Majalah unesa edisi 65 dok

15

description

 

Transcript of Majalah unesa edisi 65 dok

Page 1: Majalah unesa edisi 65 dok
Page 2: Majalah unesa edisi 65 dok
Page 3: Majalah unesa edisi 65 dok

WARNA EDITORIAL

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 3

Majalah UnesaISSN 1411 – 397X

Nomor 65 Tahun XV - Januari 2014

PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor)

PENASIHATProf. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I)

Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III)Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV)

PENANGGUNG JAWABDr. Purwohandoko, M.M (PR II)

PEMIMPIN REDAKSIDr. Suyatno, M.Pd

REDAKTURA. Rohman

PENYUNTING/EDITORBasyir

Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd

REPORTER:Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi

P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri

Candra Kirana, Lina Rosidah

FOTOGRAFER A. Gilang, Sigit Widodo

Sudiarto Dwi Basuki, S.H

DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S)

ADMINISTRASISupi’ah, S.E.

Lusia Patria, S.Sos

DISTRIBUSIToni, Jhon

PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya

ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4

Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124

Fax (031) 8280804

Rektor Berstandar Empatl DR. SUYATNO, M.PD

Tergelitik disertai senyum mengiyakan, rupanya, akan diberikan oleh orang-orang, termasuk kaum akademisi kepada Tahir. Betapa tidak. Tahir, orang kaya di Indonesia, memiliki filosofi unik soal pekerjaan. Menurutnya, orang yang

bekerja itu terdiri dari 4 tahapan. Tahir yang baru saja (Januari 2014) memberikan hibah bantuan uang Rp 6 miliar ke pemprov DKI Jakarta untuk penanggulangan banjir ini menganggap kerja berdasarkan hobi adalah kelas manusia terendah. Itu adalah pemikiran yang terlalu kebarat-baratan. Lalu, bekerja berdasarkan visi merupakan kelas pekerjaan yang tertinggi.

Menurut Tahir, kerja paling rendah kelasnya atau tingkat pertama jika bekerja karena hobi. Itu sangat pemikiran barat, be yourself. Tingkat kedua ditandai oleh bekerja karena tanggung jawab karena merupakan hal yang wajib. Tingkat ketiga adalah bekerja karena ahli. Orang kaya dermawan ini mengatakan, kerja berdasarkan ahli merupakan hasil dari bekerja karena tanggung jawab. Tingkat tertinggi atau keempat adalah bekerja yang memiliki visi. Seolah percuma bagi Tahir jika bekerja tidak memiliki visi atau tujuan yang jelas. “Menjadi presiden, orang kaya, terkenal, menteri itu bukan tujuan hidup. Itu hanya jalan alat yang kita pakai untuk sebuah tujuan. Tujuan semua sama, yaitu membawa berkah untuk orang lain. Mulai dari keluarga dulu. Orang yang bisa benahi keluarga baru bisa benahi negara,” tambahnya.

Lalu, bisakah Unesa memilih rektor berstandar empat seperti konsep Tahir tersebut? Rektor yang bekerja karena visi. Rektor yang mementingkan lembaga dan Negara daripada kebutuhan keluarga. Rektor yang tidak bersembunyi di pernyataan “rektor kan juga manusia”. Rektor yang mampu menarik benang merah dari benang yang telah dibentangkan sekarang. Rektor yang mampu memberi warna apik bagi dinamika akademik. Rektor yang tidak mau di jalur transaksional pertemanan. Rektor yang demikian itu dapat dipastikan mampu menduduki standar empat.

Semua orang akan berverbal ria dengan mengatakan bisa. Hanya realisasinya, bisa jadi jauh panggang dari api. Tidaklah mudah memilih rektor berstandar empat alias standar visi. Yang paling banyak di Indonesia itu rektor yang berstandar satu atau dua saja. Memang ada, rektor yang berkaliber standar empat namun jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Namun, pasti ada jalan untuk menentukan rektor berdimensi empat itu.

Rektor berstandar empat dapat dilahirkan manakala sistem pemilihannya benar-benar berasal dari hulu. Kemudian, sampai ke hilir, proses benar-benar dijalankan dengan baik. Penjaringan dilakukan dengan sepenuhnya. Hasil penjaringan itu tidak hanya sebatas bahan tertulis semata tetapi menjadi bahan untuk penggodokan melalui uji publik, uji visi, uji reputasi, uji mimpi. Setelah mengerucut akibat seleksi uji-uji tadi, sang calon disodori visi dan misi Unesa. Dengan visi dan misi Unesa, aktivitas kepemimpinan apa saja yang akan mereka mainkan. Visi dan visi itu diuji di panelis pakar. Kemudian, calon akan mengerucut lagi. Hasil calon itu menjadi adu visi di pemilihan rektor dan di hadapan orang banyak. Visi yang kuno, statis, klasik, hanya copy paste, rendahan, dan sebagainya harus ditolak.

Pola penjaringan dengan lirik-melirik dan main mata lalu dikalkulasi jumlah yang melirik dan muncul calon pasti, tentu akan merugikan perkembangan perjalanan Unesa. Pola itu sebaiknya dibumihanguskan dengan jiwa besar. Bolehlah ada lirik-melirik. Namun, yang menjadi penentu adalah kiprah nyata seperti yang disampaikan Pak Rektor di Majalah Unesa edisi 64 tentang “Mencari Pemimpin Unesa Masa Depan.” Rektor yang layak adalah dia yang mempunyai kekokohan akademis, memiliki integritas yang kuat, dan mampu membangun jaringan internasional. Siapakah dia? n

Page 4: Majalah unesa edisi 65 dok

CONTE

NT 03. WARNA

Rektor Berstandar Empatoleh Dr. Suyatno, M.Pd

INFO HALAMAN

19

05. LAPORAN UTAMA•Kado Spesial di Penghujung Tahun; Dosen dan Karyawan

Berprestasi tingkat Unesa dan Nasional•Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd Peraih Peng har gaan

Satyalancana Karya Satya•Drs. I Nyoman Sudarka, M.S, Peraih Satyalancana Dwidya Sistha•Drs. Heru Siswanto, M. Si Raih Penghargaan dari Presiden•Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes. Fokus Teliti Enzim dan Serat Pangan•Karyawan-Karyawan Berprestasi Unesa; dari Tenaga Laboratorium

hingga Pengemudi

18. LENSA UNESA20. LAPORAN KHUSUS

•Mencari Pemimpin Unesa Masa Depan• Jalan Perubahan Menuju Unesa

Bermartabat

24. KOLOM REKTOR• What Winners Are Made Of

26. INSPIRASI ALUMNI• Perjuangan Keras Muchamad Zinuri,

Raih Beasiswa Monbukagakusho

31 SEPUTAR UNESA• S3 Teknologi Pendidikan Unesa Siap Lahirkan

Teknolog Pendidikan Utama• Lilis Wardani, Peraih Best of The Best Gelar

Cipta Karya Busana 2013

34. CATATAN LIDAH• 2014-2018, oleh Djuli Djatiprambudi

18

17

Wajah-wajah bahagia peserta PPG SM-3T Unesa yang telah mengikuti Yudisium dan berhak menerima sertifikat Profesi Guru.

4 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Page 5: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN UTAMA

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 5

Kado Spesial di Penghujung Tahun

DOSEN DAN KARYAWAN BERPRESTASI

Sejumlah dosen dan karyawan ber prestasi Universitas Negeri Su rabaya (Unesa) mendapatkan peng hargaan di penghujung ta hun 2014. Mereka berhasil men jadi yang terbaik sesuai bi­dang kerjanya. Tak hanya do­sen dan karyawan, beberapa lem ba ga mulai dari fakultas, Unit Pelaksana Kerja (UPT) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) juga mendapatkan peng hargaan atas prestasinya. Siapa saja dosen, karyawan, dan lembaga berprestasi itu? Be rikut hasil liputan tim re por­ter majalah Unesa.

Page 6: Majalah unesa edisi 65 dok

6 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

LAPORAN UTAMA

Satyalancana Karya Satya merupakan penghargaan yang di­berikan oleh pemerintah bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sudah mendedikasikan diri dan mengabdi se lama 10 atau 20 atau 30 tahun lebih secara terus me ne rus dengan

menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, ke setiaan dan pengabdian sehingga dapat dijadikan te ladan bagi setiap pegawai lainnya. Satyalancana Karya Satya di ba gi dalam tiga kelas, yaitu Satyalancana Karya Satya 10 Tahun, Sat yalancana Karya Satya 20 Tahun, dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun.Penghargaan satyalancana karya satya yang diberikan ke pa da Prof. Roesminingsih termasuk dalam kategori Satyalancana Karya Sat ya 30 tahun.

Menanggapi penghargaan yang diterima tersebut, Prof. Roes­miningsih mengaku tak menyangka akan mendapatkan peng­hargaan tersebut. Sejauh ini ia sama sekali tidak pernah mengajukan diri untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Padahal, untuk men dapatkan penghargaan tersebut, biasanya dilakukan dengan merekomendasikan diri atau pengajuan diri. “Alhamdulilah, saya

men dapatkan penghargaan itu yang tak pernah saya duga itu,” ujar Prof. Roesminingsih.

Meski demikian, ia mengaku bersyukur dan akan berupaya se­makin meningkatkan semangat bekerja dan profesionalisme da­lam bekerja sehingga ada timbal balik yaitu kepercayaan terhadap ma syarakat dan juga lembaga pemerintahan negara. Bagi Roes mi­ningsih, penghargaan tersebut merupakan pelecut dirinya untuk se­ma kin bekerja keras dan berkarya.

BERPIKIR POSITIFPerjalanan karir setiap orang memang berbeda. Ada kalanya lu­

rus­lurus saja. Tapi, tak sedikit yang harus melewati jalanan nan terjal dan penuh tantangan. Demikian pula yang dialami Roesminingsih. Perjalanan karir yang dilalui, tidak semua sesuai yang diharapkan. Berbagai masalah, rintangan dan hambatan tentu menjadi pernak­pernik yang menghiasi perjalanan karirnya.

Kerja keras dan tulus yang dilakukan Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd selama 32 tahun berbuah manis. Dosen

senior itu berhasil mendapatkan penghargaan satyalancana karya satya atas dedikasi dan pengabdiannya.

Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.PdPeraih Penghargaan Satyalancana Karya Satya

BERKAH 32 TAHUNBEKERJA IKHLAS

Page 7: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN UTAMA

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 7

Beruntung, dosen yang juga menjadi Kepala Penjaminan Mu ­tu itu menyikapi segala masalah dan rintangan dalam hidup de­ngan pikiran yang positif. Dengan sikap tersebut, ia mampu me­ngendalikan diri sehingga tidak berlarut­larut dalam masalah yang bisa menimbulkan stres. “Sembari mencari solusi, masalah yang me­nerpa itu harus kita nikmati. Alhasil, semua akan mendapatkan pe­la jaran yang berarti dan berguna,” ungkap Roesminingsih berbagi nasihat.

Bagi Roesminingsih, usia bukan menjadi kendala untuk tetap bekerja keras dan berkarya. Ia mencontohkan, meski kini usianya sudah menginjak lebih dari setengah abad, namun aktivitas dan tang gung jawab yang diembang sangat besar. Selain sebagai dosen, Roes miningsih juga menjalani berbagai aktivitas. Di antaranya, ke­pa la PJM, Ketua Badan Akreditasi Provinsi (BAP) Jawa Timur untuk mad rasah(2012­2017), dewan penasehat pendidikan Provinsi Jawa Timur, dan sekretaris Senat Unesa.

Ia pun berbagi tentang kunci kesuksesan. Ia mengatakan sukses itu bermula dari sebuah tanggung jawab. Selama ini, ia senantiasa me ngerjakan segala tugas yang diberikan dengan penuh tanggung ja wab. Baginya, tanggung jawab merupakan wujud nyata dari ke per­

ca yaan yang diberikan orang lain. “Kepercayaan seseorang jangan pernah diabaikan dan harus dilakukan dengan penuh tanggung ja­wab. Jika tidak, maka orang akan menjadi tidak percaya kepada kita,” paparnya.

Tak hanya soal kinerja, Roesminingsih juga senantiasa meng­up date ilmu melalui beragam cara. Update ilmu itu diperlukan agar se nantiasa berinovasi dalam pengajaran. Baginya, ilmu merupakan sum ber pengetahuan yang tak pernah lekang oleh waktu. Karena itu, ia menyarankan agar tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat. “Setiap hari, ilmu kan selalu berubah dan meningkat,” tandasnya.

Ia berharap sagar Unesa lebih bisa menjaga segala sesuatu yang su dah dibangun. Sebab, membangun itu lebih mudah dibandingkan menjaga apa yang telah dibangun. Ia berharap, infrastruktur yang telah dibangun itu benar­benar dijaga dengan baik. Selain itu, SDM Unesa juga perlu ditingkatkan kualitasnya. Sehingga, tak hanya pada tataan infrastruktur saja yang dibenahi, tepai SDM yang ada juga ha­rus dibenahi. (WAHYU)

Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd di ruang kerjanya, bangga meraih Penghargaan Satyalancana Karya Satya .

Page 8: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN UTAMA

8 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa patut berbangga. Berkat konsistensi dan dedikasinya terhadap program pendidikan dan pelatih di Akademi

Angkatan Laut, dosen-dosen di fakultas tertua itu pun meraih penghargaan Satyalancana Dwidya Sistha: sebuah pernghargaan atas dedikasi dan

perannya sebagai instruktur atau pelatih militer.

Drs. I Nyoman Sudarka, M.S, Peraih Satyalancana Dwidya Sistha

BUAH KONSISTENSI FIP

Pemberian penghargaan itu, tentu sa ja membuat bangga keluarga be­sa FIP khususnya. Dekan FIP, Drs. I Nyoman Sudarka, M.S yang mewakili

penerimaan peng hargaan tersebut tak bisa me nyem bunyikan raut muka bahagianya. Ia me ngaku bangga dan terharu karena dedikasi do sen­dosen FIP selama hampir 15 tahun un­tuk memberikan pelatihan pendidikan di Aka­demi Angkatan Laut (AAL) berbuah manis.

Nyoman mengatakan, selama 15 tahun ber kiprah, Unesa memang memiliki peran pen ting dalam kerja sama tersebut terkait pe­nguatan cara mengajar di kalangan TNI AL, terutama di Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal). Di lem baga itu, Unesa diminta untuk membantu micro teaching dan AA (Applied Approach), se­buah kursus untuk meningkatkan kua litas Tenaga Pendidik (Gadik). Selama ini, yang melaksanakan tu gas tersebut adalah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) sebagai pe nye leng ga ra pendidikan bagi Kobangdikal.

Nyoman, yang merupakan penanggung jawab kerja sama ter­sebut mengatakan bahwa permintaan kerja sama memang atas ini siatif dari Kobangdikal sendiri. Walaupun di lingkungan militer, tapi mereka juga ingin tahu pendidikan, khususnya pembelajaran. Karena itu, para instruktur di sana membutuhkan pendidikan AA (Applied Approach).

Sebagaimana diketahui, seorang pendidik harus memiliki kom­pe tensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran pe serta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan ber­ba gai potensi yang dimiliki. Nah, salah satu program kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan pedagogis tenaga pen­didik dengan AAL adalah program PEKERTI atau Peningkatan Ke te­rampilan Dasar Teknik Instruksional dan Applied Approach (AA).

“Sekalipun di tingkat militer, kompetensi mengajar mereka ma­sih membutuhkan tambahan pengembangan. Karena itu, kami dari FIP menerjunkan sejumlah dosen ke sana atau mereka yang datang ke FIP untuk pembelajaran dan praktikum,” terang Nyoman Sudarka.

BUAH KONSISTENSIKonsistensi FIP dalam melakukan kerja sa­

ma bidang pendidikan dengan Kobangdikal, ber buah prestasi. Semula, pendidikan budi pe kerti ditangani oleh universitas dengan ang garan yang tidak seberapa. Jika universitas me ngeluarkan dosen senior, tentu dana untuk menutupnya tidak cukup. Karena itu, FIP tampil ke depan sebagai fakultas yang ber­se dia menyelenggarakan pendidikan bagi Kobangdikal.

“Saya pernah berbicara di forum PR IV. Se kecil apapun permintaan kerjasama dari luar, kita harus merespons positif. Mereka dari jauh mengenal Unesa karena punya sesuatu. Me ngapa harus ditolak, apalagi hanya karena ma salah finansial,” tegas dekan berusia 62 tahun itu.

Sejak itu, tugas tersebut diserahkan ke­pada Fakultas Ilmu Pendidikan secara kon sis­

ten dan berkelanjutan. Selama ini, ada sekitar 10 hingga 15 dosen FIP yang diterjunkan sesuai mata kuliahnya masing­masing. FIP tidak pernah melihat dari segi finansial, bahkan FIP memberi insentif ke­pada dosen yang dilibatkan.

“Biarlah insentif yang tidak seberapa itu menjadikan motivasi bagi mereka. Dengan begitu, pihak luar dapat menghargai Unesa ka rena kompetensi dan kewenangan yang kami miliki,” ucap dekan kelahiran Denpasar itu.

Berkat perannya tersebut, tahun 2013 lalu setiap dosen yang diterjunkan di Kobangdikal mendapatkan penghargaan Sat ya lan ca­na Dwidya Sistha, tanda penghargaan bagi mereka yang telah me­lak sanakan perannya sebagai instruktur atau pelatih militer. Selain satyalancana tersebut, masing­masing dosen juga mendapatkan sertifikat.

Sementara itu, kenang­kenangan yang pernah diberikan Ko­bang dikal pada FIP sekarang dipajang di dalam ruang dekan. Ke­nang­kenangan tersebut antara lain berupa lukisan dan trofi yang ber tuliskan “Dikspespa DIK Tahun 2007 Sefungkhas—Pusdikbamin Ko bangdikal” dan “Siswa Dikspespa DIK Tahun 2013 Pusdikbamin—Ko bangdikal. (SAN)

Page 9: Majalah unesa edisi 65 dok

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 9

LAPORAN UTAMA

Setelah menjalaninya sampai 100 kali, ia pun men da patkan penghargaan. Padahal, ia tidak pernah berniat un tuk menuju angka 100. Bahkan untuk menghitungnya pun tidak pernah terpikirkan. Baginya, semua itu ia la kukan secara sukarela

untuk menolong sesama. Ti dak aneh bila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono me nganugerahkan tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial pa da pelaku Donor Darah Sukarela satu ini.

Keaktifan dosen kelahiran Madiun 8 Februari 1960 mendonorkan da rah merupakan upaya untuk mengimplementasikan ilmunya ke masyarakat. Salah satunya, dengan memulai dari hal­hal kecil se perti menjadi Donor Darah Sukarela (DDS) bagi mereka yang mem butuhkan.

“Donor darah pertama saya adalah pada tahun 1982, waktu itu sa ya masih duduk di semester tiga. Sekarang saya rutin mendonorkan da­rah ke PMI setiap tiga bulan sekali. Selain berbagi dengan mereka yang membutuhkan, saya juga bisa mengontrol kesehatan,” ujar Heru.

Seiring berjalannya waktu, ketercapaian donor darah Heru su­dah melampaui angka 100. Mendonorkan darah sebanyak 100 kali berarti telah mengeluarkan lima kali lipat darah yang ada di tu­buhnya, tanpa imbalan. Saat ini ia tercatat sebagai pendonor yang sudah melakukan donor darah sebanyak 108 kali. Saat melakukan

do nor ke­107, Heru mendapat kabar bahwa ia akan mendapatkan penghargaan dari presiden.

“Sungguh tidak mengira bahwa jumlah donor saya akan di­hitung. Tapi setelah melihat sebuah pamflet yang menyatakan bah­wa pendonor darah 100 kali akan diberi penghargaan oleh presiden, ba ru saya percaya. Mulai saat itu saya ingin segera bertemu presiden. Ada rasa kebanggaan tersendiri,” ungkap dosen yang juga menerima peng hargaan Dwidya Sistha, tanda penghargaan bagi mereka yang telah melaksanakan perannya sebagai instruktur atau pelatih militer se lama empat tahun berturut­turut.

Akhirnya pada tanggal 16—18 Desember 2013, Heru be ser­ta rombongan dari 21 PMI se­Jatim berada di Jakarta untuk me­ne rima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan itu bernama Satyalancana Kebaktian Sosial pada Para Do nor Darah Sukarela 100 Kali Tahun 2013. Acara yang berlangsung di Ruang Puri Agung Hotel Sahid Jaya—Jakarta Pusat itu mem be­ri kan penghargaan pada DDS 100 kali di seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 950 orang. Berdasarkan angka tersebut, Ja wa Timur adalah provinsi paling besar yang menyumbang DDS, ya itu mencapai 450 orang. Dari sejumlah kota di Jawa Timur, kota ter ba­nyak DDS adalah Surabaya yang mencapai angka 288 orang.

Pada kesempatan tersebut, para DDS mendapatkan uang sebesar Rp750.000,00 dan seragam batik plus ongkos jahitnya. Seragam batik yang disamakan perprovinsi tersebut dipakai dalam acara “Temu Asih Ketua Umum PMI dengan Donor Darah Sukarela 100 Kali” pada tanggal 16 Desember, lalu dilanjutkan dengan penyematan cincin DDS oleh Ketua Umum PMI, Jussf Kalla, kepada perwakilan DDS tiap provinsi. Pada cincin seberat empat gram itu ditorehkan tanda plus yang merupakan simbol Palang Merah Indonesia. Sementara itu, penerimaan Satyalancana dilakukan pada tanggal 18 Desember.

Menanggapi sejumlah penghargaan yang telah diperolehnya, Heru cukup menjadikannya pagar untuk berbuat lebih baik. Ada kalanya berat, ada kalanya tidak. Berat karena harus memikul tanggungjawab, ringan karena dirinya tidak meminta untuk dihargai.

“Dalam menjalani hidup, saya memiliki empat pedoman yakni me yakini apa yang diimani, bersyukur, berdoa, dan berusaha se mak­simal mungkin untuk berbuat lebih baik. Dengan begitu, saya dapat mem pertanggungjawabkan segala perbuatan saya di hadapan Tu­han,” pungkas dosen yang tinggal di Perum Griya Japan Raya Mo­jokerto itu. (SAN)

Tidak pernah terbayang di benak Heru Siswanto bahwa rutinitas donor darah tiap tiga bulan sekali itu akan mendapat tanggapan positif dengan

memperoleh penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial. Yang terlintas di benaknya saat itu bukanlah target mendapat penghargaan, tetapi lebih pada

kegiatan sukarela untuk menolong sesama.

Drs. Heru Siswanto, M. Si Raih Penghargaan dari Presiden

DONOR DARAHLEBIH 100 KALI

Page 10: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN UTAMA

10 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes dinobatkan sebagai penerima pengh argaan peneliti berprestasi oleh LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Mayarakat) Unesa untuk kategori kelompok bidang ilmu sains dan teknologi. Selain

mendapatkan sertifikat, dosen yang mulai meneliti sejak tahun 2005 itu juga mendapat hadiah berupa uang tunai sebesar 2,5 juta rupiah.

Karya penelitian yang dianugerahi penghargaan adalah pene li­tian yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2007, Leny melakukan penelitian berupa Isolasi Fitase dari Mikroorganisme Ta nah Kapur untuk Defitinisasi Jagung dalam Mempertahankan Ni lai Gizi Protein dan Mineral. Fitase merupakan enzim yang dapat di per­oleh dari tanaman, mikroorganisme, maupun beberapa jaringan he­wan tertentu. Fitase mikroorganisme memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan mengingat karakternya yang sangat me­ngun tungkan untuk dunia industri. Fitase mikroorganisme memiliki ke unggulan, antara lain potensi produksi yang tidak terbatas, relatif mudah dan murah, serta dapat dikendalikan. Mikroorganisme yang di peroleh dari tanah defisiensi fosfat atau dalam keadaan tidak ter­sedia (misalnya tanah berkapur) akan mempunyai potensi tinggi peng hasil fitase.

Tahun berikutnya (2008), Leny kembali melanjutkan pene li­tiannya tersebut di Tanah Gunung Kapur Gresik dengan me man­fa atkan mikroorganisme Bacillus licheniformis. Sesuai judulnya ya­itu Isolasi dan Karakterisasi Fitase dari Bacillus licheniformis Tanah Gu nung Kapur Gresik untuk Defitinisasi Jagung, Leny mengarahkan hasil penelitiannya tersebut untuk meningkatkan nutrisi tanaman ja gung melalui penurunan kandungan fitat (garam) sehingga tidak mengikat protein, pati, maupun berbagai mineral di dalamnya.

BIODATA SINGKAT:

Nama Lengkap Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes.

Jabatan Fungsional Guru Besar

Tempat, Tgl. lahir Surabaya, 12-09-1951

Alamat rumah Margorejo Indah III- B 707 Surabaya

Pendidikan S1 IKIP Malang (Pendidikan Kimia)S2 Unair Surabaya (Biokimia/Ilmu Kedokteran Dasar)S3 Unair Surabaya (Kimia/MIPA)

Penghargaan Dosen Berprestasi Unesa (2009)Tanda kehormatan Satyalancana karya satya XX (2011)

Unesa menambah daftar peneliti berprestasi. Dua srikandinya, Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes dan Dr. Trisakti, M.Si berhasil meraih penghargaan peneliti berprestasi. Prof. Leny Yuanitaterpilih sebagai peneliti berprestasi kategori kelompok bidang ilmu sains dan teknologi, sedangkan Dr. Trisakti sebagai peneliti berprestasi kategori kelompok bidang ilmu sosial dan humaniora.

DUA SRIKANDI UNESA RAIH PENGHARGAAN PENELITI BERPRESTASI

Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes.

Fokus Teliti Enzim dan Serat Pangan

Page 11: Majalah unesa edisi 65 dok

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 11

LAPORAN UTAMA

DAFTAR HASIL PENELITIAN

Tahun Judul Penelitian Sumber

2013 Pemanfaatan Fitase Bacillus subtilis Holiwood Gresik Amobil untuk Meningkatkan Nilai Gizi pada Tepung Jagung Bebas Fitat

Hibah BersaingDP2M

2012 Pemanfaatan Fitase Bacillus subtilis Holiwood Gresik untuk Meningkatkan Nilai Gizi pada Tepung Jagung Bebas Fitat

Hibah BersaingDP2M

2011 Perubahan Biokimiawi dan Jumlah Mikroba Cemaran pada Daging Ayam Ras melalui Penambahan STPP Food Grade (Anggota)

FundamentalDP2M

2010 Aktivitas Enzim Pencernaan pada Diet Tinggi Serat Pangan: Variasi Derajat Keasaman dan Lama Perebusan (Ketua)

StranasDP2M

2010 Uji Toksisitas Anti Radikal Bebas, dan Anti Trigliserida Teh Kambucha (Anggota) StranasDP2M

2009 Efektivitas Diet Tinggi Serat Pangan Kacang Panjang untuk Menurunkan LDL Rattus norvegicus (Anggota) StranasDP2M

2009 Mekanisme Pengikatan Asam Empedu oleh Komponen Serat Pangan untuk Menjelaskan Efek Hipokolesterolemik (tahun II) (Ketua)

FundamentalDP2M

2008 Mekanisme Pengikatan Asam Empedu oleh Komponen Serat Pangan untuk Menjelaskan Efek Hipokolesterolemik (tahun I) (Ketua)

FundamentalDP2M

2008 Isolasi dan Karakterisasi Fitase dari Bacillus licheniformis Tanah Gunung Kapur Gresik untuk Defitinisasi Jagung –Tahun II (Ketua) DIPA/PR1

2007 Isolasi Fitase dari Mikroorganisme Tanah Kapur untuk Defitinisasi Jagung dalam Mempertahankan Nilai Gizi Protein dan Mineral (Thn I) (Ketua) DIPA/PR I

2007 Penggunaan STPP Food Grade pada Fase Pasca Mortem untuk Meningkatkan Kualitas dan Daya Simpan Ayam, Ikan, Udang (Ketua)

Hibah BersaingDP2M

2006 Penentuan Mekanisme Reaksi pembentukan Kompleks Fe- Serat Pangan pada Kondisi Sistim Gastrointestinal FundamentalDP2M

2005 Pengaruh Pemasakan dan Penyimpanan pada penggunaaan STPP Sebagai Antioksidan dan Pengempuk Daging DIPA

“Sejak awal penelitian saya memang berkutat pada dua ke­lompok, yaitu enzim dan serat pangan. Ketertarikan saya pada serat pangan adalah berkat guru besar saya dulu yang juga gemar meneliti serat pangan,” kenang dosen sekaligus guru besar Kimia Unesa itu.

AKTIF MENELITIPerempuan yang mengantongi gelar S3

dari Universitas Air lang ga jurusan Kimia itu mengaku sangat gemar meneliti. Walaupun ti­dak ada dana, setiap kali ada kesempatan ia selalu membuat pro po sal. Karena itu, setiap tahunnya ia menyempatkan untuk me la ku kan penelitian. “Bagi saya, penelitian harus jalan meski tidak ada da na,” imbuh dosen yang pernah menerima penghargaan dosen ber prestasi Unesa tahun 2009 itu.

Tekad itu setidaknya ia wujudkan dengan menghasilkan karya pe nelitian satu hingga dua kali dalam setahun.

Tercatat, sejak mulai aktif melakukan penelitian tahun 2005, dosen kelahiran Surabaya 12 September 1951 itu sudah menghasilkan 13 karya penelitian (hasil

penelitian, lihat tabel). Dua di antara hasil karya penelitian itu me ngan tarnya meraih penghargaan sebagai peneliti terbaik.

Karena sudah menjadi kegemaran, Prof. Leny pun mengaku enjoy dalam melakukan

penelitian. Ia tidak suka melakukan pe ne li tian dengan terburu­buru, yang nantinya dapat membuat out of target. “Saya selalu mencari

literatur dari jurnal terpercaya, tidak ha nya nasional bahkan internasional. Dengan begitu, saya akan menemukan

permasalahan yang berbobot dan dapat mengajinya di la tar belakang,” ungkapnya. (SAN)

Page 12: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN UTAMA

12 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Dr. Trisakti berhasil meraih penghargaan peneliti berprestasi ka tegori kelompok bidang ilmu sosial dan humaniora. Atas pres tasi tersebut, dosen kelahiran Surabaya, 28 September 1965 itu selain mendapatkan sertifikat, juga mendapat ha­

di ah berupa uang tunai sebesar 2,5 juta rupiah.Karya penelitian Dr. Trisakti yang berhasil mendapatkan peng­

har gaan berjudul Penelitian Strategis Nasional: Pemetaan Seni Per tun­jukan Tradisional Jawa Timur sebagai Strategi Pelestarian Budaya Tra­di sional: Kajian Bentuk, Fungsi, Makna Simbolik Pertunjukan. Penelitian itu di lakukan dua kali pada tahun 2012 dan tahun 2013. “Melalui pe nelitian itulah saya dinyatakan menjadi peneliti berprestasi,” pa­parnya.

Sesuai judulnya, Trisakti menjelaskan bahwa penelitian tersebut ter konsentrasi pada pertunjukan tradisional di Jawa Timur. Untuk mem peroleh data, ia pun harus berkunjung ke daerah­daerah di

Dr. Trisakti, M.Si

Konsentrasi Teliti Seni Pertunjukan

Tradisional di Jawa Timur

Jawa Timur dan menyaksikan secara langsung pertunjukan tra di sio­nal yang sedang digelar. “Menyaksikan secara langsung berbeda de­ngan hanya menonton dari rekaman. Menonton rekaman tidak bisa men jabarkan minat masyarakat di daerahnya langsung”, imbuhnya.

Dalam penelitian itu, Trisakti melibatkan mahasiswanya melalui ma ta kuliah Kajian Seni Pertunjukan. Dengan begitu, Trisakti ber ha­rap para mahasiswa dapat belajar langsung di lapangan. Sesuai latar belakang pendidikannya, penelitian yang dilakukan Trisakti selama ini memang mengarah pada seni pertunjukan.

Dosen yang merampungkan S2 dan S3 di Jurusan Kajian Bu­daya Universitas Udayana tersebut terbilang aktif dalam ke gi­atan penelitian. Sejak tahun 1993, setidaknya setiap tahun ia menghasilkan satu penelitian. Bahkan, sejak 2007, ia selalu men da­patkan penelitian paling tidak dua kali dalam setahun. Tahun 2012, ia mulai mengarahkan penelitiannya pada pemetaan seni per tunjukan

Saya tidak ingin hanya mengajar, namun harus ada

kegiatan lain yang dapat mengembangkan pengetahuan

saya, di samping juga ha rus berguna bagi orang lain.”

“ “

Page 13: Majalah unesa edisi 65 dok

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 13

DAFTAR HASIL PENELITIAN

Judul Tahun Keterangan

Uji Coba Naskah Kuliah Tari Jawa Timur I (Penelitian) 1993 Ketua/DIKS

Uji Coba Materi Kuliah Antropologi (Penelitian) 1994 Mandiri

Mengapa Alumni Pendidikan Seni Tari Tidak Mengajar Bidang Studi Seni Tari 1994 Anggota/DIKS

Mengapa Alumni Seni Tari FPBS IKIP Surabaya Tidak Mengajar Seni Tari Sesuai Kewenangannya (Penelitian) 1997 Anggota

DIKSKepembimbingan Guru dalam Pelaksanaan PSG di SMK 9 Surabaya (Penelitian)

1999KetuaDIKS

Eksistensi Ketoprak Siswo Budoyo Sebagai Seni Pertunjukan Rakyat di Jawa Timur. Tinjauan Struktur Dramatik dan Fungsi Sosial (Tesis S2)

2002 Mandiri

Langen Tayub pada Wisuda Waranggana di Kabupaten Nganjuk: Pola Interaksi Sosial Masyarakat.

2004 Ketua/DP2M

Seni Pertunjukan Ketoprak Televisi dalam Konteks Transformasi Budaya (Penelitian, mandiri 2005)

2005 Mandiri

“Kearifan Budaya Etnik Nusantara pada Milenium Baru Analisis Eksistensi Budaya Lokal dan Budaya Nasional”, dalam Laporan Penelitian tanggal 15 Mei 2007, Lembaga Penelitian Unesa. Ketua. DIPA Unesa.

2007 KetuaDIPA

Pengkemasan Seni Pertunjukan Ketoprak Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Bangsa. Ketua. Hibah Bersaing DP2M. 2007 Ketua/DP2M

“Kearifan Lokal dalam Masyarakat Etnik Jawa Timur” Kajian Budaya Etnik Jawa Timur pada Milenium Baru, Analisis Dampak Arus Budaya Global Terhadap Eksistensi Budaya Lokal dan Budaya Nasional.

2008Anggota DIPA

“Profil Alumni FBS Unesa dan Pendapat Mereka Tentang Relevansi Mata Kuliah yang Mereka Tempuh dengan Dunia Kerja”. Anggota. FBS. 2008

AnggotaFBS Unesa

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill untuk Memperbaiki Kualitas Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya. Ketua. Stranas. DIPA Unesa.

2009KetuaDIPA

Pengkemasan Tari Ngremo Ludruk Sebagai Strategi Pengembangan Tari Tradisional di Tengah Modernisasi Masyarakat (tahun I). Anggota. Hibah Bersaing. DP2M.

2009Anggota DP2M

Pengkemasan Tari Ngremo Ludruk Sebagai Strategi Pengembangan Tari Tradisional di Tengah Modernisasi Masyarakat (tahun II). Anggota. Hibah Bersaing. DP2M.

2010Anggota DP2M

Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa (Ketua Peneliti Utama). Penelitian Payung. DIPA Unesa.

2011Ketua DIPA

Penelitian Strategis Nasional: Pemetaan Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Timur Sebagai Strategi Pelestarian Budaya Tradisional: Kajian Bentuk, Fungsi, Makna Simbolik Pertunjukan. Ketua. Stranas Tahun 1.

2012Ketua DP2M

Penelitian Strategis Nasional: Pemetaan Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Timur Sebagai Strategi Pelestarian Budaya Tradisional: Kajian Bentuk, Fungsi, Makna Simbolik Pertunjukan. Ketua. Stranas Tahun 2. DP2M.

2013Ketua DP2M

LAPORAN UTAMA

Jawa Timur. Selain untuk mendapatkan dana dari Dik ti, Trisakti menerangkan tujuan utamanya meneliti adalah untuk me­ngem bang kan ilmu dan keterampilan. (hasil penelitian, lihat tabel)

“Saya tidak ingin hanya mengajar, namun harus ada kegiatan lain yang dapat mengembangkan pengetahuan saya, di samping juga ha rus berguna bagi orang lain,” ungkap dosen yang mengantongi gelar sarjana dari IKIP Surabaya Jurusan Seni Tari tersebut.

Dari sederet penelitian yang telah dilakukan, Trisakti paling ter tarik dengan penelitian

tentang kearifan budaya pada tahun 2007 dan 2008. Penelitian itu merupakan

penelitian yang paling me nan tang karena selama dua tahun ia berturut­

turut harus meneliti etnik­et nik di Jawa Timur. (SAN)

Page 14: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN UTAMA

14 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Trisiswanti, S.Si, Laboran Terbaik FMIPA

Membuat Media Berbiaya Murah

TRISISWANTI S.Si, M.Kes, la­bo ran dari jurusan Biologi FMIPA ber hasil terpilih sebagai laboran terbaik se­Unesa. Tri­sis wanti, yang menjadi laboran di Laboratorium Ekologi dan La boratorium Taksonomi jurusan Biologi itu dinobatkan men jadi laboran terbaik atas makalah yang berjudul: Media Alternatif untuk Pengukuran Kadar Kualitas Air.

Meski mengaku tak menyangka bisa terpilih menjadi la­bo ran terbaik, perempuan kelahiran 23 Oktober 1978 itu ter­bilang aktif dan kreatif dalam praktikum. Salah satu ma ka lah­nya, Media Alternatif untuk Pengukuran Kadar Kualitas Air yang mengantarnya menjadi laboran terbaik, pernah di im ple men ta­sikan saat praktikum Ekologi dan Limonologi dalam materi pe­gu kuran kadar kualitas air yang meliputi pemeriksaan secara kimiawi, fisik, dan biologis. Di antaranya yang diteliti adalah kadar ok sigen terlarut dalam air, salinitas, suhu, serta identifikasi jenis­je nis plankton di perairan.

Banyaknya parameter tersebut, otomatis membutuhkan pe­ralatan yang beragam dan dalam jumlah yang tidak sedikit. Alum­ni S2 Kesehatan Lingkungan Unair itu lantas membuat pe ra latan alternatif dengan bahan yang relatif murah. Salah satu contoh peralatan yang dibuat adalah preparat. Alat itu digunakan da­lam pengukuran kadar kualitas air. Biasanya, satu alat untuk me­ngukur kadar air berharga sekitar satu juta rupiah, namun dengan

pre parat biaya menjadi sangat terjangkau. Selain sebagai laboran untuk Ekologi dan Taksonomi, Tri sis­

wan ti juga menyediakan bahan­bahan praktikum untuk para ma hasiswa Biologi baik yang ada di C3, C9, maupun C10. “Hanya ba han­bahannya saja yang disediakan, untuk alat­alatnya sudah ada di laboratorium yang ada di ketiga gedung tersebut,” jelas alum ni S1 Biologi Unair itu.

Mengenai prestasi yang didapat itu, Trisiswanti mengaku se­la ma ini tidak pernah mengikuti lomba. Ia hanya aktif di berbagai ke giatan workshop atau pelatihan­pelatihan saja. Karena itu, ia ber syukur kiprahnya sebagai laboran mendapat apresiasi dengan peng hargaan sebagai laboran terbaik. “Bagi saya, yang terpenting bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan sesuai peraturan yang ada, masalah penghargaan itu nomor kesekian,” pungkas la boran yang akrab dipanggil Mbak Wanti itu. (LINA)

Mohamad Sulton Arifin, S.Pd,Tenaga Administrasi Akademik Berprestasi

Totalitas, Kunci Raih Prestasi

TERPILIH sebagai kar ya­wan berprestasi ka tegori bi­dang Te na ga Administrasi Aka demik tentu menjadi ke bang gaan tersendiri bagi Mu hammad Sulton Arifin. Se tidaknya, kerja keras dan usaha maksimal dalam men­ja lani pekerjaan yang ditekuni berbuah prestasi. Bagi Sulton, peng har gaan itu memang

Selain dosen yang meraih penghargaan, sejumlah tenaga administrasi, laboran dan karyawan Unesa juga berhasil mendapatkan penghargaan atas prestasi dan dedikasinya. Berikut sosok dan kiprah mereka yang

mendapatkan prestasi itu.

Karyawan-Karyawan Berprestasi Unesa

DARI TENAGA LABORATORIUM HINGGA PENGEMUDI

Page 15: Majalah unesa edisi 65 dok

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 15

LAPORAN UTAMA

bukan tujuan utama, tetapi hanyalah salah sa tu sarana pelecut agar ia makin bekerja lebih keras di tahun­ta hun berikutnya.Prinsip bekerja keras dan total di rutinitas pekerjaan yang dilakukan memang sudah menjadi prinsip hidup Sulton. Ia sadar bahwa apabila serius dalam pekerjaan, pasti akan ada buah manis yang diperoleh. Ia sebenarnya tak memperdulikan apakah pekerjaan yang dilakukan itu ada penilaian atau tidak. Baginya, biar saja orang lain yang menilai pekerjaannya. Yang penting, ia akan berusaha dengan sungguh­sungguh dan bekerja keras terkait pekerjaan yang dijalani. “Kita bekerja itu bukan hanya urusan dengan manusia, melainkan urusan dengan Sang Maha Pencipta,” ungkapnya.Sulton menambahkan, kerja keras harus diimbangi dengan kerja cerdas, yakni harus tahu bagaimana suatu pekerjaan membuahkan hasil yang maksimal dalam waktu yang relatif efektif. Demikian sebaliknya, kerja cerdas memerlukan kerja keras. Jika suatu pekerjaan tidak dilaksanakan dengan semangat kerja kerja keras, hasilnya tidak akan maksimal. “Kerja cerdas itu dapat kita peroleh jika mau menuntut ilmu alias belajar hingga akhir hayat kita,” terangnya.

Satu lagi yang perlu dilakukan selain bekerja keras dan bekerja cerdas, yakni bekerja ikhlas semata­mata hanya mengharap ridha dari Tuhan. Kerja ikhlas itu penting dimiliki agar tetap semangat ketika kerja keras dan kerja cerdas yang dilakukan belum mendapatkan hasil. “Dengan kerja ikhlas, kita tidak mudah down dan tetap semangat untuk bekerja. Agar mampu bekerja ikhlas memang harus dilatih dengan memperbanyak ibadah,” pungkasnya. (RUDI)

Puspo Anggono,Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK)

Banyak Belajar dari Para Senior

BELAJAR dari yang sudah pengalaman dan senior, itulah kunci keberhasilan Puspo Anggono dalam bekerja. Ia mengakui awalnya tidak begitu paham dengan bidang pekerjaannya sebagai Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK). Tetapi, ketidakpahaman itu tidak membuat ia lantas mudah putus asa. Karena sudah

mendapatkan kepercayaan, ia pun harus sebisa mungkin cepat paham dan mengerti dengan bidang tugasnya. Karena itu, ia tak pernah sungkan belajar kepada para senior dan orang­orang yang sudah berpengalaman di bidang PUMK tersebut.

Usaha keras Puspo belajar ke para senior, membuahkan hasil. Ia tidak saja semakin paham dengan bidang pekerjaannya, tetapi

juga mendapatkan prestasi dengan terpilih sebagai Pemegang Uang Muka Kerja terbaik. “Jujur saya kaget dengan penghargaan ini. Karena banyak yang senior dan yang lebih baik dari saya, tapi kok saya yang terpilih,” ujarnya merendah.

Pekerjaan yang ditekuni Puspo, terbilang berat karena berkaitan dengan keuangan. Namun, dengan prinsip yang kuat, ia mampu melaksanakan tugas itu dengan baik. Baginya, ada tiga kunci utama yang membuat ia mampu menjalankan tugas dengan baik. Pertama, dukungan keluarga karena karena sering tidak pulang. Kedua, selalu berkoordinasi dengan pimpinan dan ketiga, senantiasa terbiasa bekerja over time.

Mengenai tip bekerja, karyawan yang sudah bekerja sebelas tahun di Unesa itu tak memiliki prinsip yang muluk­muluk. Ia hanya bilang, salah satu kunci adalah loyalitas terhadap lembaga.ia ber berharap Unesa terus bekembang menjadi lebih lebih baik seiring dengan semakin majunya perkembangan infrastruktur saat ini. (PUTRI)

Sri Maryati,S.T,Pembuat Daftar Gaji (PDG) Terbaik

Prioritaskan Kerja dan Disiplin

SRI Maryati, S.T, tak pernah menyangka bakal mendapat penghargaan sebagai Pem­bu at Daftar Gaji Terbaik. Se­wak tu berbincang dengan re porter majalah Unesa, wa­nita kelahiran 3 Februari 1972 tersebut mengaku tidak tahu kriteria apa sehingga ia terpilih menjadi Juru Bayar Terbaik. “Yang terpenting, saya tidak

pernah menunda pekerjaan, kalau pekerjaan harus selesai tanggal yang ditentukan, saya berusaha sudah menyelesaikan sebelum tanggal tersebut. Saya selalu menomorsatukan tugas­tugas saya itu. Mungkin yang dipilih itu yang tidak pernah telat, yang tidak pernah banyak kesalahan dalam pembuatan SPN,” ungkapnya.

Sebelum menjadi juru bayar di BAAK­PSI, Sri Maryati mengawali pekerjaan di Unesa sebagai tenaga honorer di Lemlit tahun 1993. Tahun 2001, ia menjadi CPNS, kemudian 2003 diangkat menjadi PNS. Setelah diangkat menjadi PNS, ia lantas menempuh kuliah di Universitas Adibuana dan berhasil mendapatkan gelar S1 Teknik Elektro.

Sri Maryati berharap, mudah­mudahan tetap jaya dengan visi­misinya terutama untuk kesejahteraan pegawainya, Ia juga bersyukur ada tunjangan kinerja, yang membuatnya lebih disiplin, lebih baik lagi dalam bekerja.

Menurutnya Unesa juga sudah lebih maju dan lebih dikenal. Karena ada sosialisasi, ya mudah­mudahan semakin banyak yang berminat untuk berkuliah di Unesa. (LINA)

Page 16: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN UTAMA

16 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Drs. Edy Sutikno, Pengolah Data/Administrasi Umum Teladan

Karena Niat Awal DEDIKASI yang tinggi ter­ha dap pekerjaan membuat Drs. Edy Sutikno begitu menikmati pekerjaannya meski pe kerjaan itu telah dilakukan selama berpuluh tahun. De di kasi itu semakin lengkap dengan ke­berhasilan dirinya me raih penghargaan pengolah data dan adminidtrasi terbaik. Edy, begitu panggilan

akrabnya sama sekali tak menyangka pe ker jaan yang selama ini digeluti mendapatkan apresiasi yang baik.

Menurutnya, keberhasilan suatu pekerjaan bermula dari ni­at yang ada dalam diri seseorang. Jika tujuan pertama untuk be ker ja, pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Tetapi, jika niat bekerja tapi di dalam bekerja hanya main­main, hasilnya ten tu jauh dari yang diharapkan. “Bagi saya, niat itu menentukan ke ber hasilan seseorang dalam bekerja,” ujar Edy, ketika berbincang de ngan reporter majalah Unea di ruang kerjanya.

Edy pun menyadari bahwa penghargaan yang didapat tidak lan tas membuat ia lupa diri. Justru, penghargaan itu semakin men jadi motivasi untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Tentu, ia akan merasa malu jika penghargaan yang diterima itu tidak di imbangi dengan member contoh yang baik kepada anak buah nya.

Sekilas, jika mencermati perjalanan karir Edy dalam pekerjaan me mang tak segampang membalikkan tangan. Awalnya, ia masuk sebagai pegawai honorer sebagai salah satu karyawan per cetakan di IKIP Surabaya. Setalah lama menjadi pegawai honorer, ia akhirnya diangkat menjadi PNS. Tahun 2006, ketika Fa kultas Ekonomi (FE) dibuka, Edy yang dulu ditugaskan di per ce takan Unipress dipindah menjadi tenaga pengolah data dan ad­ministrasi di FE hingga sekarang.

Selama menjadi pengolah data dan administrasi FE, tak banyak ham batan berarti. Satu­satunya, hambatan yang pernah ditemui adalah terkait sistem pemasukan nilai yang kerap bersamaan de ngan fakultas lain ke puskom. Karena itu, ia menyarankan agar ada jadwal secara rinci pada setiap fakultas sehingga tidak ada sa ling kejar­kejaran dalam memasukkan nilai. (WAHYU)

Prijanto, SE,Peraih Penghargaan Dharma Pengabdian

Berupaya TerbaikBEKERJA keras dan tidak per nah setengah–setengah da lam me lakukan pekerjaan. Itulah prinsip yang senantiasa di lakukan Priyanto, S.E dalam mengabdikan dirinya di Unesa. Selama kurang lebih 30 tahun, ia bekerja di Uni ver sity Press Unesa dengan kerja keras dan kesungguhan hati. Tak pelak, kesungguhannya dalam bekerja itu pun mendapat ap resiasi. Ia mendapatkan piagam penghargaan Dharma Pe ngab di an yang dianugerahkan pada peringatan Dies Natalis ke­49.

“Saya tidak menyangka penghargaan ini diberikan pada saya, pa dahal saya merasa dalam bekerja, biasa­biasa saja. Cuma dalam me lakukan sebuah tugas saya tidak pernah setengah­setengah.” tu turnya rendah hati.

Penghargaan yang diterima itu, tentu menjadi tambahan mo tivasi bagi Prijanto untuk berkerja lebih baik lagi. Sebelum men jadi pegawai di Unipress, Prijanto pernah ditempatkan di La boratorium Fisika, diperbantukan di program BJJ (Belajar Jarak Jauh) pada bagian perlengkapan, diperbantukan di UT (Uni ver sitas Terbuka) yang bertempat di Unair. Sebelum akhirnya di ta rik lagi ke Unesa pada tahun 1988 dan ditempatkan di UNESA Uni ver sity Press hingga sekarang.

Di Unipress, pria kelahiran Malang 12 Februari 1962 itu me mu lai pekerjaan sebagai operator mesin cetak sebelum akhirnya men­dapat kepercayaan sebagai penanggung jawab produksi. Se bagi penanggung jawab produksi, tentu ia berupaya menjaga agar kualitas produksi baik sehingga tidak mengecewakan pe langgan.

Meski sudah bekerja dengan baik, tapi masih ada kendala yang dihadapi. Salah satu kendala yang dihadapi itu adalah me nge nai keajegan pegawai yang bekerja. Kerap kali terjadi, setelah mem bimbing SDM hingga ahli, tiba­tiba mereka di­rolling dan di ganti orang baru. Tentu saja, pergantian itu membuat ia harus men didik lagi SDM baru. “Seharusnya, saat sudah ahli melakukan pe­kerjaannya, SDM tersebut sebaiknya tidak dipindah agar pe­kerjaan terus berjalan lancar,” harap Prijanto. (CHANDRA KIRANA)

“Saya tidak menyangka penghargaan ini diberikan pada saya, pa dahal saya

merasa dalam bekerja, biasa-biasa saja. Cuma dalam me lakukan sebuah

tugas saya tidak pernah setengah-setengah.”

Page 17: Majalah unesa edisi 65 dok

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 17

LAPORAN UTAMA

Efa Susanti, Satuan Pengamanan Terbaik

Tegas, Disiplin, dan Santun

SOSOK yang satu ini tentu sudah tidak asing di lingkungan Fakultas Ma tematika dan Ilmu Pe nge ta huan Alam Unesa. Dia adalah Efa Susanti, salah satu satpam pe rempuan yang baru saja men dapatkan penghargaan se bagai Satpam Teladan tahun 2014.

Meski perempuan, Efa dikenal sebagi satpam yang tegas dan disiplin. Suatu ketika, ia terpaksa harus mencabut pentil salah satu motor mahasiswa karena tiga kali diperingatkan agar tidak parkir sembarangan, tak dihiraukan. “Bukan masalah jahat atau tidak jahat, ini masalahnya tentang kedisiplinan dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya,” tuturnya.

Tindakan tegas itu pun berefek positif. Mahasiswa menjadi jera dan tidak memarkir sepedanya di tempat sembarangan. Meski demikian, Efa juga pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan karena tindakan tegasnya itu. Ia pernah ditabrak oleh mahasiswa karena jengkel terhadap kedisiplinan yang dilakukan. Tindakan mahasiswa itupun, ia laporkan ke atasan. Mahasiswa tersebut pun dipanggil. “Alhamdulillah, saat ini mahasiswa tersebut sudah berubah, sekarang sudah disiplin malah memberitahukan kepada temannya bahwa parkir di tempat seperti itu kurang aman,” ujarnya.

Efa mengatakan, ketegasan itu harus diawali dari diri sendiri. Sebab, ketegasan itu lahir dari keyakinan dan komitmen pribadi terhadap keputusan yang diambil sehingga terwujud dalam tindakan dan aktivitas. Bersikap tegas, tambah Efa, berarti harus konsisten terhadap keputusan yang

diambil dan berani menerima konsekuensinya walaupun berat. Perempuan kelahiran 29 Desember 1989 itu menambahkan,

kualitas kepemimpinan yang efektif sangat ditunjang keberanian, ketegasan dan kedispilinan. “Hukum tidak akan jalan tanpa kedisiplinan. Jika hukum tidak jalan, maka wewenang dan kekuasaan juga macet. Kekuasaan yang macet membuat siapa pun yang berkuasa tidak memiliki wibawa, tidak bisa menjalankan fungsinya, dan akhirnya ditinggalkan oleh pengikutnya. Inilah kehancuran sebuah kepemimpinan,” ujarnya.

Masalah penegakan hukum dan kedisiplinan ini sangat vital per­anannya. Tidak saja di militer, tetapi juga di seluruh bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedis­iplinan adalah jantung kehidupan sebuah bangsa. Bangsa yang tidak memiliki kedisiplinan akan hancur. Sebab tanpa kedisiplinan, hukum tidak bisa ditegakkan. (RUDI)

TUKIYONO, pria kelahiran 17 juni 1963 mungkin bisa di bi lang sopir pertama di Universitas Negeri Surabaya. Ia me nga wali pekerjaan sebagai tenaga

serabutan pada ta hun 1985, sewaktu Unesa

masih bernama IKIP Surabaya. Ia me­ngerjakan apa

saja mulai dari mengemudi, mengantar surat dan apapun

pekerjaan yang m e m e r l u k a n bantuannya pada wak tu itu. Tahun

2004, ia lantas dipindah ke bagian bus sebagai sopir hingga sekarang.

Terhitung, sudah 24 tahun Tukiyo bekerja sebagai pengemudi di Unesa. Sedari awal, ia memang mendaftar sebagai pengemudi. Baginya, mengemudi adalah hobi dan pekerjaan yang menyenangkan. Atas dedikasinya, itu tak heran ia pun dinobatkan menjadi sopir terbaik 2014.

Ketika ditanya suka duka bekerja sebagai pengemudi di Une­sa, pria berusia 50 tahun itu menjawab “Sukanya karena me nge­mudi itu menyenangkan dan sudah bagian dari hidup saya, tetapi ada juga dukanya yakni jika ada kendala di jalan,” ujar Tukiyono.

Bapak dengan satu anak itu berharap, ia bisa dipekerjakan apa saja di luar pekerjaan utamanya sebagai pengemudi bus. Jika ti dak ada yang memerlukan bus, ia berharap bisa diberi pekerjaan lain. (ARI/LINA)

Tukiyono, Pengemudi Teladan

Mengemudi itu Bagian dari Hidup

Page 18: Majalah unesa edisi 65 dok

18 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

LENSA UNESA

DALAM rangka ujian akhir semester mata kuliah Tata Rias dan Busana Karakter, mahasiswa Jurusan Sendratari FBS Unesa menggelar acara tari di Mall Ciputra World. Kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa (21/1)  dengan tema "Our Contemporer Heritage” itu  mendapat animo dari banyak pengunjung. 

Pada awal acara, pengunjung disuguhi perform phantomim dengan mengajak penonton menjawab teka-teki. Selain menyajikan tari kontemporer dan zombie flashmob, mahasiswa juga memamerkan 13 busana rancangan mereka dengan aneka judul seperti Keajaiban Nawangwulan; Cakil Tidak Pernah Diceritakan; Bima Terhebat; Srikandi di Zona Bahaya; Perjuangan Gatotkaca; Shinta Kecil; Semar; Anjani Cantik; Holi Anoman; Kekuatan Lembusuro; Rangda Senja; Malaikat dari Hujan Mutiara; dan Efek Ratu Pantai Selatan. (NARASI DAN FOTO: ARI)

"OUR CONTEMPORER HERITAGE"

SEMINAR INOVASi SAINS DALAM KURIKULUM: Seminar nasional pendidikan sain bertema: Inovasi pendidikan sains dalam menyongsong pe lak sanaan kurikulum 2013 berlangsung meriah. Seminar yang diselengarakan program studi pendidikan sains pascasarjana Unesa itu menghadirkan narasumber Prof. Dr. Hamid Husan, MA (Guru Besar UPI) dan Prof. Dr. Muslimin Ibrahim,M.Pd (Guru Besar Unesa).

Page 19: Majalah unesa edisi 65 dok

LENSA UNESA

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 19

SEMINAR ABK; Sekitar 377 pe serta hadir dalam seminar Pe nataan Kelembagaan dan Ku rikulum bagi Anak Ber ke bu-tu han Khusus (ABK) di kom-pleks SLB Gedung Q-2 Unesa Kam pus Gedangan Sidoarjo pada Sabtu (11/1). Pe ser ta yang hadir berasal dari ka la ngan guru, kepala sekolah, pe mer-hati ABK dan mahasiswa. Pem-bicara dalam seminar sehari itu adalah Dr Totok Bintoro, M.Pd.; Dr. Praptono, M.Ed.; dan Drs. Sumarman. Saat ini, Unesa men-dapat penghargaan dari Kem dik-bud kepada sebagai kampus in-klu si dan pusat rujukan kampus ra mah ABK wilayah Indonesia ba gian Timur.  (NASKAH DAN FOTO: ARI)

SEBANYAK 259 lulusan PPG prajabatan Pasca SM3T Angkatan I diyudisium, Senin (10/2). Momentum bahagia itu dihadiri Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Muchlas Samani, Direktur PPG Prof. Dr. Lutfiah, ketua LPPM Prof. Dr. Wayan dan pejabat Unesa tingkat fakultas maupun jurusan. Ini pertama kali Unesa meluluskan guru profesional dari PPG jalur SM3T. Mereka memperoleh sertifikat pendidik. Yudisium dan pelantikan tersebut juga menghasilkan 13 lulusan terbaik dari berbagai jurusan.

Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Muchlas Samani berpesan melalui sebuah puisi, yang intinya, untuk meraih sebuah impian harus bertahap. “Sebuah impian harus bertahap, dimulai dari yang kecil, dari diri sendiri,” pesannya. (PUTRI/AROHMAN)

YUDISIUM PERTAMA PPG

Page 20: Majalah unesa edisi 65 dok

20 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

LAPORAN KHUSUS

Rektor Unesa saat ini, Prof. Muchlas me nge­mu kakan pen da pat me narik seputar per­

gan tian pemimpin Unesa ke depan. Mantan staf ahli Ke­men diknas itu mensyaratkan 3 kriteria untuk pemimpin Une sa masa depan. Kriteria per ta ma, pemimpin masa depan Une sa harus memiliki standing aka de­mik yang kokoh. Bagi Muchlas, de mikian sapaan akrabnya,

stan ding akademik itu penting lan taran secara kelembagaan, Une sa belum sekokoh Unair, ITS, UGM, UI dan PTN lain yang lebih dulu. Jika rektornya memiliki stan ding akademik yang kokoh, ten tu Unesa akan lebih mudah ber gaul dan duduk setara dengan universitas ternama di tingkat nasional. Imbasnya, Une sa akan makin dikenal luas dan terlibat dalam berbagai pe­

ngambilan keputusan di tingkat nasional.

Kriteria kedua, lanjut Much­las, pemimpin Unesa ke depan ha rus memiliki integritas yang kuat. Sebab, saat ini, Unesa te­ngah mengelola projek IDB de ngan dana besar mencapai 39,2 juta dolar atau setara 420 mi liar. Untuk mengelolah dana sebesar itu, tentu dibutuhkan pe mimpin (rektor) yang ber in­tegritas kuat. Jika tidak memiliki

Pergantian rektor Unesa memang masih beberapa bulan lagi—sekitar 5 bulan lagi (Juni 2014). Meski demikian, gaung suksesi kepemimpinan di Unesa sudah mulai

terdengar. Salah satunya, melalui diskusi yangdilakukan BEM Unesa pada 22 November2013 yang mengupas tentang pemimpin

Unesa Masa Depan. Bagaimanasejatinya kriteria rektor

Unesa masa depan?

ME

NC

AR

I PEMIMPIN UNESA M

ASA D

EP

AN

integritas kuat, godaan dalam me ngelola projek sebesar itu pasti berpeluang besar meng­hambatnya. Karena itu, sangat diperlukan rektor yang tidak mu dah tergoda dan tergiur se­hing ga melakukan tindakan­tin dakan yang melanggar hu­kum. Ibarat pohon, semakin ting gi semakin kencang angin me nerpa. Agar tidak mudah am bruk diterpa angin, tentu di­

Page 21: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN KHUSUS

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 21

perlukan akar (pemimpin) yang kuat dan berintegritas.

Kriteria ketiga, pemimpin Une sa masa depan harus memi­li ki kemampuan membangun je jaring internasional. Muchlas meng ilustrasikan, jika di iba rat­kan pabrik, Unesa belum me­miliki merek terkenal. Karena itu, Unesa perlu menggandeng uni ver sitas lain agar dapat numpang na ma universitas ter sebut. Era global memaksa semua uni ver sitas bekerja sama de ngan uni versitas lain di luar negeri. Program double deg ree, pengiriman dosen dan ma ha­siswa, penelitian bersama me­rupakan contoh kerja sama yang harus dilakukan.

Prof. Dr. I Wayan Susila, M.T, guru besar Unesa yang ki ni menjadi ketua LPPM me­nga takan bahwa calon rektor Une sa ke depan harus sesuai

de ngan peraturan menteri dan di harapkan membawa misi Une­sa untuk dapat menjalin ker ja sama dengan pihak luar negeri, perguruan tinggi, dan ins tansi terkait lainnya sehingga Unesa dapat dikenal secara luas. Se lain itu, Wayan mengatakan bah wa seorang rektor harus men jun­jung nilai­nilai akademis. Sa lah satunya, dapat menguasai Ba­hasa Inggris. Penguasaan ba­ha sa internasional diperlukan se bagai sarana penunjang hu­bungan dengan pihak ins tan si dari luar negeri. “Saya ber ha­rap citra rektor masa depan da­pat dijadikan panutan baik dari kalangan mahasiswa, do sen,

pegawai, dan karyawan kam­pus. Rektor ke depan juga harus berupaya keras untuk me ma ju­kan Unesa menjadi lebih baik,” ung kap I Wayan.

Sementara itu, Prof. Dr. Fa­biola Dharmawanti Kurnia, M.Pd berharap rektor ke depan da­pat melanjutkan kinerja rektor sebelumnya seperti ke ma juan fisik dari bangunan, pem ba­ngu nan gedung, dan fasilitas kam pus. Tidak hanya dari sisi

fisik, nonfisik seperti kualitas aka demik juga harus lebih di­tingkatkan mulai dari jajaran ma hasiswa, dosen, pegawai, dan lain­lain. “Calon rektor ke depan, harus bisa menjalin ke­mit raan dengan instansi lain baik dalam dan luar negeri,” te­rangnya.

Senada, Prof. Dr. H. Kusnan, M.T mengatakan bahwa calon rektor ke depan harus lebih memiliki semangat memajukan Unesa baik segi akademik maupun nonakademik. Ha nya saja, meski rektor bisa di gan­ti sesuai aturannya, na mun ia

sangat berharap jika rektor ters ebut masih berusia pro­duk tif dalam kinerjanya dan ma sih layak, akan sangat baik jika rektor tersebut tetap me­lanjutkan kinerjanya.

Tak berbeda jauh, Prof. Dr. Mu noto, M.Pd mengakui bahwa ke pemimpinan Unesa periode se karang sudah bagus dalam pembangunannya. Ia berharap calon rektor selanjutnya dapat meningkatkan kua li­tas akademik mulai dari pe­ngem bangan laboratorium, sum ber daya manusia, sistem pembelajaran, dan sebagainya. Yang terpenting, tambahn Mu­

noto, penjaminan mutu Unesa harus terjaga. Sebab, ke majuan suatu perguruan tinggi bisa dilihat dari jaminan mutu dan kualitas lulusan. “Saya ber ha rap rektor ke depan lebih mem per­hatikan penjamin mutu demi pe ningkatan kualitas perguruan tinggi,” pungkasnya.

Dalam bahasa yang hampir sa ma, Prof. Dr. Mustaji, M.Pd

me ngakui bahwa keadaan Unesa sekarang jauh lebih baik dibandingkan dengan se­belumnya. Karena itu, ia ber ha­rap, rektor masa depan dapan bisa melanjutkan kemajuan yang sudah dimiliki sekarang demi citra Unesa di masyarakat luas. Selain itu, perlu terus menerus melakukan peningkatan nilai akademik dan SDM. (WAHYU)

Prof. I Wayan Susila, M.T

Prof. Fabiola Dharmawanti K. M.Pd

Prof. Dr. H. Kusnan, M.T

Prof. Dr. Mustaji, M.Pd

Prof. Dr. Munoto, M.Pd

Page 22: Majalah unesa edisi 65 dok

LAPORAN KHUSUS

22 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Growing with Character’, se lama empat tahun ter akhir slogan ini bi­sa dengan mudah ki­

ta temukan di semua produk gra fis Unesa, ada di kop surat, am plop, stopmaf, kalender, span duk, banner, dan masih ba nyak produk grafis yang lain. Mes kipun hanya terdiri tiga ka ta, sesungguhnya slogan ini me­mi liki makna yang luar biasa. Mak na tentang cita­cita luhur un tuk wewujudkan Universitas Ne geri Surabaya sebagai per­gu ruan tinggi bermartabat yang mampu berdiri sejajar de­ngan perguruan tinggi lain di In donesia ditengah persaingan Asian Community 2015.

‘Growing with Character’ ada lah sebuah momentum pe­ru bahan. Keberhasilan sebuah pe rubahan terkait erat dengan ta hapan proses perubahan itu sen diri yaitu tahap persiapan pe rubahan, tahap implementasi pe rubahan, dan tahap peng ge­lo laan hasil perubahan . Pro ses implementasi perubahan ti dak akan berhasil apabila ta hap persiapannya sudah tidak je las. Dan ketika perubahan itu su­

JALAN PERUBAHAN MENUJU UNESA BERMARTABAT

Oleh Martadi

dah berjalan yang tidak boleh ter lewatkan adalah memelihara mo mentum perubahan. Ibarat pe sawat harus segera tinggal lan das ketika momentumnya su dah tiba, terlepas tujuannya de kat atau jauh, yang terpenting tu juan dan kerangka waktunya ha rus jelas. Jika terlambat, pe sa­wat ‘Growing with Character’ ti­dak akan pernah ‘tinggal landas’ ter bang mengudara dan hanya akan menjadi bagian cacatan se­ja rah panjang Unesa.

Momentum sudah di tan­cap kan dengan kukuh oleh rek tor terdahulu, pekerjaan ru­mah kita semua bagaimana me­mi lih figur calon rektor Unesa 2014­2018 yang tepat agar ti­dak kehilangan momentum ter sebut. Pendapat saya, untuk mam pu menterjemahkan slo­gan tersebut setidaknya Une sa empat tahun kedepan mem­bu tuhkan figur yang memiliki kri teria: visioner, integritas, ka­pa sitas akademik, networking, dan berani melakukan pe ru­bahan. Untuk melakukan se­bu ah perubahan, pertama yang harus ditanamkan adalah ada nya kesadaran untuk mau

be rubah (change awareness), yang harus disuntikkan ke se­genap jajaran kunci di Unesa. Ar tinya, kesadaran perubahan ter sebut betul­betul harus di­pa hami dan merasuk keseluruh warga Unesa, mulai di tingkat top leader sampai grass root agar ada kesamaan visi dan misi. Akan timbul persoalan, ke tika perubahan tersebut ha­nya dipahami oleh para top lea der saja, maka ketika roda pe rubahan sudah bergulir, sementara komponen­kom po­nen lain belum sinergis, ujung­ujung nya perubahan tidak ber ­jalan sesuai dengan target yang direncanakan bahkan me nim­bul kan kemacetan­ke ma cetan di berbagai lini.

Perubahan adalah sua tu proses pembelajaran, meng gan­ti kan yang lama dengan yang ba ru dan itu tidak semudah mem balikkan telapak tangan. Tetapi yang perlu diingat, tan pa adanya kesadaran bersama se­luruh warga Unesa, program pe­ru bahan akan tersendat, karena ra puhnya landasan komitmen ter hadap perubahan seperti yang di canangkan dalam visi dan

Ketika roda perubahan mulai ber gerak dan seluruh jajaran su dah berada dalam satu ‘trek’ yang relatif sama, perlu

disusun pro gram-program visioner, yaitu membuka jendela masa de pan dengan menciptakan visi yang jelas dan

terfokus, yang akan menuntun arah pe rubahan Unesa ke arah yang te pat.

Penulis adalah dosen Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa

Page 23: Majalah unesa edisi 65 dok

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 23

LAPORAN KHUSUS

misi. Untuk itu, calon pimpinan Unesa kedepan harus memiliki integritas, komitmen tinggi, dan mampu ‘memanajemeni’ sin drom kecemasan. Ibarat me­nyeberang jembatan baru ke­te mu katak sudah disangka buaya. Baru melangkah sedikit dan menghadapi resistensi da­lam bentuk ketidaksetujuan (yang sudah harus diantisipasi se belumnya) lalu tidak me ne­ruskan tetapi malah me nya lah­kan perubahaannya, atau lebih ga watnya lagi menghujat agen peng agas perubahannya.

Ketika roda perubahan mulai ber gerak dan seluruh jajaran su­dah berada dalam satu ‘trek’ yang relatif sama, perlu disusun pro gram­program visioner, yaitu membuka jendela masa de pan dengan menciptakan visi yang jelas dan terfokus, yang akan menuntun arah pe­rubahan Unesa ke arah yang te­pat. Tanpa adanya arah tujuan yang jelas, maka energi yang di ke luarkan Unesa menjadi sangat tidak efisien. Menurut hemat saya, ke depan fokus yang ha­rus dilakukan Unesa adalah po sitioning, artinya dengan mem pertimbangkan potensi yang kita miliki (keunggulan) dan arah persaingan global, Unesa harus menjadi lebih fokus yang menjadi core business yaitu melahirkan para pendidik yang unggul dan profesional.

Tanpa adanya positioning yang jelas, maka sebuah visi hanya akan tetap menjadi slogan belaka tanpa maujud secara nyata yang tercermin dalam kehidupan budaya kampus. Sulit dibayangkan, ibarat sebuah kendaraan yang sudah berjalan dengan kecepatan penuh, tetapi sopir kendaraan tersebut tidak tahu arah tujuannya.

Mengutip pendapat A.B. Susanto, terdapat tiga kaidah pe rubahan. Kaidah pertama ada lah Law of Native, yaitu pe­ru bahan yang dilakukan harus me libatkan seluruh anggota or ganisasi. Segenap impian yang terkemas dalam visi Une­sa harus meresap ke dalam sa nubari semua warga Unesa dan membuahkan komitmen ber sama. Baik mulai top leader, mid lle leader, sampai pelaku di ting kat grass root, betul­betul me mahami dan menyadari roh pe rubahan tersebut, sehingga ter dapat kesamaan gerak dan langkah di semua jajaran dan lini.

Kaidah kedua, adalah Law of Chaos, yaitu sesuatu yang ha­rus disadari bahwa dalam se tiap perubahan pasti timbul ke ka­cau an. Calon pemimpin Unesa ha rus siap menerima fakta ini dan memiliki strategi yang tepat un tuk mengelola kekacauan ter­sebut menjadi suatu yang tidak mengganggu perubahan se cara

makro, bahkan mampu meng­ubah nya menjadi energi positif ter hadap perubahan itu sendiri.

Kaidah ketiga adalah Law of Eden, yaitu kegiatan pe ru­ba han membutuhkan peran te ladan, kompetensi dan ko­mit men tinggi. Artinya, calon pe mimpin Unesa ke depan harus memberikan contoh nya­ta sehingga bisa menjadi tau la­dan bagi bawahannya. Kita tidak hanya cukup meminta ja ja ran kita untuk meningkatkan pro­fe sionalitasnya tanpa dibarengi tau dalan secara konkrit. Kita ti­dak bisa meminta anak buah ki ta datang tepat waktu, apabila pim pinan tidak pula melakukan hal serupa.

Untuk mengawal momen­tum perubahan tersebut, se­sung guhnya Unesa tidak ke­kurangan putra­putri ter baik­nya, terlepas siapapun dia, yang dibutuhkan Unesa em pat tahun ke depan adalah orang yang ‘tepat’ untuk bisa me ner­bangkan pesawat dengan tag­line ‘Growing with Character’ meng udara tinggi menjelajah ang kasa dalam kondisi cuaca apapun dan bisa selamat me­ngan tarkan penumpang sampai tu juan. Siapakah sosok pilot yang ‘tepat’ tersebut? Kita se­mua ikut bertanggungjawab un tuk memilihnya. ([email protected])

Untuk mengawal momen tum perubahan, se-sung guhnya Unesa tidak ke kurangan putra-putri ter-baik nya, terlepas siapapun dia, yang dibutuhkan Unesa em pat tahun ke depan adalah orang yang ‘tepat’ untuk bisa me ner bangkan pesawat dengan tag line ‘Growing with Character’ meng udara tinggi menjelajah ang kasa dalam kondisi cuaca apapun dan bisa selamat me ngan-tarkan penumpang sampai tu juan.

Page 24: Majalah unesa edisi 65 dok

24 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

KOLOM REKTOR

Tanggal 26-28 Januari 2014 saya mengikuti acara Workshop Penge-

lo laan Keuangan bagi KPA, yang diadakan oleh Sekretariat Jen deral Kemdikbud di Hotel Millennium Jakarta.  Kebetulan Minggu tgl 26 pagi ada keluarga yang menikahkan anaknya di TMII (Taman Mini Indonesia In-dah), sehingga istri saya ikut ke Jakarta.  Lumayan, wa laupun tiket pesawat harus mem ba-yar sendiri, istri saya dapat me-numpang nginap di hotel ber-sa ma saya.  Saya pesan kepada Mas Nardi, teman yang biasa men carikan tiket, agar isteri saya di carikan tiket promo atau yang ter murah.  Alhamdulillah dapat.

Acara workshop berjalan le-bih cepat dari yang dijadwalkan.  Acara yang dijadwalkan ditutup Selasa pukul 10.00, sudah di tu-tup Senin sore.  Pada hal tiket sa ya dan istri untuk Jakarta-Su-ra baya pada Selasa pukul 13.  Mau nya memajukan tiket, tetapi tidak bisa karena tiket istri saya ti ket promo.  Kalau memajukan ha rus membayar.  Akhirnya kami te tap menggunakan jadwal se-mula, pulang ke Surabaya pukul 13 dan saya menganggur di ho-tel Selasa pagi.

Untunglah saya membawa bu ku berjudul  Winning  tulisan Jack Welch dan Suzy Welch.  Jack Welch adalah mantan bos Ge neral Electric, sedang Suzy Welch saya duga istrinya.  Saya

me manfaatkan waktu luang untuk membacanya.  Kebetulan yang saya baca  Chapter  6 yang ber judul  Hiring: What Winners Are Made of.  Isinya sangat bagus dan oleh karena itu saya ingin berbagi dengan pembaca.

Pada  chapter  itu Jack da Suzy Welech menjelaskan apa kriteria yang perlu digunakan pada saat melakukan rekrutmen karyawan.  Kriteria itu konon sering ditanyakan ketika mereka memberikan seminar maupun pelatihan manajemen.  Kriteria tersebut sangat penting agar perusahaan memiliki karyawan dan pimpinan yang betul-betul bagus.  Staf yang tidak sesuai dengan kriteria yang diperlukan seringkali membuat kerepotan.

Menurut Jack dan Suzy Welch saringan pertama untuk rek rutmen calon karyawan ada lah untuk menguji tiga as-pek, yaitu  integrity, intel lige­nce  dan maturity.   Yang dimaksud dengan integrity dalam konteks ini adalah kejujuran dan satunya kata dengan perbuatan.  Setiap karyawan harus memahami nilai-nilai serta aturan-aturan yang diterapkan di perusahaan dan harus dengan sepenuh hati menerapkannya.

Bagaimana cara menge-ta hui integritas orang?  Untuk orang dalam, integritas dapat di-ketahui dari perilaku sehari-hari yang bersangkutan.  Tentu itu di lakukan dalam waktu cukup

WHAT WINNERSARE MADE OF

Karyawan tidak harus secer das Einstein dan Stephen Haw king. Calon karyawan juga ti dak harus membaca buku Sha kes peare

dan Ary Ginandjar. Te tapi karyawan harus memiliki ke cerdasan cukup baik agar da pat mengerjakan tugas-tugas yang diterima.

Lebih dari itu, kar yawan yang cerdas dapat de ngan mudah mengikuti per kembangan perusahaan.

OlehProf. Muchlas Samani

lama, sehingga dapat dilihat kon sistensinya.  Bagaimana ba-gi calon dari luar?  Tentu lebih su lit.  Biasanya didasarkan dari re putasi yang bersangkutan dan atau referensi orang lain yang ter percaya.

Karyawan tidak harus secer-das Einstein dan Stephen Haw-king.  Calon karyawan juga ti dak harus membaca buku  Sha kes-peare dan Ary Ginandjar. Te tapi karyawan harus memiliki ke-cerdasan cukup baik agar da-pat mengerjakan tugas-tugas yang diterima.  Lebih dari itu, kar yawan yang cerdas dapat de ngan mudah mengikuti per-kembangan perusahaan.  Ketika perusahaan tumbuh, tentu terjadi perubahan tata kerja diperusahaan dan karyawan tentu harus dapat mengikutinya.

Jack dan Suzy Welch meng ingatkan agar kita tidak mengaburkan antara ke cer-dasan dan pendidikan.  Me-mang benar, bisanya lulusan per guruan tinggi terkenal ada-lah mereka yang cerdas.  Tetapi itu juga tidak menjamin.  Fakta juga menunjukkan banyak lu-lusan perguruan tinggi biasa atau bahkan tidak pernah kuliah tetapi mereka cerdas.ma-tangan  (maturity)  penting bagi kar yawan.  Dengan kematangan kar yawan tidak mudah emosi, da pat menghargai orang lain, da pat melakukan introspeksi dari kekurangan diri, serta

Page 25: Majalah unesa edisi 65 dok

KOLOM REKTOR

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 25

mudah bekerjasama dalam tim.  Karyawan yang kurang matang seringkali menimbulkan situasi kerja yang tidak kondusif.

Di samping tiga syarat tadi, Jack dan Suzy Welch me nga ta-kan karyawan harus memiliki “The 4­E dab 1­P”.    Apa itu?  E pertama, karyawan harus me-miliki  positive energy.    Mak sud-nya karyawan harus me mi liki energi dan semangat un tuk “ker ja-kerja-kerja”.  Mung kin se perti semangat yang dian-jur kan oleh Menteri BUMN, Dah lan Iskan.  Karyawan de-ngan  positive energy  akan se-lalu optimis dan bersemangat un tuk mengerjakan tugasnya.  Kar yawan dengan  positive ener­gy akan mencintai pe ker ja annya.

E kedua adalah  energize others.  Maksudnya karyawan yang baik akan memberi se-ma ngat kepada rekan lainnya.    Hal itu tidak selalu disampaikan se bagai ucapan, tetapi lebih dari itu melalui contoh yang meng inspirasi orang lain.    Membangun kebersamaan ker ja keras merupakan con­toh energize others.

E ketiga adalah  edge, the cou rage to make tough yes­or­no decision.     Seringkali si tuasi kerja bersifat   abu-abu, se-hingga orang dapat berbeda pen dapat karena masing-ma-sing melihat dari sisi yang ber-beda. Dalam situasi seperti itu karyawan harus mampu me-nga nalisis mana yang tepat dan berani mengatakan “ya” untuk yang diyakini benar dan me-nga takan “tidak” untuk yang diyakini tidak benar.  Walaupun yang informasi yang keliru tadi berasal dari orang/pihak yang berpengaruh.

E keemapat adalah execute.  Mak sudnya kemampuan un-tuk melaksanakan suatu tugas.  Tidak semua orang yang faham dan bahkan pandai ber teori mampu melaksanakan apa yang diteorikan.   Di sam ping kemampuan untuk me lak sa na-kan suatu pekerjaan juga di per-lukan keberanian.  Apalagi ada

pekerjaan-pekerjaan yang me-ngan dung risiko.

P yang dimaksud oleh Jack dan Suzy Welch adalah passion.  Jika pekerjaan menjadi passion-nya, maka karyawan akan me-nikmati pekerjaannya.  De-ngan demikian dia akan be-ker ja dengan sepenuh hati dan hasilnya akan maksimal.  Kar yawan yang bekerja ka re na terpaksa atau sekedar me lak sa-na kan kuwajiban, hasilnya tidak akan maksimal.

Kriteria di atas berlaku untuk se mua karyawan.  Namun untuk level pimpinan apalagi pimpinan puncak di unit kerja, diperlukan kri teria tambahan.  Jack dan Suzy Welch menyebutkan em-pat tambahan untuk syarat pim-pinan, yaitu  authenticity, ability to see around corners, strong pen chant to surround themselves with better people, danheavy duty resilience.

Menurut Jack dan Su zy Welch, orang de-ngan  authenticity memiliki ke-man dirian dan rasa percaya diri yang kuat.  Dengan demikian dia akan berani mengambil ke-putusan yang dianggap te pat walaupun mungkin tidak po-puler.  Pemimpin apalagi pe-mim pin puncak tidak boleh hanya mencari popularitas dan melupakan kemajuan orga nisasi.  Pemimpin de-ngan  authenticity  tidak akan se kadar mengikuti arus orang banyak. Dia akan akan me-ngam bil langkah berani demi ke majuan organisasi yang di-pimpinnya.

Yang dimaksud de-ngan  ability to see around cor­ners  adalah kemampuan mem-pre diksi apa yang akan terjadi di masa datang.  Tentu yang dimaksud Jack dan Suzy Welch bukan semacam juru ramal, tetapi dengan ber ba gai data dan fenomena, pemimpin puncak harus mampu membuat prediksi ke depan.  Dengan begitu, da pat dilakukan antisipasinya.  Bah kan dengan kemampuan itu, yang bersangkutan dapat “me man-

faat kan” perubahan itu untuk ke majuan organisasi.

Pemimpin harus mampu men dayagunakan staf untuk kemajuan organisasi.  Makin pan-dai staf yang dimiliki tentunya ma kin lancar pekerjaan.  Namun demikian tidak semua pimpinan merasa nyaman ketika dikelilingi dan mendapat masukan dari karyawan yang lebih pandai dari dia sendiri.  Pemimpin yang baik, apalagi pemimpin puncak seharusnya siap dikelilingi dan mendapat masukan dari staf yang lebih pandai atau lebih pengalaman dari dia sendiri.  Pemimpin seperti itulah yang oleh Jack dan Suzy Welch dise-but dengan  strong penchant to surround themselves with better people.

Tidak ada orang yang ti dak pernah gagal.   Demikian pula setiap organisasi pernah me-nga lami kegagalan program.  Se tiap orang maupun organisasi juga akan selalu menghadapi tan tangan, baik dari dalam mau pun dari luar.  Pemimpin apalagi pemimpin puncak harus memiliki  heavy duty resilience,  yaitu kemampuan meng hadapi tantangan dan be rani bangkit dari kegagalan.  Pemimpin yang  baik harus me-maknai kegagalan sebagai pe-lajaran dan sukses yang ter tun-da.  Pemimpin yang baik harus memaknai tantangan sebagai peluang untuk sukses.

Jujur saya merasa men-da pat pelajaran banyak dari membaca chapter 6 buku ber-ju dul Winning, karya Jack Welch dan Suzy Welch.  Yang ingin men dapatkan gambaran lebih lengkap, silahkan membaca bu-ku aslinya.  Semoga. n

Page 26: Majalah unesa edisi 65 dok

26 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

INSPIRASI ALUMNI

Bagi Muhamad Zinuri, bisa men dapat kesempatan me lanjutkan studi ke ne-geri Sakura, Jepang me-

ru pakan impian paling besar da lam hidup yang bisa diraih. Apa lagi, impian studi ke Jepang itu berhasil ia raih dengan per-juangan keras melalui se leksi program beasiswa pe me rintah Jepang atau yang le bih dikenal dengan Beasiswa Mon bu ka ga­ku sho.

Beasiswa yang mulai di ta-warkan ke Indonesia sejak ta-hun 1960 itu merupakan pro-gram Japanese Studies yang di khususkan untuk mahasiswa ak tif jurusan bahasa dan sastra Je pang. Program non gelar itu me mungkinkan mahasiswa be-la jar bahasa dan sastra Jepang le bih mendalam selama 1 tahun

di Universitas pilihan yang di se-tu jui Monbukagakusho.

Zinuri mendapat ke sem-pa tan belajar di Jepang kali pertama de ngan beasiswa tersebut pada ta hun 2007-2008 di Universitas Tsu kuba, Prefektur Ibaraki. Se la ma setahun di Universitas Tsukuba, selain mengikuti kuliah re gu-lar dan presentasi, Zinuri me-manfaatkan waktu untuk me-nu lis skripsi sebagai syarat kelu-lusan di Unesa.

Impian dan harapan untuk te rus melanjutkan penelitian di bidang linguistik, semakin mem-buat Zinuri bersemangat untuk mendapatkan beasiswa Mon-bu kagakusho kembali. Setelah ber juang selama tiga tahun la-ma nya, Zinuri akhirnya kembali men dapatkan kesempatan un-

Orientasi Keberangkatan di Kedutaan Besar Jepang, Maret 2013

tuk melanjutkan studi ke Ne-ge ri Sakura. Kali ini, melaluin pro gram Research Student yang di tujukan untuk lulusan S1/S2 yang ingin melanjutkan studi ke S2/S3. Kini, Zinuri sedang men dalami Applied Linguistics pada konsentrasi Syntax and Ge­ne rative Grammar di Graduate School of Humanities and Social Scien ces, Tsukuba University.

TSUKUBA UNIVERSITYSebelum berganti nama

men jadi Tsukuba University, du-lu universitas Tsukuba bernama Tok yo University of Education atau IKIP-nya Tokyo). Pada ta-hun 1970, parlemen Jepang me mutuskan membangun kota penelitian di Prefektur Ibaraki. Di mulai dengan memindahkan Tokyo University of Education

Perjuangan Keras Muchamad Zinuri, Raih Beasiswa Monbukagakusho

Terobsesi Adopsi Perpustakaan Universitas

Tsukuba yang Supercanggih

Page 27: Majalah unesa edisi 65 dok

INSPIRASI ALUMNI

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 27

pada Oktober 1973. Dalam wak-tu singkat, Tsukuba berubah men jadi kota penelitian dengan di dirikannya pusat-pusat pe-ne litian seperti: JAXA (Japan Ae rospace Exploration Agency), NARO (National Agriculture and Food Research Organization), JIRCAS (Japan International Re­search Center for Agricultural Sciences), dll.

Oktober tahun ini, Tsukuba University genap berusia 40 tahun dam menjadi universitas de ngan peringkat ke-5 di Jepang. Berbagai prestasi berhasil diraih. 5 profesornya menjadi pe-nyumbang penghargaan No-bel untuk Jepang. Di bidang olah raga, Tsukuba Univeristy menjadi penyumbang tropi di kejuaraan olahraga dunia me-la lui mahasiswa-mahasiswa ju-ru san Olahraga. Tidak sedikit atlet-atlet nasional Jepang me-rupakan mahasiswa Tsukuba Uni versity.

Tsukuba University me-mi liki 9 Undergraduate School dan 8 Graduate School yang terletak di 3 kampus yakni Tenoudai, Kasuga, dan Tokyo. Ma sing-masing kampus ter se-but dilengkapi dengan 5 per-pus takaan dan 1 rumah sakit. Se lain itu, juga memiliki 11 Lab School dimana 5 di antaranya me rupakan sekolah untuk orang-orang berkebutuhan khu sus. Sistem pendidikan di Tsukuba University sejak April 2013, berubah menjadi sis tem semester,. Sebelumnya, meng-gu nakan system catur wulan yang sangat jarang ditemukan di Jepang.

Banyak hal menarik di Tsu-kuba University yang harus dikembangkan dan ditiru oleh Unesa. Selain hal-hal yang berkaitan dengan fa si li-tas, sistem pembelajaraan di universitas tersebut bisa dia-dop si. Apalagi, antara Unesa dan Tsukuba University telah menjalin kerja sama sejak tahun 2008 melalui kunjungan Rektor Unesa beserta rombongan wak-tu itu, penulis

TSUKUBA UNIVERSITY LIBRARY

Tsukuba University memiliki 5 perpustakaan dengan fasilitas yang lengkap dan canggih. Ke-lima perpustakaan tersebut ada lah Central Library, Art and Physical Library, Medical Library, Lib and Info Library dan Otsuka Library. Central Library berada te pat di depan gedung Graduate School of Humanities and So­cial Sciences. Perpustakaan itu merupakan tempat Zinu ri melakukan penelitian. Per pus-ta kaan pusat terdiri dari 5 lantai utama dengan 2 bangunan me-nyam bung yang biasa disebut de ngan gedung utama dan An­nex Building.

Perpustakaan Tsukuba di-tunjang dengan berbagai fa-si litas yang sangat membantu ma hasiswa. Fasilitas itu antara lain, website perpustakaan yang interaktif, ruang belajar/ruang baca/lounge, print/copy, pe-layanan yang ramah, koleksi re-fe rensi yang lengkap.

Perpustakaan Uviversitas Tsu kuba dengan berbagai fa si-litas penunjang yang modern itu, diakui Zinuri sangat meng-ins pirasi dirinya agar Unesa ke-lak bisa mengadopsi dan mem-buat Perpustakaan Pusat yang mo dern sebagai pusat kegiatan ma hasiswa. (*)

Muhamad Zinuri bersama teman dan pengajar di kampus (atas). Zinuri bersama para mahasiswa Indonesia di Jepang.

Page 28: Majalah unesa edisi 65 dok

28 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

JATIM MENGAJAR

Pagi di Ponorogo. Se­telah semalam me nem­puh perjalanan dari Su rabaya. Hotel La­ti­

ban, tempat kami menginap, se dang menggeliat. Teh dan ko pi disajikan di meja­meja di de pan kamar­kamar. Menurut re sepsionis, menu makan pagi ha ri ini adalah nasi goreng.

Saya dan bu Luci pun ber­ge gas keluar hotel. Untuk apa kalau tidak dalam rangka ber bu­ru sego pecel. Kalau Anda ke Po­no rogo, dan belum makan nasi pe cel, maka kunjungan Anda ti dak lengkap.

Ternyata tidak hanya nasi pe cel yang kami dapatkan. Ta­

pi juga tempe goreng, tahu go­reng, punten (nasi dan kelapa pa rut dilumatkan menyerupai tetel atau jadah), singkong go­reng dan pisang goreng.

Pagi ini, kami menjadwalkan diri untuk mengunjungi para pe serta Jatim Mengajar di Ke­ca matan Ngrayun. Kami, adalah sa ya, pak Rahman, bu Lusi dan Mu jiono (wartawan Harian DU­TA). Ada tiga lokasi yang akan ka mi kunjungi. SDN 3 Sendang, SDN 7 Baosan Kidul, dan SDN 2 Mra yan. Berturut­turut, di sana ada Rudy, Heri dan Wachid.

Kami mampir dulu ke Kan ­tor Dinas Pendidikan di Ja­lan Gondosuli. Bertemu ibu

Is miyatun, yang selama ini men jadi contact person kami, yang ternyata adalah te tang ­ga depan rumah bapak ibu mertua. Bertemu kepala dinas, mengobrol sebentar, me nye­rahkan empat buah buku se ba­gai kenang­kenangan dari kami. Lan tas pamit, bergerak menuju Ngrayun.

Syukurlah, bu Ismiyatun su dah mempersiapkan segala se suatunya. Kami didampingi se orang pemandu, petugas da­ri UPTD Ngrayun, namanya pak Jo ko, alumni Seni Rupa IKIP Su rabaya angkatan 1986. Dari UPTD Ngrayun nantinya, kami akan ‘ditampani’ oleh Kepala Se­

Monev ke PonorogoUji Nyali ke Ponorogo

“JALANNYA... SU DAH LUAR BIASA... WOW LAGI”

Siswa SDN 3 Sendang tampak antusias belajar saat tim Monev PPG Unesa menyambanginya.

MONEV JATIM MENGAJAR DI PONOROGO

Oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela

Page 29: Majalah unesa edisi 65 dok

JATIM MENGAJAR

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 29

ko lah SDN 2 Sendang sebagai pe mandu berikutnya. Estafet.

Sekitar pukul 07.30, kami be rangkat dari kantor dinas, me nuju Bungkal, mengarah ke Ngra yun. Jalan naik ndeder, me­nurun curam, berkelok­ke lok. Banyak bagian jalan yang ru sak meski tidak seberat di Sum ba Timur atau Papua. Pe man da­ngan nya masih sangat alami, hu tan pinus, lembah­lembah dan ngarai, bukit­bukit landai (ti­dak bertumpuk­tumpuk seperti di Sumba Timur). Sesekali me­le wati perkampungan dengan belasan rumah. Masih cukup me ngasyikkan untuk dinikmati. AC mobil sengaja dimatikan dan jen dela dibiarkan terbuka, agar ke sejukan alam lebih asli.

Sampai di UPTD Ngrayun pa da pukul 08.30. Ditemui oleh bapak Boyadi, S.Pd., yang mewakili Kepala UPTD. Ber sa­ma Kepala SD 3 Sen dang yang sudah datang men jem put, beliau berunding me nga tur strategi kunjungan ka mi. Di­putuskanlah untuk me ngun ju­ngi tempat terjauh dulu, yaitu SDN 3 Sendang. Per tim ba ngan­nya, karena kalau hujan turun, tem pat itu tidak bisa dikunjungi. Ja lan licin dan sa ngat berbahaya.

Pukul 08.50, dari UPTD Ngra ­yun, bergerak menuju Sen dang. Dipandu oleh bapak Ke pala Sekolah dan seorang pe tugas dari UPTD. Mereka ber bon ce­ngan naik motor, dan mobil ka­mi mengekor di be lakangnya.

Jalan rusak berat di banyak ba gian meski beraspal. Naik turun, berkelok­kelok, hutan, lem bah, ngarai. Kata bu Lucia, serasa di Sumba. “Jalannya..... su dah luar biasa.... wow lagi”. Ka tanya sambil tertawa campur nge ri.

Lima belas menit kemudian, mobil memasuki jalan ma ka­dam. Cak Jum, driver kami, me­nye rahkan tugasnya dengan lego lilo pada bapak kepala sekolah yang menawarkan un­tuk menggantikannya pe gang setir, dan cak Jum yang gan­ti membonceng sepeda mo­

tor. Nampaknya ada sim biosis mutualisme (atau ko men sa­lis me?). Antara kepala sekolah yang tidak tega melihat cak Jum me ngemudi, dan cak Jum yang mungkin tidak terlalu yakin me­lihat medan berat seperti itu.

JALURNYA MENGERIKANDi sepanjang jalan, banyak

ditemui jalan yang terbuat dari lempung gunung. Licin, lengket sekali. Banyak genangan air yang membuat jalan menjadi se makin membahayakan. Ban mobil sempat hanya berputar saja tanpa bergerak. Padahal ju rang menganga hanya sejengkalan saja. Hutan pinus yang langsing tinggi menjulang be rada di sebelah kanan­kiri jalan, dilengkapi lembah dan nga rai. Kami dikocok­kocok di dalam mobil, meskipun ja rum speedometer nyaris tidak ber ge­rak dari angka nol saking pe lan­nya. Jalannya yang menanjak, ndeder­nya luar biasa, kalau lagi turun, curamnya juga luar biasa. Ditambah dengan jurang­jurang yang menganga. Bikin perut mulas. Di pelosok Sumba Timur yang medannya seekstrim itu pun, tidak sempat membuat pe­rut saya mulas. Ngeri.

Pukul 10.30. Sampailah di SDN 3 Sendang. Sekolah yang dikelilingi bukit dan lembah. Hujan rintik menyambut kami. Guru­guru berbusana PSH dan siswa­siswa yang berseragam batik, menebar senyum penuh kehangatan. Juga Rudy, yang ber busana batik, rapi sekali, de­ngan senyumnya yang cerah menceriakan.

Drs. Hadi Suminto, kepala se kolah itu, telah berhasil me­mim pin mereka menjadi sosok­sosok yang santun dan ramah. Sekolah dengan kelas­kelas yang bersih meski satu ruang un tuk dua kelas (kelas rangkap). Se patu­sepatu siswa berbaris rapi di depan kelas, sengaja di­lepas supaya kelas tetap ber sih. Poster­poster bernuansa pe­ngembangan karakter ter tem­pel di banyak titik. Halaman

se kolah yang kecil itu berpagar ta naman hidup yang langsung berhadapan dengan bukit dan lembah.

Sekolah ini seperti sebuah telaga yang mampu menghapus segala dahaga. Ketegangan dan kelelahan karena untuk mencapainya musti uji nyali, hilang seketika diguyur dengan kehangatan, keramahan dan kemurnian yang begitu alami. Menyejukkan, membuat betah. Tidak bisa tidak, komitmen kepala sekolah yang santun namun penuh dedikasi itulah yang begitu kental mewarnai.

Ada sembilan orang guru, termasuk Rudy, peserta Jatim Mengajar. Yang sudah PNS 3, yaitu kasek, guru agama, penjaga sekolah. Selebihnya adalah guru GTT. Lulusan PGSD 1 orang, Pendidikan Bahasa Indonesia 1 orang, Pendidikan Sejarah 1 orang. Sisanya masih kuliah, 2 orang di PGSD UT, dan 1 orang di STKIP Ponorogo.

Jumlah siswa seluruhnya 75 orang. Sekolah yang berdiri sejak 1980, yang awalnya sebagai SD kecil ini, sekarang memiliki 75 siswa. SD kecil, dengan sistem pembelajaran bermodul, ternyata tidak bertahan lama karena modulnya tidak kontinyu alias seret, maka beralihlah sekolah itu menjadi SD konvensional.

Rudy, tugas utamanya sebagai guru kelas di kelas IV. Dia, meskipun Sarjana Pendidikan Sejarah, akhirnya harus menjadi guru borongan, karena berperan sebagai guru kelas. Termasuk mengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Dia menikmati tugas akademik maupun sosialnya dengan baik. Berkomunikasi dan berbaur dengan masyarakat dengan luwes. Keberadaannya, menurut kasek dan guru­guru, sangat membantu. Rudy juga mengajar ekstrakurikuler Pramuka, dan mengajar di TPA.

Selama di sini, dia tinggal di mes sekolah. Di mes itu disediakan dipan dan kasur

Rudy, tugas utamanya sebagai guru kelas di kelas IV. Dia, meskipun Sarjana Pendidikan Sejarah, akhirnya harus menjadi guru borongan, karena berperan sebagai guru kelas. Termasuk mengajar. Dia menikmati tugas akademik maupun sosialnya dengan baik. Berkomunikasi dan berbaur dengan masyarakat dengan luwes.

Page 30: Majalah unesa edisi 65 dok

JATIM MENGAJAR

30 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

oleh kepala sekolah. Untuk makan, Rudy menumpang pada penduduk setempat yang tidak tega melihat Rudy memasak sendiri.

Di tempat ini, air agak susah, tapi sekarang, karena sudah mu lai musim penghujan, air sum ber mulai tersedia. Meski begitu, Rudy mengajukan ban­tuan pengadaan air bersih ke YDSF. Supaya bisa mengatasi ke­langkaan air di musim kemarau.

Menurut kasek, Program Ja tim Mengajar ibarat ‘semilir angin’ yang menyejukkan. Se­kolah ini sangat kekurangan guru. Permohonan bantuan te­naga guru sudah berkali­kali diajukan ke pemda, tapi tidak kunjung terwujud. Kehadiran Ru dy adalah angin semilir itu, benar­benar memberikan man­faat. Oleh sebab itu, kepala se kolah berharap, program yang merupakan kerjasama an­tara Unesa dan YDSF ini bisa terus berlanjut, dan SDN 3 Sendang tetap dijadikan tempat penugasan.

Setelah saya salat dhuhur di musala dekat sekolah (milik ma syarakat), yang untuk men­capainya musti ‘ngos­ngosan’ ka rena harus menaiki jalan ma­kadam menanjak sekitar seratus me ter, saya juga meminta

Rudy membuat proposal pem­be nahan musala. Tidak ada tempat wudhu di musala itu. Ba ngunannya yang hanya se­kitar 48 meter persegi itu pun dindingnya belum dicat, lan­tainya belum diplester/di ke­ramik. Menyedihkan. Padahal di situlah guru dan anak­anak se­kolah itu menumpang salat.

Sewaktu saya masuk ke kelas I, dan meminta anak­anak mungil itu membaca, se bagian dari mereka sudah bisa membaca, meski masih grotal-gratul. Sebagian belum bisa. Namun di kelas II, hampir semuanya sudah bisa membaca dengan lumayan lancar. Jauh lebih lancar dibanding anak­anak kelas V atau VI di Sumba Timur dan Papua.

SD 3 Sendang ini belum memiliki perpustakaan. Meski­pun ada bantuan buku­buku dari DAK Kabupaten Ponorogo, buku­buku itu masih tersimpan. Kepala sekolah mempunyai ide untuk membuat perpustakaan nonruangan. Ya, hanya itu sa­tu­satunya cara supaya buku­bu ku itu bisa dimanfaatkan de ngan baik, sementara ruang untuk perpustakaan tidak di­mi liki. Rudy saya minta untuk me rancang peerpustakaan non ruangan itu, apa saja yang

diperlukan, berapa biayanya, kami akan membantu untuk me­wujudkannya.

Hujan mereda, tinggal ge­rimis kecil. Kabut menutupi pun­cak­puncak bukit. Me nyem bu­nyikan kontur lembah dan nga­rai. Dalam kesejukan alam yang begitu murni, ditingkahi suara teriakan­teriakan riang anak­anak sekolah, dan keramahan serta ketulusan kepala sekolah dan guru­guru, kami menikmati menu makan siang. Nasi tiwul, lodeh tempe, urap sayur, tem­pe goreng panjang yang di­balur tepung singkong, dan ayam goreng. Nikmatnya luar biasa. Waktunya mengisi pe­rut. Sebelum melanjutkan per­jalanan.

Konon, uji nyali belum ber­akhir. Empat orang guru de­ngan sepeda motornya ma­sing­masing sudah siap me­ngan tarkan kami menuju SDN 7 Baosan Kidul. Rute untuk men capai sekolah itu, tak kalah hebohnya dengan rute yang baru saja kami tempuh tadi. Ma ka mobil harus berbalik arah, tidak perlu mengantar kami karena jalannya terlalu ber bahaya untuk roda empat. Cukup tunggu saja di sebuah tempat yang bernama Ga­wangan.

Kami menyerahkan empat buah buku untuk kenang­ke­nangan. Juga sejumlah dana untuk kas sekolah. Tidak banyak, tapi insyaallah bermanfaat. Ke­pala sekolah dan guru­guru me­nerimanya dengan suka hati dan penuh rasa syukur. Untaian doa mengalir dari mulut mereka me­ngiringi langkah­langkah kami.

Baiklah. Sampai jumpa di Bao san Kidul.... (bersambung)

Sendang, Ngrayun, Ponorogo, 27 November 2013

Menempuh jalanan menanjak menuju SDN 3 Sendang yang

berada di atas bukit terjal.

Page 31: Majalah unesa edisi 65 dok

SEPUTAR UNESA

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 31

Pascasarjana Unesa me nam bah satu program studi Tek nologi Pendidikan jen jang S3 (doktor). Program stu di tersebut adalah Teknologi Pen didikan Tahun akademik 2013-2014. Program itu dibuka ber dasarkan surat keputusan izin operasional DIKTI

No: 457/E/o/2013, Tanggal 27 Sep tem ber 2013. Sebelumnya ber da-sarkan nomor surat ke pu tusan izin operasional No:1768/d/t/2009, tanggal: 5 Ok tober 2009 Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya telah me nye leng garakan Pro gram Magister (S2) Teknologi Pen di-dikan. Per kuliahan semester ga sal angkatan pertama telah dikuti oleh 13 mahasiswa, se dangkan se mester genap di ha rapkan dapat diikuti oleh 15 ma hasiswa dari 20 peserta yang telah mengikuti tes penerimaan ma ha siswa baru (15/2/2014).

Program Studi S3 Teknologi Pen didikan PPs Unesa ini di ha-rapkan dapat menghasilkan tek nolog pendidikan utama, yang mampu mengembangkan prin sip dan/teori, mengelola pro yek dan/atau sistem in for masi yang terkait dengan etika praktik penciptaan, peng gu naan, dan pengelolaan pro ses dan sumber belajar untuk me mfasilitasi belajar dan me ningkatkan kinerja. Selain itu mampu menganalisis dan me ngem bangkan model kebijakan dan atau regulasi pendidikan ber kaitan dengan etika praktik pen ciptaan, penggunaan, dan pe ngelolaan proses dan sumber be lajar untuk memfasilitasi be lajar dan meningkatkan kinerja.

Untuk mencapai kompetensi lu lusan disusun struktur ku ri ku lum S3 (Doktor) Teknologi Pen didikan yang didasarkan pa da paradigma baru teknologi pendidikan tahun 2008 dan tuntutan perkembangan ilmu pe ngetahuan dan teknologi di m asa mendatang.

STRUKTUR KURIKULUM Bagi mereka yang tidak se bi dang diwajibkan mengikuti mat-

rikulasi mata kuliah se banyak 7 SKS yang bisa di lak sanakan bersama dengan ma hasiswa program magister (S2) atau dilaksanakan dengan

ke las tersendiri jika jumlahnya le bih dari 8 mahasiswa. Jumlah ke se lu-ruhan kredit yang ditempuh oleh mahasiswa S3 Teknologi Pen didikan Unesa untuk ma ha siswa yang sebidang 45 sks dan yang tidak sebidang 52 sks. Di ba wah ini struktur mata kuliah matrikulasi bagi mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan PPs Une sa.

STRUKTUR KURIKULUMDengan demikian, kini di Uni versitas Negeri Surabaya telah ada

Program Studi Tek no logi Pendidikan jenjang Sar jana (S1), Magister (S2), dan Dok tor (S3). Masing-masing jen jang memiliki gradasi kom pe tesi yang jelas. Lulusan S1 dikenal dengan sebutan tek no log pendidikan pratama, S2 di sebut teknolog pendidikan madya, dan S3 disebut de ngan teknolog pendidikan uta ma. Teknolog pendidikan uta ma berurusan dengan pe ngem ba ngan prinsip-prinsip dan/atau teori-teori pendidikan. Tek no log pendidikan madya, men ja lankan kegiatannya untuk me ngembangkan prosedur-prosedur pendidikan yang dapat memudahkan belajar siswa, berdasarkan prinsip dan/atau teori yang telah dikembangkan oleh ilmuwan. Teknolog pendidikan pratama, berurusan dengan pembuatan produk-produk pendidikan, sejalan dengan prosedur yang telah dibuat oleh teknolog pendidikan. Pembedaan peranan dan hubungan kerja di antara ketiga profesi ini ditunjukkan dalam diagram berikut:

S3 Teknologi Pendidikan UnesaSiap Lahirkan Teknolog

Pendidikan Utama Oleh Prof. Dr. Mustaji, M.Pd

No Mata Kuliah SKSSemester

1 2 3 4 5 61 Filsafat Teknologi Pendidikan 2 2          2 Metodologi Penelitian Lanjut 3   3        3 Meta Kognitif 2 2          4 Kebijakan Pendidikan 2 2          5 Pembelajaran Cyber 2 2          6 Komparasi Pendidikan Global 2   2        7 Etika Teknologi Pendidikan 2   2        8 Seminar Teknologi Pendidikan 5     59 MKPD 1 2    2      

10 MKPD 2 3 311 Disertasi 20       20  Jumlah 45 8 9 8 20

Program Studi S-3 Teknologi Pendidikan

No Mata Kuliah SKS Semester1 2 3 4 5 6

1 Teknologi Pembelajaran 2 22 Disain Pembelajaran 3 3

3Kajian dan Pengembangan Kurikulum

2 2

Jumlah 7 4 3 0

Mata Kuliah Matrikulasi S3 Teknologi Pendidikan

Gambar : Domain Teknologi Pendidikan (Januszewski and Molenda, 2008).

Page 32: Majalah unesa edisi 65 dok

32 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2013

SEPUTAR UNESA

Sesuai dengan sosoknya sebagai pengalaman belajar di jenjang S3 Teknologi Pendidikan, maka terdapat kekhasan dalam spesifikasi pengalaman belajar yang disajikan dalam kurikulum, yaitu (a) lebih luas jangkauan kajian akademiknya, (b) lebih banyak menuntut ref leksi bertolak dari pengalaman ilmuwan bidang teknologi pen-di dikan, dan (c) lebih jauh tagihannya mengenai dampak jangka pan jang kinerjanya sebagai ilmuwan, pemelihara mutu dan ke ber-langsungan program S-1 dan S2 Teknologi Pendidikan, serta tang-gung jawabnya sebagai ilmuwan di bidang teknologi pen didikan. Agar benar-benar menghasilkan ilmuwan yang handal maka, proses kon struksi penguasaan setiap kompetensi dijabarkan men jadi pe-nga laman belajar yang memungkinkan tercapainya kom pe tensi yang telah ditetapkan.

Pengalaman belajar tersebut memfasilitasi: (1) perolehan pe-nge tahuan dan pemahaman (acquiring and integrating knowledge), (2) perluasan dan penajaman pemahaman (expanding and refining know ledge) dan penerapan pengetahuan secara bermakna (applying know ledge meaningfully ), melalui pengkajian dengan berbagai mo-dus dalam berbagai konteks, penguasaan keterampilan baik kognitif dan personal-sosial maupun psikomotorik, melalui berbagai bentuk la tihan disertai balikan (feedback) dan, (3) penumbuhan sikap dan ni lai yang bermuara pada pembentukan karakter, dilakukan melalui peng hayatan secara pasif berbagai peristiwa sarat-nilai (vicarious lear ning) dan keterlibatan secara aktif dalam berbagai kegiatan sa-rat-nilai (get learning).

Pengembangan materi dari setiap pengalaman belajar, dila ku-kan dengan mengaitkan rincian kompetensi/sub-kompetensi de-ngan bentuk kegiatan belajar yang diacarakan serta materi pem-be lajaran yang dimuatkan ke dalam tiap kegiatan belajar untuk men capai penguasaan kompetensi atau sub-kompetensi yang telah di tetapkan sebagai sasaran pembentukan beserta asesmen tagihan pe nguasaannya.

Berdasarkan format kegiatan belajar, muatan substantif, ting-ka tan, dan cakupan kompetensi/ sub-kompetensi yang telah di te-tap kan, dapat diperkirakan jumlah waktu yang diperlukan untuk pe nguasaan setiap sub kompetensi yaitu dengan menggunakan sis tem kredit semester. Berdasarkan kandungan isinya dilakukan pe milihan menjadi pengalaman belajar yang bermuatan (1) teo-retik, (2) praktik, dan (3) penghayatan lapangan. Berdasarkan ke te-ra wasannya dilakukan pemilihan menjadi kegiatan (1) terjadwal, (2) ter struktur, dan(3) mandiri, masing-masing dengan perbandingan alo kasi waktu yang berbeda. *

Teknolog pendidikan utama menggunakan intuisi untuk men-cip takan prinsip/teori pendidikan. Prinsip/teori ini diuji secara empirik oleh peneliti pendidikan (temuan), dan diikuti dengan modifikasi bila di perlukan. Selanjutnya, prinsip/teori dan temuan memberi balikan pa da intuisi untuk mengembangkan prinsip/teori lanjutan serta disain penelitian yang dipandang memadai, dan begitu seterusnya. Jadi, ben tuk pengujian yang interaktif dan utuh ini (intuisi-teori-penelitian) me rupakan inti dari kegiatan teknolog pendidikan utama, di mana prin sip-prinsip dan teori yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip ini merupakan hasilnya.

Teknolog pendidikan madya menggunakan prinsip/teori yang dihasilkan ilmuwan untuk menciptakan prosedur-prosedur pen -didikan. Kembali kegiatan ini diawali dengan intuisi, namun bu kan untuk menciptakan prinsip/teori. Teknolog pendidikan madya meng-gu nakannya untuk menciptakan prosedur-prosedur pen di di kan. Pro sedur ini dapat juga diuji secara empirik (temuan), dan memberi ma sukan pada intuisi, dan begitu seterusnya. Inilah yang men jadi inti ke giatan teknolog pendidikan madya, di mana prosedur-pro sedur pen didikan yang sahih merupakan hasilnya.

Teknolog pendidikan pratama menggunakan prosedur-pro se-dur yang diciptakan oleh teknolog pendidikan madya untuk mem bu-at produk pendidikan (seperti: media, atau instrumen penilaian, atau program evaluasi). Pada tingkat ini, intuisi nampaknya tidak men jadi prasyarat penting lagi. Demikian pula, tahap validasi empirik da-pat dihilangkan --tidak dibutuhkan oleh teknolog pendidikan pra-tama. Yang diperlukan pada tingkat ini adalah penilaian ter ha dap produk-produk pembelajaran yang dihasilkannya ketika di gu na kan. Bagaimanapun juga, karena produk-produk pendidikan ini te lah dibuat berdasarkan prinsip-prinsip serta teori-teori yang telah di va-lidasi, demikian juga berdasarkan prosedur-prosedur yang sahih, ma-ka peluang keberhasilannya akan cukup tinggi dan ke butuhan per-bai kan dapat dikurangi. Meskipun, baik penelitian mau pun evaluasi, pa da dasarnya menaruh perhatian pada pengujian pen di dikan secara empirik, namun penelitian dilakukan pada tingkat penciptaan prinsip/teori dan prosedur, sedangkan penilaian empirik di lakukan pada ting-kat penggunaan produk pendidikan.

Kurikulum S3 Teknologi Pendidikan dikembangkan berdasarkan kon teks tugas dan ekspektasi kinerja ilmuwan bidang teknologi pen-di dikan yang merujuk kepada kompetensi seperti dalam domain tek-nologi pendidikan (menciptakan, menggunakan, mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat guna dengan tujuan untuk mem-fa silitasi belajar dan meningkatkan kinerja)

Gambar: Domain Teknologi Pendidikan (Januszewski and Molenda, 2008).

Prof. Mustaji

Page 33: Majalah unesa edisi 65 dok

SEPUTAR UNESA

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA | 33

Sejak awal, mahasiswi ang­ka tan 2011 D3 Tata Busana itu mengaku sangat gemar de ngan tata busana. Te­

pat nya, ia mulai gandrung dan se rius dengan tata busana sejak du duk di bangku SMA. Di SMKN 1 Bojonegoro itu, Lilis masuk di jurusan Tata Busana. Pilihan ma suk di jurusan itu bukan tan­pa alasan. Salah satunya, ia sa­ngat terdorong dan bercita­cita menjadi seorang wirausaha di bidang busana. “Masuk SMK pengen memiliki skill bu sa na, biar bisa buka usaha sen diri,” ungkapnya ketika ber ke sem pa­tan berbincang dengan reporter ma jalah Unesa.

Untuk mengasah kege ma­ran nya di bidang tata busana, Li­lis pun melanjutkan studi D3 Ta­ta Busana di Unesa. Dengan ke­te kunan dan keseriusannya, Lilis akhirnya berhasil mendapatkan pre stasi dalam gelar Cipta Karya Tata Busana. Dalam pa­ge laran itu, ia memilih baju adat pengantin Dayak untuk di mo di­fikasi.

Ia memilih pengantin Dayak ka rena dinilai eksotis, menawan, unik dan menginspirasi. Dengan sen tuhan modifikasi. wanita ke lahiran Bojonegoro 1992 itu

Lilis Wardani, Peraih Best of The Best Gelar Cipta Karya Busana 2013

Karena Cinta & Cita-Cita Menjadi WirausahaMenjadi Best of The Best dalam gelar cipta karya busana merupakan kebanggaan tersendiri bagi Lilis Wardani. Mahasiswi D3 Busana asal Bojonegero itu pun tak kuasa menahan haru tatkala ia dinobatkan sebagai perancang busanan terbaik 2013.

mampu membuat busana pe­ngan tin Dayak modifikasi yang me nawan. Bulang Burai King, sa­lah satu busana adat Dayak yang ha nya memiliki dua warna yaitu hi tam dan merah itulah yang men jadi inspirasi Lilis dalam men ciptakan busana pengantin Dayak modifikasi tanpa me ning­galkan pakem. “Dayak sa ngat mengagumkan. Pakem war na suku Dayak hitam dan me rah dipadu dengan warna­war­ni (orange, kuning, biru, putih) dan ornamen lekapan be nang sebagai pemanis makin me­nam bah keeksotisan busana pe­ngantin Dayak,” paparnya.

Lilis berharap bisa me­ngem bang kan keah lian nya di bidang fashion itu Ka­re na itu, ia senantiasa ber usaha melakukan yang terbaik demi hasil yang terbaik. “Semoga ke depan, sa­ya bisa mengembangkan skill le bih dan lebih,” ungkapnya. Ia juga berharap setelah lulus D3 Tata Busana dapat bekerja di bidangnya. “Harapa saya bi sa bekerja yang tidak terlalu me­lenceng dari busana untuk men ­dapatkan pengalaman, se telah itu baru buka usaha,” pung­kasny. (GILANG)

Page 34: Majalah unesa edisi 65 dok

34 | MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

CATATAN LIDAH

2014-2018l Djuli Djatiprambudi

T idak lama lagi masa pengabdian Prof. Dr. Muchlas Samani se bagai rektor akan berakhir. Sebelum sampai di titik akhir ma sa pengabdiannya, tentu akan didahului oleh prosesi pe milihan bakal calon rektor untuk masa bakti 2014-2018.

Siapa dia yang layak duduk sebagai rektor yang akan membawa Une sa berperan aktif di dalam Asian Community 2015? Berikut ini ada lah hasil wawancara imajiner dari sosok imajiner yang mulai an-cang-ancang mengikuti prosesi pemilihan bakal calon rektor.

“Selamat sore!”. Kata saya membuka percakapan di sebuah café di sekitar jalan Mayjen Sungkono Surabaya.

“Selamat sore!”.“Anda tampaknya telah mempersiapkan segalanya mengikuti

pe milihan bakal calon rektor”.“Ya biasa sajalah. Tapi, memang saya tidak main-main mem-

per siapkannya. Bagi saya menjadi rektor Unesa pasca Pak Muchlas bu kan soal gampang. Banyak hal yang telah dicapai, maka perlu di-teruskan. Tapi juga masih banyak hal yang belum tersentuh, karena itu perlu direncanakan dengan baik untuk diwujudkan”.

“Apa Anda menyadari kalau menjadi rektor bukan soal kemauan be laka, apalagi tanpa modal yang kuat?”.

“Tentu saya sadar itu. Memimpin sebuah kampus di era sekarang me mang tidak cukup hanya bermodal kemauan. Seorang rektor juga harus merupakan representasi sebagai pendidik dan peneliti yang baik dan memiliki reputasi di tingkat nasional. Syukur reputasinya diakui di dunia internasional. Dengan modal ini saya kira sudah men-cerminkan keteladan bagi sivitas akademika yang dipimpinnya. Saya tidak mungkin mengajak para dosen mengajar dan meneliti secara baik dan profesional, jika saya sendiri kinerjanya buruk di bidang ini. Warga kampus akan ikut bangga jika rektornya memiliki reputasi yang baik di dunia keilmuan. Kampus itu hakekatnya lembaga ke-il muan. Jadi semestinya, rektornya pun juga harus merupakan il-muwan yang baik”.

“Modal apa lagi yang Anda andalkan untuk memimpin Unesa?”“Saya kira modal jejaring dengan berbagai stake holders amat

membantu untuk mengembangkan Unesa ke depan. Tanpa memiliki jejaring yang luas, saya kira akan sangat sulit untuk menggenjot ke-majuan Unesa bersaing dan bersinergi dengan perguruan tinggi lain”.

“Apa Anda memiliki modal jejaring itu?”“Ya. Tentu. Tanpa jejaring saya akan dibikin pusing sendiri me-

mimpin Unesa?”.“Mengapa begitu?”“Bayangkan. Apa bisa misalnya untuk mengejar ketertinggalan

kam pus Unesa di pembangunan fisik seluruh dananya hanya me-ngan dalkan dari uang yang dibayarkan mahasiswa? Saya kira akan ter lalu lama diwujudkan jika hanya itu sumbernya. Maka perlu digali sebanyak mungkin sumber-sumber dana dari luar, baik dari pe me-rintah maupun swasta. Untuk itu perlu jejaring yang luas. Kita harus bisa meyakinkan pihak luar bahwa Unesa memiliki prosfektus yang tinggi, biar mereka tertarik membantu Unesa”.

“Apa menurut Anda Unesa telah memiliki posisioning yang baik di tengah masyarakat?”

“Saya mengamati dua tahun terakhir ini Unesa memiliki posisioning sangat baik, bahkan cenderung meningkat terus. Minat pelajar untuk melanjutkan ke Unesa sangat tinggi. Terbukti jumlah pendaftar ke Unesa naik tajam dua tahun terakhir. Tidak kalah dengan perguruan tinggi negeri lainnya. Unesa saya kira akan di-persepsikan berbeda oleh masyarakat seiring dengan perubahan

besar-besaran yang terjadi sekarang dan masa mendatang. Stigma sebagai per guruan medioker akan hilang de-ngan sendirinya. Saya meyakini itu, jika kita mampu membawa Unesa ke arah perubahan yang dibangun ber-dasarkan visi dan misi yang tepat dan visioner”.

“Apa yang akan Anda prioritaskan da lam tahun pertama jika Anda men-jadi rektor?”

“Saya akan mereview dahulu apa yang telah dicapai Pak Muchlas. Saya

tidak ingin apa yang dicapai rektor sebelumnya berhenti tiba-tiba hanya karena saya memaksakan keinginan saya semata. Saya harus mencari titik kesinambungannya dengan masa sebelumnya, agar ada kontinyuitas capaian yang makin baik dan sempurna. Saya kira prioritasnya menyelesaikan pembangunan fisik yang sudah dimulai oleh Pak Muchlas secara besar-besaran. Setelah itu, saya segera memprioritaskan pilar-pilar utama pembangunan perguruan tinggi. Pilar SDM dosen dan tenaga kependidikan perlu mendapatkan perhatian khusus. Kalau SDM-nya berkualitas, memenuhi syarat sebagai SDM yang mampu bekerja dengan optimal dan berinisiatif tinggi, saya kira akan sangat gampang untuk membawa Unesa menjadi perguruan tinggi bergengsi”.

“Setelah itu apa lagi?”“Pilar infrastruktur harus segera diwujudkan. Terutama in fra-

struk tur pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dengan dilengkapi akses informasi yang mudah dan cepat. Saya tidak ingin SDM yang memiliki kompetensi tinggi menjadi gelisah atau frustrasi gara-gara infrastruktur di kampusnya amat terbatas dan ketinggalan zaman”.

“Kalau semua itu bisa terwujud, tapi tidak ada model dan me ka-nisme pengelolaan kampus yang baik apa bisa jalan?”

“Ya itu pilar berikutnya yang akan diwujudkan. Yaitu pilar ma-najemen kampus. Tidak mungkin di dalam kampus yang megah secara fisik dengan intrastruktur dan SDM yang baik akan bekerja produktif dan optimal jika tidak ada manajemen kampus yang baik, yang mampu mengakomodasi lalu-lintas energi perubahan di berbagai lini. Menajemen yang baik menurut saya harus mam-pu menginspirasi, menggerakkan, mengoptimalkan, dan me nye-jahterakan segala potensi untuk disatukan menjadi kekuatan pe-rubahan yang signifikan. Seorang rektor harus mampu mengelola se mua sumber kekuatan itu menjadi energi perubahan yang di ha-rapkan bersama”.

“Apa dengan pilar-pilar itu, Unesa akan mampu menjadi salah satu leader dalam era Asean Community 2015?”

“Saya pikir sangat bisa. Tinggal bagaimana semua warga Unesa me nyadari semuanya bahwa zaman telah mengalami perubahan ce pat. Semua itu butuh respons yang cepat dan tepat. Di era Asean Community 2015 semua akses akan dibuka luas, bebas, dan terbuka. Pada era ini akan terjadi lalu lintas SDM, barang, dan jasa yang me na-warkan keunggulan. Jadi kalau kita kalah unggul di era ini, kita akan men jadi perguruan tinggi medioker terus”.

“Pertanyaan terakhir. Apa Anda merasa mendapatkan dukungan se nat, rektor sekarang, dan memiliki akses ke kementerian? Bukankah itu variabel yang menentukan seseorang menjadi rektor?”

“Saya tahu soal itu. Saya juga tahu, menjadi bakal calon rektor ti dak cukup bermodal visi dan misi yang dahsyat. Dukungan senat, rektor, dan kementerian akan saya upayakan dengan baik dan ber-mar tabat”.

Wawancara ini diakhiri dengan makan bersama. Saya memilih me nu tandenloin steak kesukaan saya. Sementara, hujan di luar ma-sih terlihat deras. (Email: [email protected])

Page 35: Majalah unesa edisi 65 dok
Page 36: Majalah unesa edisi 65 dok