LP waham jiwa

17
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH UTAMA PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM RSJ Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG OLEH Ika Novi Landari(10.7.017)

description

lp jiwa waham

Transcript of LP waham jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH UTAMA PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM

RSJ Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

OLEH

Ika Novi Landari(10.7.017)PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG

2012/2013LAPORAN PENDAHULUAN

A. KASUS ( MASALAH UTAMA )Perubahan Isi Pikir : Waham

B. PROSES TERJADINYA MASALAH1. PengertianWaham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya (Keliat, BA, 1999).

Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial (Gail W. Stuart, 2000).Jadi waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang tetap dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Pemikiran ini berasal dari pemikiran klien yang tidak terkontrol.

Tanda dan gejala:

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Hal tersebut diungkapkan secara berulang-ulang.

Klien tampak tidak mempunyai orang lain.

Takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/realitas.

Ekspresi wajah tegang.

Mudah tersinggung.

Marah tanpa sebab.

Bermusuhan dan curiga.

Komunikasi kacau.

Perawatan diri terganggu.

2. EtiologiSalah satu hal yang berperan penting menyebakan terjadinya waham adalah gangguan konsep diri : harga diri rendah. Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998). Schult & Videbeck (1998) mengatakan gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.

Tanda dan gejala:

Perasaan malu terhadap diri sendiri. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Mengejek dan mengkritik diri sendiri. Merendahkan martabat. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. Percaya diri kurang. Mencederai diri. Klien sukar mengambil keputusan.3. Tanda dan gejala Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Curiga

Bermusuhan

Merusak (orang lain, diri sendiri, lingkungan )

Takut

Kadang panik

Sangat waspada

Tidak tepat menilai lingkungan/realita

Ekspresi wajah tegang

Mudah tersinggung.4. AkibatWaham dapat menimbulkan klien menjadi beresiko untuk menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Tanda dan gejala:

Memperlihatkan permusuhan.

Keras dan menuntut.

Mendekati orang lain dengan ancaman.

Memberi kata-kata ancaman.

Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.

Rencana melukai diri sendiri dan orang lain.C. POHON MASALAH

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI1. Masalah keperawatan

a. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkunganb. Kerusakan komunikasi: verbalc. Perubahan proses pikir: wahamd. Gangguan konsep diri: harga diri rendah. 2. Data yang dikaji

a. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan

(1) Data subyektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

(2) Data obyektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

b. Kerusakan komunikasi: verbal

1) Data subjektif

Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik

2) Data objektif

Kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang

c. Perubahan proses pikir: waham

1) Data subjektif

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

2) Data objektif

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

1) Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

2) Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Waham.2. Harga diri rendah.F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN1. Diagnosa 1: Gangguan proses pikir: waham

a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan.b. Tujuan khusus:

(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional: Hubungan saling percaya adalah dasar kelancaran hubungan interaksi.Tindakan:

1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).

2) Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.4) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

(2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.Rasional: Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya

Tindakan:

1) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

2) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.

3) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).

4) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.(3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Rasional: Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan amanTindakan:

1) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

2) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

3) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

5) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.(4) Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional: Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang adaTindakan:

1) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).

2) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

3) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

(5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Rasional: Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obatTindakan:

1) Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.

2) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).

3) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

4) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.(6) Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional: Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien Tindakan:

1) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

2) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Harga diri rendaha. Tujuan umum: Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga dirinya.b. Tujuan khusus:

(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional: Hubungan saling percaya adalah dasar kelancaran hubungan interaksi.Tindakan:

1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien4) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

(2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Rasional: Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya, Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien dan pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian

Tindakan:

1) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis

3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

(3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Rasional: Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

Tindakan:

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

(4) Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Rasional: Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya dan contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melakukannya.

Tindakan:

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

(5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Rasional: Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien, reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien dan memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan

Tindakan:

1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

2) Beri pujian atas keberhasilan klien

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

(6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Rasional: Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah, support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien dan meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

Tindakan:

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.

2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

G. DAFTAR PUSTAKAAziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr. Amino Gonohutomo. Keliat BA. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.Stuart GW, Sundeen. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa (ed. Indonesia). Jakarta: EGC. Towsend. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri (ed. Indonesia). Jakarta: EGC. 1998Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Semarang, 19 Novenber 2012

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Ika Novi Landari

NIP

NIM 10.7.017

Perubahan isi pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Kerusakan komunikasi verbal