LP Tumor Retrobulbar

18
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN LAPORAN INDIVIDU Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Bedah di Ruang ICU RS Panti Nirmala Oleh : Nadhira Wahyu Lestari 115070205111003 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

pembahasan

Transcript of LP Tumor Retrobulbar

Page 1: LP Tumor Retrobulbar

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

LAPORAN INDIVIDUUntuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners

Departemen Bedah di Ruang ICU RS Panti Nirmala

Oleh :Nadhira Wahyu Lestari

115070205111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2016

Page 2: LP Tumor Retrobulbar

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departement : Surgical Presepti : Nadhira Wahyu L.Periode : 1-7 Januari 2016 Preseptor : Ruang : ICU RS Panti Nirmala Minggu ke : 4

A. Target yang ingin di capaiSetelah praktik di R. ICU selama 6 hari (1-6 Januari 3016), mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien tumor retrobulbar dengan kriteria:1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien2. Mampu menganalisis data yang didapatkan3. Mampu membuat membuat rencana asuhan keperawatan 4. Mampu mengimpeletasi renpra, yaitu:

- Melakukan pengkajian nyeri- Merawat luka operasi- Melepas/memasang kateter urin- Melakukan injeksi obat sesuai indikasi

5. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan

B. Rencana kegiatanNo

KegiatanWaktu

Kriteria Hasil1

Melakukan pengkajian pada klien sesuai dengan kasus, meliputi:- Komunikasi terapeutik- Pengkajian Fisik- Data Penunjang

Hari ke 1

BHSP dan data yang diperoleh dapat mewakili kondisi klien.2

Menganalisis data dari hasil pengkajianHari ke 1

Data dianalisis menjadi diagnose keperawatan3

Menetapkan diagnose dan prioritas masalah keperawatanHari ke 1

Diagnosa sesuai dengan kondisi actual klien.4

Page 3: LP Tumor Retrobulbar

Menetapkan tujuan sesuai kriteria hasil- Memantau kebutuhan cairan pasien- Melakukan perawatan sesuai diagnosa pasien- Memberikan obat via IM/IV/SC- Pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga

Hari ke 1-5

Tujuan dan kriteria hasil yang sesuai dengan kondisi klien5

Mencari literature untuk membuat intervensi keperawatanHari ke 1-5

Literatur memberikan informasi intervensi keperawatan yang tepat sesuai kondisi klien6

Melakukan implementasiHari ke 1-5

Dapat melakukan prosedur tindakan sesuai dengan SOP7

Mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan dan evaluasi proses keperawatan secara keseluruhanHari ke 1-5

Evaluasi berdasarakan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan8

Melakukan skill/keterampilan sebagai berikut:- Merawat luka insisi operasi- Mengambil darah vena dan arteri- Melakukan tes kulit (tes alergi)- Melakukan injeksi IV, IM, SC, IC- Menghitung balance cairan- Melakukan monitoring nutrisi- Membantu eliminasi (urin, alvi)- Melakukan monitoring nutrisi- Memasang kateter Urine- Melakukan personal hygiene- Mengukur GCS

Hari ke 1-5

Melakukan tindakan sesuai dengan SOP

C. Evaluasi pelaksanaan kegiatan

D. Evaluasi diri praktikkan

Page 4: LP Tumor Retrobulbar

E. Rencana tindak lanjut

Mengetahui, Malang, 1 Januari 2016Preceptor Klinik Ruang ICU MahasiswaRS Panti Nirmala

(_______________________________) (Nadhira Wahyu L) NIM. 115070205111003

LAPORAN PENDAHULUANDEPARTEMEN SURGICAL

Tumor Retrobulbar

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Surgical

Page 5: LP Tumor Retrobulbar

Disusun Oleh:Nadhira Wahyu Lestari

115070205111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2016

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Tumor Retrobulbar

Oleh :Nadhira Wahyu LestariNIM. 115070205111003

Telah diperiksa dan disetujui pada :Hari :Tanggal :

Page 6: LP Tumor Retrobulbar

Pembimbing Akademik

( ……………………… )

Pembimbing Klinik

( ……………………… )

PEMBAHASAN

I. DEFINISI

Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata.

II. KLASIFIKASI

Page 7: LP Tumor Retrobulbar

Menurut Sidarta, ilyas (2002), Tumor mata dapat dibedakan menjadi 3 menurut sifatnya yaitu:

a. Tumor primer, biasanya tumor jinak pada orbita dengan gejala-gejala seperti gangguan pergerakkan bola mata, gangguan penglihatan, gangguan lapang pandangan, pembendungan darah dalam orbita, adanya perubahan fundus mata.Contoh: Hemangioma, Meningioma, Kista dermoid, Neurofibroma, Sarkoma, Glioma saraf optik.

b. Tumor sekunder, adalah tumor yang berasal dari tempat-tempat yang berhubungan dengan rongga orbita dan terjadi perluasan tumor ke dalam rongga orbita misalnya dari sinus, rongga otak atau kelopak mata.Contoh: Basalioma Carsinoma

c. Tumor metastasis, biasanya tumor ini dapat menjadikan metastasis ke hati, paru-paru dan tulang.

III. ETIOLOGI

1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14)

2. Malformasi congenital3. Kelainan metabolism4. Penyakit vaskuler5. Inflamasi intraokuler6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas

tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis

7. Trauma

IV. PATOFISIOLOGI

Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang terjadi, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek.

Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea.

Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.

Page 8: LP Tumor Retrobulbar

V. MANIFESTASI KLINIS

a. Orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.

b. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).

c. Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa.

d. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.

e. Pulsasi: menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotidkavernosa atau malformasi arteriovenosa, dengarkan adanya bruit.

f. Erak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.

g. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon)

VI. KOMPLIKASI

Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.

Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan radiologik : untuk melihat ukuran rongga orbita, terjadinya kerusakan tulang, terdapat perkapuran pada tumor dan kelainan foramen optik.

b. Pemeriksaan ultrasonografi : untuk mendapatkan kesan bentuk tumor, konsistensi tumor, teraturnya susunan tumor dan adanya infiltrasi tumor.

c. CT-scan : untuk menentukan ganas atau jinak tumor, adanya vaskularisasi pada tumor dan terjadinya perkapuran pada tumor.

d. Arteriografi : untuk melihat besar tumor yang mengakibatkan bergesernya pembuluh darah disekitar tumor, adanye pembuluh darah dalam tumor.

e. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.

f. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.

Page 9: LP Tumor Retrobulbar

g. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHgh. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada

glaukoma.i. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic,

papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.

VIII. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservativ. Apabila terjadi eksisi atau pembedahan, akan dilakukan perawatan di rumah sakit, yaitu :a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada bagian

tubuh lain. tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi atau tergantung pada kebutuhan klien.

b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencegah cidera.

c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina.

d. Pasien tidak boleh terbaring telungkup.e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi

(atropin). Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik

dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.

Pendekatan PerioperatifPengobatan tumor mata umumnya bersifat operatif. Kadang-kadang diperlukan

pemberian obat antikanker (sitostatika) atau penyinaran. Organ mata relatif kecil, sehingga operasi tumor sering sulit dilakukan tanpa mengorbankan mata, apalagi jika datang pada stadium lanjut. Selain itu, penanganan tumor harus tuntas, operasi tidak bersih menyebabkan kekambuhan.

1. Orbital medial, untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik.2. Transkranial-frontal, untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak

posterior dan medial dari saraf optik.3. Lateral, untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik.

Pendekatan Keperawatan1. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut2. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan3. Mencegah komplikasi4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan

pengobatan

Page 10: LP Tumor Retrobulbar

IX. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

2. Pengumpulan data

Anamnesa

1) Identitas klien

2) Keluhan utama : Apakah klien mengalami gangguan penglihatan/adanya benjolan pada mata.

3) Riwayat penyakit sekarang : Apakah ada benjolan pada daerah sekitar mata/dahi, ada perasaan yang tidak nyaman akibat adanya benjolan, nyeri, takut. Tampak benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran benjolan, jenis benjolan (keras, lunak, mobile/tidak ).

4) Riwayat penyakit dahulu : Apakah klien punya riwayat trauma pada mata atau riwayat penyakit tumor, memiliki faktor resiko penyakit mata (memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit mata dalam keluarga seperti glaukoma, atau mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi mata).

5) Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya

Pemeriksaan fisik

1) Gambaran umum

Keadaan umum

Mata yang terdapat tumor terlihat lebih menonjol dibanding mata yang sehat.

Mungkin terlihat adanya lesi dan kemerahan di sekitar mata.

Sistematik

Kepala : Tidak ada gangguan, normo cephalik, simetris, tidak ada penojolan, tidak ada nyeri kepala

Leher : Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada

Muka : Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tidak edema

Mata : Status lokalis (Visus, koreksi, skiaskopi, tonometri, kedudukan, pergerakan, Palpebrae Superior, Palpebrae inferior, Konjungtiva palpabrae, Konjungtiva bulbi, Konjungtiva forniks, skera, iris, pupil, lensa, funduskopi, refleks fundus, Corpus Vitreum, tens oculi, Sistem Lakrimalis

Telinga : Tes webber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau nyeri tekan

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi

perdarahan, mukosa mulut tidak pucat Thoraks : Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris

Page 11: LP Tumor Retrobulbar

Paru (a) InspeksiPernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.(b) PalpasiPergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.(c) PerkusiSuara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.(d) AuskultasiSuara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

Jantung(a) InspeksiTidak tampak iktus jantung.(b) PalpasiNadi meningkat, iktus tidak teraba.(c) AuskultasiSuara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

Abdomen(a) InspeksiBentuk datar, simetris, tidak ada hernia.(b) PalpasiTugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.(c) PerkusiSuara thympani, ada pantulan gelombang cairan.(d) AuskultasiPeristaltik usus normal ± 20 kali/menit

Inguinal-Genetalia-Anus : Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lymphe, tidak ada kesulitan BAB

Integumen : Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan

3. Diagnosa keperawatan

o Nyeri b/d adanya massa pada mata

o Gangguan presepsi sensori pengelihatan b/d gangguan penerimaan sensori dari

mata

o Gangguan citra tubuh b/d pembedahan

4. Intervensi

Nyeri b/d adanya massa pada mata

Tujuan: setelah mendapat tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang atau hilang

Page 12: LP Tumor Retrobulbar

Kontrol ResikoKriteria hasil :

1. Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-32. Ekspresi wajah tenang3. klien dapat istirahat dan tidur

NO INTERVENSI RASIONAL1 Pantau nyeri secara komprehensif

( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).

Mengevaluasi dan memantau nyeri yang dirasakan klien

2 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya

Memantau keadaan nyeri klien

3 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi nyeri.

Mengalihkan rasa nyeri klien

4 Memantau keadaan TTV klien Memantau keadaan klien5 Kolaborasi pemberian analgetik untuk

mengurangi nyeri.Memberikan terapi yang tepat

Gangguan presepsi sensori pengelihatan b/d gangguan penerimaan sensori dari mata

Tujuan: Setelah mendapat tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mempertahankan ketajaman lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.Kriteria Hasil:

1. Berpartisipasi dalam program pengobatan.2. Mengenal gagguan sensori dan berkompensasi terhadap pengobatan.3. Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.4. Tanda-tanda vital normal (Tekanan darah: 110-130 mmHg, suhu: 36,5-37,5 derajat Celsius,

nadi: 60-90 x/menit, Respirasi rate: 16-24x/menit)

NO INTERVENSI RASIONALOrientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.

memberikan peningkatan, kenyamanan, dan kekeluargaan, serta mampu menurunkan cemas.

Letakkan barang yang dibutuhkan atau posisi bell pemanggil dalam jankauan.

memungkinkan pasien melihat objek lebih muda dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila dibutuhkan.

Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan.

sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan

Page 13: LP Tumor Retrobulbar

penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi dan tidak dapat diperbaiki, kehilangan lebih lanjut dapat dicegah.

Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh : atur perabot/ permainan, terutama perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.

menurunkan bahaya, keamanan, berhubungan dengan perubahan lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.

Gangguan citra tubuh b/d pembedahan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam, klien tidak terjadi gangguan citra diriKriteria hasil:

1. Menyatakan penerimaan situasi diri.2. Memasukkan perubahan konsep diri tanpa harga diri negatif.3. Tanda-tanda vital normal (Tekanan darah: 110-130 mmHg, suhu: 36,5-37,5 derajat Celsius,

nadi: 60-90 x/menit, Respirasi rate: 16-24x/menit)

NO INTERVENSI RASIONAL1 Gali perasaan dan perhatian

anak terhadap penampilannya.

meningkatkan keterbukaan klien

2 Dukung sosialisasi dengan orang-orang disekitar klien.

meningkatkan harga diri klien.

3 Anjurakan untuk memakai kacamata hitam.

menutupi kekurangan dan meningkatkan citra diri klien

4 Beriakan umpan balik positif terhadap perasaan anak.

umpan balik dapat membuat klien berusaha lebih keras lagi mengatasi masalahnya.

Page 14: LP Tumor Retrobulbar

Daftar Pustaka

Bruce, James. 2007. Lecture notes oftamologi hal 44-45. Erlangga Medical Series: Jakarta.Carpenito ,Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10. Jakarta: EGCEva, Paul Riordan. John P. Whitcher. 2012. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC. Istiqomah,Indriana N. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGCSidarta, ilyas. 2002. Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Fakultas Kedokteran UI:Jakarta.Sidarta, ilyas.2002. Ilmu penyakit mata Edisi ke-2 hal. 88-89. Sagung seto:Jakarta.Sidarta, ilyas. 2005. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata hal 179-180. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta.Sidarta, ilyas. 2009. Ikhtisar ilmu penyakit mata hal 297-301. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta.Voughan, Dale. 2000. Oftalmology Umum. Jakarta: Widya MedikaWilkinson,Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC