Lp Uti (Urinary Tract Infection)

14
Nama Mahasiswa : Daralila Santika Ruangan : Lantai 4 Lama SHKJ A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS Judul (nama penyakit/diagnosa medis) Urinary Tract Infection (UTI) Definisi Penyakit (minimal dari 2 sumber) Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Tessy, 2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998) Urinarius Tactus Infection (UTI) adalah infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli. (Tucker, dkk, 1998) Etiologi Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain: a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

description

fds

Transcript of Lp Uti (Urinary Tract Infection)

Nama Mahasiswa : Daralila SantikaRuangan : Lantai 4 Lama SHKJA. TINJAUAN TEORITIS MEDIS

Judul (nama penyakit/diagnosa medis) Urinary Tract Infection (UTI)Definisi Penyakit (minimal dari 2 sumber) Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Tessy, 2001)Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)Urinarius Tactus Infection (UTI) adalah infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli. (Tucker, dkk, 1998)Etiologi Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicatedc. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektifb. Mobilitas menurunc. Nutrisi yang sering kurang baikd. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humorale. Adanya hambatan pada aliran urinf. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostatManifestasi klinik Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis): a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih( b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis( c. Hematuria(d. Nyeri punggung dapat terjadi(

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)a. Demam(b. Menggigil(c. Nyeri panggul dan pinggang(d. Nyeri ketika berkemih(e. Malaise(f. Pusing(g. Mual dan muntah(Anatomi dan Fisiologi Organ-organ yang termasuk dalam saluran kemih adalah ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra. Saluran kemih terbagi atas dua berdasarkan letaknya yakni saluran kemih atas dan saluran kemih bawah. Yang termasuk saluran kemih atas adalah ginjal dan ureter, sedangkan vesika urinaria dan uretra merupakan saluran kemih bawah.patofisiologi (buat dalam bentuk Pat Flow, dari etiologi sampai masalah keperawatan) Penatalaksanaan dan Pengobatan Medis Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:a. Terapi antibiotika dosis tunggal(b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari(c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu(d. Terapi dosis( rendah untuk supresi

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan(b. Interansi obat(c. Efek samping obat(d.Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal(

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:1. Efek nefrotosik obat2. Efek toksisitas obat

Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiap saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/( b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/( c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?(d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?(Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium & Diagnostik) 1. Urinalisis Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk( penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih Hematuria:( hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.2. Bakteriologis Mikroskopis( Biakan bakteri(3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.5. Metode tes( Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):(Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). Tes- tes tambahan:(Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.Komplikasi 1. Pembentukan abses ginjal atau parirenal

2. Gagal ginjalPrognosis Walaupun tanpa perawatan antibiotik, penyakit cenderung menjadi jinak dan berhenti sendiri. Fase simptomatik penyakit biasanya berlangsung tidak lebih dari seminggu, walaupun bakteriuria dapat bertahan lebih lama. Pada kasus yang terkait factor fredisposisi, maka penyakit ini dapat kambuh atau kronis.B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN (sesuaikan dengan format pengkajian)

Identitas klien dan penanggung jawab

Riwayat Kesehatan (faktor predisposisi dan presipitasi, bagaimana cara klien mengelola kesehatannya) 1. Keluhan utama : - Disuria

- Polakisria

- Nyeri

- Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.2. Riwayat penyakit sekarang

- Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.

3. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit ISK.4. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

5. Riwayat psikososial dan spiritual

-Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah.

6. Pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

2. Pola eliminasi

Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.

3. Pola aktifitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

4. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan imobilisasi yang lama.

5. Pola persepsi dan konsepsi diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien.

6. Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di rumah sakit dan klien harus bedrest total.

7. Pola penanggulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.

8. Pola tata nilai dan kepercayaan

Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitasi karena penyakitnya.

Riwayat Penyakit (pengalaman dirawat, penyakit keturunan) a. Apakah pernah dirawat sebelumnya?

b. Apakah memiliki riwayat penyakit keturunan?

c. Apakah memiliki hipertensi, DM?Pemeriksaan Fisik (head to toe) 1. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemiha. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)( b. Adakah disuria?(c. Adakah urgensi?(d. Adakah hesitancy?(e. Adakah bau urine yang menyengat?( f. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?(2. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah(a. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas(b. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.(3. Pengkajian psikologi pasien:- Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.Data Fokus ( kemungkinan ditemukan DO & DS ) a. Tanda-tanda vital

TD : normal / meningkat

Nadi : normal/ meningkat

Respirasi : normal/ meningkat

Temperatur : normal/ meningkat

b. Data fokus

Inpeksi : frekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh

Palpasi : suhu tubuh meningkat atau tidak

Perkusi : resonanC. ASUHAN KEPERAWATAN

NoDIAGNOSA PERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONAL

1.Nyeri berhubungan dengan infeksi kaliks ginjal, pelvis, parenkhim (pyelonefritis), invasi bakteri pada mukosa kandung kemih (systitis) mengakibatkan myeri panggul atau nyeri suprapubikNyeri berkurang, penurunan kebutuhan terhadap analgetik, pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang saat istirahat, aktivitas atau berkemih.A. Kaji

1. Tingkat, frekwensi episode nyeri pada area panggul, apakah bersifat unilateral atau bilateral.

2. Nyeri suprapubik dan dysuria.

3. Urine : warna keruh, bau busuk

B. Amati, nilai dan laporkan

1. Kultur urine, urinalisis RBC, WBC, peningkatan pH (infeksi kandung kemih)

2. BUN, kreatinin

C. Kolaboratif

Beri analgetik dan evaluasi efeknya selama 30 menit, 1 jam dan 3 jam untuk menentukan respon nyeri (aspirin, oxycodone, meperidine)

D. Perawatan/pemeliharaan

1. Lakukan rendaman duduk atau kompres hangat pada perut 3 x sehari

2. Istirahatkan pasien selama perawatan

E. Penyuluhan pada pasien/keluarga

Tutup kamar mandi selama berkemih

Untuk menentukan lokasi infeksi dan penanganan yang akan diberikan

Menandakan terjadinya infeksi pada kandung kemih

Menandakan adanya infeksi

Jumlah bakteri > 100.000/ml menandakan adanya infeksi yang menyebabkan nyeri

BUN > 25 mg/ml; kreatinin > 1,5 mg/dL merupakan tanda kerusakan ginjal

Untuk mengontrol nyeri dan menanggulangi nyeri

Meringankan dysuria

Mencegah timbulnya nyeri

Mencegah rasa malu pada pasien yang mengalami inkontinensia

2. Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi di ginjal mengakibatkan potensial infeksi dan ketidakseimbangan cairan.Hipertermia dapat ditanggulangi dengan tanda vital & suhu kembali normal, tidak terjadi demam dan diaporesis, tidak ada tanda & gejala dehidrasiA. Kaji

1. Suhu yang meningkat secara persisten

2. Kulit : suhu, warna, turgor, kering atau lembab.

3. Demam, diaporesis

4. Rasa haus, penurunan berat badan, mukosa membran kering

B. Amati, nilai, laporkan

1. Tanda vital : peningkatan denyut nadi, pernafasan dan suhu

2. Input & output tiap 8 jam : perhatikan output < 250 ml/8jam

C. Kolaboratif

1. Pemberian antipiretik (aspirin, aminophen) dan evaluasi efeknya sampai suhu tubuh pasien normal kembali dalam 24 jam

2. Pemberian antibiotik, sulfonamid (amoxi-cillin, sulfisoxazole)

D. Perawatan/pemeliharaan

1. Selimuti pasien

2. Compres dingin

3. Pertahankan intake cairan 2 liter/hari bila mungkin

Indikasi infeksi renal

Perubahan menandakan ada-nya dehidrasi

Berhubungan dengan pe-ningkatan suhu

Menandakan dehidrasi yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat peningkatan suhu

Mengetahui perubahan tanda vital

Berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan

Menurunkan panas dengan menginhibisi pusat pengaturan panas tubuh

Membunuh bakteri dengan menginhibisi sintesis dinding sel atau mengubah metabolisme protein sel bakteri

Menurunkan panas dan meningkatkan rasa nyaman.

Mengendalikan panas tubuh dengan jalan evaporasi

Mengganti kehilangan cairan akibat demam dan diaporesis

3.Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan trauma mekanik dari infeksi mengakibatkan disuria, frekwensi dan urgencyPola eliminasi kembali normal tanpa disertai dysuri, frekwensi dan urgencyA. Kaji

Rasa panas, frekwensi, urgency, bau busuk urine, urine bercampur darah, nanah dan lendir.

B. Amati, nilai ,laporkan

Ulangi pemeriksaan urine : peningkatan RBC, WBC. Urine cultur : bakteri > 100.000/mL

C. Kolaboratif

Pemberian antibiotik / sulfonamide (amoxicillin, sulfisoxazole)

D. Perawatan/pemeliharaan

Tempatkan pasien dekat kamar kecil/kamar mandi

E. Pedidikan pada pasien / keluarga

1. Laporkan perubahan gejala

2. Tampung urine untuk pemeriksaan

3. Bagi pasien wanita, anjurkan untuk membersihkan area genital & rectal setelah berkemih, defekasi, dan intercourse : dari depan ke belakang.

4. Kosongkan kandung kemih setiap 4 jam, gunakan tampon/popok dan ganti setiap 3-4 jam, gunakan pakaian dalam yang tebuat dari katun, hindari celana ketat.

Menandakan adanya infeksi yang mengakibatkan iritasi kandung kemih

Menentukan penanganan jika hasil lab. > dari batas normal

Pengobatan infeksi akan mengurangi gejala dengan menghambat sintesis bakteri

Urgency disebabkan oleh inkontinensia dan rasa malu.

Untuk mengetahui efektif atau tidak efektifnya pengobatan dan mengetahui kambuhnya infeksi

Mendapatkan bahan kultur urine untuk pemeriksaan adanya bakteri

Mencegah kontaminasi dari genital

Mencegah stasis urine dan media pertumbuhan bakteri : kontaminasi dan iritasi genital.

C. DAFTAR PUSTAKA (minimal 3 text book) Tessy Agus, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3,Jakarta: FKUI

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGCFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

Format Laporan Pendahuluan