Makala h

96
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian. Anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita dan diasumsi kecenderungan kasus gizi kurang akan bertambah. Pada tahun 1998 prevalensi gizi buruk relatif tetap dan kemudian menurun sedikit pada tahun 1999. Data ini menunjukkan bahwa sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia keadaan gizi sudah memburuk (1995). Data ini juga mengindikasikan adanya prakondisi sebagai

description

makalah

Transcript of Makala h

BAB I

2

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian.

Anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita dan diasumsi kecenderungan kasus gizi kurang akan bertambah.

Pada tahun 1998 prevalensi gizi buruk relatif tetap dan kemudian menurun sedikit pada tahun 1999. Data ini menunjukkan bahwa sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia keadaan gizi sudah memburuk (1995). Data ini juga mengindikasikan adanya prakondisi sebagai pemicu lahirnya gizi buruk pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Menurunnya keadaan gizi ini lebih terlihat pada kelompok anak usia 6-23 bulan.

Ledakan gizi buruk pada saat terlanda krisis ekonomi mengisyaratkan lemahnya ketahanan pangan di rumah tangga terutama golongan miskin. Secara teoritis melemahnya ketahanan pangan dapat mengakibatkan menurunnya konsumsi zat gizi baik makro maupun mikro untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Masalah gizi kurang atau berat badan rendah yang diderita oleh lebih dari 8 juta anak balita sampai dengan akhir tahun 1999 akan berdampak negatif pada keadaan gizi pada 1/3 anak usia sekolah. Secara nasional hasil analisis pemantauan konsumsi gizi (1995-1998) menunjukkan rata-rata asupan energi dan protein mendekati angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan yaitu 2.150 kkal dan 46,2 gram protein. Akan tetapi masih terdeteksi 43-50% rumah tangga masih mengkonsumsi energi kurang dari 1500 kkal dan 32 gram protein (kurang dari 70 % AKG). Lebih lanjut hasil analisis ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi memperburuk ketahanan pangan tingkat rumah tangga dengan berkurangnya konsumsi sumber pangan hewani dan juga buah-buahan.

Munculnya kasus gizi kurang akhir-akhir ini, selain disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pangan dan mutu gizi yang dimakan keluarga sebagai akibat dari menurunnya pendapatan keluarga dan masyarakat, ternyata masih ditemukan penyebab lain yang mengejutkan. Masih banyak masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan tentang pentingnya pemeliharaan gizi sejak balita.

Meningkatnya kasus gizi kurang merupakan tanggung jawab kita bersama. Baik pemerintah maupun masyarakat luas termasuk LSM dan organisasi profesi lainnya. Untuk mengatasi agar angka kasus gizi kurang tidak bertambah, diperlukan upaya nyata yang harus dilakukan dan didukung oleh seluruh komponen bangsa.

Status gizi yang baik hanya dapat diperoleh bila kebutuhan gizi sehari-hari dapat dipenuhi. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi pada keluarga rawan gizi adalah melalui upaya pemberian makanan tambahan serta penyuluhan gizi dan diet yang dilakukan oleh posyandu, puskesmas pembantu, balai pengobatan, puskesmas dan pelayanan kesehatan.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung 2011.1. 2. Rumusan Masalah

Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat periode Juni 2011.

1. 3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barat

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status gizi balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barat

b. Mengetahui makanan seimbang untuk balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Baratc. Mengetahui imunisasi untuk balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barat

d. Mengetahui pemberian ASI untuk balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barate. Mengetahui penggunaan air bersih untuk balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barat f. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Baratg. Mengetahui hubungan makanan seimbang terhadap status gizi balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barath. Mengetahui hubungan imunisasi terhadap status gizi balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barati. Mengetahui hubungan pemberian ASI terhadap status gizi balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Baratj. Mengetahui hubungan penggunaan air bersih terhadap status gizi balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Baratk. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi balita di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barat1. 4. Manfaat penelitian

1.4.1 Untuk peneliti

Mendapatkan gambaran umum mengenai pengetahuan ibu-ibu tentang pola makan balita.1.4.2. Untuk fakultas

Memberikan tambahan informasi yang terbaru guna menambah informasi yang telah ada sebelumnya.

1.4.3. Untuk Puskesmas

Memberikan data terbaru tentang pemantauan gizi keluarga yang dapat mempengaruhi status gizi balita di kelurahan Kota Karang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2. 1. Tinjauan Teoritis2.1.1. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini dibedakan menjadi status gizi kurang, baik dan lebih. Gizi mempunyai pengertian lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berikatan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas. (http:/gizinet.com)

Status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh, atau merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan produksi energi dan asupan zat gizi lainnya (Sayogo, 2000). Menurut Robinson dan Weighley (1984) serta Prawirohartono (1999), status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh. (http:/gizinet.com)

2.1.2. Gizi Balita

Cepatnya pertumbuhan pada anak yang sehat berbeda secara individu. Diantara banyaknya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung ialah makanan balita. Penyebab tidak langsung terdiri dari tidak cukupnya persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, sanitasi dan air bersih ataupun pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai. Ketiga faktor tersebut berakibat dari kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan orang tua.

Kebutuhan gizi berbeda-beda dengan umur dan kecepatan pertumbuhan, aktivitas fisik, efisiensi penyerapan dan utilisasi makanan. Pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sangat tergantung pada masukan makanannya.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan dan diterbitkan WHO memuat daftar energi dan zat-zat gizi yang dianjurkan untuk diberikan pada anak balita. Kebutuhan gizi setiap anak berbeda walaupun umurnya sama. Anak laki-laki lain dari perempuan, yang tinggi lain dari pada yang pendek, yang berkerangka besar lain dari yang berkerangka kecil. Walaupun kebutuhan setiap anak balita berbeda menurut faktor-faktor tersebut, Pada dasarnya konsumsi makanan balita harus memenuhi kebutuhan dasar seperti energi, protein, vitamin dan mineral.

a. Energi Kebutuhan energi oleh metabolisme dasar, umur, aktivitas fisik, suhu lingkungan dan kesehatannya. Zat-zat gizi yang mengandung energi disebut makronutrien yang terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat. Tiap gram protein dan karbohidrat memberi energi sebanyak 4kkal, sedangkan tiap gram lemak 7kkal. Dianjurkan supaya energi yang diperlukan didapat dari 50-60% karbohidrat, 25-35% lemak dan selebihnya 10-15% protein.b. Protein

Kebutuhan protein bagi tiap kilogram berat badan (kgBB) tinggi pada bayi karena pertumbuhannya sangat cepat, kemudian berkurang dengan bertambahnya usia. Disarankan untuk memberikan 2,5-3mg/kgBB untuk anak sekolah. Jumlah protein dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Maka protein yang harus diberi harus protein yang berkualitas tinggi seperti protein hewani yaitu susu sapi, daging, ikan, telur serta protein nabati seperti kacang hijau, kacang kedelai, serta produk-produknya.c. Vitamin dan MineralVitamin dan mineral esensial merupakan zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kesehatan. Defisiensi zat gizi tersebut melibatkan penyakit gangguan gizi. Susu sapi merupakan sumber yang baik bagi beberapa vitamin dan mineral seperti kalsium dan fosfor. Tiap 500-600ml susu mengandung kurang lebih 7,08 kalsium dan cukup fosfor bagi pembentukan gigi. Susu sapi juga mengandung vitamin A dan vitamin golongan B tetapi tidak mengandung banyak zat besi dan fluor sehingga kebutuhan zat tersebut harus disuplai oleh bahan makanan lain seperti daging dan sayur-sayuran.2.1.3. Kebutuhan Gizi pada Anak Balita1. Pengaturan makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan jumlah makanan yang harus diberikan maupun susunannya, yaitu:

a. UmurMetabolisme anak sebenarnya tidak berbeda dengan orang dewasa, hanya anak lebih aktif berkembang tubuhnya, sehingga untuk itu diperlukan bahan ekstra. Lebih muda umur seorang anak lebih banyak makanan yang diperlukan untuk tiap kilogram berat badannya.

b. Berat badan

Berat badan lebih atau kurang dari berat badan rata-rata dari berat badan menurut umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar supaya pertumbuhan berjalan baik.

c. Suhu lingkungan

Suhu dipertahankan 36,5-37C untuk metabolisme yang optimum.d. Aktivitas

Makin banyak aktivitas yang dilakukan makin banyak energi yang diperlukan oleh tubuh.e. Keadaan sakit

Pada keadaan sakit, seperti infeksi terdapat katabolisme yang berlebihan dari asam amino dan suhu tubuh meningkat sehingga memerlukan tambahan makanan yang tidak boleh dilupakan. 2. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaturan makanan :a. Umurb. Frekuensi

c. Jenis makanan yang diberikan

d. Jumlah makanan yang diberikanTabel. 1. Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan (perorang perhari)Golongan umurBB(kg)TB(cm)Energi(kkal)Protein(gr)

0-6 bulan5,56056012

7-12 bulan8,57180015

1-3 tahun1289122023

4-6 tahun18108172032

Sumber: (Widya karya nasional Pangan dan Gizi ke IV (LIPI,1988).

Balita perlu makan makanan yang seimbang setiap hari untuk bertumbuh dan berkembang, bermain dan belajar. Maka pengaturan pola makanan balita sangat tergantung pada pengetahuan ibu. Makanan seimbang adalah makanan yang mengandung sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Makanan sumber tenaga adalah seperti nasi, jagung, roti dan singkong. Sumber zat pembangun adalah tempe, tahu, telor, kacang hijau, daging sapi, daging ayam, susu dan ikan. Sumber makanan zat pengatur adalah kacang panjang, wortel, sawi, buncis, pepaya, jambu air, jeruk dan pisang.2. 1. 4. Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah dasar dari penelitian status gizi. Penggolongan menurut status gizi indeks antropometri adalah :

( Tabel 2. Penggolongan Keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri )

Status GiziAmbang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks

BB/U TB/UBB/TBLLA/ULLA/TB

Gizi Baik> 80%> 85%>90%>85%>85%

Gizi Kurang61-80%71-85% 81-90%71-85%76-85%

Gizi Buruk( 60%( 70%( 80%( 70%( 75%

(Sumber : Puslitbang Gizi. 1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi. Bogor)Indeks Antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tingi badab (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda. Sering muncul pertanyaan, kapan kita menggunakan indeks tersebut dan mana yang lebih sensitif. Oleh karena itu dibawah ini akan diuraikan tentang berbagai indeks antropometri, salah satunya ialah berat badan menurut umur (BB/U)Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakterisitik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

1. Kelebihan indeks BB/U

Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

- Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum- Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

- Berat badan dapat berfluktuasi

- Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

- Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

2. Kelemahan indeks BB/U

Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain :

- Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites

- Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik

- Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun

- Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan

- Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, Karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya.

Penggunaan Indeks Antropometri Gizi

Indeks Antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tingi badab (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total BB termasuk air, lemak, tulang dan otot. Indeks tinggi badan menurut badan adalah pertumbuhan linier dan LLA adalah pengukuran terhadap otot, lemak, dan tulang pada area yang diukur.

Diantara bermacam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga mengunakan indeks TB/U dan BB/TB untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi kronis atau akut. Keadaan gizi kronis mengandung arti terjadi keadaan gizi yang dihubungkan dengan masa lalu dan waktu sekarang. Kondisi ini sering disebut dengan stunting.

Dari berbagai jenis indeks diatas untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan dengan tiga cara, salah satunya adalah persen terhadap median.

( Tabel 3. Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri )

Status GiziIndeks

BB/UTB/UBB/TB

Gizi Baik>80%>90%>90%

Gizi Sedang71% - 80%81% - 90%81% - 90%

Gizi Kurang61% - 70%71% - 80%71% - 80%

Gizi Buruk60%70%70

Catatan ; persen dinyatakan terhadap median baku NCHS.

Sumber;Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8 tahun XXIII, 1997. Hlm. 269.Persen Terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50. Nilai median ini dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas. Yayah K Husaini (1979) memberikan contoh, andaikata nilai median berat badan anak umur 2 tahun adalah sebesar 12 kg, maka 80% median sama dengan 9,6 kg, dan 60% median sama dengan 7,2 kg. Kalau 80% dan 60% dianggap ambang batas maka anak yang berumur 2 tahun dan mempunyai berat badan antara 7,2 kg sampai 9,6kg (antara 60% dan 80% median) dinyatakan status gizi kurang dan dibawah 7,2 kg (dibawah 60% median dinyatakan berstatus gizi buruk.2.1.5. Makanan Keluarga

Makanan keluarga adalah makanan yang dihidangkan dalam suatu keluarga dari hari ke hari. Lengkap tidaknya susunan makanan keluarga ini banyak tergantung pada kemampuan keluarga itu sendiri untuk menyususn makanan, kemampuan untuk mendapatkan bahan makanan yang diperlukan, adat istiadat, adat kebiasaan, dan pengetahuan keluarga itu dalam hal menyusun makanannya.Susunan makanan yang dihidangkan untuk keluarga dari hari ke hari lazimnya disebut menu makanan. Jadi menu adalah kumpulan beberapa macam makanan atau masakan yang disajikan untuk tiap kali makan. Menu yang sederhana hanya terdiri dari makanan pokok, dan sedikit lauk-pauk, misalnya nasi dengan sayur. Tetapi menu yang lengkap akan terdiri dari nasi, sayur, lauk yang berupa ikan atau daging dan sebagainya, serta buah-buahan untuk pencuci mulut. Menu yang disusun sedemikian ini sudah cukup memenuhi syarat. Ini adalah menu untuk sekali makan.

Menu untuk satu hari akan terdiri dari hidangan untuk makan pagi, makan siang, makan malam, dan kadang-kadang ditambahkan juga makanan selingan. Ada pula keluarga yang memberikan makanan selingan dua kali, yaitu antara makan siang dan makan malam. Pemberian makanan selingan demikian ada baiknya, mengingat jarak yang lama antara makan pagi dengan makan siang. Hanya haruslah diingat, hendaknya makanan selingan pagi jangan diberikan makanan yang terlalu mengenyangkan, terutama jika diberikan terlalu dekat dengan waktu makan siang.

Setiap keluarga terdiri dari beberapa orang, yang demikian juga memiliki suatu perhatian khusus terhadap makanan mana yang disukai dan tidak disukainya. Seorang ibu yang cerdik, sudah tentu akan mencari jalan yang sebaik-baiknya sehingga seluruh anggota keluarga akan merasa puas terhadap apa yang terhidang di meja makan. Sebaiknya diingat bahwa makanan yang disenangi akan lebih mudah dicerna oleh alat pencernaan.

Disamping susunan makanan yang baik, hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun makanan keluarga adalah jumlah makananan yang dihidangkan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan zat-zat makanan yang tidaklah sama, atau satu golongan umur saja.

Jumlah makanan yang dihidangkan untuk tiap kali makan adalah sangat penting. Makanan yang terlalu sedikit akan menyebabkan kekecewaan karena sebagian anggota keluarga belum puas. Sebaliknya makanan yang dihidangkan berlebihan, selain tidak ekonomis karena banyak sisa, juga tidak sedap dipandang. Karena itu penting pula pembagian jumlah makanan untuk tiap kali makan.2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Banyak faktor yang mempengaruhi gizi balita. Bagan di bawah ini menyajikan berbagai faktor yang mempengaruhi gizi balita menurut UNICEF dan telah digunakan secara internasional. Dari bagian ini terlihat tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada balita yaitu, penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.

`

2.1.7. Pedoman Menyusun Menu untuk BalitaSeperti yang telah dibahas di atas mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gizi balita, pada dasar nya adalah pengetahuan ibu bagaimana menyusun pola makan bagi balita secara benar.

Pola makan balita adalah seperti berikut:

1. Sampai umur 4 bulan

Cukup diberi ASI saja berdasarkan kemauan anak2. Umur 4 6 bulan

a. Pemberian ASI diteruskan

b. Diberi makanan tambahan berupa:

Bubur susu mangkuk kecil 2 x/hari

Buah mangkuk kecil sehari

3. Umur 7 12 bulan

a. Pemberian ASI diteruskan

b. Diberi makanan lembek berupa:

Nasi tim piring 4-5 x/hari

Buah mangkuk sehari

4. Umur 1 3 tahun

a. Pemberian ASI diteruskan sampai umur 2 tahun

b. Diberikan makanan biasa

c. Nasi satu piring

d. Sayuran secukupnya 3-4 x/hari

e. Lauk pauk sepotong 3-4 x/hari

f. Buah sepotong 1-2 x/hari

Anak golongan ini sangat rentan terhadap penyakit gizi. Angka tertinggi morbiditas penyakit defisiensi vitamin A dan kekurangan energi protein (KEP) terdapat dalam golongan umur ini, terutama golongan umur 1-2 tahun masih perlu diberi nasi tim walaupun tidak disaring. Mereka perlu diberikan makanan terpisah dengan waktu makan anggota keluarga lain yang lebih besar.Nutrisi yang dibutuhkan secara relatif telah berkurang, makanan yang tidak disukai tidak perlu dipaksa karena akan menyebabkan anak menjadi antipati. Sayuran selalu perlu dianjurkan walaupun sering anak belum menyukainya5. Umur 4 5 tahun

a. Makanan biasa atau makanan keluarga terdiri dari nasi

b. Lauk pauk 3-4 x/hari

c. Sayuran 3-4 x/hari

d. Buah-buahan 1-2 x/hariKebutuhan nutrisi relatif kurang. Pertumbuhan lambat, aktifitas mulai banyak, masih rawan terhadap penyakit gizi dan infeksi. Waktu makan boleh bersama-sama dengan orang dewasa.2.1.8. Cara Mencegah Kehilangan Zat Gizi

a. Beras

i. Cara mencuci

- Cuci dalam panci dengan air yang tidak mengalir

- Jangan diremas-remas, sekedar diaduk dan buang airnya- Cuci sampai kotoran hilang

ii. Cara memasak

- Sebaiknya dengan cara meliwet- Gunakan air secukupnya dan tutuplah panci, mengkukus kurang baik karena banyak vitamin yang hilang

b. Sayuran

i. Cara mencuci

- Cuci dulu sayuran baru dipotong- Sayuran jangan dipotong dan direndam dalam air terlalu lama

ii. Cara memotong :Sayuran jangan dipotong terlalu kecil.iii . Cara memasak sayuran :- Merebus

Gunakan air mendidih

Masaklah sayuran secepat mungkin dan gunakan panci tertutup.

Aduklah sekedarnya.

Gunakan air perebus sayuran untuk sup sebab vitamin tertentu larut didalam air.

- Menumis

Sayuran dapat ditumis agar tidak banyak vitamin yang hilang

Masaklah sayuran secepat mungkin dalam wajan yang tertutup dengan memakai sedikit air.

Kurangi mengaduk sayuran.

- Menghidangkan sayuran segera setelah dimasak.

Hidangkan sayuran segera setelah dimasak.

c. Buah

i. Cara mencuci buah :

- Cuci terdahulu kemudian dikupas.

- Jika buah bergetah, boleh dicuci lagi sekedarnya.

ii. Cara menghidangkan :

- Hidangkanlah segera setelah dikupas dan dipotong.

- Jangan disimpan terlalu lama dalam keadaan terkupas atau dipotong.2.1.9. Imunisasi

Yang diharuskan :

1. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)

2. Hepatitis B

3. DPT (difteri, pertusis, dan tetanus)

4. Polio

5. Campak

Yang dianjurkan :

1. MMR (measles/campak, mumps/parotitis, rubella/campak jerman)

2. Hib (haemophilus influenzae b)

3. Demam tifoid

4. Hepatitis A

Tabel 4. Jadwal imunisasi

Umur (bulan)Umur (tahun)

L1234567891011121518256789101112

BCG

HepB 1

HepB 2 HepB 3HepB 4

DPT 1

DPT 2

DPT 3DPT 4DT 5DT 6

DT 5TT

P1Polio 2

Polio 3

Polio 4Polio 5, polio 6

Campak 1Campak2

MMR 1MMR2

Hib

1Hib2Hib3HIb 4

Demam tifoid (selama 3 tahun)

HepA (3 kali)

Varisela

Keterangan :

P1: Polio 1 diberikan ditempat lahir saat pulang.

HepB: Pada umur 5 tahun, periksa anti-HbsAg, bila negatif berikan ulangan.

DT5: Dapat diberikan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah, SD kelas 1-6, pada bulan November setiap tahun).

Hib4 : Tetap diberikan walaupun telah mendapat imunisasi Hib setelah umur 1 tahun.

Campak 2 : Diperlukan apabila MMRI tidak dapat diberikan2. 1. 10. Pengetahuan Ibu tentang makanan bergizi

Sebagian besar orangtua selalu menginginkan mempunyai balita yang sehat dan bertubuh gemuk. Namun, tunggu dulu belum tentu balita atau anak yang gemuk itu berarti sehat. Bisa jadi dia mengalami gizi berlebih (obesitas). Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mengatasi gizi lebih ini, adalah melalui pengaturan asupan gizi sejak dini pada anak. Selain itu meningkatkan aktivitas fisik dan modifikasi pola hidup.

Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yng harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita diperlukan peranan pendidikan gizi oleh para ibu. Apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur anak maka sebagian besar kejadian gizi buruk dapat di hindari (Sjahmien, 1992). Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan hal yang umum disetiap negara. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi, merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Akan tetapi ada sebab lain yang tak kalah penting, yaitu kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi pangan yang di produksi dan tersedia (Harper, 1989).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanjaja (2000) juga disebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986), bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebahagian kekurangan gizi akan bisa di atasi kalau orang tua tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki. Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.2) Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.

3) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan.

4) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat pengahasilan dengan pemanfaatan.2. 1. 11. Air Susu Ibu (ASI)ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya. Selain komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap saat, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak dan perkembangan jiwa si anak. Pula terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dan penjarangan kelahiran, belum lagi lagi keuntungan ekonomis.

Terlihat dari keterangan di atas bahwa ASI merupakan komponen yang esensial bagi kelangsungan hidup anak dan tumbuh kembang anak.

Pemberian ASI ekslusif (exclusive breast feeding), yaitu hanya pemberian ASI saja amat penting untuk sedikitnya 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, yang kemudian diikuti dengan pemberian makanan tambahan, dan ASI selanjutnya masih dapat diteruskan sampai usia anak 2 tahun.

ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan serta perkembangan bayi dan anak, mencegah terjadinya keadaan gizi salah (marasmus, kelebihan makan dan obesitas). Problem kesulitan pemberian makanan bayi jauh lebih sedikit daripada bayi yang mendapat formula buatan. Selain ASI juga mengandung zat-zat yang dapat melindungi bayi terhadap penyakit infeksi seperti diare. 2. 1. 11. 1 Air Susu Ibu dalam Mencegah PenyakitASI telah terbukti sangat bermanfaat dalam mencegah berbagai penyakit seperti: 1. Infeksi saluran cerna baik akut maupun kronik

2. Infeksi saluran cerna lainnya

3. Infeksi saluran nafas

4. Mengandung anti-virus dan anti-bakteri

5. Faktor anti-parasit 2. 1. 11. 2. Biologi dari Air Susu IbuASI mengandung zat-zat nutrisi untuk pertumbuhan bayi, disamping itu juga mengandung unsur-unsur lain yang bermanfaat dalam memberikan perlindungan terhadap infeksi, yaitu :1. Protein 2. Enzim

3. Kalsium, phosphor dan vitamin D serta vitamin lainnya

4. Trace element seperti besi, zinc dan cuprum

5. Hormon

Tabel 5. Faktor Protektif yang Terdapat di Dalam ASIJenis Faktor Kekebalan Khasiatnya

Lactobacillus bifidus Menghambat pertumbuhan bakteri patogen

Anti-Stafilokok Menghambat pertumbuhan staphylokok

IgA sekresi dan Ig lainnya Melindungi tubuh terhadap infeksi saluran makanan dan saluran pencernaan

C3 dan C4 C3 mempunyai daya opsonik, kemotaktik dan anafilatoksik

Lisozym Menghancurkan sel dinding bakteri

Laktoperoksidase Membunuh streptokok

Sel darah putih (lekosit) Fagositosis, mengahasilkan SigA, C3 dan C4 dan laktoferrin

Laktoferin Membunuh kuman dengan jalan merubah ion zat besi (Fe)

2. 1. 12. Air Bersih Air bersih disini kita kategorikan hanya untuk yang layak dikonsumsi, bukan layak untuk digunakan sebagai penunjang aktifitas seperti untuk mandi, cuci, kakus (MCK). Karena standar air yang digunakan untuk konsumsi jelas lebih tinggi dari pada untuk keperluan selain dikonsumsi. Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi.

1. Syarat fisika. Air harus bersih dan tidak keruh

b. Tidak berwarna apapun

c. Tidak berasa apapun

d. Tidak berbau apapun

e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)

f. Tidak meninggalkan endapan2. Syarat kimiawia. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun

b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

c. Cukup yodium

d. pH air antara 6,5 9,23. Syarat mikrobiologiTidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.2. 2. Kerangka TeoriGambar 2. Kerangka Teori

(Sumber : Irianto, 2004; Moehji, 1982; Pudjiadi, 1997; Wahab, 2002) 2. 3. Kerangka KonsepGambar 3. Kerangka Konsep

Variabel bebas

Variabel terikat

2. 4. Hipotesa1. Ada hubungan makanan seimbang terhadap status gizi balita

2. Ada hubungan imunisasi terhadap status gizi balita

3. Ada hubungan pemberian asi terhadap status gizi balita

4. Ada hubungan air bersih yang diberikan terhadap status gizi balita5. Ada hubungan pengetahuan ibu terhadap status gizi balitaBAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survey analitik. Survey analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.3. 2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung pada bulan Juni 2011.3. 3. Rancangan Penelitian

Pendekatan rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). (Notoadmojo, 2002)3. 4. Subyek

3.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Dari pendapat tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti atau diselidiki. (Notoadmojo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di Posyandu VII-XIII di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat 2011 yang berjumlah 193 ibu yang memiliki balita.3.4.2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Didalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebagian ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat 2011. Adapun besar sampelnya menggunakan rumus Slovin :

N

n =

1 + N (d)

Keterangan :

n = banyaknya unit sampel

N = banyaknya unit populasi

d = taraf nyata 5% (0,05)

1 = bilangan konstan

(Sugiono, 2003)

Perhitungan sampel :n =

n = n = 129,185

n = 130Jadi, jumlah sampel yang diambil di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barat sebanyak 130 ibu yang memiliki balita. Adapun penentuan sampel dilakukan dengan teknik cluster yaitu penentuan sampel yang dilakukan secara per kelompok (per posyandu).

3.4.3. Teknik samplingTeknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan sebagai penelitian (Sugiyono, 2006). Sampel Random Berkelompok (Cluster Sampling) yaitu pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelopok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok.Pada penelitian ini sampel dari teknik cluster ini adalah ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun di Posyandu Melati VII-XIII di kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung.

Keuntungannya adalah tidak memerlukan daftar populasi dan biaya transportasi kurang. Sedangkan kerugiannya adalah prosedur estimasi sulit . ( Tabel 6. Tabel Populasi )NoPosyanduPopulasiPenghitungan SampelJumlah Sampel

1.Melati VII

30x130 = 20,20720

2.Melati VIII35x130 = 23,57524

3.Melati X30x130 = 20,20720

4.Melati XI27x130 = 18.18618

5Melati XII44x130 = 29,63730

6.Melati XIII27x130 = 18,18618

Total

193130

3.4.4. Kriteria sampelSedangkan kriteria yang akan dijadikan sampel adalah sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi responden

2. Mau bekerja sama dalam penelitian3. 5. Variabel Penelitian

3.5.1. Variabel Independen

- Makanan seimbang

- Imunisasi

- ASI- Air bersih- Pengetahuan ibu 3.5.2. Variabel Dependen

- Status gizi balita

3. 6. Definisi Operasional( Tabel 7. Definisi Operasional )VariabelDefinisi VariabelAlat UkurCara UkurHasil UkurSkala Ukur

Status giziKeadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat giziTimbangan dan observasi KMSMengukur berat badan dan umur0 = Gizi kurang, bila ( 80 %1 = Gizi baik, bila > 80%

Ordinal

Makanan seimbangMemenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan balita KuesionerWawancara dan skoring 0 = Tidak seimbang, bila skor ( mean

1 = Seimbang, bila skor > mean Ordinal

VariabelDefinisi VariabelAlat UkurCara UkurHasil UkurSkala Ukur

ImunisasiJenis imunisasi yang diberikan kepada balitaKuesionerWawancara0 = Tidak lengkap

1 = LengkapOrdinal

Pemberian ASIAir susu ibu dari umur bayi 0-6 bulanKuesionerWawancara0 = ASI non eksklusif

1 = ASI eksklusifOrdinal

Air bersihAir bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hariKuesionerWawancara0 = Air tidak memenuhi syarat

1 = Air memenuhi syaratOrdinal

Tingkat pengetahuan ibuPengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang status gizi balitaKuesionerWawancara dan skoring0 = Kurang, bila ( mean

1 = Baik, bila > meanOrdinal

3. 7. Alat Ukur

Menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang diajukan kepada responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 23 buah.

3. 8. Pengumpulan Data

3. 8. 1. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan mengunakan kuisioner pada ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun dan data sekunder yang diperoleh dari arsip dokumen Posyandu. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi dari literatur, diktat, buku ajar dan internet.3. 8. 2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner dan mempelajari atau mereview kembali dokumen yang ada tentang status gizi balita di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat 2011.

3. 8. 3. Waktu dan Tenaga Pengumpul Data

Pengumpul data dilaksanakan pada bulan Juni 2011 yang dilakukan peneliti sendiri dan di bantu oleh kader posyandu.

3. 9. Pengolahan Data

Data yang telah diisi reponden dikumpulkan kemudian dikoerksi apakah jawaban telah diisi semua (Risma, 2009). Bila telah diisi semua selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut :1. Editing Data

Yaitu kegiatan dengan pengecekkan isian formulir atau kuesioner yang telah diisi oleh responden berkaitan dengan kemudian adanya kesalahan dan melihat kelengkapan, kejelasan dan konsistensi jawaban.

2. Scoring Data

Tahap ini digunakan guna memberikan skor pada setiap jawaban responden, tidak ada pedoman baku untuk skoring harus konsisten.

3. Coding Data

Yaitu melakukan konversi data kedalam angka-angka sehingga memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya. Pemberian kode untuk setiap kelompok pertanyaan dalam format kuesioner yang dilakukan peneliti yaitu dengan skor untuk setiap jawaban kuesioner.4. Entering DataData tersebut kemudian diolah menggunakana komputer. Data yang diambil besifat kuantitatif dengan memberikan nilai pada setiap jawaban dimasing-masing pertanyaan. Skor tersebut diolah dengan membuat pengelompokkan berdasarkan variabel yang hendak diukur.5. Cleaning DataCleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.6. Tabulating DataTabulasi merupakan pengelompokkan data sesuai dengan kelompoknya dengan tujuan untuk mempermudah dalam analisis data.3.10 Analisa Data3.10.1 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat penyajian distribusi frekuensi dari analisis distribusi variabel independen dan variabel dependen.

3.10.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji chi-Square dengan bantuan komputer statistik. Hal ini dikarenakan variabel independent dan dependen, keduanya bersifat kategorik.Rumus :X = ( X = Nilai pada distribusi Chi Square

O = Nilai Observasi (frekuensi yang terjadi)

E = Nilai Ekspektasi (frekuensi harapan)

1. Interpretasi ;

2. Tentukan batas kritis ( 0,05)

3. Dengan nili X hitung dan nilai df, tentukan nilai p value pada tabel Chi Square.

4. Bila p value (0,05), Ho ditolak berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan)

5. Bila p value > (0,05), Ho gagal ditolak berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan)Kriteria pengujian data dapat dilihat dari nilai probabilitas (p value) 0,05 (pada CI: 95%) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna dan jika probabilitas (p value) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna. (Hastono, 2001)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4. 1. Gambaran Umum Kota Karang

4.1. 1. Luas wilayah

Kelurahan Kota Karang yang luas wilayahnya 57 Ha, terdiri dari tiga lingkungan, jumlah penduduk 15.514 jiwa ( laki-laki 7.599 dan perempuan 7.915 ), jumlah KK 3.497, jumlah balita 2.036 (gizi buruk 326, jumlah balita gizi baik 1.710). Dibidang kesehatan kelurahan Kota Karang memiliki satu puskesmas dan 13 posyandu.

Batas wilayah Kelurahan Kota Karang sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Perwata

b. Sebelah Selatan: Laut Teluk Lampung

c. Sebelah Barat : Kelurahan Keteguhan

d. Sebelah Timur: Way Belau4.1. 2. Keadaan GeografisSecara geografis Kelurahan Kota Karang memiliki iklim bercurah hujan 1,110 Mon, temperature udara 26C-28C dan kelembapan udara 80-88% dengan tinggi tempat 150 Dpl.

4.1. 3. Demografi

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Posyandu Melati VI XIII adalah sebesar 8.125 jiwa.

4. 2. Karakteristik Responden

4. 2. 1. Umur Balita

Tabel 8Distribusi Responden berdasarkan Umur Balita

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoUmur BalitaJumlahPresentase

112-244232,2

225-364433,9

337-483325,4

449-60118,5

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan umur balita yaitu 32,2% dengan umur balita 12-24 bulan sebanyak 42 anak, 33,9% dengan umur balita 25-36 bulan sebanyak 44 anak, 25,4% dengan umur balita 37-48 bulan sebanyak 33 anak, dan 8,5% dengan umur balita 49-60 bulan sebanyak 11 anak.

4. 2. 2. Jenis Kelamin Balita

Tabel 9Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoJenis KelaminJumlahPresentase

1Laki-laki6550,0

2Perempuan6550,0

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin balita yaitu 50% dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 65 anak dan 50% dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 65 anak.4. 2. 3. Umur Ibu

Tabel 10Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoUmur IbuJumlahPresentase

118-307759,3

231-404131,5

3>40129,2

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan umur ibu yaitu 59,3% dengan umur 18-30 tahun sebanyak 77 responden, 31,5% dengan umur 31-40 tahun sebanyak 41 responden, dan 9,2% dengan umur lebih dari 40 tahun sebanyak 12 responden.4. 2. 4. Suku Ibu

Tabel 11Distribusi Responden berdasarkan Suku Ibu

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoSuku IbuJumlahPresentase

1Bugis3728,5

2Jawa3627,7

3Lampung43,1

4Madura10,8

5Padang10,8

6Palembang53,8

7Sunda4635,4

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan suku ibu yaitu 28,5% dengan suku Bugis sebanyak 37 responden, 27,7% dengan suku Jawa sebanyak 36 responden, 3,1% dengan suku Lampung sebanyak 4 responden, 0,8% dengan suku Madura sebanyak 1 responden, 0,8% dengan suku Padang sebanyak 1 responden, 3,8% dengan suku Palembang sebanyak 5 responden, dan 35,4% dengan suku Sunda sebanyak 46 responden.4. 2. 5. Pendidikan Terakhir Ibu

Tabel 12Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoPendidikan Terakhir IbuJumlahPresentase

1Tidak Tamat SD75,4

2SD5240,0

3SMP2821,5

4SMA3728,5

5Sarjana64,6

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir ibu yaitu 5,4% dengan pendidikan terakhir tidak tamat SD sebanyak 7 responden, 40% dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 52 responden, 21,5% dengan pendidikan terakhir SMP sebanyak 28 responden, 28,5% dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 37 responden, dan 4,6% dengan pendidikan terakhir sarjana sebanyak 6 responden.

4. 2. 6. Penghasilan Keluarga

Tabel 13Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoPenghasilan KeluargaJumlahPresentase

1Kurang dari Rp. 500.0007356,2

2Rp. 500.000 - Rp. 1.000.0004635,4

3Lebih dari 1.000.000118,4

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan penghasilan keluarga yaitu 56,2% dengan penghasilan kurang dari Rp. 500.000 sebanyak 73 responden, 35,4% dengan penghasilan Rp. 500.000 Rp. 1.000.000 sebanyak 46 responden, dan 8,4% dengan penghasilan lebih dari Rp. 1.000.000 sebanyak 11 responden.4. 2. 7. Jumlah Anak yang Dimiliki

Tabel 14Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Dimiliki

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoJumlah Anak yang DimilikiJumlahPresentase

11-28363,9

22-43224,6

3>41511,5

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki yaitu 63,9% dengan jumlah anak 1-2 sebanyak 83 responden, 24,6% dengan jumlah anak 2-4 sebanyak 32 responden, dan 11,5% dengan jumlah anak lebih dari 4 sebanyak 15 responden.4. 2. 8. Jumlah Balita yang Dimiliki

Tabel 15Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Balita yang Dimiliki

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

No.Jumlah Balita yang DimilikiJumlahPresentase

1. 110883,1

2. 22015,3

3. >221,6

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan jumlah balita yang dimiliki yaitu 83,1% dengan jumlah balita 1 sebanyak 108 responden, 15,3% dengan jumlah balita 2 sebanyak 20 responden, dan 1,6% dengan jumlah balita lebih dari 2 sebanyak 2 responden.

4. 3. Hasil Penelitian4. 3. 1. Analisa Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Sutanto, 2001).

4. 3. 1. 1. Status Gizi

Tabel 16Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011NoStatus GiziJumlahPresentase

1Gizi Baik8867,7

2Gizi Kurang4232,3

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan status gizi baik yaitu 67,7% dengan gizi baik sebanyak 88 responden dan 32,3% dengan gizi kurang sebanyak 42 responden.

4. 3. 1. 2. Makanan Seimbang

Tabel 17Distribusi Responden Berdasarkan Makanan Seimbang

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoMakanan SeimbangJumlahPresentase

1Seimbang11084,6

2Tidak seimbang2015,4

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan makanan seimbang yaitu 84,6% dengan makanan seimbang sebanyak 110 responden dan 15,4% dengan makanan tidak seimbang sebanyak 20 responden.

4. 3. 1. 3. Imunisasi

Tabel 18Distribusi Responden Berdasarkan Imunisasi

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

NoImunisasiJumlahPresentase

1Imunisasi Lengkap4736,2

2Imunisasi Tidak Lengkap8363,8

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 18 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan imunisasi yaitu 36,2% dengan imunisasi lengkap sebanyak 47 responden dan 63,8% dengan imunisasi tidak lengkap sebanyak 83 responden.

4. 3. 1. 4. ASI

Tabel 19Distribusi Responden Berdasarkan ASI

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

No.ASIJumlahPersentase

1. Eksklusif11286,2

2. Non Eksklusif1813,8

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan ASI yaitu 86,2% dengan asi eksklusif sebanyak 112 responden dan 13,8% dengan asi non eksklusif sebanyak 18 responden.

4. 3. 1. 5. Air Bersih

Tabel 20Distribusi Responden Berdasarkan Air Bersih

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

No.Air BersihJumlahPersentase

1. Memenuhi Syarat12092,3

2. Tidak Memenuhi Syarat107,7

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan air bersih yaitu 86,2% dengan air yang memenuhi syarat sebanyak 112 responden dan 13,8% dengan air yang tidak memenuhi syarat sebanyak 18 responden.

4. 3. 1. 6. Pengetahuan Ibu

Tabel 21Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

No.Pengetahuan IbuJumlahPersentase

1. Baik9371,5

2. Kurang3728,5

Jumlah130100,0

Berdasarkan tabel 21 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu yaitu 71,5% dengan pengetahuan ibu baik sebanyak 93 responden dan 28,5% dengan pengetahuan ibu kurang sebanyak 37 responden.

4. 3. 2. Analisa Bivariat

4.3.2.1.Hubungan Makanan Seimbang Terhadap Status Gizi Balita

Tabel 22Hubungan Makanan Seimbang Terhadap Status Gizi Balita

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

VARIABELSTATUS GIZITOTALOR

95% CIP- value

MAKANAN

SEIMBANGBurukBaik

N%N%N%

Makanan tidak seimbang1260,0840,020100,04,0

(1,4-10,7)0,009

Makanan seimbang

3027,38072,7110100,0

Jumlah4232,38867,7130100,0

Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa sebanyak 12 responden (60,0%) dengan makanan tidak seimbang mengalami status gizi buruk dan 30 responden (27,3%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan makanan seimbang mengalami status gizi buruk sebanyak 8 responden (40,0%) dan 80 responden (72,7%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,009 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan makanan tidak seimbang dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011. Dari hasil analisa juga diperoleh nilai OR = 4,0 artinya balita yang diberikan makanan tidak seimbang mempunyai peluang terjadi gizi buruk 4,0 dibandingkan balita yang diberikan makanan seimbang.

4.3.2.2. Hubungan Pemberian Imunisasi Terhadap Status Gizi Balita

Tabel 23Hubungan Pemberian Imunisasi Terhadap Status Gizi Balita

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

VARIABELSTATUS GIZITOTALOR

95% CIP- value

PEMBERIAN

IMUNISASIBurukBaik

N%N%N%

Tidak Lengkap

3339,85060,283100,02,7

(1,1-6,5)0,02

Lengkap9

19,13880,947100,0

Jumlah4232,38867,7130100,0

Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa sebanyak 33 responden (39,8%) dengan imunisasi tidak lengkap mengalami status gizi buruk dan 9 responden (19,9%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan imunisasi lengkap mengalami status gizi buruk sebanyak 50 responden (60,2%) dan 38 responden (80,9%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,02 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan imunisasi tidak lengkap dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011. Dari hasil analisa juga diperoleh nilai OR = 2,7 artinya balita yang diberikan imunisasi tidak lengkap mempunyai peluang terjadi gizi buruk 2,7 dibandingkan balita yang diberikan imunisasi lengkap.

4.3.2.3. Hubungan Pemberian ASI Terhadap Status Gizi Balita

Tabel 24Hubungan Pemberian ASI Terhadap Status Gizi Balita

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011VARIABELSTATUS GIZITOTALOR

95% CIP- value

ASIBurukBaik

N%N%N%

Non Eksklusif

1161,1738,918100,010,1

(2,0-50,0)0,01

Eksklusif 31

27,78172,3112100,0

Jumlah4232,38867,7130100,0

Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa sebanyak 11 responden (61,1%) dengan pemberian ASI non eksklusif mengalami status gizi buruk dan 7 responden (38,9%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan pemberian ASI eksklusif mengalami status gizi buruk sebanyak 31 responden (27,7%) dan 81 responden (72,3%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,01 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan ASI non eksklusif dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011. Dari hasil analisa juga diperoleh nilai OR = 10,1 artinya balita yang diberikan ASI non eksklusif mempunyai peluang terjadi gizi buruk 10,1 dibandingkan balita yang diberikan ASI eksklusif.

4.3.2.4. Hubungan Air Bersih Terhadap Status Gizi Balita

Tabel 25Hubungan Air Bersih Terhadap Status Gizi Balita

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

VARIABELSTATUS GIZITOTALOR

95% CIP- value

Air bersihBurukBaik

N%N%N%

Air tidak memenuhi syarat

880,0220,010100,010,1

(2,0-50,0)0,003

Air memenuhi syarat

34

28,38671,7120100,0

Jumlah4232,38867,7130100,0

Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa sebanyak 8 responden (80,0%) dengan air bersih yang tidak memenuhi syarat mengalami status gizi buruk dan 2 responden (20,0%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan air bersih yang memenuhi syarat mengalami status gizi buruk sebanyak 34 responden (28,3%) dan 86 responden (71,7%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,003 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan air yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011. Dari hasil analisa juga diperoleh nilai OR = 10,1 artinya balita yang diberikan air bersih yang tidak memenuhi syarat mempunyai peluang terjadi gizi buruk 10,1 dibandingkan balita yang diberikan air bersih yang memenuhi syarat.4.3.2.5. Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Status Gizi Balita

Tabel 26Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Status Gizi Balita

Di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung 2011

VARIABELSTATUS GIZITOTALOR

95% CIP- value

Pengetahuan ibuBurukBaik

N%N%N%

Kurang

1848,61951,437100,02,7

(1,2-6,0)0,02

Baik 24

25,86974,293100,0

Jumlah4232,38867,7130100,0

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa sebanyak 18 responden (48,6%) dengan pengetahuan ibu kurang mengalami status gizi buruk dan 19 responden (51,4%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan pengetahuan ibu baik mengalami status gizi buruk sebanyak 24 responden (25,8%) dan 69 responden (74,2%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,02 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang pengetahuan ibunya kurang dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011. Dari hasil analisa juga diperoleh nilai OR = 2,7 artinya balita yang pengetahuan ibunya kurang mempunyai peluang terjadi gizi buruk 2,7 dibandingkan balita yang pengetahuan ibunya baik.4. 4. PEMBAHASAN

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini dibedakan menjadi status gizi kurang, baik dan lebih. Gizi mempunyai pengertian lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berikatan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas. (http:/gizinet.com)

Pada penelitian ini dilihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita, yaitu makanan seimbang, pemberian imunisasi, pemberian asi, air bersih, dan pengetahuan ibu. Acuan yang dipakai untuk menentukan status gizi balita adalah berdasarkan WHO NCHS (berat badan di bandingkan dengan umur). Pada penelitian ini status gizi balita di bagi ke dalam status gizi baik dan kurang, sehingga dalam penelitian ini bila faktor-faktor yang tersebut diatas memenuhi kriteria sesuai dengan definisi operasional maka status gizi balita adalah cukup dan begitu pula sebaiknya.

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan status gizi baik yaitu 67,7% dengan gizi baik sebanyak 88 orang dan 32,3% dengan gizi kurang sebanyak 42 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di kelurahan Kota Karang lebih banyak yang status gizinya baik.

Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan makanan seimbang yaitu 84,6% dengan makanan seimbang sebanyak 110 orang dan 15,4% dengan makanan tidak seimbang sebanyak 20 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di kelurahan Kota Karang sudah memahami pengaturan makanan seimbang dalam menu keluarga.

Berdasarkan tabel 18 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan imunisasi yaitu 36,2% dengan imunisasi lengkap sebanyak 47 orang dan 63,8% dengan imunisasi tidak lengkap sebanyak 83 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di kelurahan Kota Karang kurang memahami pemberian imunisasi yang lengkap pada balita.

Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan ASI yaitu 86,2% dengan asi eksklusif sebanyak 112 orang dan 13,8% dengan asi non eksklusif sebanyak 18 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di kelurahan Kota Karang sudah memahami pemberian asi eksklusif pada bayi.

Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan air bersih yaitu 86,2% dengan air yang memenuhi syarat sebanyak 112 orang dan 13,8% dengan air yang tidak memenuhi syarat sebanyak 18 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di kelurahan Kota Karang sudah menggunakan air yang memenuhi syarat.

Berdasarkan tabel 21 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu yaitu 71,5% dengan pengetahuan ibu baik sebanyak 93 orang dan 28,5% dengan pengetahuan ibu kurang sebanyak 37 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu di kelurahan Kota Karang pengetahuannya sudah baik.

4. 4. 1. Hubungan Makanan Seimbang Terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa sebanyak 12 responden (60,0%) dengan makanan tidak seimbang mengalami status gizi buruk dan 30 responden (27,3%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan makanan seimbang mengalami status gizi buruk sebanyak 8 responden (40,0%) dan 80 responden (72,7%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,009 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan makanan tidak seimbang dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011.

4. 4. 2. Hubungan Pemberian Imunisasi Terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa sebanyak 33 responden (39,8%) dengan imunisasi tidak lengkap mengalami status gizi buruk dan 9 responden (19,9%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan imunisasi lengkap mengalami status gizi buruk sebanyak 50 responden (60,2%) dan 38 responden (80,9%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,02 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan imunisasi tidak lengkap dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011.

4. 4. 3. Hubungan Pemberian ASI Terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa sebanyak 11 responden (61,1%) dengan pemberian ASI non eksklusif mengalami status gizi buruk dan 7 responden (38,9%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan pemberian ASI eksklusif mengalami status gizi buruk sebanyak 31 responden (27,7%) dan 81 responden (72,3%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,03 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan ASI non eksklusif dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011.

4. 4. 4. Hubungan Air Bersih Terhadap Status Gizi BalitaBerdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa sebanyak 8 responden (80,0%) dengan air bersih yang tidak memenuhi syarat mengalami status gizi buruk dan 2 responden (20,0%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan air bersih yang memenuhi syarat mengalami status gizi buruk sebanyak 34 responden (28,3%) dan 86 responden (71,7%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,003 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan air yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011.

4. 4. 5. Hubungan Pemberian ASI Terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa sebanyak 11 responden (61,1%) dengan pemberian ASI non eksklusif mengalami status gizi buruk dan 7 responden (38,9%) dengan status gizi baik. Sedangkan balita dengan pemberian ASI eksklusif mengalami status gizi buruk sebanyak 31 responden (27,7%) dan 81 responden (72,3%) dengan status gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,03 (lebih kecil dari alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara balita yang diberikan ASI non eksklusif dengan kejadian status gizi buruk di Kelurahan Kota Karang tahun 2011.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung 2011 mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara makanan seimbang dengan status gizi balita yaitu 12 responden dengan makanan tidak seimbang mengalami gizi buruk, diperoleh nilai p-value 0,009

2. Ada hubungan antara pemberian imunisasi dengan status gizi balita yaitu 33 responden dengan imunisasi tidak lengkap mengalami gizi buruk, diperoleh nilai p-value 0,02

3. Ada hubungan antara pemberian ASI dengan status gizi balita yaitu 11 responden dengan ASI non ekslusif mengalami gizi buruk, diperoleh nilai p-value 0,03

4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita yaitu 18 responden dengan pengetahuan ibu kurang mengalami gizi buruk, diperoleh nilai p-value 0,002

5. Ada hubungan antara air bersih dengan status gizi balita yaitu delapan responden dengan air tidak memenuhi sarat mengalami gizi buruk, diperoleh nilai p-value 0,03

5. 2. SARAN

1. Meningkatkan gizi keluarga pada keluarga yang memiliki balita dengan status gizi kurang dan mempertahankan balita dengan status gizi cukup yaitu antara lain dengan lebih mengaktifkan kehadiran ibu rumah tangga dalam mengikuti kegiatan posyandu, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang makanan gizi seimbang.

2. Laksanakan pelatihan kader guna meningkatkan ketrampilan ibu untuk menambah penghasilan keluarga, dan ketrampilan dalam pengolahan makanan sejenis menjadi beberapa macam makanan yang bervariasi dan mencukupi nilai gizinya.

( Disesuaikan dari bagan UNICEF, 1988: The Stage of the Worlds Children 1998. Oxford Univ.Press)

Makanan seimbang

KRISIS EKONOMI POLITIK & SOSIAL

AKAR MASALAH (NASIONAL)

PENGANGGURAN, INFLASI, KURANG PANGAN DAN KEMISKINAN

KURANG PEMBERDAYAAN WANITA DAN KELUARGA, KURANG PEMANFAATAN SUMBERDAYA MASYARAKAT

POKOK MASALAH DI MASYARAKAT

KURANG PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN

POLA ASUH ANAK TIDAK MEMADAI

SANITASI & AIR BERSIH/ PELAYANAN KESEHATAN DASAR TIDAK MEMADAI

TIDAK CUKUP PERSEDIAAN PANGAN

PENYEBAB TIDAK LANGSUNG

PENYEBAB LANGSUNG

MAKANAN TIDAK SEIMBANG

IMUNISASI

KURANG GIZI

KURANG GIZI

Makanan Seimbang

Air bersih

Asi

STATUS GIZI BALITA

Imunisasi

Pengetahuan ibu

Gambar 1. Penyebab Kurang Gizi

Status gizi balita

Imunisasi

Asi

Air bersih

Pengetahuan ibu