Lapsus Deviasi Septum nasi

Click here to load reader

download Lapsus Deviasi Septum nasi

of 29

description

deviasi septum nasi

Transcript of Lapsus Deviasi Septum nasi

LAPORAN KASUS

DEVIASI SEPTUMLAPORAN KASUSOleh:HONESTI TRIJUNIARNIH1A007022PENDAHULUANDeviasi septum merupakan kondisi dimana terjadi peralihan posisi septum nasi terhadap posisinya normalnya. Termasuk didalamnya ialah bentuk septum yang tidak lurus di tengah cavum nasiSeptum nasi membagi cavum nasi menjadi dua bagian yaitu cavum nasi kanan dan cavum nasi kiri. Selain itu septum berperan sebagai penyangga hidung dan mempertahankan bentuk hidung normal.

Pada sepertiga atas septum terdapat mukosa penghidu. Sementara pada sisi lateral masing-masing septum terdapat struktur yang termasuk kompleks osteomeataLkondisi patologis yang terjadi pada septum akan menimbulkan masalah yang dapat meluas ke organ lain seperti sinus, hidung dan tenggorokan

TINJAUAN PUSTAKAANATOMIDeviasi septum yang terjadi pada masa pertumbuhan. A. Dislokasi septum ke nostril kiri. B. deviasi puncak hidung ke kanan B. skema diagram deformitas septum yang menunjukkan bagian hidung yang ikut melengkung bersaa tulang rawan. D. Penampang lateral septum.

DEFINISIDeviasi septum merupakan kondisi dimana terjadi peralihan posisi septum nasi terhadap posisinya normalnya. Termasuk didalamnya ialah bentuk septum yang tidak lurus di tengah cavum nasi.1,2ETIOLOGITrauma (paling sering), dimana dapat merupakan trauma sesudah lahir, saat proses persalinan ataupun pada masa intrauterin. Penyebab lainnya ialah ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh meskipun batas superior dan inferior telah menentap. KLASIFIKASIDeviasi. Deviasi septum nasi berbentuk huruf C dan SDislokasi. Penonjolan. Penonjolan tulang atau tulang rawan berbentuk krista dan spina. Sinekia.

Terdapat klasifikasi lain untuk menggambarkan jenis deviasi pada kasus deviasi septum, yaitu:5Tipe I: garis tengah septum atau deviasi ringan pada bidang horizontal atau vertikal.Tipe II: deviasi vertikal anteriorTipe III: deviasi vertikal posterior ( ostium meatal dan area konka media)Tipe IV: septum berbentuk huruf sTipe V: taji horizontal pada satu sisi dengan atau tanpa deviasi tinggi pada sisi kontralateralTipe VI: tipe V dengan alur yang dala pada sisi cekungTipe VII: kombinasi dari lebih 1 tipe, pad tipe II-IV. Deviasi ditandai sebagai kanan atau kiri

DIAGNOSISAnamnesis sumbatan pada hidung, bisa unilateral dan bilateral. rasa nyeri di kepala dan disekitar mata, gangguan penciuman, sinusitis, dan otitis media berulang. Pada deviasi bentuk spina keluhan dapat berupa epistaksis. riwayat traumaPemeriksaan fisikRinoskopi anterior dapat dijumpai langsung adanya deviasi septumhipertrofi pada konka ipsilateral, kontralateral ataupun bilateral. tanda-tanda sinusitis ataupun otitis mediaPemeriksaan penunjangEndoskopiRontgen Walters

A. Tampakan endoskopi septum nasi yang berdeviasi ke arah kiri, obstruksi sebagian jalan nafas. B. Tampakan endoskopi taji tulang septum yang menyentuh konka inferior sehingga menyebabkan epistaksis.MANAJEMENMedikamentosaDekongestanAntihistamin,Kortikosteroid,AntibiotikBedah Terapi bedah dikerjakan ketika gejala menjadi persisten dan atau susah untuk diobati (sinusitis kronik, sulit bernafas, mendengkur hebat, atau apneu). Operasi biasanya dikerjakan dengan dua jenis yaitu:Reseksi submukosaseptoplastyKOMPLIKASI OPERASIHematomaInfeksiKebocoran cairan serebrospinalObstruksi nasalPerforasi septumDeformitas nasal kosmetikAnosmiaLAPORAN KASUSIDENTITAS Nama: Ny. MUsia: 25 tahunPekerjaan: -Alamat:BTN Taman IndahNo MR: 018194Waktu pemeriksaan : 20 Desember 2011RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGKeluhan utama: pasien datang dengan keluhan nyeri pada pipi sebelah kananRiwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke Poli THT RSUP NTB dengan keluhan nyeri pada pipi sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku nyeri tersebut bertambah terutama bila pasien menunduk.Selain itu pasien sering merasa menelan cairan di tenggorokan. Pasien mengaku sudah sejak lama sering mengalami pilek disertai hidung tersumbat dan berulang. Pasien merasakan penciumannya sedikit berkurang. Pasien membantah adanya batuk, gigi berlubang ataupun keluhan pada telingaRiwayat penyakit dahulu:Pasien mengaku sering mengalami keluhan tersebut dan berulang. Pasien menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi ataupun asma.Riwayat alergi:Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat-obatan.Riwayat penyakit keluarga:Pasien menyangkal adanya riwayat serupa pada keluargaRiwayat pengobatan:Tidak adaPEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: baikKesadaran: compos mentisTanda vitalTekanan darah: 110/80 mmHgPernafasan: 16x/menitSuhu: 36,3Nadi: 80x/menitPemeriksaan hidungKonka media hipertrofi kompensataPemeriksaan HidungHidung kananHidung kiriHidung luarBentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)Bentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)Rinoskopi anteriorVestibulum nasiNormal, ulkus (-)Normal, ulkus (-)Cavum nasiBentuk (normal), mukosa pucat (-), hiperemia (-) Bentuk (normal), mukosa pucat (-), hiperemia (-)Meatus nasi mediaMukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-). Mukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-).Konka nasi inferiorEdema (-), mukosa hiperemi (-)Edema (-), mukosa hiperemi (-)Konka nasi mediaEdema (+), mukosa hiperemi (+)Hipertrofi (+), mukosa hiperemi (+)Septum nasiDeviasi (+) huruf (c), perdarahan (-), ulkus (-)Deviasi (+) huruf (c), perdarahan (-), ulkus (-)Pemeriksaan sinusNyeri tekan pada pipi bagian kanan (+).Pemeriksaan telingaNo.Pemeriksaan TelingaTelinga kananTelinga kiri1.TragusNyeri tekan (-), edema (-)Nyeri tekan (-), edema (-)2.Daun telingaBentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-)Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-)3.Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), otorhea (-)Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), otorhea (-)4.Membran timpaniRetraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema (-), perforasi (-), cone of light (+)Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema (-), perforasi (-), cone of light (+)Pemeriksaan tenggorokanBibirMukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)MulutMukosa mulut basah berwarna merah mudaGeligiNormalLidahTidak ada ulkus, pseudomembrane (-)UvulaBentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)Palatum moleUlkus (-), hiperemi (-)FaringMukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-), sekret (-)Tonsila palatineKananKiriT1T1Fossa Tonsillaris dan Arkus Faringeus hiperemi (-)hiperemi (-)DIAGNOSISDeviasi septumDIAGNOSIS BANDING Suspek Sinusitis maksilarisdextra

PEMERIKSAAN PENUNJANGFoto Rontgen WaltersHasil Rontgen sinus paranasal normal

RENCANA TERAPIMedikamentosaAldisa srMetilprednisolon

KIE pasien Pasien dianjurkan untuk melaksanakan operasi septum (pasien belum memutuskan)Konsumsi obat sesuai aturanHindari usaha membuang ingus terlalu kuatJika keluhan semakin mengganggu ativitas, datang lagi untuk kontrol.

TERIMA KASIHDAFTAR PUSTAKANizar, Nuty W. & Mangunkusumo, Endang. 2007. Kelainan Septum. Dalam: Soepardi et al (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan; Teling, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI: JakartaPasha, R. & Marks, Steven C. Nasal Anatomic Abnormalities. In: Pasha, R. (eds). Otolaryngology Head & Neck Surgery. Singular Thomson Learning.Grever, Gerhards. 2006. Diseases of the Nose, Paranasal Sinuses and Face. In: Probst, Rudolf et al (eds). Basic Otorhinolaryngology. ThiemeLund, Valiere J. 2003. Acut and Chronic Nasal Disorder. In: Snow, James B. & Balenger, Jhon Jacob. Ballengers: Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Bc Decker: OntarioRao, J. Janardhan et al. 2005. Classification of Nasal Septal Deviations-Relation to Sinonasal Pathology. Indian Journal of Otolaringology and Head and Neck Surgery, vol 57, No 3.