam merupakan suatu cara atau maksud untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup orang banyak dengan berdasarkan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Perbincangan tentang prinsip moral tersebut dikemukakan Yusuf Qardhawi, yang mencakup:Pertama, harus berpegang teguh kepada semua yang dihalalkan Allah dan tidak melampaui batas. Intinya ekonomi islam, ekonomi yang dicapai secara halal, baik, adil, saling menguntungkan dan penuh dengan keridhaan Allah SWT.Kedua, melindungi dan menjaga sumber daya alam karena alam merupakan nikmat dari Allah kepada hamba-Nya.[6] Dengan demikian orientasi ekonomi islam adalah mewujudkan kemaslahatan umat yang berdimensi ibadah dan didasari dengan tujuan mencapai ridho Allah SWT.

Persoalan ekonomi merupakan bagian esensial dari kelangsungan hidup manusia, sehingga tidak heran jika manusia sangat ekstra keras dalam melakukan apa saja, agar pemberdayaan ekonominya dapat terjamin. Pemberdayaan ekonomi secara baik, menjadi kata kunci memelihara dan meningkatkan pertumbuhan hidup secara baik. Soal bagaimana pemberdayaannya, Rasulullah menyerahkan persoalan pemberdayaannya kepada manusia karena mereka yang lebih tahu urusan dunianya. Penyerahan Rasulullah tersebut mengisyaratkan bahwa seseorang memiliki kebebasan untuk melakukan pemberdayaan terhadap urusan hidup. Dengan catatan tidak melanggar batas-batas norma hukum yang telah digariskan Allah SWT.

Ini menunjukkan bahwa islam memiliki nilai-nilai prinsipil terhadap aktivitas kehidupan, begitu juga halnya dengan prinsip pemberdayaan ekonomi islam. Prinsip pemberdayaan itu sejalan dengan tujuannya antara lain:1. Mewujudkan kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma moral islam2. Mewujudkan persaudaraan dan keadilan universal3. Terwujudnya pendapatan dan kekayaan yang merata4. Terwujudnya kebebasan individual dalam konteks kemaslahatan dan

kesejahteraan umat.[7]

Page 11: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

Dengan demikian prinsip pemberdayaan ekonomi harus diawali dari beberapa keyakinan normatif. Keyakinan normatif yang dimaksudkan antara lain:1. Manusia merupakan Khalifah dan pemakmur bumi2. Setiap harta yang dimiliki terdapat bagian orang lain3. Dilarang memakan harta (memperoleh harta) secara bathil4. Penghapusan praktik riba dan berbagai hal yang meracuni kebaikan dan

kehalalan harta.[8]Penolakan terhadap monopoli dan hegemoni yang mengakibatkan hak dan

ruang berkarya orang menjadi sulit. Kekayaan merupakan amanah Allah dan tidak dimiliki secara mutlak. Islam memberikan ruang gerak yang sangat luas kepada manusia untuk bermuamalah selama tidak melanggar ketentuan syari’ah, etika dan bisnis islam.

3. Membangun Kesejahteraan Melalui Sistem PolitikManusia adalah human social atau makhluk sosial yang tak bisa berlepas diri

dari hidup orang lain, saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia tak akan bisa bertahan hidup tanpa keberadaan makhluk lain atau orang lain.

Manusia juga oleh Aristoteles disebutkan “zoon politicon” yaitu dalam artian manusia memerlukan tatanan-tatanan peraturan, norma-norma dan sistem dalam mengatur urusan hidup dan kehidupan serta mengatur kepentingan dan urusan wilayah/Negara berdasarkan tujuan bersama. Oleh karena itu ada dua poin penting kontribusi yang dapat ditarik dari penafsiran Quraish Shihab terhadap Al-Qur’an tentang kekuasaan, yaitu:1. Penegakkan Etika dalam Kehidupan Politik

Kekuasaan politik adalah untuk mengatur masalah-masalah umat, maka apapun proses politik harus dilandasi oleh nilai-nilai moral dan etika yang bersumber pada ajaran agama. Ini sesuai dengan pesan utama Rasulullah SAW, bahwa ia tidak diutus kedunia melainkan untuk menyempurnakan etika (makhluk) manusia.

Quraish Shihab menolak pandangan yang mengahalalkan segala cara untuk mencapai tujuan . Pandangan-pandangan yang mengatakan bahwa politik itu kotor, dalam politik tidak ada kawan atau lawan yang abadi kecuali kepentingan jangan bawa-bawa moralitas dalam arena politik, dan  jargon-jargon lain yang berusaha menjustifikasi segala cara untuk mencapai tujuan politik, adalah cara pandangan yang sesat lagi menyesatkan. Orang boleh saja berupaya untuk menggapai kekuasaan politik, bahkan yang tertinggi sekalipun, namun ia tidak boleh melupakan nilai-nilai moral dan etika.[9]

Bagi Quraish, agama harus mampu berperan mengarahkan kehidupan sosial menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera di bawah naungan maghfirahAllah, yang dalam bahasa Al-Qur’an diungkapkan

Page 12: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

dengan baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur, menurutnya, ada tiga peran agama dalam menwujudkan hal demikian, yaitu:a. Agama hendaknya menjadi kekuatan pendorong bagi peningkatan kualitas

sumber daya manusiab. Agama hendaknya memberikan kepada individu dan masyarakat sesuatu

kekuatan pendorong untuk meningkatkan partisipasi dalam karya dan kreasi masyarakat

c. Agama dengan nilai-nilainya harus mampu berperan sebagai isolator yang menghambat seseorang dari segala penyimpangan.[10]Menurut Quraish juga, dalam pandangan agama, Tuhan memberi kemampuan

kepada pemerintah untuk meluruskan yang keliru dan mendorong kepada kebenaran melebihi kemampuan tuntutan-tuntutan-Nya yang termaktub dalam kitab suci. Dalam konteks ini hadits Nabi menyatakan yang artinya “Sesungguhnya Allah mencegah melalui penguasa apa yang tidak tercegah melalui Al-Qur'an”.[11]Dengan kekuasaan yang dimiliki pemerintah, sekian banyak hal dapat dicapai dan sekian banyak keburukan dapat tercegah. Dengan demikian, kekuasaan politik yang dilandasi etika yang kuat tentu akan melahirkan masyarakat yang beretika pula.2. Pemihakan Terhadap Kepentingan Masyarakat

Seseorang memperoleh kekuasaan politik adalah berdasarkan kontrak sosial. Masyarakat yang dipimpinnya telah menyerahkan sebagian haknya untuk diatur urusan-urusannya dan menyatakan kepatuhan kepadanya. Bentuk konkretnya pada masa lalu diwujudkan ketika rakyat membai’at pemimpin. Dalam masa modern sekarang hal ini direalisasikan dalam bentuk pemilu. Memang di dalam pemilu tidak semua orang secara aklamasi memilih seorang penguasa atau dengan kata lain tidak ada penguasa yang memperoleh suara secara mutlak. Namun dengan mayoritas suara yang diperolehnya dari masyarakat ia berhak menduduki kursi kepemimpinan. Meskipun sebagian rakyat tidak memilihnya, ketika ia terpilih secara sah, maka semua rakyat wajib mematuhinya.

Oleh sebab itu, sebagai imbalannya pemimpin yang terpilih wajib menjalankan tugas-tugasnya dengan baik dan mengayomi semua masyarakatnya, mengutamakan kepentingan mereka dan tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mereka. Karena kekuasaan merupakan perjanjian segitiga antara penguasa, rakyat serta penguasa dan Allah, maka apapun bentuk pelaksanaan kekuasaan akan dipertanggungjawabkannya di depan Mahkamah Allah kelak. Tidak ada satupun yang lepas dari pertanggungjawaban.[12]

Page 13: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

BAB III PENUTUP

3.1. KesimpulanJadi dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat

berbudaya dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlak dan memiliki peradaban, semestinya melaksanakan nilai-nilai agama (etika reliji) atau bagi kita mengamalkan ajaran Islam (syarak) dengan benar. Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita.

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah islam yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu:1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat

Wacana masyarakat madani merupakan konsep yang bersumber dari pergolakan politik dan sejarah masyarakat Eropa Barat yang mengalami perubahan pola kehidupan Feodal menuju kehidupan masyarakat industri kapitalis. Perkembangan wacana masyarakat madani dapat diurutkan dari Cirero sampai pada Antonio Gramsci dan de’Tocquiville. Bahkan menurut Manfred Ridel, Cohen, dan Arato serta M. Dawam Rahardjo, wacana masyarakat madani sudah ada pada masa Aristoteles.

Dilihat dari gagasan diatas berarti masyarakat madani mempunyai karakteristik,yaitu :ruang publik yang bebas, Demokratisasi, Toleransi, Pluralisme, Keadilan sosial, Partisipasi sosial, Supremetasi hukum, Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan pendidikan, Sebagai advokasi bagi masyarakat yang teraniaya dan tidak berdaya membela hak-hak dan kepentingan, Menjadi kelompok kepentingan atau kelompok penekan, dan Pilar Penegak Masyarakat Madani.

Membangun kesejahteraan umat memang tidaklah mudah, tidak semudah membalik telapak tangan. Kesejahteraan diindikasikan  dengan sejahtera umat secara sistem hukum, sistem ekonomi, dan sejahtera secara sistem politiknya.1. Sejahtera secara hukum diukur dengan kesadaran umat dalam mematuhi

tatanan-tatanan hukum syar’i yang telah ditetapkan oleh Tuhannya melalui agama islam, bertindak semata beribadah dan mengharap ampunan serta keridhaan-Nya.

Page 14: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

2. Sejahtera secara ekonomi diukur dengan adanya khalifah pemakmur bumi, setiap harta yang dimiliki ada bagian orang lain, dilarangnya setiap individu memakan/merampas harta orang lain.

3.  Sejahtera secara politik diukur dengan penegakkan etika dalam kehidupan berpolitik dan pemihakan terhadap kepentingan masyarakat. Karena kekuasaan merupakan perjanjian segitiga antara penguasa, rakyat serta penguasa dan Allah SWT.

Page 15: Makala h masyarakat madani dan kesejahteraan umat islam

DAFTAR PUSTAKA

Fadloli, Sri, Abdul. Ramadhan 1432 H. Malang: Aditya Media Publishing.https://www.academia.edu/7494054/Makalah_Masyarakat_madani_dan_kesejahteraan_umat(16September 2015)http://makalahkite.blogspot.co.id/2013/12/masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-umat.html (16September 2015)http://harumishma.blogspot.co.id/2013/07/masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-umat.html (16September 2015)https://id.scribd.com/doc/63185610/Masyarakat-Madani-Dan-Kesejahteraan-Umat-Kelompok-4 (16September 2015)http://www.slideshare.net/ajengfaiza/kesejahteraan-umat (16September 2015)http://azwarammar.blogspot.co.id/2014/03/membangun-kesejahteraan-umat.html (16September 2015)

[1]Naskah Konferensi Rajab 1432 H, Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah, (Medan: Hizbut Tahrir Indonesia, 2011), h. 19[2] Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2012), h. 87[3] Syaikh M. Ali Ash-shabuni, Shofwatut Tafasir, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2011), jilid I, h. 664[4] Mahmud Syaltut, Terjemahan Tafsir Al-Qur’anul Karim, (Bandung: CV. Diponegoro, 1990), h. 399[5] Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah fil Islam au Wazhifah al-Hukumah al-Islamiyyah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 5[6] Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 117-118[7] Ahmad Sabban Rajagukguk, Berdialog dengan Tuhan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), h. 194[8] Ibid, h. 194[9] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani, (Medan: IAIN Press, 2010), h. 113[10] M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung: Mizan, 2000), h. 58[11] M. Quraish Shihab, Menebar Pesan Ilahi, h. 377[12] Ibid, h. 414