Makala Hku

download Makala Hku

of 28

Transcript of Makala Hku

PENUGASAN PENYUSUNAN BPR PADA KEGIATAN PRAJABATANCPDMT PT PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) TAHUN 2015

MANAJEMEN KONSTRUKSI DALAM MENGANALISIS KETERLAMBATAN DAN KUALITAS HASIL PEKERJAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

PENYUSUN/PENULIS :IRFAN SANJAYA HTB

CPDMT PT PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) KANTOR PUSAT

BAB IPENDAHULUAN

I.1.Gambaran Umum

Setiap proyek konstruksi umumnya mempunyai rencana dan jadwal pelaksanaan tertentu. Pembuatan jadwal pelaksanaan ini selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan dibuat. Oleh karena itu, masalah dapat timbul apabila terjadi ketidaksesuaian antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan yang terjadi. Tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan proyek selalu mengalami kendala, baik itu kendala yang sudah diperhitungkan, maupun kendala di luar perhitungan perencana. Kendala inilah yang menjadi penyebab terhambatnya pelaksanaan proyek, sehingga aktivitas-aktivitas proyek tersebut tidak berjalan sesuai dengan rencana.Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh, keterlambatan akan menyebabkan meningkatnya biaya untuk mempercepat suatu aktivitas dan bertambahnya overhead cost pada proyek. Selain itu, keterlambatan juga dapat menyebabkan turunnya kualitas suatu pekerjaan karena pekerjaan tersebut terpaksa dilakukan lebih cepat daripada yang seharusnya sehingga ada kemungkinan pelanggaran beberapa hal teknis demi mengurangi keterlambatan proyek. Keterlambatan proyek konstruksi juga akan menyebabkan kerugian materi baik bagi pihak pemilik proyek maupun kontraktor. Bagi pemilik proyek, keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek akan menyebabkan kerugian terhadap waktu operasi hasil proyek, sehingga penggunaan dan profit yang didapat menjadi mundur atau terhambat. Sedangkan kontraktor akan mengalami kerugian waktu dan biaya, karena keuntungan yang diharapkan oleh kontraktor berkurang, dan tidak mencapai target yang diharapkan bahkan bisa saja tidak mendapat keuntungan sama sekali karena bertambahnya waktu pelaksanaan yang berarti akan ada penambahan upah tenaga kerja, biaya sewa alat, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan dampak dari faktor keterlambatan, serta untuk mengetahui penentuan jenis keterlambatan berdasarkan pengalaman dan harapan kedua pihak. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk menyusun rencana dengan sebaik mungkin, sehingga keterlambatan waktu penyelesaian proyek dapat dikendalikan dan diminimalisir.I.2. LANDASAN TEORII.2.1. Keterlambatan Proyek

Menurut Arditi dan Patel (1989) keterlambatan proyek konstruksi didefinisikan sebagai adanya akibat dari tidak terpenuhinya jadwal yang telah dibuat, yang disebabkan perbedaan kondisi latar belakang dengan kenyataan. Adanya keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai kontrak, sedangkan bagi pemilik akan mengurangi pemasukan akibat penundaan pengoperasian (Alifen, Setiawan, & Sunarto, 2000).

I.2.2. Faktor-Faktor Keterlambatan ProyekProyek konstruksi merupakan proyek yang kompleks dengan melibatkan banyak pihak, sehingga setiap proyek memiliki keunikan. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pada proyek sangat banyak dan bervariasi, diantaranya adalah faktor-faktor pada Tabel 1.

a. Jenis Keterlambatan ProyekKeterlambatan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 2 jenis (Bramble & Callahan, 1991), yaitu :a.1. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (excusable delay)Keterlambatan jenis ini merupakan keterlambatan yang terjadi diluar prediksi dan kendali siapapun. Menurut Alaghbari et al. (2007), secara umum pada kontrak mengizinkan kontraktor mendapatkan perpanjangan waktu kerja kontrak untuk penyelesaian proyek jika keterlambatan proyek itu terjadi, akan tetapi tidak untuk tambahan uang.

Excusable delay sendiri terbagi menjadi 2, yaitu :1.Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya (excusable compensatory delay). Keterlambatan proyek yang terjadi ini disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan dari pihak owner untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban dalam kontrak secara tepat. Masalah perubahan gambar rencana, keterlambatan dalam menyetujui gambar kerja, serta pembayaran yang tertunda inilah yang menjadi salah satu contoh penyebab keterlambatan proyek dalam jenis ini. Maka dalam hal ini kontraktor berhak atas ganti rugi biaya dan perpanjangan waktu.2. Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu (excusable non-compensatory delay) Keterlambatan proyek yang tidak layak mendapat ganti rugi merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh sebuah peristiwa yang tidak terduga dan semuanya berada diluar kendali dan kemampuan baik kontraktor maupun pemilik. Keterlambatan yang diklasifikasikan dalam jenis ini dalam kebanyakan kasus tidak akan mendapatkan kompensasi (ganti rugi), tetapi mungkin diperbolehkan menerima perpanjangan waktu (Majid, 1997).a.2.Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non-excusable delay)Menurut Alaghbari et al. (2007), keterlambatan ini disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor, atau supplier, bukan karena kesalahan pemilik. Kontraktor mungkin berhak atas kompensasi dari subkontraktor atau supplier, tetapi tidak ada kompensasi dari pemilik. Oleh karena itu, keterlambatan yang tidak bisa dimaafkan ini mengakibatkan tidak ada tambahan uang dan tidak ada waktu tambahan yang diberikan kepada kontraktor.

I.3.KINERJA BISNISManajemen kinerja menyediakan kerangka kerja untuk: Membangun tujuan kinerja. Alokasi dan prioritas sumberdaya. Menginformasikan manajemen tentang kebutuhan untuk berubah. Berbagi informasi tentang kinerja hasil hal-hal yang diusahakan.

Kinerja proyek diukur untuk: Memantau dan mengontrol kinerja proyek. Mencapai keselarasan antara tujuan organisasi dengan tujuan proyek. Menggerakkan perbaikan proses. Memaksimalkan kefektifan usaha-usaha proyek. Meningkatkan kolaborasi lintas-fungsi

Gambar 1. Grafi Kinerja Biaya dan Waktu

Penyimpangan Biaya (Cost Variance/CV).CV = BCWP - ACWP ....(1)CV > 0; biaya volume aktual > biaya aktual, (cost underrun).CV < 0; biaya volume aktual < biaya aktual, (cost overrun).Cost Performance Index (CPI)........(2)CPI > 1; biaya volume aktual > biaya aktual, (cost underrun).CPI < 1; biaya volume aktual < biaya aktual, (cost overrun).

Pengukuran kinerja waktu :Penyimpangan Jadual/Waktu (Schedule Variance/SV).SV = BCWP - BCWS ........(3)SV > 0; (progress aktual > rencana), terjadi percepatan proyek terhadap rencana(schedule underrun).SV < 0; (progress aktual < rencana), terjadi keterlambatan proyek terhadap rencana(schedule overrun).Schedule Performance Index (SPI)....(4)SPI > 1; progress aktual > rencana, terjadi percepatan proyek terhadap rencanaSPI < 1; progress aktual < rencana, terjadi keterlambatan proyek terhadap rencana

Dengan menghitung indeks-indeks seperti di atas akan terlihat bahwa proyek akan terlambat atau lebih cepat dan biaya yang harus dikeluarkan akan berlebih atau kurangdari yang dianggarkan. Kemajuan proyek untuk waktu yang akan datang dapat diperkirakan dengan cara :a. Perkiraan Biaya Penyelesaian Proyek (Estimated at Completion/EAC).EAC merupakan penjumlahan biaya aktual yang sudah dikeluarkan dan sisa biaya yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Sisa biaya yang akan dibutuhkan diperkirakan secara statistik dengan memperhitungkan efektivitas penggunaan biaya (CPI).

.....(5)

.....(6)Dari nilai EAC dapat diperoleh perkiraan selisih antara biaya rencana pelaksanaanproyek (Budgeted at Completion/BAC) dengan biaya penyelesaian proyek berdasarkan kinerja pekerjaan yang telah dicapai (EAC) atau yang disebut Variance at Completion (VAC).VAC = BAC EAC.

b. Perkiraan Waktu Penyelesaian Proyek (Estimated Completion Date/ECD).ECD merupakan penjumlahan waktu yang sudah dipakai dan sisa waktu yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Sisa waktu yang akan dibutuhkan diperkirakan secara statistik dengan memperhitungkan efektivitas pemanfaatan waktu (SPI)...(7)

c. Earned Value (Nilai Hasil).Merupakan biaya penyelesaian volume pekerjaan pada periode tertentu.EV = BCWPnth.Ketiga hal di atas adalah indikator yang dapat dihitung pada baseline/milestone yang telah ditentukan, sehingga nilai-nilai yang didapat menunjukkan progress proyek pada periode tersebut dan progress proyek dari segi biaya dan waktu untuk penyelesaian pada masa yang akan datang.

BAB IIBISNIS EKSISTING DAN PERMASALAHAN YANG DIDAPATKAN1.2.3.Faktor-faktor Penyebab KeterlambatanBerdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, maka penyebab keterlambatan proyek dapat dikelompokan sebagai berikut:1. Non Excusable Delays.Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan jadwal proyek.Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.b. Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja.Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan persoaalan karena tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali harganya.c. Kualitas tenaga kerja yang burukKurangnya ketrampilan dan keahlihan pekerja dapat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek.d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktorSalah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung adalah tersediannya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri.Penyediaaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang direncanakan,akan membuat produktivitas pekerja menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyekPeralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.f. Mobilisasi sumber daya yang lambatMobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi proyek.Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/ diperbaiki karena cacat/salahFaktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja.Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktuh. Kesulitan finansial.Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus direncanakan dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan kesulitan untuk proyek itu sendiri.Kesulitan pembiayaan oleh kontraktor ini, terutama yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran ke pemasok material dan pembayaran upah tenaga kerja.Hal ini akan menyebabkan tersendatnya dukungan sumber daya yang ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.i. Kurangnya pengalaman kontraktorPengalaman kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah dalam bekerja bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor yang sudah berpengalaman dengan mudah mengatasi permaslahan yang timbul, lain halnya dengan kontraktor yang kurang pengalaman,akan membutuhkan waktu yang lebih banyak.j. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktorKomunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim.Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlikan komunikasi yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindihk. Metode kontruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salahKesalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi, walaupun mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan penyelesaian stuktur, seringkali berdampak lebih lamanya waktu penyelesaian yang diperlukan.l. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerjaKurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat mangakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja.Hal ini dapat berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya produktivitas kerja.

2. Excusable Delaysa.Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi, tanahlongsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya produktivitas.Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek.Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.b.Lingkungan sosial politik yang tidak stabilAspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan.c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyekRespon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.

3. Compensable DelaysPenyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakian yang mendesak.Kesalahan- kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan- perbaikan.Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.b. Persetujuan ijin kerja yang lamaPersetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.Proses persetujuan ijin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil keputusan.c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksiPermintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor.Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian.d. Sering terjadi penundaan pekerjaanKondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek.e. Keterlambatan penyediaan meterialDalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang disiapkan oleh pemilik.Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan.Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek.f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik proyek yang tidak cukup.g. Sistim pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua sistim pendanaan proyek tersebut dan menpengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilikCara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat.

BAB IIIANALISA DAN EVALUASI PERMASALAHAN

III.1.Permasalahan yang dihadapi dalam Pengelolaan Proyek :1.Belum adanya evaluasi secara berkala terhadap pengelolaan lingkup proyek.2.Belum adanya evaluasi secara berkala terhadap pengelolaan waktu proyek.3.Belum adanya evaluasi secara berkala terhadap pengelolaan biaya proyek.4.Masih ada beberapa proyek yang mengalami keterlambatan.Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi merupakan merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian program sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.Evaluasi bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan, melalui kajian terhadap manajemen dan output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya menjadi bahan evaluasi kinerja program dan kegiatan selanjutnya. Bentuk evaluasi berupa pengkajian terhadap manajemen dan output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi.Dimaksudkan: 1. Memberikan kesimpulan dalam bentuk umpan balik sehingga dapat terus mengarahkan pencapain visi/misi/sasaran yang telah ditetapkan; 2. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara yang terjadi dengan yang direncanakan, serta mengaitkannya dgn kondisi lingkungan yg ada; 3. Arah evaluasi bukan pada apakah informasi yang disediakan benar atau salah, tetapi lebih diarahkan pada perbaikan yang diperlukan atas implementasi kebijakan/program/kegiatan

III.2.Tahapan Analisa dalam Pengelolaan Proyek Secara prinsip ada dua aspek yang menjadi fokus analisa, yaitu aspek bisnis atau manajemen, dan aspek teknologi. Analisa aspek bisnis dimulai dengan mempelajari karakteristik dari perusahaan yang bersangkutan, mulai dari aspek-aspek historis, struktur kepemilikan, visi, misi, critical success factors (kunci keberhasilan usaha), performance measurements (ukuran kinerja), strategi, program-program, dan hal terkait lainnya. Tujuan dilakukannya langkah ini adalah

1. Mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di perusahaan (mengingat bahwa setiap perusahaan memiliki pandangan tersendiri dan unik terhadap sumber daya teknologi yang dimiliki, yang membedakannya dengan perusahaan lain); dan2. Mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh (memiliki dampak tertentu) terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi. Keterlambatan proyek konstruksi akan merugikan semua pihak sebagai berikut:- Owner, keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek akan menyebabkan kerugian terhadap waktu operasi hasil proyek, sehingga penggunaan hasil pembangunan menjadi terlambat.- Kontraktor, penyelesaian pekerjaan proyek terlambat akan mengalami kerugian waktu dan biaya, karena keuntungan yang diharapkan oleh kontraktor akan berkurang, atau bahkan tidak mendapat keuntungan sama sekali. Selain kemungkinan keterlambatan proyek bisa berakibat kehilangan peluang pekerjaan untuk proyek konstruksi yang lain.Penyebab keterlambatan salah satunya disebabkan kesalahan tahap perencanaan dalam melakukan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek konstruksi. Dan bermacam-macam kemungkinan keterlambatan proyek bias disebabkan misalnya :- Manajemen yang tidak tepat.- masalah bahan material.- tenaga kerja.- Peralatan.- Keuangan.- Metode kerja- Lingkungan yang tidak mendukungsehingga terhambatnya pelaksanaan proyek. Dan dapat mengakibatkan keterlambatan pekerjaan.Menurut Park (1979), Keterlambatan kontraktor didalam pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi, disebabkan oleh:- Ketidak cakapan.- Kurang pengalaman manajerial.- Ketidak seimbangan pengalaman.- Kurang pengalaman dalam bisnis konstruksi.- Kelalaian.- Penipuan dan- Bencana.Meramalkan kejadian pada proses pelaksanan serta memberi nilai pada masingmasing kejadian, berhasil jika kegiatan estimasi sebagai dasar untuk membuat system pembiayaan dan jadwal pelaksanaan konstruksi akurat. Di dalam kontrak konstruksi ketentuan mengenai biaya, mutu dan waktu penyelesaian proyek konstruksi sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai oleh kontraktor. Oleh sebab itu faktor biaya, waktu dan kualitas dalam proses konstruksi merupakan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat. Menurut Istiwan Dipohusodo (1996),Salah satu contoh keterkaitan biaya, waktu dan kualitas dalam proses proyek konstruksi, misalnya kualitas yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak akan terjadi pembongkaran dan pekerjaan harus diulang, pengulangan sudahpasti beresiko baik dalam penambahan biaya maupun penambahan waktu pelaksanaan ketergantungan Biaya, Waktu, dan Kualitas dapat dilihat seperti gambar 4.1 dibawah ini :

Waktu KonstruksiKualitasPembiayaanKualitas tenaga, kualitas bahan, alat pemeriksaan & pengawasan, perencanaan dan spesifikasi

Jadwal Perubahan pekerjaan, pengadaan bahan dan alat

Gambar 3.1 Ketergantungan Biaya, Waktu, dan Kualitas

.III.3. Kualitas Konstruksi

Keterkaitan mutu dengan perencanaan proyek perlu mendapat perhatian serius agar tidak mengurangi mutu konstruksi, maka diperlukan pengkajian khusus dalam proses perencanaan konstruksi agar mencapai kualitas konstruksi yang diinginkan.Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu pekerjaan konstruksi menurut Asiyanto (2005) adalah:a. Bersifat software- Kualitas perencanaan.- Sistim dari proses yang digunakan.b. Bersifat hardware- Kualitas tenaga kerja- Alat konstruksi dan material yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, harus dilakukan evaluasi yang efektif terhadap risiko yang mungkin terjadi dalam kegiatan proyek sehari-hari. Selain itu juga harus diikuti dengan keputusan yang baik berdasarkan evaluasi, serta melakukan tindakan yang cocok untuk dilaksanakan sebagai hasil dari keputusan yang diambil. Sehingga risiko kegagalan untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan biaya, mutu dan waktu semakin kecil. Pada proyek konstruksi, peranan sistim mutu menggunakan ISO 9001 dilakukan dengan memenuhi persyaratan dan prosedur elemen-elemennya.

III.4.HUBUNGAN BIAYA,WAKTU DAN KUALITAS

Ketentuan mengenai biaya, kualitas dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses pelaksanaan, maka harus segera dilakukan perbaiakan. Usaha perbaikan penyimpangan tersebut bagaimanapun tidak dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan. Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan waktu pekerjaan biasanya mengandung resiko dan sanksi denda. Dalam penyelenggaraan sebuah proyek, factor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditananmkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak lepas dari pengaruh situasi ekonomi yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material, harga peralatan, dan upah, tenaga kerja. Karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat pengembangan bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan pelaksaaan kegiatan karena suatu keterlambatan. Di samping itu masih ada pengaruh yang datang dari masalah produktivitas, kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal lokasi proyek, atau kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi lebih banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan, seperti keterlambatan jadwal perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal, masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari pemerintah mengenai keamanan perencanaan dan metode pelaksanaan lonstruksi, dampak lingkungan, kebijaksanaan di ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih banyak berawal dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan teknis. Misalnya dalam penyusunan criteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segifinansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material, peralatan, dan pengawasan. Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup penting yang berpengaruh terhadap jadwal, waktu dan kualitas, yaitu upaya analisa ekonomi biaya tinggi, program-program pelatihan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut saling tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan kualitas yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal.

BAB IVPERBAIKAN SISTEM PROSEDUR (SISPRO)

IV.Pengendalian Sistem ProsedurPengendalian merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan standar dengan pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Proses pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut :1. Menentukan sasaran.Sasaran berguna untuk menghasilkan produk dengan batasan mutu yang ditentukan, jadwal dan biaya. Sasaran merupakan tonggak dari pengendalian2. Definisi lingkup kerja.Untuk memperjelas sasaran maka lingkup proyek didefinisikan lebih lanjut yaitu mengenai ukuran, batas dan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek secara keseluruhan.3. Menentukan standar dan kriteria patokan.Dalam rangka mencapai sasaran secara efektif dan efisien perlu disusun suatu standar, kriteria dan spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk membandingkan dan menganalisa hasil pekerjaan. Standar, kriteria dan patokan yang dipilih dan ditentukan harus bersifat kuantitatif, demikian pula dengan metode pengukuran dan perhitungan harus dapat memberikan indikasi terhadap pencapaian sasaran.4. Memantau dan melaporkan.Pada kurun waktu tertentu diadakan pemeriksaan, pengukuran, pengumpulan data dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan proyek.5. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan.Langkah ini berarti mengkaji segala sesuatu yang dihasilkan pada butir 4. Disini diadakan analisis terhadap indikator yang diperoleh dan mencoba membandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan.6. Mengadakan tindakan pembetulan.Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang cukup berarti maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan.Jadi pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi dan pembetulan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur yang selalu dikendalikan dan diukur yaitu kemajuan dibandingkan dengan kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap rencana anggaran dan mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknik. Sehingga proses pengendalian dasar dalam setiap kegiatan konstruksi pada umumnyaterdiri dari 3 langkah pokok yaitu :1. Menetapkan standar kinerja.2. Mengukur kinerja terhadap standar.3. Membetulkan penyimpangan terhadap standard yang diberlakukan, bila terjadi penyimpangan.

IV.1.PENGENDALIAN BIAYA

Pegendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan.

IV.2.PENGENDALIAN WAKTUPengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum proyekdimulai. Hal ini dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakansebagai tolok ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan.

IV.2.1. JADWAL WAKTU PELAKSANAANJadwal waktu penting sekali artinya bagi pimpinan proyek didalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas rancana kerja yang akan dilaksanakannya, sehingga kontinuitas pekerjaan dapat dipelihara.Adapun tujuan dari pembuatan jadwal waktu pelaksanaan adalah :1. Untuk menentukan target lamanya waktu pelaksanaan proyek.2. Sebagai pedoman bagi pelaksana untuk memudahkan didalam melaksanakan pekerjaannya agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan.3. Untuk memperkirakan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar proyek berjalan lancar.4. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga apabila ada keterlambatan didalam pelaksanaan dapat diketahui segera dan diambil langkah-langkah penanggulangannya.5. Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan dimana hasil evaluasi dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sejenis

IV.2.2.LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN

Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masing-masing pekerjaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk didalamnya :1. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama.2. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk.3. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya.4. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar terhadap pencapaian sasaran proyek.Sistem informasi (laporan) sebaiknya memberikan keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan, pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan

IV.2.3. PENGENDALIAN YANG EFEKTIFAgar pengendalian dapat efektif maka diperlukan metode yang tepat yang didukung oleh sistem informasi yang mencukupi. Suatu pengendalian proyek yang fektif ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :1. Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan. Metode ataupun cara yang digunakan harus cukup peka sehingga dapat mengetahui adanya penyimpanganselagi masih dini. Dengan demikian dapat diadakan koreksi pada waktunyasebelum persoalan berkembang menjadi besar sehingga sulit untuk diadakan perbaikan.2. Macam tindakan yang dilakukan tepat dan benar. Untuk maksud ini diperlukankemampuan dan kecakapan dalam menganalisis indikator secara aktual dan obyektif.3. Pada masalah dan titik yang sifatnya strategis dilihat dari segi penyelenggaraanproyek. Dalam hal ini diperlukan kecakapan memilih masalah yang strategis agarpenggunaan waktu dan tenaga dapat efisien.4. Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan penemuan sehingga dapat menarik perhatian pimpinan dan pelaksana proyek yang bersangkutan, agar tindakan koreksi yang diperlukan segera dapat dilaksanakan.5. Kegiatan pengenadalian tidak melebihi keperluan. Biaya yang diperlukan untukkegiatan pengendalian tidak melampaui manfaat atau faedah dari kegiatan tersebut. Jadi dalam merencanakan suatu pengendalian perlu dikaji dan dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh.6. Dapat memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan datangbila kecenderungan pada saat pengecekan tidak mengalami perubahan. Petunjuk ini sangat diperlukan bagi pengelola proyek untuk menentukan langkah berikutnya.Salah satu metode untuk meningkatkan efektifitas dalam memantau dan mengendalikan kegiatan proyek adalah konsep nilai hasil. Dengan memakai dasar konsep tertentu, metode tersebut dapat dikembangkan untuk membuat perkiraan masa depan proyek baik jadwal maupun biayaa.

BAB VRENCANA KERJA DAN IMPLEMENTASI

V.1.1.Tahapan Implementasi dan Rencana Kerja Keterlambatan maupun kualitas hasil pekerjaan pada proyek konstruksi dapat diatasi apabila pengendalian terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek diimplemntasikan dengan baik.Strategi Percepatan Proyek KonstruksiA. Manajerial1. Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan disepakati oleh Tim proyek.2.Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana kerja di proyek.3.Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Rapat harian harus dihadiri oleh Pejabat proyek yang mampu mengambil keputusan atas suatu masalah. Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat harian saat proyek mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri oleh Tim proyek terkait, Mandor, dan wakil subkontraktor.4. Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subkontraktor dan Mandor. Hal ini agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini5.Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan semakin baik. Dapat pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-rencana proyek agar didapatkan strategi yang paling efisien dan efektif.6.Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar attitude dan mental kerja lebih baik.8.Menambah jam kerja dengan lembur.9.Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.10.Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik menyebabkan pengulangan pekerjaan.11Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan membuat loss time.12.Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen administrasi vendor. Sering kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur administrasi.B. Scope atau Lingkup Pekerjaan1.Membuat checklist daftar sisa pekerjaan (Update WBS) dimana tingkat detil yang baik dan memadai. Daftar atau checklist ini akan sangat membantu dalam proses-proses berikutnya.2.Daftar sisa pekerjaan dengan melihat secara keseluruhan dokumen kontrak yaitu gambar, BQ, dan spesifikasi.3. Meminimalisir adanya perubahan lingkup dan pekerjaan tambah-kurang. Perubahan lingkup akan membuat pekerjaan semakin kompleks dan sulit dikelola. Perlu effort yang lebih besar dengan adanya perubahan lingkup.C. Critical Path Method1.Membuat schedule sisa pekerjaan dimana target selesainya pekerjaan dibuat lebih maju untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga2.Memprioritaskan pekerjaan yang masuk dalam jalur pekerjaan kritis agar pekerjaan kritis tersebut tidak delay dari yang direncanakan.4.Mengurangi sebanyak mungkin jumlah pekerjaan kritis yang terdapat dalam rangkaian jalur pekerjaan kritis (CPM). Contoh untuk teknik percepatan ini adalah pekerjaan finishing lantai (keramik) dikerjakan tanpa menunggu pekerjaan finishing plafond selesai.5.Menyebarkan suatu rangkaian pekerjaan kritis menjadi beberapa jalur pekerjaan kritis atau membuat jalur pekerjaan kritis yang semula berupa satu rangkaian seri menjadi beberapa rangkaian yang tersusun paralel. Teknik ini akan membuat total durasi akan semakin pendek. Biasanya dilakukan dengan membagi suatu pekerjaan dalam zone yang lebih kecil yang berdiri sendiri6.Mengurangi kuantitas pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis sehingga kuantitas pekerjaan kritis menjadi lebih kecil. Contohnya adalah pada pekerjaan plafond yang umumnya dapat dikerjakan setelah pekerjaan instalasi M/E selesai. Padahal ruang atau area instalasi M/E hanya menggunakan sebagian area finishing plafond. Untuk area yang tidak berada pada jalur M/E, plafond tersebut dapat dikerjakan. Dapat juga dengan melaksanakan rangka pekerjaan plafond bersamaan dengan pekerjaan instalasi M/E. Pada saat pekerjaan instalasi M/E selesai, baru dilakukan penutupan plafond.7.Sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah siap. Harus diingat bahwa jalur kritis dapat berpindah-pindah sesuai perkembangan di lapangan. Suatu pekerjaan yang tidak kritis, bisa saja menjadi kritis karena terlambat mulai dilaksanakan.8.Memastikan pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis selesai sesuai target. Melesetnya realisasi waktu pelaksanaan suatu pekerjaan juga dapat mengubah jalur kritis. Pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan yang terlambat bisa menjadi kritis.

BAB VISARAN-SARAN DAN PENUTUP

Hasil Identifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi gedung diperoleh beberapa factor penyebab, dan faktor yang paling dominan adalah kurang tersedianya material yang akan digunakan, mutu material yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan dalam pelaksanaanpekerjaan proyek sering melakukan perubahan spesifikasi. Untuk mengatasi keterlambatan ini, pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi gedung, dari awal harus mengantisipasi permasalahan dengan beberapa strategi diantaranya pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan; mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan; mengadakan tindakan pembetulan; mengubah metode kerja; menempatkan pekerja terampil sesuai bidangnya dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Dalam pembangunan proyek konstruksi.

V.1.1 SARAN-SARANbeberapa saran yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:- Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi, harus sesuai dengan standar yang berlaku.-Melaksanakan manajemen dan metode pelaksanaan yang sesuai mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan konstruksi.-Pekerjaan dijalur kritis perlu diawasi dan di kontrol dengan ketat agar pelaksanaan tidak terlambat.- Mengantisipasi kendala- kendala awal yang mungkin timbul pada pelaksanaanpekerjaan dan segera menuntaskanya.- Melaksanakan rapat-rapat lapangan yang diikuti oleh unsur-unsur terkait dalampelaksanaan proyek.

V.1.2PENUTUPDemikian Karya tulis ini dibuat untuk sebagai bahan dalam memahami indikator keterlambatan dan pengaruh terhadap kualitas pekerjaan pada proyek konstruksi.