Lp Septum Deviasi
-
Upload
ratna-suciati -
Category
Documents
-
view
303 -
download
74
description
Transcript of Lp Septum Deviasi
SEPTUM DEVIASI
A. DEFINISI
Suatu kelainan dari bentuk hidung yang tidak lurus sempurna digaris tengah.
Bentuk septum normal ialah lurus di tengah rongga hidung. Deviasi septum yang ringan
tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, menyebabkan
penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian dapat mengganggu fungsi hidung
dan menyebabkan komplikasi.
Dikatakan septum deviasi jika terdapat penyimpangan dari media spenoidalis oleh adanya
perubahan struktur mukosa tulang rawan
Septum deviasi dikatan juga hidung bengkok karena adanya penyimpangan garis tengah
disertai obstruksi Nasi yang belum tahu penyebabnya.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang paling sering adalah trauma. Trauma dapat terjadi sesudah lahir, pada
waktu partus atau bahkan pada masa janin intra uterin. Penyebab lainnya adalah
ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh, meskipun
batas superior dan inferior telah menetap. Dengan demikian terjadilah deviasi pada
septum nasi tersebut.
1. Trauma baik langsung maupun tidak langsung
Trauma langsung bila terjadi cidera pada wajah ( hidung), sedangkan trauma tidak
langsung yang biasa terjadi pada saat bayi yaitu mukosa tulang rawan palatum
yang tidak terdeteksi dini.
2. Patologi
Terjadi pertumbuhan dan perubahan struktur mukosa tulang rawan palatum.
C. Bentuk Deformitos
Bentuk deformitos septum ialah :
1. Berbentuk huruf C atau S
2. Dislokasi yaitu bagian bawah kartilago septum keluar dari krista maksila dan
masuk ke dalam rongga hidung
3. Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari depan
kebelakang disebut krista, dan bila sangat runcing dan pipih disebut spina
4. Bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan konka dihadapannya
disebut sinekia.
D. PATHOFISIOLOGI
Trauma yang terus menerus pada tulang rawan hidung secara langsung ataupun
tidak langsung menyebabkan perubahan dan pertumbuhan struktur mukosa tulang
rawan sehingga drainage dari sekret terganggu dan hal inilah yang membuat
hidung bebau dan dirasa buntu.
E. GEJALA KLINIK
Keluhan yang paling sering pada deviasi septum adalah sumbatan hidung.
Sumbatan bisa unilateral, dapat pula bilateral, sebab pada sisi deviasi terdapat
konka hipotrofi, sebagai akibat mekanisme kompensasi. Keluhan lainnya ialah
rasa nyeri dikepala dan disekitar mata. Selain dari itu penciuman bisa terganggun
apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum. Deviasi septum dapat
menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor predisposisi terjadinya
sinusitis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Radiologi : Foto waters adanya kelainan tulang hidung
2. Pemeriksaan laboratorium
meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.
G. PENATALASANAAN MEDIS
1. Konservatif (Obat dekongestan)
gejala sangat ringan
2. Operatif
Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat ringan, tidak perlu dilakukan
tindakan koreksi septum. Ada 2 jenis tindakan opertaif yang dapat
dilakukan pada pasien dengan keluhan yang nyata yaitu reseksi
submukosa dan septoplasti.
Reseksi submukosa :
Pada operasi ini muko perikondrium dan mukoperiostium kedua sisi
dilepaskan dari tulang rawan dan tulangs eptum. Bagian tulang atau tulang
rawan dari eptum kemudian diangkat, sehingga muoperikondrium dan
mukoperiostium sisi kiri kanan akan langsung bertemu digaris tengah.
Reaksi submukosa dapat menyebabkan komplikasi seperti terjadninya
hidung pelana (saddle nose) akibat turunnya puncak hidung. Oleh karena
bagian atas tulang rawan septum terlalu banyak diangkat.
Septoplasti atau reposisi septum :
Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian
yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Dengan cara operasi ini dapat
dicegah komplikasi yang mungkin timbul pada operasi reseksi submukosa,
seperti terjadinya perforasi septum dan hidung pelana.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan Pola Nafas Sehubungan dengan Tampon Pada Hidung
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka operasi.
3. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
intake yang kurang
I. INTERVENSI
1. “Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung”
Tujuan : Perubahan pola nafas teratasi dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Tampon di lepas
Klien dapat bernafas melalui hidung.
Intervensi :
jelaskan tentang perubahan pola nafas dan bernafas melalui mulut.
Anjurkan klien untuk tidur ½ duduk (semi fowler) dan nafas
melalui mulut.
Beri tindakan perawatan untuk :
• Oral hygiene
• Rawat luka dengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA
• Nebulizer tanpa obat.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian kalmethason dan
bronchodilator.
Monitor vital sign.
Rasional :
Klien / keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.
Membuat paru mengembang dengan baik.
Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi.
Fungsi interdependent untuk mengencerkan sekret dan
melonggarkan pernafasan.
Mengetahui kelainan dini.
2. “Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi”
Tujuan : nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
klien bisa tidur
klien merasa tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.
Intervensi :
Kaji faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri, misal takut / posisi
yang salah.
Kaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.
Anjurkan klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi
progresif, cutaneus stimulation.
Monitor vital sign.
Rasional :
Ketakutan / posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.
Menentukan tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan
nyeri.
Mengurangi nyeri
Mengetahui kelainan dini terhadap respon nyeri
3. “Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake
kurang”
Tujuan : pemenuhan nutrisi teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil :
Klien mau menghabiskan makanannya.
BB dalam batas normal, turgor baik.
Intervensi :
jelaskan pada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati – hati
dan sedikit – sedikit.
Monitor makan tiap hari.
Beri diet halus dan lunak.
Kontrol berat badan tiap 2 hari.
Rasional :
Klien tetap mau makan tanpa takut tersedak.
Mengetahui seberapa banyak makanan yang masuk.
Memudahkan pencernaan dan mencegah perdarahan
Perkembangan asupan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Hidung, Tenggorok, Kepala dan leher. Jakarta. Binarupa Aksara
http://anto-pageruyung.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
septum.html. Akses : 5 juli 2012
http://gwen-miracle.blogspot.com/2010/06/askep-pada-pasien-dengan-septum-
deviasi.html. Akses : 5 juli 2012
Soepardi, H. Efiaty Arsyad, dr.Sp.THT. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta,1990: 51 - 54.
Kryger H, Dommesty H, Haematoma and abeess of the nasal septum. Clin Otolaryngol
1987;12: 125 – 29.
Broek Den Van P. 2009. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, Dan Telinga.
Jakarta : EGC