LSR versi Digital - OKTOBER 2015

14
Lembar Sambung Rasa Edisi 006 | Tahun 01 | Oktober 2015 Data, Informasi dan Big Data Edisi Oktober 2015 Klub Perpustakaan Indonesia www.kpi.or.id @KlubPerpusID Klub Perpustakaan Indonesia Jl. Bendi Utama No.3, Tanah Kusir, Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12240

description

Data, Informasi dan Big Data. Lembar Sambung Rasa (LSR) edisi Oktober 2015. dari Klub Perpustakaan Indonesia

Transcript of LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Page 1: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Lembar Sambung Rasa

Edisi 006 | Tahun 01 | Oktober 2015

Data, Informasidan Big Data

Edisi Oktober 2015

Klub Perpustakaan Indonesiawww.kpi.or.id @KlubPerpusIDKlub Perpustakaan IndonesiaJl. Bendi Utama No.3, Tanah Kusir,Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12240

Page 2: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Lembar Sambung Rasa

Edisi 006 | Tahun 01 | Oktober 2015

Lembar Sambung Rasa2 edisi Oktober 2015

Daftar IsiRedaksi LSR

1. Silahkan Unduh formulir anggota di kpi.or.id2. Isi formulir tersebut3. Membayar biaya Uang Pangkal dan Iuran Tahunan masing-masing Rp. 150.000,-. Jadi berjumlah Rp. 300.000,-. (Via Wesel Pos atau Transfer Bank)

Pembayaran Via Wesel Pos dikirim ke:Klub Perpustakaan IndonesiaJl. Bendi Utama No. 3 Tanah Kusir Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12240Telp/Fax : 021-727 947 39

Pembayaran Transfer Bank:Bank Mandiri Cabang Wisma AliaA.n. Klub Perpustakaan IndonesiaNo. rek 123-008.600.5578

4. Formulir yang sudah diisi & bukti pembayaran (via Wesel Pos atau Transfer Bank) dikirim ke email KPI: [email protected]

5. KPI akan segera menindaklanjuti Pendaftaran tersebut dengan mengirim Piagam Keanggotaan KPI ke alamat yang tertera di formulir yang didaftarkan

6. Informasi Hak dan Kewajiban Anggota KPI, silahkan berkunjung ke: http://goo.gl/BA0OXD

7. Informasi Keuntungan Menjadi Anggota KPI, Silahkan berkunjung ke: http://goo.gl/5gBjqp

8. Website: kpi.or.id Facebook: Klub Perpustakaan Indonesia Twitter: @KlubperpusID

Cara Mendaftar Menjadi Anggota Klub Perpustakaan Indonesia

Pimpinan Redaksi : Adwityani S. SubagioSekretaris Redaksi : Dwi SuharyatiBendahara Redaksi : Agus WasitoStaf Redaksi : Adzani Asharizki Adillah WihestiDesain & Layout : Ahmad Ridwan Agus WasitoAlamat Redaksi : Klub Perpustakaan Indonesia Jl. Bendi Utama No. 3 Tanah Kusir Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12240 Telp/Fax 021-727 947 39

Klub Perpustakaan Indonesia

www.kpi.or.id

@KlubPerpusID

[email protected]

3Lokakarya Nasional

6Pemilu Osis

9Mewujudkan

Perpustakaan Pondok Pesantren

yang Ideal

7 Pelatihan KhususMengolah Perpustakaan

Page 3: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Liputan Khusus

Lembar Sambung Rasa3 edisi Oktober 2015

LOKAKARYA NASIONAL Dokumentasi dan Informasi : Data, Informasi, dan PengetahuanPDII-LIPI, 1-2 September 2015

3Lokakarya Nasional

Pada tanggal 1-2 September 2015, Klub Perpustakaan Indone-sia mendapatkan undangan untuk menghadiri Lokakarya Nasional 2015 di Gedung PDII-LIPI, Jakarta Selatan. Lokakarya tersebut bertemakan Pengelolaan Data dan Informasi dalam Perkembangan Teknologi, Dihadiri beberapa pembicara dalam dan luar negri, dengan peserta dari beberapa penjuru nusantara. Saya, Ahmad Ridwan mewakili KPI sebagai peserta dalam kegiatan tersebut selama 2 hari, dan selanjutnya akan saya jabarkan beberapa ulasan dan hasil intisari kegiatan tersebut. Hari pertama, 1 September 2015, Kegiatan dimulai dengan Registrasi peserta dan dilanjutkan dengan Menyanyikan Lagu Indone-sia Raya. Dilanjutkan dengan Sambutan dari Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Bapak Prof. Dr. Bambang Subiyanti, M.Agr. Setelah itu, kegiatan Lokakarya Nasional secara resmi dibuka oleh Bapak Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain. Materi pertama tentang “Concept of Big Data” disampai-kan oleh Dr. Simon Hodson, Executive Director CODATA International. Beliau menjelaskan tentang Konsep Big Data, Revolusi Data dan Infor-masi, Tantangan dan Implikasi yang dihasilkan dari begitu berlimpahnya data dan informasi. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan bahwa dunia kita telah berubah seiring dengan adanya revolusi informasi, begitu juga dengan sains dan penelitian. Data dan Informasi berkembang sangat pesat , bahkan melimpah ruang sehingga dapat disebut Era Big Data. Namun adapun data dan informasi yang justru memberikan dampak negatif, data tidak berman-faat yang biasa disebut “Sampah Data”. Beliau menyampaikan bahwa di Era Big Data, justru kita dapat memanfaatkan keadaan tersebut. Dari sekian banyaknya data yang tersebar, kita seharusnya dapat memanfaatkan. Untuk mendapatkan Informasi yang berkualitas dan baik, maka dibutuhkan proses pengola-han data yang juga harus diolah secara bijak dan cermat. Dalam pengolahan data, dibutuhkan data mentah sebagai asal pengolahan data menjadi informasi, yang sangat mungkin kita dapatkan di era big data seperti sekarang ini. Data Mentah (Raw Data) tersebut selan-jutnya diolah dengan penggabungan literatur, riset dan pengolahan lebih lanjut untuk nantinya menghasilkan informasi yang bermanfaat.

Dr. Fridus Steijln, menjadi pembicara kedua yang menyampai-kan materi berjudul “Working with Large Collection, Experiences at KITLV” (Pengelolaan dan Pelestarian Koleksi berdasarkan praktek yang dilakukan KITLV). Beliau merupakakan peneliti senior di KITLV. KITLV merupakan lembaga ilmiah Belanda yang bertujuan meneliti ilmu antropologi, ilmu bahasa, ilmu social, dan ilmu sejarah di Wilayah Asia Tenggara, Oseania, dan Karibia. KITLV juga memiliki perpustakaan dengan koleksi lengkap buku-buku, naskah-naskah manuskrip dan bentuk doumentasi lainnya. KITLV juga memiliki beberapa koleksi lengkap mengenai Indone-sia. Dalam beberapa koleksinya KITLV memiliki koleksi foto foto Indonesia tempo dulu, data dan informasi mengenai Indonesia, arsip arsip sejarah Indonesia, dan uniknya KITLV dalam penelitiannya menjadikan Indonesia sebagai objek penelitiannya, bias dipastikan hampir 80% yang diteliti KITLV adalah Indonesia. Tak jarang banyak bangsa Indonesia kita sendiri, khususnya para mahasiswa banyak yang datang ke Negeri Belanda untuk belajar akan sejarah Bangsa Indonesia. Dalam kesempatan tersebut beliau membahas 3 project yang dijalankan KITLV, yaitu Elite Network Shift (ENS),Oral History on Colonial Era (SMGI), Recording the Future (RtF). Dalam project dan penelitian yang dilakukan KITLV terhadap Indonesia, KITLV juga beker-jasama dengan Arsip Nasional Republik Indonesia. Beberapa peneli-tian KITLV di Indonesia adalah bagaimana mereka mewawancarai beberapa sampel penduduk Indonesia mengenai Sejarah Bangsa Indonesia sewaktu pemerintahan kolonial, Merekam dan mencatat kehidupan penduduk Indonesia di 8 lokasi selama interval waktu 4 tahun. Hasilnya adalah lebih dari 500 jam rekaman yang telah diolah dari 2800 jam wawancara, dokumen dokumen penelitian, paper, dan pameran. KITLV juga melakukan proses digitalisasi di beberapa perpustakaan dan lembaga koleksi buku di Indonesia. Pada bencana Tsunami di Aceh tahun 2004, KITLV juga berperan penting dalam aspek bahan pustaka. KITLV sebelumnya melakukan proses digitalisasi di beberapa tempat di Indonesia, termasuk Aceh. Pada Tsunami Aceh 2004, beberapa perpustakaan dan lembaga di Aceh kehilangan

FOTO

:PDI

I.LIP

I.GO.

ID

7 Pelatihan KhususMengolah Perpustakaan

Page 4: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Tips

Lembar Sambung Rasa4 edisi Oktober 2015

Liputan Khususbanyak koleksi buku, peran KITLV adalah kembali melakukan restorasi buku yang telah didigitalisasi menjadi buku cetak, yang kemudian dikembalikan ke beberapa perpustakaan di Aceh yang kehilangan koleksi buku akibat bencana Tsunami. Materi ketiga berjudul “Big Data Trends 2015” disampaikan oleh Romi Satrio Wahono, Founder dan CEO dari PT Brainmatics Cipta Informatika yang juga pendiri IlmuKomputer.com di tahun 2004. Romi menyampaikan bahwa hadirnya era big data, yang jumlah dan ukuran data yang sangat besar merupakan hasil produksi manusia dari berba-gai bidang, misalnya Astronomi, Bisnis, Kedokteran, Olahraga, Cuaca, Finansial dan bidang lainnya. Sebagai contoh, dalam 10 tahun sudah 140 TB (Terabyte) besaran data yang dihasilkan dari bidang Astronomi, 20PB (Petabyte) dari bidang Biologi dan kedokteran, 100PB per hari Google harus memproses data dari 3 juta server. Besa-ran jumlah data bukan lagi dalam hitungan Kilobyte, Megabyte, atau Gigabyte namun sudah masuk ke dalam hitungan Yottabyte atau memungkinkan untuk melebihi itu. Data yang begitu banyak harus diolah untuk menjadi pengeta-hua yang bermanfaat bagi manusia, bukan untuk menjadi hal yang negative apalagi menjadi sampah data dan informasi. Dengan peng-etahuan tersebut manusia dapat melakukan estimasi, prediksi, melakukan analisis tentang asosiasi, korelasi, dan juga sebagai pendukung pengambilan keputusan dan pembuatan kebija-kan. Beberapa contoh para pebisnis yang memanfaatkan data yang telah diolah menjadi sebuah pengetahuan diantaranya, Uber (Perusahaan Taksi terbesar di dunia, namun tidak memiliki armada sendiri), Go-Jek (Perusahaan angkutan umum, tidak memiliki kend-araan sendiri), Alibaba (Perusahaan penjual tekemuka yang tidak memiliki inventori). Beberapa perusahaan tersebut adalah contoh dari mereka yang memanfaatkan data yang telah diolah untuk menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi perusa-haan maupun bagi masyarakat disekitarnya. Mereka memanfaatkan begitu banyaknya data di dunia untuk mengambil kesempatan sukses dibidangnya masing masing. Penggunaan data dan pengolahan data juga dapat dimanfaat-kan di beberapa sektor dan keperluan, contohnya, Dapat mempre-diksi kebakaran hutan dari data temperatur, data kecepatan angin, data hujan. Tingkat kelulusan mahasiswa pun dapat diketahui dari banyaknya data yang tentunya relevan, Prediksi Koruptor pun dapat ditentukan dengan penggunaan dan pengolahan data, Meminimalisir kesalahan program dalam sebuah aplikasi juga termasuk dalam manfaat pengolahan data dan informasi. Pembicara selanjutnya adalah Dr. Ir Bogie Sudjatmiko Eko Tjahjono, M.Sc (Kepala Pusat Infor-matika LIPI) yang menyampaikn materi tentang Fasilitas Big Data LIPI untuk pengelolaan doumentasi dan informasi. Dalam kesempatannya ia menyampaikan bahwa di dalam lembaga LIPI. Terdapat fasilitas canggih yang sangat bermanfaat di era big data, fasilitas tersebut bernama HPC. HPC berfungsi sebagai fasilitas pemroses data yang fungsi kerjanya jauh lebih cepat dibandingkan komputer biasa. Ketika komputer biasa memproses data selama 3 tahun, HPC mampu mem-proses data tersebut hanya dalam waktu hitungan detik. Fasilitas HPC LIPI berada di 2 tempat, Cibinong dan Bandung. LIPI juga membuka kesempatan kepada para peneliti untuk menggunakan fasilitas HPC tersebut, tentunya dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Saya rasa ini adalah sebuah kesempatan bagus untuk nantinya diman-faatkan para peneliti demi pemanfaatan dan kemajuan teknologi di era big data ini. Materi terakhir di hari pertama disampaikan oleh Muhammad Salahuddien Manggalanny dari ID-SIRTII dengan topik Data Protec-tion. Beliau menyampaikan bagaimana pentingnya sebuah keamanan data, baik data pribadi maupun data perusahaan/lembaga. Ancaman terhadap data bisa datang darimana saja, antara lain : bencana alam, peperangan dankekacauan, sistem, prosedur dan kebijakan lembaga, atau bahkan kesalahan manusia itu sendiri. Dalam kesempatan itu, cukup banyak peserta , termasuk saya yang masih minim kesadaran akan betapa pentingnya keamanan data maupun dokumen, apalagi di

era big data seperti sekarang ini. Terwujudnya keamanan data dapat dicapai dengan beberapa cara, Contohnya kita dapat menyimpan data dan dokumen di fasilitas Cloud Computing, menyimpan data di server online. Jadi kita tidak menyimpan dalam harddisk / computer pribadi kita melain-kan menyimpan di server online seperti Google Drive, Dropbox, iCloud dan lainnya. Atau pun bisa menggunakan jasa keamanan data dari pihak ketiga, lembaga yang menyediakan jasa keamanan data, proteksi dokumen, backup data dan hal berkaitan lainnya. Pada akhirnya, isemua pilihan cara mengamankan data dan dokumen kembali kepada individu masing masing. Hari kedua, 2 September 2015, Lokakarya di hari kedua ini terbagi di 2 tempat, dan harus memilih salah satu tempat dengan tema dan topic yang berbeda. Alhasil saya memilih Lantai 2 dengan tema yang sudah disediakan, yang artinya saya tidak bias mengikuti tema dan materi di ruangan lainnya. Berikut isi materi dan ulasan mengenai materi yang disam-paikan di Lantai 2 Lokakarya Nasional 2015. Lokakarya Nasional dilanjutkan dengan pembicara pertama Heri Abiburachman H, dengan topik Pengelo-laan Dokumen Musik dalam Format Digital Berbasis Omeka di UPT Perpus-takaan ISI Yogyakarta. Beliau menyampaikan bagaimana mengelola doku-men yang nantinya dapat dipublikasikan dan diakses melalui Omeka, sejenis website katalog. Sebagaimana yang biasa kita ketahui proses digital-

isasi hanya terbatas pada digitalisasi dari bentuk fisik / hardcopy kedalam bentuk softcopy/file gambar. Namun ada satu hal

unik dalam proses digitalisasi yang disampaikan oleh Heri Abiburachman, yakni proses digitalisasi dari bentuk file

gambar menjadi file musik. Jadi proses digitalisasi terse-but didapat dari hasil konversi titik not balok dan garis irama yang terdapat pada hasil digitalisasi bentuk file gambar, dikonversikan ke dalam bentuk file music yang nantinya dapat didengarkan. Saya rasa ini sebuah terapan teknologi yang bermanfaat dan cukup inspiratif dan patut dicoba di instansi pembaca

sekalian.

Pengelolaan big data juga memiliki alternatif baru melalui fitur Sistem Informasi Perpustakaan berbasis Smartphone

yang di bahas oleh Dwi Fajar S dan WAris Agung Widodo. Keduanya menyampaikan pemanfaatan kemajuan teknologi

khususnya di bidang Smartphone, dengan sistem operasi Android. Kedu-anya membuat sebuah aplikasi pengelolaan data perpustakaan, baik katalo-gisasi sampai ke monitor koleksi buku. Saya rasa ini adalah sebuah inovasi dan alternatif yang sangat dibutuhkan di era big data ini. Aspek soft skill juga berperan penting bagi pengembangan karakter dari individu yang hidup di era big data ini, seperti materi yang disampaikan oleh Kiki Fauziah yang membahas tentang Pengetahuan untuk Mengembangkan Kompe-tensi Personal di Perpustakaan Bank Indonesia. Beliau membahas bagaimana pentingnya sesi berbagi pengetahuan (Sharing Session) dalam meningkatkan kompetensi individu dalam sebuah lingkungan kerja. Sharing session ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan antar individu,saling menghargai individu lain, yang nantinya akan saling bersinergi untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Saya rasa aspek soft skill ini memang harus diterapkan demi peningkatan aspek kompetensi diri di era big data ini. Kesimpulan yang dapat kita dapatkan dari seminar ini adalah bagaimana kita mempersiapkan diri kita beserta lingkungan kita dalam menghadapi era big data ini, begitu banyak permasalahan yang kita dapat-kan dalam era big data, mulai dari penerimaan data, pengolahan data, keamanan data, kesiapan kompetensi individu masing masing, penerapan teknologi yang belum maksimal. Namun di samping itu dalam materi di Lokakarya ini justru banyak solusi dan inovasi dari para pembicara maupun peserta untuk nantinya menjadikan kita siap dan berani menghadapi era big data ini. Mulai dari pengumpulan dan pengolahan data yang lebih efisien dan terstruktur, Pemanfaatan teknologi dalam pengolahan dan monitor data, dukungan fasilitas dan sarana terintegrasi, peningkatan kompetensi individu dengan pengembangan soft skill, sinergi antar masyarakat big data, dan banyak solusi dan hal positif lainnya. Saya rasa sudah cukup banyak bekal kita dalam menghadapi era big data ini, pada akhirnya semua kembali kepa da kita apakah kita mampu memanfaatkan semua bekal yang ada dan menjadikan kehidupan ini lebih baik dan lebih bermanfaat, atau bahkan kita justru mennyia-nyiakan semua kesempatan dan kemajuan tersebut. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan kata kata dan pendapat dalam tulisan ini, Terima Kasih

Page 5: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Info Kegiatan

Lembar Sambung Rasa5 edisi Oktober 2015

Page 6: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Sumbang Tulis

Lembar Sambung Rasa6 edisi Oktober 2015

Di tengah hiruk pikuk perpolitikan negeri ini, mulai dari perebu-tan kursi presiden, kepala daerah, anggota dewan di level pusat dan daerah, hingga pemilihan lurah; sejatinya banyak pelajaran yang bisa diambil hikmahnya oleh masyarakat. Melalui even pemilihan macam itu, kedewasaan berdemokrasi masyarakat semakin teruji dan terasah. Pembelajaran berdemokrasi tersebut, sebenarnya bisa diawali dari level yang paling kecil yakni dengan adanya pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pemilihan ketua OSIS yang dilakukan secara langsung, menjadi pembelajaran berharga bagi para siswa untuk mengenal proses demokrasi. Sehingga, nantinya saat menjadi bagian dari masyarakat sesungguhnya, mereka sudah memi-liki pengalaman yang berharga. Kiranya, pengenalan proses demokrasi sejak dini ini perlu ditan-amkan oleh sekolah yang merupakan sumber pendidikan utama anak bangsa ini. Mengenalkan pendidikan demokrasi bagi siswa merupa-kan langkah awal menyiapkan calon pemimpin masa depan bangsa, setidaknya banyaknya calon pemimpin ke depan yang kaya pengala-man mulai dari jenjang sekolah. Sebagai suatu proses pembelajaran untuk memberi pengala-man kepada siswa khususnya praktik pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), demokrasi perlu diajarkan dan dipraktekkan sejak dini untuk anak-anak kita, mulai dari sekolah mereka. Siswa belajar bagaimana memilih seorang pemimpin secara demokratis. Bagaimana praktek menggunakan hak suara atau hak pilihnya untuk menentukan siapa yang berhak dan pantas menjadi pemimpinnya dalam suatu wadah organisasi siswa (OSIS). Kegiatan memilih ketua OSIS yang disalurkan melalui Pemiu OSIS sudah menjadi agenda rutin tahunan dalam reorganisasi struk-tur kepengurusan OSIS di sekolah semisal yang dilakukan di sekolah-sekolah di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. SMPN 4 Baradatu tahun Pelajaran 2013/2014 pada September 2013 telah melaksanakan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil untuk memilih Ketua OSIS SMPN 4 Baradatu. Sekolah yang berada sekitar 220 km dari ibukota Propinsi Lampung tersebut berupaya menanamkan pemahaman demokrasi sejak dini kepada anak didiknya melalui pemilihan ketua OSIS secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pembelajaran berdemokrasi ala pelajar ini diyakini sebagai proses pemahaman demokrasi yang baik bagi pelajar agar tidak cang-gung lagi ketika kelak hidup bermasyarakat dan ikut berperanserta dalam kehidupan bernegara yang menganut sistem demokrasi. Model pemilihan ketua OSIS secara langsung dapat mendorong peran siswa menjadi lebih dominan dan selaras dalam pembelajaran untuk membentuk karakter siswa yang diharapkan sejalan dengan kuriku-lum yang berlaku saat ini.

Kegiatan di sekolah bisa dijadikan sarana pembelajaran kehidu-pan berdemokrasi bagi siswa. Apresiasi yang tinggi pada pesta demokrasi pelajar yang dilakukan setiap tahunnya dibuktikan lewat antusiasnya siswa SMPN 4 Baradatu dalam memeriahkan rangkaian pemilihan pengurus OSIS, mulai dari kampanye calon sampai saat debat kandidat calon melalui pertanyaan dan jawaban yang banyak serta berkualitas bagi pendidikan demokrasi kalangan pelajar setem-pat. Pelaksanaan pemilihan ketua OSIS dapat dijadikan agenda tahunan sekaligus hari istimewa bagi siswa sebagai ajang pesta demokrasi. Proses pemilihan pengurus OSIS di sekolah dapat dilaku-kan dengan sistem seperti halnya pemiilihan kepala desa, bupati/wali kota, gubernur, presiden dan pemilu legislatif. Pemilihan dijalankan tim pelaksana, mulai dari panitia pendaftaran, sosialisasi, pelaksana pemilihan dari pembagian kartu suara, penjagaan kotak suara, petu-gas tinta hingga penghitung suara dari unsur siswa. Dari sebuah pembelajaran demokrasi yang bermula dari sekolah tentunya banyak hal yang didapat. Kegiatan tersebut akan membuahkan karakter yang kuat, menghasilkan pemimpin yang bisa mengendalikan dirinya sendiri tentunya juga akan mampu mengenda-likan sesuatu yang lebih besar ( orang lain). Saya pikir semua orang bisa belajar bagaimana memandang sebuah peristiwa demokrasi yang cerdas dan santun. Berkompetisi dalam pemilihan ketua OSIS dapat menghilangkan gap antara siswa, memperluas peranan siswa, memasukan ide-ide mereka dalam banyak agenda kegiatan sekolah. Terlebih sikap dan perilaku yang sportif dan santun dalam pembelajaran demokrasi dapat dinyatakan bahwa menang atau kalah itu hal biasa, harus sportif dan berlapang dada. Kesantunan disini sebagai sebuah karakter yang lahir dari kepolosan, kebiasaan dan budaya sekolah yang menjadi bagian kehidupan siswa sehari-hari. Harapan besar tentunya dapat dipetik terutama dalam mem-pertajam sudut pandang terhadap cara anak belajar dan menilai. Serta melihat mereka sebagai pribadi yang unik dan istimewa bukan hanya sebagai anak-anak tetapi calon-calon cendikiawan masa depan. Para pelajar itu belajar mamahami, menarik kesimpulan, mem-buat argumen, menghargai orang lain dengan unik dari sudut pandang mereka sendiri. Mereka tak melulu harus didikte karena mereka belajar dari mengamati, mengalami, merenungi dan menggu-nakan landasan-landasan teori dari buku teks, referensi belajar di sekolah, Akhirnya meminjam istilah filosofis masyarakat Lampung yang penuh keragaman,"Amun mak kham sapa lagi, Amun mak ganta kemeda lagi (Kalau bukan kita siapa lagi, Kalau bukan sekarang kapan lagi)," Saya meyakini akan terlahir pemimpin yang berkualitas harapan banyak orang.

Pemilu OSIS, Praktek Demokrasi Dini di Way Kanan

Sumbang Tulis kiriman dari :Aan Frimadona Roza, M.Pd.(Guru IPS & Kepala Perpustakaan SMPN 4 Baradatu Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung}

Page 7: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Info Kegiatan

Lembar Sambung Rasa7 edisi Oktober 2015

Bulan September, tanggal 15-17 tahun 2015, KPI menyelengga-rakan Pelatihan Teknis Khusus Mengolah Koleksi Perpustakaan. Kegia-tan ini diikuti oleh 18 peserta yang terdiri dari berbagai profesi dan dari berbagai daerah. Materinya cukup banyak sehingga ada beberapa peserta yang sebelumnya belum dalam mengenal pengola-han koleksi perpustakaan mendapat kesulitan, tak sedikit peserta yang mengerti dan paham setelah mengikuti kegiatan ini, hal ini terbukti ketika mereka memberikan kesan dan pesannya tentang pelatihan ini. Beberapa peserta mengatakan bahwa materi yang disampaikan pengajar sangat bagus dan dapat dimengerti, ada juga yang mengatakan bahwa perlu ditambahkan waktu pelatihannya, ada pula yang menyarankan untuk mengadakan pelatihannya di daerah lain, di luar Jakarta. Hari pertama, Selasa 15 September 2015 kegiatan dibuka oleh Ketua Klub Perpustakaan Indonesia, Ibu Dra. Adwityani S. Subagio, SH yang juga memberikan materi di hari pertama, didampingi Nurhayati sebagai asisten. Pada pelatihan ini KPI dibantu oleh Ibu Dra. Dwi Suharyati yang juga pengurus KPI mengajar di hari kedua, Danang Dwijo Kangko seba-gai pengajar di hari ketiga, dibantu juga oleh pengurus muda KPI, yang baru saja diwisuda, Adzani A. Adillah, S.IP.

Materi yang diberikan meliputi :(1)Jenis-jenis koleksi perpustakaan (buku & non buku)(2)Inventarisasi koleksi(3)Mengkatalog & mengklasifikasi (memuat data bibliografi)(4)Mengentri data koleksi ke komputer (SLiMS)(5)Merawat koleksi perpustakaan

PELATIHAN TEKNIS KHUSUS MENGOLAH KOLEKSI PERPUSTAKAANJakarta, 15-17 September 2015

Page 8: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Info Kegiatan

Lembar Sambung Rasa8 edisi Oktober 2015

DokumentasiPELATIHAN TEKNIS KHUSUS MENGOLAH KOLEKSI PERPUSTAKAAN

Page 9: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Setiap hari jumat, di Perpustakaan Wahid Hasyim Pondok Pesantren Tebuireng mengadakan pemutaran film untuk ditonton oleh santri. Kegiatan seperti ini sudah berlangsung selama satu tahun lebih. Jadwal pemutaran film dilakukan sesudah sholat Jumat. Karena hari jumat merupakan hari libur bagi Pondok Pensantren.Program pemutaran film ini tidak hanya ditonton oleh santri Tebuireng, melainkan santri pondok sekitar juga turut berpartisipasi dalam program tersebut dan bahkan terbuka untuk umum. Sehingga tidak heran jika program ini merupakan yang paling diminati oleh santri sebagai pengguna perpustakaan. Cerita di atas merupakan gambaran bagaimana Perpustakaan Wahid Hasyim menarik pengunjungnya.Perpustakaan yang berdiri sejak tahun 1936 atas inisiatif KH Wahid Hasyim dan Kiai M. Ilyas. Berlokasi di kabupaten Jombang tepatnya di Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh ayahanda KH Wahid Hasyim, KH Hasyim Asy’ari. Saat ini perpustakaan Wahid Hasyim dikelolah oleh empat staf aktif dan satu bagian IT tanpa kepala perpustakaan. Ini merupakan sebuah kondisi yang sulit dalam pengelolaan perpustakaan. Karena keempat staf tersebut tidak mengenyam pendidikan ilmu perpustakaan. Hanya sekedar mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah, untuk menambah wawasan manajemen perpustakaan bagi mereka. Memang setahun yang lalu, perpustakaan Wahid Hasyim memiliki kepala perpustakaan. Akan tetapi beliau meninggalkan tugasnya dikarenakan ada urusan keluarga. Sehingga tugas tersebut kosong tanpa ada yang mengisinya.Sengaja penulis memilih tema perpustakaan pondok, karena penulis sendiri melihat sampai sejauh ini masih kurang tulisan mengenai perpustakaan pondok pesantren. Padahal pondok pesantren dengan perpustakaannya merupakan satu

kesatuan lembaga yang memiliki sejarah panjang dengan tradisi keilmuan yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbicara tentang perpustakaan, memang diakui bahwa ukuran berhasil atau tidaknya suatu perpustakaan bukan terletak pada pada bagusnya baggunan dan koleksinya yang banyak. Akan tetapi harus ditunjang dengan berbagai unsur. Misalkan profesional-isme pustakawan, keuangan, fasilitas layanan, dll. Unsur promosi dan pelayanan juga sangat penting untuk menarik pengungjung. Promosi yang baik dan pelayanan prima yang memberikan kenyamanan dan kepuasan pengguna akan berefek baik pada keberhasilan perpus-takaan. Tidak dipungkiri bahwa setiap perpustakaan pasti memiliki cara tersendiri untuk memuaskan penggunanya. Terlepas dari pedoman dalam UU no 43 tahun 2007 dan aturan Perpustakaan Nasional. Aplikasinya juga pasti disesuaikan dengan tradisi dan ciri khas lingkungan dimana perpustakaan berada. Oleh karena itu, seba-gai perpustakaan yang ada di lingkungan Pondok Pesantren, tentu dituntut lebih kreatif memberi ruang kepada civitas akademika pesantren dalam rangka pendayagunaan perpustakaan. Sebagai lembaga yang kuat dengan tradisi kajian kitab-kitab keagamaan. Dalam tradisi Pondok Pesantren disebut kitab kuning -Kitab yang membahas tentang fiqh, tasawuf, tafsir, hadits, dan akhlak- dan juga mewajibkan santrinya mondok di pesantren. Apalagi aturan dari pondok pesantren tidak memberikan kebebasan kepada santri untuk beraktifitas di luar. Tentu dengan aturan seperti itu, menciptakan kondisi yang menyebabkan sebagian santri merasa bosan. Untuk mengisi waktu seng-gang santri di pesantren, perpustakaan harus mengambil peran aktif di dalamnya.

Sumbang Tulis

FOTO

:ww

w.a

guss

iswoy

o.co

m

Mewujudkan Perpustakaan Pondok Pesantren yang Ideal

Lembar Sambung Rasa9 edisi Oktober 2015

Page 10: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Apa Itu Perpustakaan Secara sederhana, perpustakaan didefinisikan sebagai gudang buku, tempat baca, atau taman bacaan. Pihak dengan faham yang lebih maju mengatakan bahwa perpustakaan adalah institusi yang memfasilitasi terjadinya interaksi pengetahuan.Sedangkan UU no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan mendefinisikan perpustakaan sebagai institusi pengelolah karya tulis, karya cetak, dan/atau karya Menurut UUN no 43 tahun 2007, tujuan perpustakaan adalah mem-berikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran mem-baca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mecerdas-kan kehidupan bangsa. Sedangkan fungsinya sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Sebuah Tinjauan Sebagai sebuah perpustakaan induk pesantren, tentu Perpus-takaan Wahid Hasyim dituntut agar lebih giat untuk mewujudkan tujuan dan fungsinya. Apalagi lingkungan Perpustakaan Wahid Hasyim menyatu dengan lingkungan asrama santri. Dengan begitu, aktifitas di luar jam madrasa menjadi agenda perpustakaan untuk memberikan layanan informasi kepada santri.Jam buka perpus-takaanyang dimulai dari pukul 07:30-12:00 yang dilanjutkan istirahat lalu dibuka kebali pada pukul 13:30-17:00. Dengan pengunjung kurang lebih 100 orang dalam sehari, yang terdiri dari santri Tebuireng sendiri dan pengguna luar. Tentu memberikan sinyal bahwa koleksi di perpustakaan Wahid Hasyim sangat diminati pengguna, terutama dari kalangan santri. Kondisi seperti ini sangat mendukung terwujudnya tujuan perpustakaan Wahid Hasyim itu sendiri, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

Tujuan 1. Dapat mendidik dirinya secara kesinambungan2. Dapat tanggap dalam dalam kemajuan berbagai ilmu (umum dan agama) dalam kehidupan sosial dan politik.3. Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi masyarakat yang lebih baik.4. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, mem-bina rohani dan dapat menggunakan kemampuannya untuk kehidu-pan di masyarakat.5. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.

Seperti pada pembahasan awal di atas, persoalan Perpus-takaan Wahid Hasyim adalah tidak adanya kepala perpustakaan dan tidak adanya kredibilitas dalam keilmuan kepustakawanan bagi pustakawan sekarang.

Ini menjadi tantangan tersendiri pustakawan untuk mewujud-kan perpustakaan yang ideal. Karena perpustakaan ideal adalah perpustakaan yang mampu mewujudkan visi, misi dan tujuannya secara maksimal.

Perpustakaan Ideal

Banyak kalangan memberikan standar seperti apa perpus-takaan ideal itu. Mereka menjelaskan unsur-unsur penting perpus-takaan yang harus dikelolah secara baik. Mulai dari gedung, organ-isasi perpustakaan, koleksi, fasilitas layanan, kebijakan, serta unsur pendukung seperti fasilitas IT-nya. Bagi penulis, perpustakaan yang ideal itu sesuai dengan standar dan ketentuan dari UU serta pedoman dari Perpustakaan Nasional. Seperti mengharuskan sebuah perpus-takaan dikelolah oleh tenaga yang minimal lulusan D2 ilmu perpus-takaan. Perpustakaan harus memiliki koleksi sebanyak 100 judul. Dan menjalankan fungsi dan tujuan sebagaimana diatur oleh pemerintah. Yang menjadi titik tekan dalam penyelenggaraan perpustakaan pondok pesantren adalah adanya keseimbangan koleksi. Keseimban-gan koleksi yang dimaksud adalah antara koleksi agama dan umum punya proposional bagi pengguna. Bukan berarti jumlahnya sama, karena demikian sama halnya mengurangi nilai koleksi agama di suatu perpustakaan pesantren. Demikian sejalan dengan perkembangan pengetahuan saat ini, menuntut generasi muda agar memiliki keahl-ian tertentu. Oleh karena itu, perlu kiranya keseimbangn antara koleksi umum dan agama. Sehingga membuka wawasan santri untuk memahami pengetahuan umum. Secara konseptual dan teknis, Perpustakaan Wahid Hasyim sudah menerapkan kebijakan seperti itu. Hal ini dapat dilihat dari koleksi perpustakaan yang berjumalah 8000 judul yang terdiri dari buku umum, agama,v kitab kuning, DVD/Kaset, dan dokumen pesant-ren lainnya serta berbagai majalah dan koran yang dilanggan perpus-takaan. Selain itu disediakannya fasilitas IT bagi pengguna, berupa komputer 8 unit sehingga membantu santri dalam mengenal IT lebih dalam lagi. Keseimbangan koleksi ini sangat ditekankan oleh Perpus-takaan Nasional. Sebagaimana program roadshownya dalam mem-bantu membina beberapa perpustakaan pesantren salaf beberapa bulan lalu di kabupaten Lebak.

Sumbang Tulis

FOTO

:ww

w.te

buire

ng.o

rg

Sumbang Tulis kiriman dari :Azis Aswan Hadi(Mahasiswa Ilmu Perpustakaan S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Lembar Sambung Rasa10 edisi Oktober 2015

28 Oktober 2015

Klub Perpustakaan Indonesia

Page 11: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

PendahuluanProfesionalisme pustakawan harus terus ditingkatkan karena meru-pakan suatu hal yang amat penting dan harus dimiliki oleh para pustakawan jika perpustakaan ingin terus tumbuh dan berkembang dalm lingkungannya yang terus berubah. Dan ini merupakan tantan-gan tersendiri yang harus dihadapi oleh para pustakawan dalam men-jalankan tugas yang mereka emban. Pustakawan merupakan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang mengelola perpustakaan, begitu pula pustakawan yang bertugas pada perpustakaan sekolah. Karena SDM sangat menentukan arah dan kemajuan organisasi tersebut. Pustakawan sebagai pengelola perpustakaan diakui sebagai suatu jabatan profesi.dan sejajar dengan profesi-profesi lain seperti profesi peneliti, guru, dosen, hakim, dokter dan lain-lain. Secara umum, profesi berarti pekerjaan.”Advanced English-Indonesian Dictionary”(1991:658). Pustakawan merupakan suatu profesi dikare-nakan pustakawan merupakan pekerjaan yang memerlukan pendidi-kan atau pelatihan. Dalam mengelola perpustakaan dibutuhkan berbagai macam tenaga yang erampil di bidangnya. Pustakawan yang memiliki jiwa keprofesionlan terhadap pekerjaannya akan selalu mengmbangkan kemampuan dan keahliannya untuk memberikan hasil kerja yang lebih bermutu dan akan selalu memberikan sumban-gan yang besar kepada masyarakat pengguna perpustakaan. Untuk dapat melihat profesionalisme seorang pustakawan kitadapat meli-hatnya melalui pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang dilakukan oleh seorang pustakawan tersebut. yang mana pelaksanaan kegiatan perpustakaan harus didasari pada keahlian, rasa tanggung jawab dan pengabdian. Tidak hanya itu kita juga harus melihat mutu dan hasil kerja yang dilakukan oleh pustakawan profesional. Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan tidak boleh dipisah-kan dari kegiatan pustakawan meliputi: 1). Sikap ramah dan penampi-lan yang baik para pustakawan dalam memberikan layanan mereka 2). Menyediakan brosur tentang kegiatan yang ada diperpustakaan 3). Membuat jadwal kegiatan yang teratur, memetik dari bahan yang teratur, memetik dari bahan yang dimiliki perpustakaan ( Karmidi Martoatmodjo, 2009: 1.26 ).

Kinerja Pustakawan Para profesi dibidang Sumber Daya Manusia selalu dihadapkan dengan yang lebih menantang, baik yang datang dari faktor eksternal maupun internal organisasi sehingga diperlukan persepektif yang strategik sesuai perannya dalam organisasi. Sebagai profesi sumber daya manusia perlu menjawab tantangan yang dihadapinya melalui salah satu pendekatan pengukuran kinerja sumber daya manusia dan

mengetahui bagaimana kontribusi sumber daya manusia tersebut terhadap kinerja organisasi. Dalam upaya pengembangan kinerja pustakawan pada perpustakaan sekolah ada tuntutan terhadap peningkatan kualitas kinerja pustakawan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi telah di amanahkan dalam UU No. 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dan ketentuan pelaksanaannya di atur dalam keputusan MENPAN No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. tuntutan terse-but merupakan konsekuensi logis dari perkembangan Ilmu pengeta-huan dan teknologi informasi yang semakin maju, serta perkemban-gan tuntutan reformasi di tanah air terutama terhadap pelaksanaan tugas aparatur negara termasuk dalam hal ini pustakawan. tuntutan reformasi ini pada dasarnya adalah terciptanya aparatur negara yang profesional dalam memberikan pelayanan, pengayoman dan pem-berdayaan masyarakat. Selain itu mampu menempatkan berbagai peluang dan tangguh dalam menghadapi tantangan.Untuk mewujud-kan hal ini perlu upaya pengembangan pengetahuan dan kemampuan ( keterampilan ) pustakawan yang relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya dibidang perpustakaan. Selain itu tak kalah penting harus diser-tai pengembangan diri ini merupakan proses yang terkait dengan motivasi,sikap, profesi dan ciri-ciri kepribadian lain yang harus dimiliki pustakawan. dengan memiliki penegtahuan keterampilan dan pengembangan diri yang tinggi, memungkinkan peningkatan kinerja pustakawan yang lebih profesional dan berkualitas, sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas pula terhadap pemakai ( pengguna) perpustakaan sekolah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas perpustakaan. masalahnya adalah bagaimana bisa meningkatkan kinerja dan kuali-tas tanpa menentukan ukuran kinerja? Oleh sebab itu, kinerja perpustakaan harus diukur terlebih dahulu baru kemudian peningka-tan kinerja dan kualitas perpustakaan akan terlihat. pustakawan pengelola juga akan tahu peningkatan kualitas perpustakaan melalui ukuran dan angka-angka yang pasti, sehingga dapat dibuat prioritas pengembangan layanan dan koleksi. Contoh sederhana perpustakaan membuat statistik kunjungan, sehingga pimpinan tahu perpustakaan digunakan oleh banyak orang. Untuk menjaga kinerja pelayanan perpustakaan perlu dijalin komunikasi aktif mengenai harapan atau ide-ide pustakawan, sehingga dapat saling mengerti keadaan yang sebenarnya

Sumbang Tulis

PROFESIONALISME KINERJA PUSTAKAWANPADA PELAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAHOleh :Wahyudi Sudibyo A. Ma Pust

Lembar Sambung Rasa11 edisi Oktober 2015

Page 12: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Kepribadian Pustakawan Memahami kepribadian bukan merupakan hal yang mudah karena kepribadian merupakan masalah yang kompleks. Kepribadian itu tidak hanya melekat pada diri sesorang, tetapi lebih merupakan hasil suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan budaya. Beberapa ahli menyebutkan bahwa kepribadian adalah kesan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang, seperti cara berpa-kaian, sifat jasmaniah, daya pikat dan sebagainya. Heldebrand (1988:25) mendefinisika n kepribadian yang kemudian ditafsirkan secara bebas oleh Sugiyarto,Endar (1999:8) bahwa keprribadian merupakan gabungan kualitas, kebiasaan dan reaksi yang terbentuk atas dasar kesadaran kita dan yang dikenali sebagai suatu hal yang baik atau tidak baik, secara umum, direspon positif atau tidak oleh mereka yang melakukan kontak dengan kita. Lain halnya dengan Allport,Gordon.W yang diunduh pada 7 April 2014 dari (http://www.papercamp.com/essay/kepribadian) bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Organisasi dinamis menekankan kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah melalui proses pembelajaran atau pengalaman-pengalaman dan sebagainya. Setiap pustakawan harus sadar, mengerti dan memahami, bahwa perpustakaan bukan panti sosial, pustakawan merupakan profesional yang punya kode etik profesi, sehingga tidak pantas kalau bekerja di perpustakaan hanya berdasarkan rutinitas tugas tanpa motivasi dan kualitas kerja yang profesional (prima). Kesadaran atas tanggung jawab pustakawan sebagai profesional yang berkomitmen mendukung proses belajar akan mendorong kreatifitas dalam inovasi. Harus diingat, bahwa inovasi adalah kunci beradaptasi mengi-kuti dinamika perubahan perilaku penggunaan jika dijalankan secara konsisten melayani berarti memberi, bukan menerima. Jadi jangan pernah berfikir untuk memberikan layanan informasi, memberi tips menemukan buku yang dicari, membantu mencari referensi yang cocok dan membantu pencarian data penelitian hanya sebagian kecil perwujudan dari komitmen untuk melayani. pustakawan sebagai pengelola perpustakaan hendaknya memiliki pengetahuan yang lebih tentang manusia, terutama yang berhubungan dengan tingkah laku manusia saat berinteraksi dengan lingkungannya, pustakawan seba-gai pengelola perpustakaan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan agar kepribadian mereka senantiasa berkembang. Selanjutnya melalui kepiawaian yang dimiliki, diharapkan tidak akan timbul banyak benturan ketika berhubungan dengan orang lain, pemustaka akan merasa puas karena kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Seorang pustakawan harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pihak manajemen,sesama petugas, dan terlebih mampu membangun komunikasi yang baik dengan pelanggan , karena pelayanan yang prima akan mendata-ngkan rasa puas baik bagi pustakawannya sendiri maupun bagi para pemustakanya.

Pelayanan perpustakaan Dalam pelayanan perpustakaan, petugas perpustakaan sangat berperan penting untuk meningkatkan pelayanan bagi para pemustaka. Perpustakaan adalah pelayanan. Pelayanan berarti kesibukan. Bahan-bahan pustaka harus sewaktu-waktu tersedia bagi mereka yang memerlu-ukannya ( Nasution, 1990: 139 ). Jelas bahwa perpustakaan ialah elayanan. Tidak ada perpustakaan jika tidak ada pelayanan. Karena itu perpustakaan sebenarnya identik dengan pelayanan. Agar tanggap terha-dap kepentingan pembacanya, perpustakaan harus menyediakan bahan-bahan pustaka sewaktu-waktu diperlukan, kegiata menyediakan bahan pustaka inilah yang menjadi profesi seorang pustakawan. Penting atau tidaknya perpustakaan tergantung pula pada kemampuan untuk menyediakan bahan pustaka secara tepat dan akurat. Fungsi layanan perpustakaan hendaknya tidak boleh menyim-pang dari tujuan perpustakaan itu sendiri. Perpustakaan harus dapat memberi sumber informasi kepada pengguna atau pemustaka, meberi-kan kesempatan kepada pengguna untuk mengadakan penelitian, yaitu fungsi informasi. Selanjutnya, perpustakaan juga memberikan kesempa-tan kepada pembaca sebagai tempat rekreasi. Di perpustakaan sekolah dasar membaca buku cerita, pembaca dapat terhibur. Begitu pula dengan memperagakan atau mendengarkan musik dan menonton pemutaran video.

Fungsi perpustakaan yang lain adalah mengembangkan pendidikan. para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan bahan – bahan pustaka yang tersedia, baik fiksi maupun nonfiksi. Dengan membaca, kita akan berpikir, mengikuti logika yang diberikan oleh pengarang. Karena pandai berlogika dan kaya pengalaman yang diperoleh dari bacaan, kita menjadi cerdas. Dengan demikian setidaknya dalam mengikuti berbagai masalah, kita tahu cara memecahkannya. Tujuan perpustakaan memberikan pelayanan kepada para pemustaka ialah agar bahan pustaka yang telah dikumpulkan dan diolah sebaik-baiknya itu dapat sampai ke tangan pemustaka. Bahan – bahan pustaka yang dikumpulkan itu terutama dimaksudkan agar dapat dipakai oleh pemutaka. Sedangkan maksud diadakan pengolahan yaitu untuk mempermudah pencarian suatu bahan pustaka sesusai yang dikehendaki oleh pemustaka. Bahan pustaka yang banyak tetapi tidak dipakai oleh siapa pun dengan alasan apapun, merupakan kekeliruan besar. Melihat fungsi dari perpustakaan yang sedemikian mejadi kompleks pustakawan atau pengguna perpustakaan bahwa perpustakaan semestinya mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan berbagai aspek lainnya, oleh karenanya kesan perpustakaan sebagai institusi kuno harus mulai dikikis, termasuk juga masalah pelayanan perpustakaan yang harus memulai pelayanan yang berorientasi peng-guna. Layanan diperpustakaan secara teknis terbagi kedalam 3 kategori : 1) Layanan teknnis layanan ini biasanya berupa pengadaan dan pengolahan bahan pustaka, serta menginformasikan bahan pustaka yang telah diolah, serta ketersediaan berbagai fasilitas penunjang lainnya.2) Layanan pemakai Biasanya layanan yang berhubungan langsung dengan pengguna atau pemustaka3) Layanan Administrasi layanan administrasi terdiri dari dua kategori, yaitu layanan untuk administrasi untuk pengguna perpustakaan, jenis layanan biasanya berupa surat menyurat dan pengarsipan dokumen. Layanan di perpustakaan ideal nya dapat lebih memikat, bersa-habat, cepat, dan akurat, ini berarti berorientasi pelayanan perpustakaan harus didasarkan pada kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan arus teknologi informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yang mem-pengaruhi kebijakan pada suatu perpustakaan, kesan kaku pelayanan diperpustakaan harus dieliminir sehingga perpustakaan berkesan lebih manusiawi. Menyimak bahwa teknologi informasi mulai merambah perpus-takaan, perpustakaan juga harus senantiasa mampu mengantisipasi berbagai perkembangan jaman, terutama penggunaan teknologi infor-masi, berbagai perangkat penunjangnya, termasuk juga antisipasi akan penggunaan berbagai alat, mesin yang mungkin digunakan oleh peng-guna atau pemustaka. Oleh karena nya berbagai fasilitas untuk menun-jang proses akselerasi transfer ilmu pengetahuan di perpustakaan harus disediakan dan dapat dipergunakan oleh pengguna layanan pendukung lainnya juga harus senantiasa menjadi pertimbangan untuk mendudukan pengguna sebagai subjek dari layanan perpustakaan, kebannyakan dari pustakawan sebenarnya hanya berorientasi melaksanakan pekerjaan saja ketika melayani pengguna sehingga tidak muncul inisiatif-inisiatif untuk memperbaiki layanan di perpustakaan.

PENUTUP Ketakutan akan suatu proses atau hal yang baru seharusnya men-jadi pemicu pustakawan untuk dapat lebih mengoptimalkan pelayanan, bukan takut akan perubahan itu sendiri. Inisiatif jelas jelas dibutuhkan untuk memperbaiki layanan, inisiatif itu sendiri sebenrnya bisa datang dari siapa saja, tapi pada praktisnya banyak inisiatif yang tidak dapat di jalankan karena pengaruh atau pun gengsi senioritas dan lain sebagainya, hal-hal seperti ini lah yang pada ahirnya mempengaruhi kinerja pustakawan pada pelayanan perpustakaan sekolah, sehingga kecender-ungan layanan menjadi membatasi bukan memfasilitasi pemustaka.

DAFTAR PUSTAKAMartoatmojo, Karmidi. 2009. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka.Hartinah, Sri. 2014. Metode Penelitian Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka. Http://www.papercamp.com/esay/kepribadianRamli, Rusli. 20012. Asas-asas Manajemen. Jakarta: Universitas Terbuka.Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Jakarta

Sumbang Tulis

Lembar Sambung Rasa12 edisi Oktober 2015

Sumbang Tulis kiriman dari :Wahyudi Sudibyo A. Ma Pust

Page 13: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Kepribadian Pustakawan Memahami kepribadian bukan merupakan hal yang mudah karena kepribadian merupakan masalah yang kompleks. Kepribadian itu tidak hanya melekat pada diri sesorang, tetapi lebih merupakan hasil suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan budaya. Beberapa ahli menyebutkan bahwa kepribadian adalah kesan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang, seperti cara berpa-kaian, sifat jasmaniah, daya pikat dan sebagainya. Heldebrand (1988:25) mendefinisika n kepribadian yang kemudian ditafsirkan secara bebas oleh Sugiyarto,Endar (1999:8) bahwa keprribadian merupakan gabungan kualitas, kebiasaan dan reaksi yang terbentuk atas dasar kesadaran kita dan yang dikenali sebagai suatu hal yang baik atau tidak baik, secara umum, direspon positif atau tidak oleh mereka yang melakukan kontak dengan kita. Lain halnya dengan Allport,Gordon.W yang diunduh pada 7 April 2014 dari (http://www.papercamp.com/essay/kepribadian) bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Organisasi dinamis menekankan kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah melalui proses pembelajaran atau pengalaman-pengalaman dan sebagainya. Setiap pustakawan harus sadar, mengerti dan memahami, bahwa perpustakaan bukan panti sosial, pustakawan merupakan profesional yang punya kode etik profesi, sehingga tidak pantas kalau bekerja di perpustakaan hanya berdasarkan rutinitas tugas tanpa motivasi dan kualitas kerja yang profesional (prima). Kesadaran atas tanggung jawab pustakawan sebagai profesional yang berkomitmen mendukung proses belajar akan mendorong kreatifitas dalam inovasi. Harus diingat, bahwa inovasi adalah kunci beradaptasi mengi-kuti dinamika perubahan perilaku penggunaan jika dijalankan secara konsisten melayani berarti memberi, bukan menerima. Jadi jangan pernah berfikir untuk memberikan layanan informasi, memberi tips menemukan buku yang dicari, membantu mencari referensi yang cocok dan membantu pencarian data penelitian hanya sebagian kecil perwujudan dari komitmen untuk melayani. pustakawan sebagai pengelola perpustakaan hendaknya memiliki pengetahuan yang lebih tentang manusia, terutama yang berhubungan dengan tingkah laku manusia saat berinteraksi dengan lingkungannya, pustakawan seba-gai pengelola perpustakaan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan agar kepribadian mereka senantiasa berkembang. Selanjutnya melalui kepiawaian yang dimiliki, diharapkan tidak akan timbul banyak benturan ketika berhubungan dengan orang lain, pemustaka akan merasa puas karena kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Seorang pustakawan harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pihak manajemen,sesama petugas, dan terlebih mampu membangun komunikasi yang baik dengan pelanggan , karena pelayanan yang prima akan mendata-ngkan rasa puas baik bagi pustakawannya sendiri maupun bagi para pemustakanya.

Pelayanan perpustakaan Dalam pelayanan perpustakaan, petugas perpustakaan sangat berperan penting untuk meningkatkan pelayanan bagi para pemustaka. Perpustakaan adalah pelayanan. Pelayanan berarti kesibukan. Bahan-bahan pustaka harus sewaktu-waktu tersedia bagi mereka yang memerlu-ukannya ( Nasution, 1990: 139 ). Jelas bahwa perpustakaan ialah elayanan. Tidak ada perpustakaan jika tidak ada pelayanan. Karena itu perpustakaan sebenarnya identik dengan pelayanan. Agar tanggap terha-dap kepentingan pembacanya, perpustakaan harus menyediakan bahan-bahan pustaka sewaktu-waktu diperlukan, kegiata menyediakan bahan pustaka inilah yang menjadi profesi seorang pustakawan. Penting atau tidaknya perpustakaan tergantung pula pada kemampuan untuk menyediakan bahan pustaka secara tepat dan akurat. Fungsi layanan perpustakaan hendaknya tidak boleh menyim-pang dari tujuan perpustakaan itu sendiri. Perpustakaan harus dapat memberi sumber informasi kepada pengguna atau pemustaka, meberi-kan kesempatan kepada pengguna untuk mengadakan penelitian, yaitu fungsi informasi. Selanjutnya, perpustakaan juga memberikan kesempa-tan kepada pembaca sebagai tempat rekreasi. Di perpustakaan sekolah dasar membaca buku cerita, pembaca dapat terhibur. Begitu pula dengan memperagakan atau mendengarkan musik dan menonton pemutaran video.

Fungsi perpustakaan yang lain adalah mengembangkan pendidikan. para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan bahan – bahan pustaka yang tersedia, baik fiksi maupun nonfiksi. Dengan membaca, kita akan berpikir, mengikuti logika yang diberikan oleh pengarang. Karena pandai berlogika dan kaya pengalaman yang diperoleh dari bacaan, kita menjadi cerdas. Dengan demikian setidaknya dalam mengikuti berbagai masalah, kita tahu cara memecahkannya. Tujuan perpustakaan memberikan pelayanan kepada para pemustaka ialah agar bahan pustaka yang telah dikumpulkan dan diolah sebaik-baiknya itu dapat sampai ke tangan pemustaka. Bahan – bahan pustaka yang dikumpulkan itu terutama dimaksudkan agar dapat dipakai oleh pemutaka. Sedangkan maksud diadakan pengolahan yaitu untuk mempermudah pencarian suatu bahan pustaka sesusai yang dikehendaki oleh pemustaka. Bahan pustaka yang banyak tetapi tidak dipakai oleh siapa pun dengan alasan apapun, merupakan kekeliruan besar. Melihat fungsi dari perpustakaan yang sedemikian mejadi kompleks pustakawan atau pengguna perpustakaan bahwa perpustakaan semestinya mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan berbagai aspek lainnya, oleh karenanya kesan perpustakaan sebagai institusi kuno harus mulai dikikis, termasuk juga masalah pelayanan perpustakaan yang harus memulai pelayanan yang berorientasi peng-guna. Layanan diperpustakaan secara teknis terbagi kedalam 3 kategori : 1) Layanan teknnis layanan ini biasanya berupa pengadaan dan pengolahan bahan pustaka, serta menginformasikan bahan pustaka yang telah diolah, serta ketersediaan berbagai fasilitas penunjang lainnya.2) Layanan pemakai Biasanya layanan yang berhubungan langsung dengan pengguna atau pemustaka3) Layanan Administrasi layanan administrasi terdiri dari dua kategori, yaitu layanan untuk administrasi untuk pengguna perpustakaan, jenis layanan biasanya berupa surat menyurat dan pengarsipan dokumen. Layanan di perpustakaan ideal nya dapat lebih memikat, bersa-habat, cepat, dan akurat, ini berarti berorientasi pelayanan perpustakaan harus didasarkan pada kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan arus teknologi informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yang mem-pengaruhi kebijakan pada suatu perpustakaan, kesan kaku pelayanan diperpustakaan harus dieliminir sehingga perpustakaan berkesan lebih manusiawi. Menyimak bahwa teknologi informasi mulai merambah perpus-takaan, perpustakaan juga harus senantiasa mampu mengantisipasi berbagai perkembangan jaman, terutama penggunaan teknologi infor-masi, berbagai perangkat penunjangnya, termasuk juga antisipasi akan penggunaan berbagai alat, mesin yang mungkin digunakan oleh peng-guna atau pemustaka. Oleh karena nya berbagai fasilitas untuk menun-jang proses akselerasi transfer ilmu pengetahuan di perpustakaan harus disediakan dan dapat dipergunakan oleh pengguna layanan pendukung lainnya juga harus senantiasa menjadi pertimbangan untuk mendudukan pengguna sebagai subjek dari layanan perpustakaan, kebannyakan dari pustakawan sebenarnya hanya berorientasi melaksanakan pekerjaan saja ketika melayani pengguna sehingga tidak muncul inisiatif-inisiatif untuk memperbaiki layanan di perpustakaan.

PENUTUP Ketakutan akan suatu proses atau hal yang baru seharusnya men-jadi pemicu pustakawan untuk dapat lebih mengoptimalkan pelayanan, bukan takut akan perubahan itu sendiri. Inisiatif jelas jelas dibutuhkan untuk memperbaiki layanan, inisiatif itu sendiri sebenrnya bisa datang dari siapa saja, tapi pada praktisnya banyak inisiatif yang tidak dapat di jalankan karena pengaruh atau pun gengsi senioritas dan lain sebagainya, hal-hal seperti ini lah yang pada ahirnya mempengaruhi kinerja pustakawan pada pelayanan perpustakaan sekolah, sehingga kecender-ungan layanan menjadi membatasi bukan memfasilitasi pemustaka.

DAFTAR PUSTAKAMartoatmojo, Karmidi. 2009. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka.Hartinah, Sri. 2014. Metode Penelitian Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka. Http://www.papercamp.com/esay/kepribadianRamli, Rusli. 20012. Asas-asas Manajemen. Jakarta: Universitas Terbuka.Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Jakarta

Sumbang Tulis

Lembar Sambung Rasa13 edisi Oktober 2015

Sumbang Tulis kiriman dari :Wahyudi Sudibyo A. Ma Pust

Page 14: LSR versi Digital - OKTOBER 2015

Simak LSR Digital edisi

Berikutnya.November 2015