Lp Septum Deviasi

8
SEPTUM DEVIASI A. DEFINISI Suatu kelainan dari bentuk hidung yang tidak lurus sempurna digaris tengah. Bentuk septum normal ialah lurus di tengah rongga hidung. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian dapat mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi. Dikatakan septum deviasi jika terdapat penyimpangan dari media spenoidalis oleh adanya perubahan struktur mukosa tulang rawan Septum deviasi dikatan juga hidung bengkok karena adanya penyimpangan garis tengah disertai obstruksi Nasi yang belum tahu penyebabnya. B. ETIOLOGI Penyebab yang paling sering adalah trauma. Trauma dapat terjadi sesudah lahir, pada waktu partus atau bahkan pada masa janin intra uterin. Penyebab lainnya adalah ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh, meskipun batas superior dan inferior telah menetap. Dengan demikian terjadilah deviasi pada septum nasi tersebut. 1. Trauma baik langsung maupun tidak langsung

description

keperawatan

Transcript of Lp Septum Deviasi

Page 1: Lp Septum Deviasi

SEPTUM DEVIASI

A. DEFINISI

Suatu kelainan dari bentuk hidung yang tidak lurus sempurna digaris tengah.

Bentuk septum normal ialah lurus di tengah rongga hidung. Deviasi septum yang ringan

tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, menyebabkan

penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian dapat mengganggu fungsi hidung

dan menyebabkan komplikasi.

Dikatakan septum deviasi jika terdapat penyimpangan dari media spenoidalis oleh adanya

perubahan struktur mukosa tulang rawan

Septum deviasi dikatan juga hidung bengkok karena adanya penyimpangan garis tengah

disertai obstruksi Nasi yang belum tahu penyebabnya.

B. ETIOLOGI

Penyebab yang paling sering adalah trauma. Trauma dapat terjadi sesudah lahir, pada

waktu partus atau bahkan pada masa janin intra uterin. Penyebab lainnya adalah

ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh, meskipun

batas superior dan inferior telah menetap. Dengan demikian terjadilah deviasi pada

septum nasi tersebut.

1. Trauma baik langsung maupun tidak langsung

Trauma langsung bila terjadi cidera pada wajah ( hidung), sedangkan trauma tidak

langsung yang biasa terjadi pada saat bayi yaitu mukosa tulang rawan palatum

yang tidak terdeteksi dini.

2. Patologi

Terjadi pertumbuhan dan perubahan struktur mukosa tulang rawan palatum.

C. Bentuk Deformitos

Bentuk deformitos septum ialah :

1. Berbentuk huruf C atau S

2. Dislokasi yaitu bagian bawah kartilago septum keluar dari krista maksila dan

masuk ke dalam rongga hidung

Page 2: Lp Septum Deviasi

3. Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari depan

kebelakang disebut krista, dan bila sangat runcing dan pipih disebut spina

4. Bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan konka dihadapannya

disebut sinekia.

D. PATHOFISIOLOGI

Trauma yang terus menerus pada tulang rawan hidung secara langsung ataupun

tidak langsung menyebabkan perubahan dan pertumbuhan struktur mukosa tulang

rawan sehingga drainage dari sekret terganggu dan hal inilah yang membuat

hidung bebau dan dirasa buntu.

E. GEJALA KLINIK

Keluhan yang paling sering pada deviasi septum adalah sumbatan hidung.

Sumbatan bisa unilateral, dapat pula bilateral, sebab pada sisi deviasi terdapat

konka hipotrofi, sebagai akibat mekanisme kompensasi. Keluhan lainnya ialah

rasa nyeri dikepala dan disekitar mata. Selain dari itu penciuman bisa terganggun

apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum. Deviasi septum dapat

menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor predisposisi terjadinya

sinusitis.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.

1. Radiologi : Foto waters adanya kelainan tulang hidung

2. Pemeriksaan laboratorium

meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.

G. PENATALASANAAN MEDIS

1. Konservatif (Obat dekongestan)

gejala sangat ringan

Page 3: Lp Septum Deviasi

2. Operatif

Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat ringan, tidak perlu dilakukan

tindakan koreksi septum. Ada 2 jenis tindakan opertaif yang dapat

dilakukan pada pasien dengan keluhan yang nyata yaitu reseksi

submukosa dan septoplasti.

Reseksi submukosa :

Pada operasi ini muko perikondrium dan mukoperiostium kedua sisi

dilepaskan dari tulang rawan dan tulangs eptum. Bagian tulang atau tulang

rawan dari eptum kemudian diangkat, sehingga muoperikondrium dan

mukoperiostium sisi kiri kanan akan langsung bertemu digaris tengah.

Reaksi submukosa dapat menyebabkan komplikasi seperti terjadninya

hidung pelana (saddle nose) akibat turunnya puncak hidung. Oleh karena

bagian atas tulang rawan septum terlalu banyak diangkat.

Septoplasti atau reposisi septum :

Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian

yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Dengan cara operasi ini dapat

dicegah komplikasi yang mungkin timbul pada operasi reseksi submukosa,

seperti terjadinya perforasi septum dan hidung pelana.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan Pola Nafas Sehubungan dengan Tampon Pada Hidung

2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka operasi.

3. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan

intake yang kurang

I. INTERVENSI

1. “Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung”

Tujuan : Perubahan pola nafas teratasi dalam 2 x 24 jam.

Kriteria hasil :

Tampon di lepas

Klien dapat bernafas melalui hidung.

Page 4: Lp Septum Deviasi

Intervensi :

jelaskan tentang perubahan pola nafas dan bernafas melalui mulut.

Anjurkan klien untuk tidur ½ duduk (semi fowler) dan nafas

melalui mulut.

Beri tindakan perawatan untuk :

• Oral hygiene

• Rawat luka dengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA

• Nebulizer tanpa obat.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian kalmethason dan

bronchodilator.

Monitor vital sign.

Rasional :

Klien / keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.

Membuat paru mengembang dengan baik.

Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi.

Fungsi interdependent untuk mengencerkan sekret dan

melonggarkan pernafasan.

Mengetahui kelainan dini.

2. “Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi”

Tujuan : nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.

Kriteria hasil :

klien bisa tidur

klien merasa tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.

Intervensi :

Kaji faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri, misal takut / posisi

yang salah.

Kaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.

Anjurkan klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi

progresif, cutaneus stimulation.

Monitor vital sign.

Page 5: Lp Septum Deviasi

Rasional :

Ketakutan / posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.

Menentukan tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan

nyeri.

Mengurangi nyeri

Mengetahui kelainan dini terhadap respon nyeri

3. “Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake

kurang”

Tujuan : pemenuhan nutrisi teratasi dalam 2x24 jam.

Kriteria hasil :

Klien mau menghabiskan makanannya.

BB dalam batas normal, turgor baik.

Intervensi :

jelaskan pada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati – hati

dan sedikit – sedikit.

Monitor makan tiap hari.

Beri diet halus dan lunak.

Kontrol berat badan tiap 2 hari.

Rasional :

Klien tetap mau makan tanpa takut tersedak.

Mengetahui seberapa banyak makanan yang masuk.

Memudahkan pencernaan dan mencegah perdarahan

Perkembangan asupan yang adekuat.

Page 6: Lp Septum Deviasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Hidung, Tenggorok, Kepala dan leher. Jakarta. Binarupa Aksara

http://anto-pageruyung.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-

septum.html. Akses : 5 juli 2012

http://gwen-miracle.blogspot.com/2010/06/askep-pada-pasien-dengan-septum-

deviasi.html. Akses : 5 juli 2012

Soepardi, H. Efiaty Arsyad, dr.Sp.THT. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta,1990: 51 - 54.

Kryger H, Dommesty H, Haematoma and abeess of the nasal septum. Clin Otolaryngol

1987;12: 125 – 29.

Broek Den Van P. 2009. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, Dan Telinga.

Jakarta : EGC