LP+SP halu Pak Joko
-
Upload
mirna-awalianti -
Category
Documents
-
view
32 -
download
11
Transcript of LP+SP halu Pak Joko
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Kasus (masalah utama)
Halusinasi
II. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak dapat terstimulus. Tipe halusinasi yang paling sering
adalah halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Diperkirakan lebih dari
90% klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya
bervariasi tetapi sebagian besar klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami
halusinasi dengar.
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu, misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik. Neurokimia, seperti Buffotenon
dan Dymetytranferase (DMP). Akibat stressberkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang di asuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
3. Faktor Presipitasi
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri, dan
harga diri yang tidak didapatkan di dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem
kontrol oleh individu tersebut. Oleh karena itu aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu
proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, sertamengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkunganny dan halusinasi tidak berlangsung.
4. Tanda-Tanda Halusinasi
JENIS HALUSINASI DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIFHalusinasi Dengar (Auditory-hearing voices or sounds)
Mendengar suara menyuruh melakukan suatu yang berbahaya.
Mendengar suara atau bunyi. Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap. Mendengar suara seseorang
yang sudah meninggal. Mendengar suara yang
mengancam diri klien atau orang lain atau suara lain yang membahayakan.
Mengarahkan telinga ada sumber suara.
Berbicara atau tertawa sendiri. Marah marah tana sebab. Menutu telinga. Mulut komat-kamit. Ada gerakan tangan.
Halusinasi Penglihatan (visual-seeing persons or things)
Melihat seseorang yang sudah meninggal, melihat mahluk tertentu, melihat bayangan, hantu, atau sesuatu yang menakutkan, cahaya. Monster yang memasuki perawat.
Tatapan mata pada tempat tertentu.
Menunjuk ke arah tertentu. Ketakutan pada objek yang
dilihat.
Halusinasi Penghidu (Olfactory-smelling odors)
Mencium sesuatu, seperti bau mayat, darah, bayi, feses, atau bau masakan, parfum yang menyenangkan.
Klien sering mengatakan mencium sesuatu.
Tipe halusinasi ini sering menyertai klien demensia, kejang, atau penyakit serebrovaskuler.
Ekspresi wajah, seperti mencium sesuatu dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung, pada tempat tertentu.
Halusinasi Perabaan (Tactile-feeling bodily sensations)
Klien mengatakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuh, seperti tangan, binatang kecil, mahluk halus.
Merasakan sesuatu di permukaan kulit, merasakan sangat panas atau dingin, merasakan tersengat aliran listrik.
Menguspa, menggaruk-garuk, meraba-raba permukaan kulit. Terlihat menggerak-gerakkan badan.
Halusinasi Pengecaan (Gustatory-experiencing tastes)
Klien seperti sedang merasakan makanan tertentu, rasa tertentu, mengunyah sesuatu.
Seperti mengecap. Gerakan mengunyah, meludah, atau muntah.
Cenesthetic and Kinestetic hallucinations
Klien melaporkan bahwa fungsi tubuhnya tidak dapat terdeteksi, misalnya tidak ada denyutan di otak, atau sensasi pembentukan urine dalam tubuhnya, perasaan tubuhnya melayang di atas bumi.
Klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.
III. A. Pohon masalah
B. Data yang perlu dikaji
Data yang dikaji Data yang perlu ditambahkan
Status mental:
Orientasi (tempat, waktu, orang)
Afek/emosi
Persepsi
Interaksi saat wawancara
Konsep diri
IV. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Confusion (NANDA 2012)
V. Rencana Tindakan Keperawatan (terlampir)
VI. Evaluasi
Terbina hubungan saling percaya antara perawat-klien.
Klien dapat menyebutkan jenis, isi, waktu, dan frekuensi dari halusinasi yang
dialami.
Klien dapat menyebutkan situasi dan respons klien saat halusinasi muncul.
Klien dapat melakukan cara menghardik
VII. REFERENSI
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
Koping Individu Tidak Efektif
Harga Diri Rendah
Isolasi Sosial
Yoseph, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Keliat, Budi Anna. 2007. Keperawatan Komunitas Kesehatan Jiwa: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUANSTRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE-1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien terlihat ketakutan dan selalu merokok.
2. Diagnosa keperawatan:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus:
Untuk mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
Untuk mengetahui isi halusinasi
Untuk mengetahui waktu halusinasi pasien
Untuk mengetahui frekuensi halusinasi pasien
Untuk mengetahuisituasi yang menimbulkan halusinasi
Untuk mengetahui respon pasien terhadap halusinasi
Untuk mengajarkan pasien menghardik halusinasi
Untuk menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan
4. Tindakan keperawatan:
Membantu klien mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
Berdiskusi dengan klien untuk mengetahui isi, waktu, dan frekuensi halusinasi
Berdiskusi dengan klien untuk mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi
Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1: Membantu klien mengidentifikasi jenis halusinasi pasien; berdiskusi
dengan klien untuk mengetahui isi, waktu, dan frekuensi halusinasi; berdiskusi
dengan klien untuk mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi;
mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi; mengajarkan pasien
menghardik halusinasi; dan menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan.
“ Selamat Pagi Pak, Perkenalkan nama saya Mirna, biasa di panggil Mirna, saya
mahasiswa keperawatan Universitas Brawijaya. Saya praktek disini mulai hari ini
sampai tanggal 28Juli 2012 jam 07.00-13.00. Nama bapak siapa? Senang di panggil
apa?”
“Bagaimana perasaan Pak hari ini ?”
“Senang ya bisa berkenalan dengan Bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar Bapak dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?”
“Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja?
“Di mana Bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di ruangan ini
saja kita berbincang-bincang...”
“Apa yang Bapak rasakan sekarang? Apakah ada yang ingin bapak ceritakan?”
“Saya lihat bapak sering terlihat tegang dan selalu merokok? Apa membuaat
bapak seperti itu? Kapan suara tersebut datang? Sehari berapa kali pak?”
“Suara yang mengancam dan menyuruh bapak untuk selalu merokok dating saat
bapak melakukan aktivitas apa? Lalu apa yang bapak lakukan saat suara tersebut
datang?”
“Bapak,,suara yang bapak dengar itu hanyalah halusinasi bapak saja. Itu tidak
nyata dan sebaiknya bapak tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh suara
tersebut karena akan sangat membahayakan bapak”.
“Bagaimana kalau bapak saya ajarkan cara menghardik halusinasi?”
“Jadi saat suara tersebut datang, bapak katakan, “pergi, saya tidak mendengarmu,
kamu hanyalah halusinasi”, berulang kalai sampai bapak tidak mendengar suara
tersebut. Sekarang coba bapak melakukan seperti apa yang saya contohkan tadi”.
“Bagaimana kalau latihan cara menghardik halusinasi kita masukkan ke dalam
jadwal harian supaya bapak lebih terlatih lagi? Bapak bisa jam berapa saja
latihannya?”
“Nanti akan saya kunjungi bapak saat bapak latihan jam 12 siang”.
“Baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi. Saya harapkan bapak jangan suka melamun, coba melakukan
aktivitas yang lain, seperti mengobrol dengan teman-temannya supaya pikiran
bapak tidak tertuju pada suami bapak”.
“Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?...
“Terima kasih bapak atas kerja samanya, saya permisi dulu. Selamat pagi!”
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUANSTRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE-2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien terlihat sudah bisa beraktifitas, klien tampak bersemangat.
2. Diagnosa keperawatan:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus:
Untuk memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
Untuk melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang
lain
Untuk menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan:
Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain
Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi: “Assalammu’alaikum Pak J. Bagaimana perasaan J hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah memakai cara menghardik?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita kemarin saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja: “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau mas mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan mas J. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Paman J katakan: Paman, ayo ngobrol dengan J. J sedang dengar suara-suara. Begitu Pak J. Coba Pak J lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Pak J!”
Terminasi:“Bagaimana perasaan Pak J setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau pak J
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian J. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya. Assalamualaikum”
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUANSTRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE-3
A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi klien:
Klien sudah bisa beraktivitas dan terlihat bersbincang dengan pasien lainnya
2. Diagnosa keperawatan:Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus: Untuk memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. Untuk melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa
dilakukan pasien). Untuk menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan: Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan
pasien). Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Assalammu’alaikum Pak J. Bagaimana perasaan J hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah memakai cara menghardik?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita kemarin saya akan latih cara ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa Pak J lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali Pak J bisa lakukan. Kegiatan ini dapat Pak J lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan Pak J setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Pak J. Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa. Wassalammualaikum.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUANSTRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE-4
A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi klien:2. Klien sudah bisa beraktivitas dan terlihat bersbincang dengan pasien lainnya
3. Diagnosa keperawatan:Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
4. Tujuan khusus: Untuk memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. Untuk menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat Untuk menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
5. Tindakan keperawatan: Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur Orientasi: “Assalammualaikum Pak J. Bagaimana perasaan Pak J hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang pak J minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya Pak J?”Kerja: “Pak J adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Pak J dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang Pak J minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Pak J akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis Pak J bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Pak J juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Pak J harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya Pak J. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. Pak J juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”Terminasi:
“Bagaimana perasaan Pak J setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan Pak J. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUANSTRATEGI PELAKSANAAN
A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi keluarga:
Keluarga terlihat cemas
2. Diagnosa keperawatan klien:Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus: Untuk mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien Untuk menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses terjadinya Untuk menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
4. Tindakan keperawatan: Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
Orientasi:“Assalammualaikum Bapak/Ibu!”“Saya Mirna, mahasiswa perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.”“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu?”“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama waktu Bk/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit” Kerja:“Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat Pak J. Apa yang Bpk/Ibu lakukan?”“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.” “Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”. ”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!””Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan” ”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: Pak J, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, Pak J. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Pak J””Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan””Bagus Pak/Bu”
Terminasi:“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu?”“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/Ibu””Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu” ”Jam berapa kita bertemu?”Baik, sampai Jumpa. Assalamu’alaikum