Makala h
description
Transcript of Makala h
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Organ hati merupaka
norgan tubuh manusia terbesar. Hati terletak pada rongga perut kanan bagian atas. Hati memiliki
banyak fungsiyang kompleks dan beragam. Hati sangat berperan penting pada hamper setiap
fungsi metabolisme tubuh sehingga menjadikan hati sebagai organ yang sangat penting dalam
mempertahankan kehidupan. Namun di organ hati juga bisa terjadi penyakit –penyakit yang
dapat mengancam jiwa manusia , salah satunya yaitu hipertensi portal.
Hipertensi portal adalah suatu keadaan dimana tanpa memandang penyakit dasar
seseorang. Penyebabnya adalah peningkatan resistensi dari aliran darah menuju ke hati. Biasanya
terjadi peningkatan aliran arteria splangnikus. Kombinasi kedua faktor ini dapat menurunnya
aliran keluar melalui vena hepatica dan meningkatnya aliran masuk bersama sama sehingga
menghasilkan beban berlebihan pada system portal. Hipertensi portal juga didefinisikan sebagai
sekumpulan gejala yang terjadi karena peningkatan tekanan vena portal yang kronis. Merupakan
salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak dengan penyakit hati.
B. Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari hati
b. Agar mahasiswa mengetahui fungsi hati
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari Hipertensi portal
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengobatan dari hipertensi portal
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi Fisiologi hati
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh ,organ ini dapat dipandang
sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan adalah sekresi
garam empedu, yang membantu pencernaan dan pe-nyerapan lemak.organ visceral terbesar
dan terletak di bawah kerangka iga. Beratnya 1.500 g (3 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna
merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenesasi tetap kaya
akan nutrient dari vena portal hepatica. Hati terbagi manjadi lobus kanan dan lobus kiri.
2
1. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan memiliki tiga bagian utama: lobus
kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus.
2. Ligament falsiform memisahkan lobus kanan dan lobus kiri. Di antara kedua lobus
terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus.
3. Dalam lobus lempengan sel-sel hati bercabang dan beranastomosis untuk membentuk
jaringan tiga dimensi. Ruang-ruang darah sinusoid terletak diantara lempeng-lempeng
sel. Saluran portal, masing-masing berisi sebuah cabang vena portal, arteri hepatica, dan
duktus empedu, membentuk sebuah lobulus portal.
Fungsi utama hati
1. Sekresi. Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi
lemak.
2. Metabolisme. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.
Hati berperan penting dalam mempertahankan hemeostatik gula darah. Hati
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi
glukosa jika di perlukan tubuh.
Hati mengurai protein dari sel sel tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ ini
membentuk urea dari asam amino berlebih dan sisa nitrogen.
Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam penyimpanan
dan pemakaian lemak.
Hati menyintesis unsur-unsur pokok membrane sel (lipoprotein, koleterol, dan
fosfolipid).
Hati menyintesis protein plasma dan factor-faktor pembekuan darah. Organ ini juga
menyintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresinya ke
dalam empedu.
3. Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamin larut
lemak (A, D, E, dan K), dan hati menyimpan toksin tertentu (contohnya pestisida ) serta
obat yang tidak dapat di uraikan dan di ekskresikan.
4. Detofikisikasi. Hati melakukan inaktivasi hormone dan dektrosivikasi toksin dan obat.
Hati mengaposit eritrosit dan zat asing yang terdistintegrasi dalam darah.
3
5. Paroduksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati maenjadikan hati sebagai sumber
utama panas tubuh. Terutama saat tidur.
6. Penyimpanaan darah. Hati merupakan reservoir untuk sekitar 30% curah jantung dan,
bersama dengan limfe, mengatur volume darah yang di perlukan darah.
Meskipun memiliki beragam fungsi kompleks ini namun tidak banyak spesialisasi
ditemukan di antara sel-sel hati. Setiap sel hati, atau hepatosit, melakukan beragam tugas
metabolic dan sekretorik yang sama (hepato artinya "hati", slr artinya "sel"). Spesialisasi
ditimbulkan oleh organel-organel yang ber-kembang maju di dalam setiap hepatosit. Satu-
satunya fungsi hati yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah aktivitas fagosit yang
dilaksanakan oleh makrofag residen yang dikenal sebagai sel Kupffer.
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagai lobulus, yaitu
susunan jaringan berbentuk heksa-gonal mengelilingi satu vena sentral (Gambar 16-15a). Di
setiap enam sudut luar lobulus terdapat tiga pembuluh: cabang arteri hepatika, cabang
vena porra hati, dan duktus biliaris. Darah dari cabang arteri hepatika dan vena porta
mengalir dari perifer lobulus ke ruang kapiler luas yang disebut sinusoid yang berjalan di
antara jejeran sel hati ke vena sentral seperti jari-jari roda sepeda (Gambar 16-15b). Sel
Kupffer melapisi bagian dalam sinusoid serra menelan dan menghancurkan sel darah merah
dan bakteri yang me-lewatinya dalam darah. Hepatosit-heparosit tersusun antara sinusoid
dalam lempeng-lempeng yang tebalnya dua sel, se-hingga masing-masing tepi lateral
menghadap ke genangan darah sinusoid.
Vena sentral di semua lobulus hati menyatu untuk membentuk vena hepatika, yang
mengalirkan darah keluar dari hati. Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus biliaris,
berjalan di antara sel-sel di dalam setiap lempeng hati. Hepatosit terus-menerus
mengeluarkan empedu ke dalam saluran tipis ini, yang mengangkut empedu ke duktus
biliaris di tepi lobulus. Duktus-duktus biliaris dari berbagai lobulus menyatu untuk akhirnya
membentuk duk-tus biliaris komunis, yang mengangkut empedu dari hati ke duodenum.
Setiap hepatosit berkontak dengan sinusoid di satu sisi dan kanalikulus biliaris di sisi lain.
4
Aliran Darah Hati
1. Hati menerima darah dari dua sumber:
a. Darah arteri, yang menyediakan O2 bagi hati dan mengandung metabolit darah
untuk diproses oleh hati, disalurkan oleh arteri hepatika.
b. Darah vena yang berasal dari saluran cerna dibawa oleh vena porta hepatika ke
hati untuk pemrosesan dan penyimpanan nutrien yang baru diserap.
2. Darah meninggalkan hati rnelalui vena hepatika.
5
Pembuluh darah sistem gastrointestinal merupakan bagian dari sitem yang lebih luas,
yang disebut sirkulasi splanknik. Sirkulasi ini meliputi aliran darah yang melalui usus sendiri
ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas, dan hati. Model sistem ini sedemikian rupa
sehingga semua darah yang melewati usus, limpa, dan pancreas kemudian segera mengalir ke
dalam hati melalui vena porta. Di dalam hati, darah mengalir melewati berjuta-juta sinusoid hati
yang sangat kecil dan akhirnya meninggalkan hati melalui vena hepatica yang berakhir ke dalam
vena kava dari sirkulasi sistemik. Aliran darah yang melalui hati ini sebelum masuk vena kava ,
membiarkan sel-sel retikuloendotel yang membatasi sinusoid-sinusoid hati mengeluarkan bakteri
dan bahan partikel lainnya yang mungkin memasuki darah dari traktus gastrointestinal , sehingga
mencegah transportasi langsung agen-agen yang berbahaya ke dalam jaringan tubuh lainnya.
Untuk melaksanakan beragam tugas ini, susunan anatomic hati memungkinkan setiap
hepatosit berkontak langsung dengan darah dari dua sumber: darah arteri yang datang dari
aorta dan darah vena yang datang langsung dari saluran cerna. Seperti sel lain, hepatosit
menerima darah arteri segar melalui arteri hepatika, yang menyalurkan oksigen dan
metabolit-metabolit darah untuk diproses oleh hati. Darah vena juga masuk ke hati melalui
sistem porta hati, suatu koneksi vaskular unik dan kompleks antara saluran cerna dan hati
Vena-vena yang mengalir dari saluran cerna tidak langsung menuju ke vena kava
inferior, vena besar yang mengembalikan darah ke jantung. Namun vena-vena dari lambung
dan usus masuk ke vena porta hati, yang membawa produk yang diserap dari saluran cerna
langsung ke hati untuk diproses, disimpan, atau didetoksift-kasi sebelum produk-produk ini
memperoleh akses ke sirkulasi umum. Di dalam hati, vena porta kembali bercabang-cabang
menjadi anyaman kapiler (sinusoid hati) untuk memungkinkan terjadinya pertukaran antara
darah dan he-patosit sebelum darah mengalir ke dalam vena hepatika, yang kemudian
menyatu dengan vena kava inferior.
B. Hipertensi Portal
1. Definisi
Hipertensi Portal adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah pada vena-vena di sistem portal hati dikarenakan adanya sumbatan pada aliran darah. Vena
porta adalah vena utama yang membentang dari organ pencernaan ke hati. Biasanya, darah dari
6
berbagai organ seperti lambung, usus, limpa dan pankreas menyatu kedalam vena porta yang
kemudian berjalan ke hati. Pada kondisi ini, obstruksi aliran darah yang melewati hati
menyebabkan terbentuknya tekanan. Kemudian vena besar (varises) di dalam esophagus dan
lambung akan berkembang dengan tujuan untuk memotong sumbatan. Hipertensi portal adalah
peningkatan tekanan aliran darah portal diatas 10-12 mmHg yang menetap, dimana tekanan
dalam keadaan normal berkisar 4-8 mmHg.
Hipertensi portal juga didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang terjadi karena
peningkatan tekanan vena portal yang kronis. Merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas pada anak dengan penyakit hati.
2. Etiologi
Tanpa memandang penyakit dasarnya, mekanisme primer penyebab hipertensi portal
adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati. Selain itu biasanya terjadi
peningkatan aliran arteria splangnikus. Kombinasi kedua faktor yaitu menurunnya aliran keluar
melalui vena hepatika dan meningkatnya aliran masuk bersama sama menghasilkan beban
berlebihan pada sistem portal. Pembebanan berlebihan sistem portal ini merangsang timbulnya
aliran kolateral guna menghindari obstruksi hepatik (varises). Tekanan balik pada sistem portal
menyebabkan splenomegali dan sebagian bertanggung jawab atas tertimbunnya asites.
Asites merupakan penimbunan cairan encer intraperitoneal yang mengandung sedikit
protein. Faktor utama patogenesis asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler
usus (hipertensi porta) dan penurunan tekanan osmotik koloid akibat hipoalbuminemia. Faktor
lain yang berperan adalah retensi natrium dan air serta peningkatan sintesis dan aliran limfe hati.
Saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan hipertensi portal terdapat pada
esofagus bagian bawah. Pirau darah melalui saluran ini ke vena kava menyebabkan dilatasi vena-
vena tersebut (varises esofagus). Varises ini terjadi pada sekitar 70% penderita sirosis lanjut.
Perdarahan dari varises ini sering menyebabkan kematian.
Sirkulasi kolateral juga melibatkan vena superfisial dinding abdomen, dan timbulnya
sirkulasi ini menyebabkan dilatasi vena-vena sekitar umbilikus (kaput medusa). Sistem vena
7
rektal membantu dekompensasi tekanan portal sehingga vena-vena berdilatasi dan dapat
menyebabkan berkembangnya hemoroid interna. Perdarahan dari hemoroid yang pecah biasanya
tidak hebat, karena tekanan di daerah ini tidak setinggi tekanan pada esofagus karena jarak yang
lebih jauh dari vena porta.
Splenomegali pada sirosis dapat dijelaskan berdasarkan kongesti pasif kronis akibat
aliran balik dan tekanan darah yang lebih tinggi pada vena linealis.
3. Patofisiologi Hipertensi Portal
Peningkatan resistensi di presinusoid.
Peningkatan ini biasanya terjadi pada obstruksi pada vena portal utama atau vena di
bawahnya. Kondisi ini terutama terjadi karena fibrosis annular pada venula portal intrahepatik
karena pembentukan granuloma yang distimulasi oleh pengeluaran telur oleh Schistosoma
mansonii yang hidup pada vena portal.
Peningkatan resistensi di sinusoidal
Peningkatan resitensi di sinusoidal merupakan satu dari dua factor utama dari hipertensi
portal yang dikarenakan sirosis. Penyempitan di sinusoidal dikarenakan tiga hal, yaitu:
1. Deposisi kolagen subendotelial diruang disse
2. Distorsi dari regenerasi nodul-nodul
3. Kontriks yang disebabkan karena rusaknya sintesis NO dan peningkatan sintesis dari
endorelin oleh endothelium sinusoidal. Kompresi sinusoid dan venul hepatic oleh tumor
primer atau sekunder merupakan penyebab lain.
Peningkatan resistensi di postsinusoidal
Peningkatan resistensi di postsinusoidal dapat terjadi karena tiga hal, yaitu:
a. Penyakit veno-oklusif
Obstruksi multi tempat pada venul hepatic kecil, bias karena radiasi atau kemoterapi, atau
juga karena racun.
8
b. Sindrom budd-chiari
Obstruksi dari vena hepatic utama, atau pada vena kava inferior atau yg ada di atas hati.
Thrombosis, endophlebitis, congenital web, kanker hati atau ginjal yang berkembang
intravascular.
c. CHF bagian kanan yg parah
Meningkatkan tekanan arteri bagian kanan dan menghalangi vena return
4. Manifestasi klinis
Munculnya hipertensi portal tidak selalu disertai gejala, gejala klinis biasanya muncul
akibat komplikasi yaitu :
1. Hematemesis
2. Melena
3. Ensefalopati akibat fungsi hati yang buruk
4. Asites
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Pelebaran vena dinding perut dan caput medusa
8. Ikterus
Komplikasi sirosis dapat terjadi secara fungsional, anatomi ataupun neoplastik. Kelainan
fungsi hepato-selular disebabkan gangguan kemampuan sintesis, detok-sifikasi ataupun kelaian
sistemik yang sering melibatkan organ ginjal dan endokrin. Kelainan anatomis terjadi karena
pada sirosis terjadi perubahan bentuk parengkim hati, sehingga terjadi penurunan perfusi dan
menyebabkan terjadinya hipertensi portal, dengan perobahan alur pembuluh darah balik yang
menuju viseral berupa pirau baik intra maupun ekstra hepatal.
Sirosis yang dibiarkan dapat berlanjut dengan proses degeneratif yang neoplastik dan
dapat menjadi karsinoma hepato-selular. Komplikasi dari sirosis dapat berupa kelainan ginjal
berupa sindroma hepatorenal, nekrosis tubular akut. Juga dapat terjadi ensefalopati porto-
sistemik, perdarahan varises, peritonitis bakterialis spontan.
9
5. Penatalaksanaa Hipertensi Portal
Hipertensi portal di bagi menjadi pengobatan emergensi perdarahan dan profilaksis
terjadinya perdarahan awal dan profilak perdarahan lanjutan. Pada perdarahan akut diperlukan
pengawasan yang ketat. Aspirasi cairan lambung berguna untuk mendeteksi perdarahan
lambung. Pertama yang difokus-kan adalah resusitasi cairan awal berupa infus kristaloid diikuti
dengan transfusi sel darah merah. Dapat diberikan plasma segar atau plasma beku segar. Pada
penderita yang di duga sirosis adanya ensepalopati perlu diwaspadai. Pemberian ranitidin intra
vena bisa mencegah erosi lambung, sedangkan vitamin K diperlukan pada penderita dengan
masa protrombin memanjang.
Saat ini obat yang lebih banyak dipakai adalah analog somatostatin octreotide karena
memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Dengan ditemukannya analog somatostatin yang
umumnya ber-hasil menghentikan perdarahan akut maka jarang diperlukan endoskopi emergensi.
Pemberiannya adalah memberikan bolus 25 ug dilanjutkan selama 48 jam dengan dosis 15-20
ug/jam. Somatostatin dan analognya (octriotide) sama efektifnya dengan vaso-pressin tetapi
dengan efek samping yang lebih sedikit.
Skleroterapi bertujuan untuk obliterasi varises. Dapat dilakukan pada 6 jam pertama. Tapi
umumnya dilakukan setelah pemberian octreotide dalam rangka memperoleh lapangan pandang
yang bebas dari perdarahan. Ligasi sama efektifnya dengan skleroterapi dalam mengatasi
perdarahan yang merembes tetapi lebih baik dalam mengatasi perdarahan yang memancur.
Pemberian propanolol bertujuan supaya preventif perdarahan primer maupun sekunder.
Dosis pada anak 0,2-0,5mg/dosis. Efek samping obat ini adalah asthenia, dispneu, bardikardi dan
dapat mengurangi aliran darah ke hati sehingga akan memperburuk fungsi hati.
Laktulosa akan menghambat reabsorbsi amonia diberikan dengan dosis 0,5-4 mg/hari
atau dalam bentuk enema. Neomisin akan mengurangi mikroba usus dan menekan produksi
ammonia.
Untuk mencegah perdarahan berulang yang umum dilakukan adalah endoskopi terapi
baik skleroterapi maupun ligasi. Tatalaksana rumatan untuk mencegah perdarahan prinsipnya
10
sama dengan pendekatan farmakologis tetapi tanpa penggunaan somatostatin. Obat yang di pakai
adalah Beta blocker. Dapat juga di pakai kombinasi vasokonstriktor dan vasodilator.
BAB III
11
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, hipertensi Portal adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah pada vena-vena di sistem portal hati dikarenakan adanya sumbatan pada aliran
darah. Vena porta adalah vena utama yang membentang dari organ pencernaan ke hati.
Munculnya hipertensi portal tidak selalu disertai gejala, gejala klinis biasanya muncul
akibat komplikasi yaitu :Hematemesis, melena, ensefalopati akibat fungsi hati yang buruk ,asites,
hepatomegaly, splenomegaly, pelebaran vena dinding perut dan caput medusa,icterus.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Ethel. 2012. Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta :EGC
2. Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar : Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC
3. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
4. Guyton,Athur C.1996.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :EGC
5. Price, Sylvia Anderson.2006.Patofisiologi. Jakarta : EGC
13