Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

45
MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH KKD PEMERIKSAAN FISIK GINJAL A. TEORI Pemeriksaan fisik ginjal merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan fisik pada abdomen dan urogenitalia. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada ginjal. Adanya hipertensi dapat merupakan tanda adanya kelainan pada ginjal. Keadaan tersebut mengharuskan dokter untuk memeriksa keadaan umum pasien secara menyeluruh. B. PROSEDUR Inspeksi Pada pemeriksaan ginjal, sebaiknya pasien dalam posisi berbaring telentang. Kemudian bagian abdomen dibuka dari proccecus xipoideus hingga ke simfisis pubis. Berdiri pada sisi kanan pasien. Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus diperhatikan pada saat melakukan inspeksi di daerah ini. Pembesaran itu mungkin disebabkan oleh hidronefrosis ataupun tumor pada daerah retroperitonium. 1

description

nmjb

Transcript of Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Page 1: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH

KKD PEMERIKSAAN FISIK GINJAL

A. TEORI

Pemeriksaan fisik ginjal merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan fisik pada

abdomen dan urogenitalia. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

kelainan pada ginjal. Adanya hipertensi dapat merupakan tanda adanya kelainan pada

ginjal. Keadaan tersebut mengharuskan dokter untuk memeriksa keadaan umum pasien

secara menyeluruh.

B. PROSEDUR

Inspeksi

Pada pemeriksaan ginjal, sebaiknya pasien dalam posisi berbaring telentang. Kemudian

bagian abdomen dibuka dari proccecus xipoideus hingga ke simfisis pubis. Berdiri pada

sisi kanan pasien.

Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus

diperhatikan pada saat melakukan inspeksi di daerah ini. Pembesaran itu mungkin

disebabkan oleh hidronefrosis ataupun tumor pada daerah retroperitonium.

Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. Tangan kiri

diletakkan pada sudut costovertebral angle (CVA) untuk mengangkat ginjal ke atas

(anterior), sedangkan tangan kanan diletakkan pada bawah arcus costae untuk meraba

ginjal dari depan.Mintalah pasien untuk menarik napas yang dalam dan anda dapat

merasakan turunnya ginjal dengan tangan yang ada pada perut pasien.

1

Page 2: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Gambar 1. Pemeriksaan palpasi bimanual pada ginjal

Untuk membedakan ginjal dengan organ lainnya, perlu diperhatikan bahwa organ hepar

sering mempunyai tepi anterior yang tajam, sedangkan lien mempunyai

incisura/lekukan dan dapat bergerak ke bawah dan ke medial saat inspirasi. Berbeda

dengan hepar maupun lien, pada pemeriksaan bimanual/ballottement pada ginjal sering

teraba.

Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran ginjal adalah :

- Hidronephrosis

- Penyakit ginjal polikistik

- Kista

- Tumor ginjal

- Trombosis vena renalis

- Amyloidosis

Perkusi

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada

CVA. CVA merupakan sudut yang dibentuk oleh costae terakhir dengan tulang

vertebrae. Pada kondisi adanya distensi pada kapsul ginjal, maka pada pemeriksaan

ketok ginjal akan didapatkan rasa nyeri. Hal ini dikarenakan peregangan kapsul ginjal

akan menstimulasi saraf aferen medula spinalis pada T11 hingga L2 dan juga

mempersarafi ginjal.

2

Page 3: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Gambar 2. Pemeriksaan perkusi pada ginjal

Pasien dalam posisi duduk atau berbaring miring. Kemudian letakkan tangan kiri pada

CVA kanan/kiri, kemudian dengan tangan kanan memberikan pukulan pelan di atas

tangan kiri. Apabila pasien mengeluh nyeri pada saat pemeriksaan, maka kemungkinan

terjadi inflamasi pada ginjal ataupun distensi pada kapsul ginjal.

Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan nyeri pada pemeriksaan ketok ginjal,

adalah:

- Pyelonephritis akut

- Abses renal atau perirenal

- Obstruksi ginjal akut

- Glomerulonefritis akut

Auskultasi

Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkanlah stetoskop pada daerah

epigastrium atau pinggang depan, untuk mendengarkan bruit renal. Bruit renal dapat

terdengar pada kondisi sebagai berikut :

- Stenosis arteri renalis

- Fistula arteriovenosa

- Neoplasma vaskuler

3

Page 4: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

C. CHECK LIST

JENIS KEGIATANNILAI

0 1 2

 Pendahuluan dan persiapan  

1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan

2. Meminta pasien berbaring telentang dengan nyaman dan meletakkan bantal di

bawah kepala.

Inspeksi

1. Melihat apakah ada kelainan pada daerah ginjal / flank area

Palpasi

2. Secara bimanual, tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal

posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan

palpasi

Perkusi

3. Pasien dalam posisi duduk atau berbaring miring. Kemudian letakkan

tangan kiri pada CVA kanan/kiri, kemudian dengan tangan kanan

memberikan pukulan pelan di atas tangan kiri.

4. Memperhatikan ekspresi pasien dan menanyakan apakah terasa nyeri saat

dilakukan pemeriksaan

Auskultasi

5. Meminta pasien untuk berbaring telentang.

6. Meletakkan stetoskop pada daerah epigastrium atau pinggang depan dan

mendengar apakah terdengar bruit atau tidak

7. Melaporkan seluruh hasil pemeriksaan (I-P-P-A) fisik ginjal

D. PENILAIAN

Keterangan:

0 : Tidak dikerjakan

1 : Dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar

2 : Dikerjakan dengan benar

4

Page 5: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Nilai akhir : Jumlahnilai ×100

18

E. REFERENSI

1. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto, 2007. p.

18-9

2. Comisarow RH, Barkin M. Genitourinary examination. Dalam: Andri HI.

Jakarta: Yayasan Essentia Medica, 1984. p.4-7

3. Saibie FG. Dalam: HI. Jakarta: Yayasan Essentia Medica, 1984. p.35

4. Anonymous. Male genitourinary examination (Serial online) 2001. Available

from: URL:

http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/ipm/ipm2/sem3/male_gu_exam.pdf

5

Page 6: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH

KKD PEMASANGAN INFUS

A. TEORI

Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,

elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena.

Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang

banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang

aman diperlukan  pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta

asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan

suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan

berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi

yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan  pada beberapa

faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan

kondisi vena pasien. 

Tujuan terapi intravena

Beberapa tujuan dari terapi intravena adalah:

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,

vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.

2. Mengoreksi dan mencegah  gangguan cairan dan elektrolit

3. Memperbaiki keseimbangan asam basa

4. Memberikan tranfusi darah

5. Menyediakan media untuk pemberian obat intravena

6. Membantu pemberian nutrisi parenteral

6

Page 7: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Tipe-tipe cairan

Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya

dibagi menjadi:

1. Isotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas

plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya

kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan

volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES  1 liter. Tiga liter

cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.Contoh cairan

isotonik adalah :NaCl 0,9 %, Ringer Laktat, Komponen-komponen darah (Albumin 5

%, plasma), Dextrose 5 % dalam air (D5W)

2. Hipotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas

plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler,

danmenyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.  Pemberian cairan ini

umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke

dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan

membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen

intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko

peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:

- Deplesi cairan intravaskuler

- Penurunan tekanan darah

- Edema seluler

- Kerusakan sel

Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, pasiaen harus dipantau

dengan teliti.Contoh: cairan hipotonik adalah : dextrose 2,5% dalam NaCl 0,45%, NaCl 

0,45%, NaCl 0,2%

7

Page 8: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

3. Hipertonik

Suatu cairan/larutan yang  memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas

plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam

sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga

menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien

dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.Contoh: D 5% dalam

saline 0,9% (D5NS), D 5% dalam RL (D5RL), Dextrose 10% dalam air (D10W),

Dextrose 20% dalam air (D20W), Albumin 25

Peralatan infus

Kanula/kateter

Berikut bagian dari kanula infus :

Gambar 1. Bagian kanula infus

Kanula memiliki beberapa ukuran berdasarkan panjang (Inchi) dan diameter

(Gauge/Ga). Kanula dengan ukuran 14Ga memiliki diameter yang lebih besar daripada

kanula dengan ukuran 18Ga. Kanula dengan Gauge terbesar dan ukuran terpendek dapat

digunakan untuk mendapatkan infus cairan tercepat.

8

Page 9: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Gambar 2. Ukuran kanula infus

Penggunaan ukuran kanula tergantung dari beberapa faktor, antara lain usia pasien

(anak, dewasa), tujuan pemasangan infus (resusitasi, maintenance), kualitas vena

(dewasa, orang tua). Saat ini pada beberapa pusat kesehatan telah menggunakan kanula

infus dengan pegas, yang dianggap dapat mengurangi risiko terkena jarum kanula pada

petugas.

Tabel 1. Flow rate masing kanula

KANULA FLOW RATE

14Ga, 1.75 Inch

16Ga, 1.16 Inch

18Ga, 1.16 Inch

20Ga, 1.00 Inch

22Ga, 1.00 Inch

24Ga, 0.75 Inch

330 ml/menit

220 ml/menit

105 ml/menit

65 ml/menit

35 ml/menit

20 ml/menit

(Sumber :www.emprocedure.com)

Tabel 2. Pemilihan ukuran kanula

PASIEN KANULA

>1 Tahun

1-8 Tahun

>8 Tahun

Pasien dewasa yang memerlukan resusitasi cairan (Pasien trauma, shock)

22 atau 24Ga

20, 22, atau 24Ga

18,20, atau 22Ga

18Ga atau lebih

(Sumber : www.emprocedure.com)

9

Page 10: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Cairan infus

Pemilihan cairan infus yang digunakan disesuaikan dengan kondisi dari pasien itu

sendiri. Di bawah ini beberapa kandungan dari cairan infus :

CAIRAN KONSTITUSI OSMOLALITAS

Normal saline (NS)

½ Normal saline (½NS)

Dekstrose 5% (D5W)

Dekstrose 5% dalam ½NS

Ringer laktat

Sodium 154 mEq/lKlorida 154 mEq/l

Sodium 154 mEq/lKlorida 154 mEq/l

Dekstrose 278 mmol/l

Sodium 77mEq/lKlorida 77 mEq/lDekstrose 278 mmol/l

Sodium 130 mEq/lKlorida 109 mEq/lLaktat 28 mEq/lPotasium 4 mEq/lKalsium 3 mEq/l

Isotonik

Hipotonik

Isotonik (menjadi hipotonik ketika dekstrose dimetabolisme)

Hipertonik

Isotonik

Set infus

Set infus terdiri dari dua tipe yaitu dengan drip makro dan drip mikro. Drip makro

akan mengalirkan 1 cc cairan tiap 10 tetes infus. Biasanya drip makro ini digunakan

ketika diperlukan banyak cairan yang harus diberikan. Drip kinro akan mengalirkan 1 cc

cairan tiap 60 tetes infus. Bisanya drip mikro ini digunakan pada anak serta kondisi

dimana cairan yang harus diberikan dalan jumlah sedikit.

10

Page 11: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Gambar 3. Peralatan infus

Pemilihan vena

Sebelum pemasangan infus, perlu diperhatikan pada pemilihan derah tempat

pemasangan infus. Identifikasi vena dengan optimal dapat dilakukan secara visual

maupun rabaan. Vena dapat terlihat sebagai struktur di bawah kulit yang berwarna biru

kehijauan. Vena dapat juga teraba seperti saluran kenyal di antara jaringan lunak.

11

Page 12: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Dikarenakan tiap individu memiliki variasi letak yang berbeda, maka perlu secara visual

dan rabaan dalam menentukan tempat pemasangan.

Idealnya vena yang baik adalah vena dengan ukuran besar dan lurus dengan

panjang sesuai dengan kanula. Untuk pemasangan lama, beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah :

- Menggunakan ekstremitas non dominan bila dimungkinkan

- Hindari daerah persendian

- Hindari penggunaan ekstremitas bawah bila dimungkinkan

- Hindari daerah kontraindikasi pemasangan

Ekstremitas atas

Pada kebanyakan kondisi, pemasangan infus biasanya pada daerah fossa

antecubiti, lengan bawah, pergelangan tangan, ataupun punggung tangan. Tiga vena

utama pada daerah fossa umbilical, yaitu v.cephalica, v.basilica, v.mediana cubiti

merupakan vena yang paling sering digunakan. Vena ini biasanya besar, mudah

ditemukan, dan dapat digunakan dengan kanula terbesar. Karenanya mereka merupakan

tempat paling ideal untuk pemasangan infus. Namun, karena posisi mereka pada daerah

fleksor menyebabkan beberapa ketidaknyamanan pada pasien. Misalnya saat menekuk

siku dan dapat menyebabkan sumbatan aliran. Biasanya vena percabangan dari ketiga

vena besar tersebut juga sering digunakan untuk pemasangan infus.

Gambar4. Vena pada ekstremitas atas

Vena pada punggung tangan dapat digunakan apabila tidak memerlukan kanula

dengan nomor besar (18Ga atau lebih). pemasangan pada daerah ini harus dapat

12

Page 13: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

ditemukan vena yang lurus dan dapat ditempati oleh seluruh kanula. V.cepalica pada

daerah radial styloid termasuk yang sering digunakan dikarenakan bentuknya yang lurus

dan ukurannya yang besar.

Ekstremitas bawah

Pemasangan infus pada daerah kaki bukanlah daerah yang ideal. Pemsangan pada

daerah ini lebih menimbulkan nyeri, dan pemasangan infus lebih menimbulkan rasa

tidak nyaman apabila dibandingkan pemasangan pada ekstremitas atas. Selain itu,

pemasangan pada ekstremitas bawah lebih mudah terjadi infeksi, tidak berfungsi

optimal, dan lebih sering meninbulkan flebitis.

V.saphena magna yang berjalan di anterior menuju malleolus medial, dan yang

dapat di akses juga melalu vena seksi dapat digunakan pada saat kegawatan. V.saphena

parva berjalan pada bagian lateral yang nantinya akan membentuk arkus vena dorsalis

dengan v.saphena magna. Arkus ini akan memberi cabang pada bagian dorsal kaki.

Percabangan ini juga dapat digunakan pada pemsangan infus apabila diperlukan.

Leher (v. Jugularis eksterna)

Pemasangan infus dapat dilakukan di v. Jugularis eksterna apabila diperlukan.

Vena ini bermula pada sudut mandibula kemudian berjalan ke daerah m.

Sternocleodomastoideus menuju ke proksimal klavikula kemudian masuk ke dalam

jaringan subkutan menuju v. Subklavia.

Vena ini merupakan vena besar yang dapat dimasukin oleh kanula ukuran besar

(18Ga atau lebih) hampir pada semua pasien. Biasanya vena ini digunakan pada pasien

dengan akses pemasangan di ekstremitas tidak baik yang memerlukan jumlah asupan

cairan banyak. Biasanya vena ini akan membesar pada pasien dengan gagal jantung dan

merupakan vena alternatif pada pasien apabila tempat lain tidak dimungkinkan.

13

Page 14: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Gambar5. Vena pada ekstremitas bawah dan leher

Komplikasi pemasangan Infus

Pemasangan Infus ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi, antara lain :

- Hematoma

- Infeksi

- Trombosis

- Flebitis

Perhitungan tetesan cairan

Pertama kali yang harus ditentukan sebelum menentukan tetesan cairan adalah

seberapa banyak cairan yang akan kita beri kepada pasien dalam kurun waktu tertentu.

Misal : 1000 ml/8 jam = 125 ml/jam

Kemudian kita tentukan apakah pemberian cairan pada dewasa dengan infus set

makro atau pada anak kecil dengan infus set mikro. Tetesan makro = 20 tetes/ml,

sedangkan tetesan mikro = 60 tetes/ml.

Dari data di atas dimasukkan ke dalam rumus berikut :

= Jumlahcairan (tiap jam ) x Jumlah tetesan(makro

mikro)

60 menit

=125 mlx 20 t etes /ml

60 m enit

= 41,7 tetes/menit

14

Page 15: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

= 42 tetes/menit

Berikut rata-rata pemberian cairan dan jumlah tetesan :

Tabel 1. Rerata pemberian cairan (ml/jam)

Lama pemberian 250 ml 500 ml 1000 ml

4 jam 62 ml/jam 125 ml/jam 250 ml/jam

6 jam 41 ml/jam 83 ml/jam 166 ml/jam

8 jam 31 ml/jam 62 ml/jam 125 ml/jam

10 jam 25 ml/jam 50 ml/jam 100 ml/jam

12 jam 20 ml/jam 41 ml/jam 83 ml/jam

24 jam 10 ml/jam 21 ml/jam 42 ml/jam

(Sumber: UAMS 2011)

Tabel 2. Rerata jumlah tetesan cairan

Ukuran

drop

Jumlah cairan (ml/jam)

41 83 100 125 166 250

60 tetes/ml 41

tetes/menit

83

tetes/menit

100

tetes/menit

125

tetes/menit

166

tetes/menit

250

tetes/menit

20 tetes/ml 14

tetes/menit

26

tetes/menit

32

tetes/menit

42

tetes/menit

54

tetes/menit

82

tetes/menit

15 tetes/ml 10

tetes/menit

21

tetes/menit

25

tetes/menit

31

tetes/menit

41

tetes/menit

62

tetes/menit

10 tetes/ml 7

tetes/menit

13

tetes/menit

16

tetes/menit

21

tetes/menit

27

tetes/menit

41

tetes/menit

(Sumber: UAMS 2011)

B. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang diperlukan pada pemasangan Infus adalah :

1. Sarung tangan steril

2. Kapas alkohol

3. Torniquet

4. Kanulakateter IV sesuai ukuran

15

Page 16: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

5. Kasa

6. Set infus

7. Spuit 5 cc

8. Plester

C. PROSEDUR

Menjelaskan tindakan

Memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien (konfirmasi), menjelaskan

tindakan yang akan dilakukan, melakukan informed consent. Pasien sebaiknya dalam

posisi berbaring.

Mempersiapkan peralatan

Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan pada pemasangan infus

Mempersiapkan pasien

1. Meletakkan alas pada lokasi penusukan.

2. Memasang torniquetpada 10-12 cm proksimal dari lokasi penusukan. Torniquet

cukup kuat untuk menghambat aliran vena sehingga vena distensi, namun tidak

menghambat aliran arteri.

3. Evaluasi vena yang akan dipasang infus. Lokasi paling umum adalah pungung

tangan dan lengan bawah.Bila dilatasi vena tidak jelas, minta pasien untuk

mengepalkan tangan dan membukanyasecara berulang-ulang. Pastikan lengan

bawah pasien pada posisi lebih rendah dari jantung.Bedakan vena dari arteri.

4. Memilih lokasi pemasangan infusHindari daerah yang terinfeksi, edema atau

terdapat jaringan parut. Juga dihindari daerah yang terdapat fistula arterio venosa

dan aneurisma.

5. Disinfeksi daerah yang dipilih menggunakan kapas alkohol dengan satu kali usapan

dari proksimal ke distal, atau dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar.

16

Page 17: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

6. Pastikan daerah yang didisinfeksi telah kering sebelum melakukan

penusukan.Menegangkan kulit disekitar lokasi penusukan untukmemfiksasi vena

dengan menggunakan tangan non dominan.

Pemasangan infus

1. Menggunakan tangan dominan, masukkan kanuladengan sudut 10-30 (hampir

mendatar) dari arah distalke proksimal dengan lubang jarum menghadap ke atas.

Masukkan jarum sesuai dengan arah garis vena

Gambar 6. Sudut pemasangan infus

2. Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Bila kanula telah masuk vena, akan tampak

aliran balik darah dalam kanula.Mendorong kateter vena lebih dalam sambil secara

bersamaan menarik keluar jarum mandrin di dalamnya. Jarum mandrin

dipertahankan agar tidak keluar sepenuhnya untuk mencegah darah mengalir

keluar.

3. Tekan pada bagian ujung kanula menggunakan jari dan keluarkan jarum mandrin, lalu

buang atau letakkan pada tempat yang tersedia.

4. Melepaskan torniquet.Menghubungkan kanula dengan selang infus.Membuka

pengatur tetesan dan atur kecepatan tetesan sesuai dosis.

5. Membersihkan darah yang mengotori kulit menggunakan kapas

alkohol.Memfiksasi infus menggunakan plester atau dressing yang tersedia.

6. Membereskan alat-alat yang digunakan.

17

Page 18: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

D. CHECK LIST

JENIS KEGIATANNILAI

0 1 2

 Pendahuluan dan persiapan  

1. Memperkenalkan diri. Konfirmasi pasien adalah benar/sesuai dengan

yang dimaksud.

2. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang

diberikan. Memberitahukan pasien kemungkinan adanya sedikit rasa sakit.

3. Informed consent.

4. Meminta pasien berbaring telentang dengan nyaman dan meletakkan bantal di

bawah kepala. Tangan pasien diletakkan di sisi badan, lengan bawah

lurus.

5. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan.

6. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.

7. Menghubungkan botol cairan infus dengan set infus dan

mempersiapkannya untuk dihubungkan dengan kanula intravena yang

sudah terpasang.

Identifikasi vena

8. Berdiri di sisi kanan/kiri pasien sesuai lokasi vena yang akan dipasangi

kateter intravena.

9. Meletakkan alas pada lokasi penusukan. Memasang torniquetpada 10-12

cm proksimal dari lokasi penusukan.

10. Evaluasi vena yang akan dipasang kanula vena.

Pemasangan Infus

11. Memilih lokasi pemasangan infus.Hindari daerah yang terinfeksi, edema

atau terdapat jaringan parut. Juga dihindari daerah yang aneurisma.

12. Disinfeksi daerah yang dipilih menggunakan kapas alkohol dengan satu

18

Page 19: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

kali usapan dari proksimal ke distal, atau dengan gerakan sirkuler dari

dalam ke luar.

13. Memastikan daerah yang didisinfeksi telah kering sebelum melakukan

penusukan.

14. Menegangkan kulit disekitar lokasi penusukan untukmemfiksasi vena

dengan menggunakan tangan non dominan.

15. Menggunakan tangan dominan, masukkan kanuladengan sudut 10-30

(hampir mendatar) dari arah distalke proksimal dengan lubang jarum

menghadap ke atas.

16. Bila kanula telah masuk vena, akan tampak aliran balik darah dalam kanula.

Mendorong kanulavena lebih dalam sambil secara bersamaan menarik

keluar jarum mandrin di dalamnya. Jarum mandrin dipertahankan agar

tidak keluar sepenuhnya untuk mencegah darah mengalir keluar.

17. Tekan pada bagian ujung kanula menggunakan jari dan keluarkan jarum

mandrin, lalu buang atau letakkan pada tempat yang tersedia.

18. Melepaskan torniquet.

19. Menghubungkan kanula vena dengan selang infus. Membuka pengatur

tetesan dan atur kecepatan tetesan sesuai dosis.

20. Membersihkan darah yang mengotori kulit menggunakan kapas alkohol.

21. Memfiksasi infus menggunakan plester atau dressing yang tersedia.

22. Membereskan alat-alat yang digunakan.

23. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan. Melepaskan

sarung tangan steril dan mencuci tangan.

JUMLAH NILAI

E. PENILAIAN

Keterangan:

0 : Tidak dikerjakan

1 : Dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar

19

Page 20: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

2 : Dikerjakan dengan benar

Nilai akhir : Jumlahnilai ×100

46

F. REFERENSI

1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta

kedokteran. Edisi ketiga. Jilid kedua. Jakarta: Media Aesculapius, 2000. p.546-7

2. Departement of Pharmacy Services. University of Arkansas for Medical

Sciences. Calculation of intravenous infusion rates. 2011 (Available from url :

http://pharmacy.uams.edu/formulary/calculation_of_intravenous_infus.asp)

3. Weinstein SM. Plumer's principles and practice of intravenous therapy. Edisi 7.

Lippincott, Philadelphia, 2001.

20

Page 21: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH

KKD PEMASANGAN KATETER

A. TEORI

Kateterisasi uretra adalah suatu tindakan memasukkan kateter ke dalam kandung

kemih melalui uretra. Istilah kateterisasi ini sudah dikenal sejak zaman hipokrates yang

pada waktu itu menyebutnya sebagai tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan

tubuh. Bernard memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet pada tahun 1779,

sedangkan Foley membuat kateter menentap pada tahun 1930. Saat ini, kateter Foley

masih digunakan secara luas di dunia sebagai alat untuk mengeluarkan urin dari

kandung kemih.

Tujuan dari kateterisasi ini adalah untuk tujuan diagnosis dan tujuan terapi.

Tujuan diagnosis antara lain:

1. Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine yang

digunakan untuk pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan dapat

mengurangi resiko terjadinya kontaminasi sampel urine oleh bakteri komensal

yang terdapat di sekitar kulit vulva atau vagina

2. Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi

3. Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi, antara lain : sistografi

atau pemeriksaan adanya refluks vesiko-ureter melalui pemeriksaan Voiding

Cysto-Urethrography (VCUG)

4. Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika

5. Untuk menilai produksi urine pada saat dan setelah operasi besar

Tindakan kateterisasi yang bertujuan untuk terapi antara lain :

1. Mengeluarkan urine dari vesika urinaria pada keadaan obstruksi infravesikel baik

yang disebabkan oleh hiperplasia prostat maupun benda asing (bekuan darah) yang

menyumbat uretra

2. Mengeluarkan urine pada disfungsi vesika urinaria

3. Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah, yaitu pada

prostatektomi, vesikolitotomi

21

Page 22: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

4. Sebagai spint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi uretra

5. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB) atau clean intermitten

catheterozation

6. Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptik untuk

kandung kemih.

Kateter yang dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya dilepas setelah tujuan

selesai, tetapi pemasangan yang ditujukan untuk terapi, tetap dipertahankan hingga

tujuan terapi terpenuhi.

Macam-macam kateter

Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian, sistem

retaining (pengunci), dan jumlah percabangan.

Ukuran kateter

Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini

merupakan ukuran diameter luar kateter.

1 Cheriere’s (Ch) atau 1 French (Fr) = 0,33 mm

Jadi kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar katater itu adalah 6 mm.

Kateter yang berukuran sama belum tetntu memiliki diameter lumen yang sama

pula. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan dan jumlah lumen pada kateter tersebut.

Gambar 1. Kateter foley berbagai ukuran

Bahan kateter

Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (latex), karet dengan

lapisan silikon (siliconized), dan silikon. Perbedaan bahan kateter menentukan

22

Page 23: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

biokompatibilitas kateter yang terpasang pada kandung kemih, sehinggan akan

mempengaruji pula daya tahan kateter yang terpasang di kandung kemih.

Gambar 2. Kateter dari karet dan silikon

Bentuk kateter

Beberapa bentuk kateter antara lain :

1. Straight catheter. Terbuat dari karet, bentuknya lurus,dan tanpa ada percabangan.

Contoh :Robinson kateter, Nelaton kateter

2. Coude Catheter. Kateter dengan ujung lengkung dan ramping. Digunakan apabila

kateterisasi dengan ujung lurus mengalami hambatan yaitu pada saat kateter masuk

ke uretra pars bulbosa yang berbentuk huruf “S”, adanya hiperplasia prostat yang

sangat besar, atau yhamabtan akibat adanya sklerosis leher kandung kemih. Contoh :

Tiemann kateter

Gambar 3. Nelaton kateter – Tiemann kateter – Foley kateter – Malecot kateter

3. Self Retaining Catheter. Merupakan kateter yang dapat dipasang menetap dan

ditinggalkan di dalam saluran kemih dalam jangka waktu tertentu. Hal ini

simungkinlan karena ujungnya melebar jika ditinggalkan dalam kandung kemih.

Contoh : Malecot Kateter, Foley Kateter

23

Page 24: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Komplikasi pemasangan kateter

Beberapa penyulit dapat terjadi pada tindakan kateterisasi, antara lain :

1. Kateterisasi yang kurang hati-hati dapat menimbulkan lesi dan perdarahan pada

uretra apalagi jika menggunakan kateter logam. Tidak jarang pula kerusakan uretra

terjadi dikarenakan balon kateter sudah dikembangkan sebelum ujung kateter masuk

ke dalam kandung kemih

2. Tindakan kateterisasi dapat menimbulkan infeksi

3. Fiksasi kateter yang keliru akan menimbulkan nekrosis uretra di bagian penoskrotal

dan dapat menimbulkan fistula, abses, ataupun striktura uretra

4. Kateter yang terpasang dapat bertindak sebagai inti dari timbulnya batu saluran

kemih

5. Pemakaian kateter jangka panjang akan menginduksi unculnya keganasan pada

kandung kemih

Perawatan kateter menetap

1. Pasien harus banyak minum untuk menghindari terjadinya enkrustasi pada kateter

dan tertimbunnya debris/kotoran dalam kandung kemih

2. Selalu membersihkan nanah, darah, dan getah/sekret kelenjar periuretra yang

menempel pada meatus uretra/kateter dengan kapas bsah

3. Jangan mengangkat/meletakkan urine bag lenih tinggi daripada kandung kemih

karna dapat terjadi aliran balik urine ke kandung kemih

4. Jangan sering membuka saluran penampung yang dihubungakan dengan kateter

karena akan mempermudah masuknya kuman

5. Mengganti katetr setiap 2 minggu sekali dengan yang baru

B. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang diperlukan pada pemasangan kateter adalah:

1. Xilocain jelly / instilagel

2. Kasa steril

3. Sarung tangan steril

4. Betadine

24

Page 25: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

5. Kateter sesuai ukuran

6. Urine bag

7. Botol urin

8. Spuit 10 ml

9. Agua untuk balon kateter

10. Duk bolong steril

11. Bengkok / nierbecken

12. Pinset anatomis steril

13. Plester

C. PROSEDUR

Prinsip- prinsip pemasangan kateter yang perlu diketahui dan tidak boleh

ditinggalkan adalah :

1. Tindakan asepsis &antiseptic sebelum pemasangan. Pemasangan dilakukan secara

aseptik dengan melakukan disinfeksi secukupnya memakai bahan yang tidak

menimbulkan iritasi pada kulit genitalia dan jika perlu dapat diberikan profilaksis

antibiotika sebelumnya

2. Pemasangan secara gentle / lembut, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada

pasien

3. Gunakan ukuran kateter yang lebih kecil / sesuai. Pada orang dewasa pria biasanya

digunakan ukuran 16 Fr – 18 Fr, pada dewasa wanita 14 Fr – 16 Fr, sedangkan pada

anak digunakan ukuran 8 Fr – 10 Fr.dalam hal ini tidak dibolehkan menggunakan

kateter logam pada pria karena akan menimbulkan kerusakan pada uretra

4. Jika diperlukan pemakaiaan kateter menetap, diusahakan memakai sistem tertutup

yaitu dengan menghubungkan kateter pada urine bag

5. Kateter menentap dipertahankan sesingkat mungkin sampai dilakukan tindakan

definitif terhadap penyebab retensi urine. Perlu diingat bahwa makin lama kateter

dipasang, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penyulit berupa infeksi atau

cidera uretra

Urutan pemasangan kateter pada pria adalah sebagai berikut :

25

Page 26: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

1. Memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien (konfirmasi), menjelaskan

tindakan yang akan dilakukan, melakukan informed consent

2. Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada penis dan daerah di sekitarnya, daerah

genitalia dipersempit dengan kain steril

3. Memasukkan gel anestesi (dalam spuit 10cc) ke dalam uretra. Tekan uretra pada

glans penis sehingga gel anestesi tertahan di uretra dan memberikan efek anestesi.

4. Kateter yang telah diolesi dengan gel dimasukkan ke dalam orificium uretra

eksterna

5. Dengan pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah bulbomembranasea

(yaitu daerah spingter uretra eksterna) akan terasa tahanan; dalam hal ini pasien

diperintahkan untuk mengambil nafas dalam agar spingter uretra eksterna menjadi

lebih rileks. Kateter terus didorong hingga masuk ke kandung kemih yang ditandai

dengan keluarnya urine dari lubang kateter.

6. Sebaiknya kateter terus didorong masuk ke kandung kemih lagi hingga percabangan

kateter menyentuk meatus uretra eksterna

7. Balon kateter dikembangkan dengan 5 – 10 ml air steril (aquades)

8. Apabila diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan urine bag

9. Kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal.

Fiksasi kateter yang tidak benar, (yaitu mengarah ke kaudal) akan menyebabkan

terjadinya penekana pada uretra bagian penoskrotal sehingga terjadi nekrosis.

Selanjutnya di tempat ini dapat terjadi striktura uretra atau fistel uretra

26

Page 27: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Gambar 4. Pemasangan kateter pada pria

Pemasangan kateter pada wanita, pada dasarnya sama dengan pemasangan kateter

pada pria. Tidak seperti pada pria, pemasangan kateter pada wanita jarang dijumpai

kesulitan karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan pria. Kesulitan yang

sering dijumpai adalah pada saat mencari muara uretra karena terdapat stenosis muara

uretra atau tertutupnya muara uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks.

27

Page 28: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

Gambar 5. Pemasangan kateter pada wanita

D. CHECK LIST

Pemasangan kateter pada pria

JENIS KEGIATANNILAI

0 1 2

 Pendahuluan dan persiapan

1. Memperkenalkan diri. Konfirmasi pasien adalah benar/sesuai dengan yang

dimaksud.

2. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan. Menjelaskan kepada pasien bahwa prosedur ini terasa kurang

nyaman. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang akan

diberikan.

3. Informed consent.

4. Mempersilahkan pasien untuk berbaring di atas meja pemeriksaan.

Menjaga privasi pasien dan meminta pasien untuk melepaskan pakaian

bagian bawah.

5. Memposisikan troli instrumen pada sisi tangan dominan. Mempersiapkan

alat dengan teknik asepsis.

6. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan sterilsteril.

7. Memasang doek steril sebagai alas pada pasien dengan tetap menjaga

kedua tangan dalam keadaan steril.

Pilihan I

28

Page 29: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

8. Memasang doek lubang steril untuk mempersempit daerah tindakan.

Meletakkan kidney dish (bengkok) untuk menampung urin yang keluar

dari kateter.

9. Melakukan disinfeksi pada penis, dimulai dari sekitar meatus uretra

eksternus ke arah proksimal. Bila pasien tidak sirkumsisi, preputium

diretraksi dan desinfeksi dilakukan juga pada glans penis, sulcus coronarius,

dan preputium.

10. Penis dipegang oleh tangan non dominan. Tangan yang sudah menyentuh

penis sudah tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk menyentuh alat-

alat yang masih steril atau daerah yang sudah didisinfeksi.

Pilihan II

8. Melakukan disinfeksi pada penis dan skrotum serta daerah perineum. Bila

pasien tidak sirkumsisi, preputium diretraksi dan desinfeksi dilakukan juga

pada glans penis, sulcus coronarius, dan preputium

9. Memasang doek lubang steril untuk mempersempit daerah tindakan.

Meletakkan kidney dish (bengkok) untuk menampung urin yang keluar

dari kateter.

10. Penis dipegang oleh tangan non dominan.

11. Memasukkan gel anestesi (dalam spuit 10cc) ke dalam uretra. Tekan uretra

pada glans penis sehingga gel anestesi tertahan di uretra dan memberikan

efek anestesi.

12. Pegang kateter yang bagian ujungnya sudah diberi lubricant menggunakan

pinset anatomis oleh tangan dominan. Lepas tekanan pada uretra oleh tangan

non dominan dan masukkan kateter perlahan-lahan melalui meatus uretra

eksternus, dengan bantuan pinset anatomis sehingga kateter masuk sampai

batas percabangan kateter.

13. Setelah ujung kateter masuk ke kandung kemih (ditandai dengan urin yang

mengalir melalui kateter), balon kateter dikembangkan dengan aquades sesuai

kapasitas kateter. Menarik kateter secara perlahan hingga dirasakan adanya

tekanan.

29

Page 30: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

14. Melepaskan doek bolong.

15. Mengambil sampel untuk urinalisa. Menghubungkan kateter dengan urine

bagyangkemudian diletakkan pada posisi lebih rendah daripada kandung

kemih untuk mencegah aliran balik. Perhatikan urin keluar melalui selang

urine bag. Bila belum keluar dapat dicoba dilakukan penekanan pada

suprapubis.

16. Kateter difiksasi menggunakan plester pada paha atas atau inguinal

kanan/kiri.

17. Membereskan alat-alat dan memasangkan selimut/penutup pada tubuh

pasien. Memberi tahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan.

Melepas sarung tangan dan cuci tangan.

18. Catat warna, kejernihan, dan jumlah urin yang keluar, tanggal dan waktu

pemasangan kateter, dan jumlah aquades yang dipakai untuk mengembangkan

balon

JUMLAH NILAI

Pemasangan kateter pada wanita

JENIS KEGIATANNILAI

0 1 2

 Pendahuluan dan persiapan

1. Memperkenalkan diri. Konfirmasi pasien adalah benar/sesuai dengan yang

dimaksud.

2. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan. Menjelaskan kepada pasien bahwa prosedur ini terasa kurang

nyaman. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang akan

diberikan.

3. Informed consent.

4. Mempersilahkan pasien untuk berbaring di atas meja pemeriksaan.

Menjaga privasi pasien dan meminta pasien untuk melepaskan pakaian

bagian bawah.

30

Page 31: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

5. Memposisikan troli instrumen pada sisi tangan dominan. Mempersiapkan

alat dengan teknik asepsis.

6. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan sterilsteril.

7. Memasang doek steril sebagai alas pada pasien dengan tetap menjaga

kedua tangan dalam keadaan steril.

Pilihan I

8. Memasang doek lubang steril untuk mempersempit daerah tindakan.

Meletakkan kidney dish (bengkok) untuk menampung urin yang keluar

dari kateter.

9. Melakukan disinfeksi.Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi

dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal

ini diulang 3 kali . Deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora

dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.

Pilihan II

8. Melakukan disinfeksi.Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi

dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal

ini diulang 3 kali . Deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora

dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.

9. Memasang doek lubang steril untuk mempersempit daerah tindakan.

Meletakkan kidney dish (bengkok) untuk menampung urin yang keluar

dari kateter.

10. Memasukkan gel anestesi ke dalam uretra. Tekan uretra pada labia minora

sehingga gel anestesi tertahan di uretra dan memberikan efek anestesi.

11. Pegang kateter yang bagian ujungnya sudah diberi lubricant menggunakan

pinset anatomis oleh tangan dominan. Jari tangan kiri membuka labia minora

sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai

penderita menarik nafas dalam . Periksa kelancaran pemasukan kateter, jika

ada hambatan kateterisasi dihentikan.

12. Setelah ujung kateter masuk ke kandung kemih (ditandai dengan urin yang

mengalir melalui kateter), balon kateter dikembangkan dengan aquades sesuai

31

Page 32: Chekhlis KKD Urinary Cathetherization

kapasitas kateter. Menarik kateter secara perlahan hingga dirasakan adanya

tekanan.

13. Melepaskan doek bolong.

14. Mengambil sampel untuk urinalisa. Menghubungkan kateter dengan urine

bagyangkemudian diletakkan pada posisi lebih rendah daripada kandung

kemih untuk mencegah aliran balik. Perhatikan urin keluar melalui selang

urine bag. Bila belum keluar dapat dicoba dilakukan penekanan pada

suprapubis.

15. Kateter difiksasi menggunakan plester pada paha atas atau inguinal

kanan/kiri.

16. Membereskan alat-alat dan memasangkan selimut/penutup pada tubuh

pasien.

17. Memberi tahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan. Melepas

sarung tangan dan cuci tangan.

18. Catat warna, kejernihan, dan jumlah urin yang keluar, tanggal dan waktu

pemasangan kateter, dan jumlah aquades yang dipakai untuk mengembangkan

balon

JUMLAH NILAI

E. PENILAIAN

Keterangan: 0 : Tidak dikerjakan1 : Dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar2 : Dikerjakan dengan benar

Nilai akhir : Jumlahnilai ×100

36

F. REFERENSI

1. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto, 2007. p. 227-

234

32