Lp Sepsis Shinta

18
SEPSIS NEONATAL DEFINISI Menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian (Yurdakok, 1994). Defisisi lain menyebutkan bahwa sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871). Sedangkan Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2005). Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). KLASIFIKASI a. Sepsis Awitan Dini Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam)

Transcript of Lp Sepsis Shinta

Page 1: Lp Sepsis Shinta

SEPSIS NEONATAL

DEFINISI

Menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis

adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome

(SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi,

SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya

kematian (Yurdakok, 1994). Defisisi lain menyebutkan bahwa sepsis adalah sindrom

yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah

yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E.

2000, hal 871).

Sedangkan Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi

selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2005). Sepsis terjadi pada

kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada

bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang

berat badannya kurang dari 2,75 kg. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul

dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam

setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan

disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

KLASIFIKASI

a. Sepsis Awitan Dini

Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera

dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat

proses kelahiran atau in utero.

Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,

biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi (Schuchat, 2000).

b. Sepsis Awitan Lambat

Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi postnatal (lebih dari 72 jam)

yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Proses

infeksi pasien semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal. Angka

mortalitas SAL lebih rendah daripada SAD yaitu kira-kira 10-20% (Mupanemunda,

1999).

Page 2: Lp Sepsis Shinta

Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme

yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami

komplikasi.

ETIOLOGI

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada

neonatus antara lain :

Perdarahan

Demam yang terjadi pada ibu

Infeksi pada uterus atau plasenta

Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)

Proses kelahiran yang lama dan sulit

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari

tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan

terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang

berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya

padat dan tidak higienis.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang

dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko

utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah

dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama

terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi

imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.

Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya

terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza.

Page 3: Lp Sepsis Shinta

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali

lebih besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor diluar ibu dan neonatal

a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan

tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin

terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada

neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga

menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat

ganda.

c. Penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),

paling sering akibat kontak tangan.

d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam

tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui

beberapa cara, yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu

setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui

sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat

menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,

hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain

malaria, sipilis, dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena

yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya,

terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk

dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah

terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus

dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.

Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi

atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh

kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis,

Candida albican,dan N.gonorrea.

3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran

umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal

Page 4: Lp Sepsis Shinta

melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang

nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut

menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga

dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

MANIFESTASI KLINIS

Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya

dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari

pusar

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,

kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada

ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada

lengan atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan

sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

berdarah.

Manifestasi klinis sepsis neonatorum (DepKes RI, 2007)Keadaan umum Demam, hipotermia, tidak mau makan, sklerema

Sistem Gastointestinal Perut kembung, muntah, diare, hepatomegali

Sistem Pernapasan Apnea, dispnea, takipnea, retraksi, grunting,

sianosis

Sistem Saraf Pusat Iritabilitas, lesu, tremor, kejang, hiporefleksia,

hipotonia, refleks Moro abnormal, pernapasan

Page 5: Lp Sepsis Shinta

tidak teratur, fontanela menonjol, tangisan nada

tinggi

Sistem Kardiovaskuler Pucat, mottling, dingin,kulit lembab, takikardi,

hipotensi, bradikardi

Sistem Hematologi Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura,

perdarahan

Sistem Ginjal Oliguria

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara

menyeluruh.

a) Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

b) Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi

organisme.

c) DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil

immatur yang menyatakan adanya infeksi.

d) Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.

PENATALAKSANAAN

Bebrapa terapi Supportif yang sering diberikan,antara lain:

1. Pemberian immunoglobulin secara intravena (Intravenous Immunoglobulin IVIG). Pemberian

immunoglobulin dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan antibodi tubuh serta

memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah putih.

2. Pemberian Fresh Frozen Plasma (FFP). Pemberian FFP diharapkan dapat mengatasi gangguan

koagulasi yang diderita pasien.

3. Tindakan transfusi tukar. Tindakan ini bertujuan untuk:

-Mengeluarkan/mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediator-mediator penyebab

sepsis

-Memperbaiki perfusi perifer dan pulmonal dengan meningkatkan kapasitas oksigen dalam

darah

-Memperbaiki sistem imun dengan adanya tambahan neutrofil dan berbagai antibodi yang

mungkin terkandung dalam darah donor.

4. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa

5. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia

6. Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan

7. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

Page 6: Lp Sepsis Shinta

8. Awasi adanya hiperbilirubinemia

Selain beberapa upaya diatas berbagai tatalaksana lain dilakukan pula dalam rangka mengatasi

mortilitas dan morbiditas sepsis neonatal. Pemberian transfusi granulosit dikemukakan dapat

memperbaiki pengobatan pada penderita sepsis. Hal ini dilakukan karena produksi dan respons fungsi

sel darah putih yang menurun pada keadaan sepsis neonatal. Demikian pula pemberian transfusi

packed red blood cells bertujuan mengatasi keadaan anemia dan menjamin oksigenisasi jaringan yang

optimal pada pasien sepsis (Darmstadt, 2005)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. BIODATA

- Pengkajian

- Identitas orang tua

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran

2. Riwayat Prenatal

Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan

3. Riwayat Persalinan

Cara persalinan, trauma persalinan

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

- Kesadaran

- Vital sign

- Antropometri

2. Kepala

Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep

3. Mata

Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva

perdarahan dan anemis.

4. Sistem Gastrointestinal

Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah,

distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.

Page 7: Lp Sepsis Shinta

5. Sistem Pernapasan

Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas

6. Tali Pusat

Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah (2

arteri dan 1 vena)

7. Sistem Genitourinaria

Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali

8. Ekstremitas

Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur,

normal/abnormal.

9. Muskuloskletal

Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris

10. Kulit

Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.

D. PEMERIKSAAN SPESIFIK

1. Apgar Score

2. Frekuensi kardiovaskuler

Apakah ada takikardi, bradikardi, normal

3. Sistem Neurologis

- Refleks moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif

- Refleks menghisap : kuat, lemah

- Refleks menjejak : baik, buruk

- Koordinasi refleks menghisap dan menelan

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan system imun

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pemb darah

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

pengeluaran,dehidrasi

4. Resiko tinggi septik syok berhubungan dengan imaturitas system imun

5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun

Page 8: Lp Sepsis Shinta

- Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi

- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

- Batasi penggunaan alat/prosedur invasive jika memungkinkan

- Gunakan sarung tangan/pakai kain steril pada waktu perawatan

- Buang balutan/bahan yang kotor dalam kantong ganda

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah

Tujuan Umum :

Mencegah terjadinya syok

Jaringan mendapat suplay darah yang normal/tidak terhambat

Mencegah terjadi iskhemik dan nekrotik jaringan

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan intervensi keperawatan perfusi jaringan terpenuhi

Kriteria Hasil :

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Nadi perifer kuat dan reguler

Kulit hangat dan kering

Akral hangat

Intervensi

Intervensi Rasional

MandiriPantau tekanan darah, catat perkembangan hipotensi

Pantau frekuensi dan irama jantung

Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer

Kaji frekuensi pernafasan,kedalaman,dan kualitas.perhatikan dispnoe berat

Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran adrah

Bila terjadi takhikardi mengacu pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menekan respons dan untuk menggantikan kerusakan pada hipertensi

Bila nadi menjadi lambat harus diwaspadai adanya penurunan curah jantung dan vasokontriksi perifer jika terjadi syok

Peningkatan pernafasan terjadi sebagai responsterhadap efek-efek langsung dari

Page 9: Lp Sepsis Shinta

Kaji kulit terhadap perubahan warna,suhu dan kelembaban

Auskultasi bising usus

KolaborasiBerikan cairan parenteral

Pantau pemeriksaan laboratorium,mis GDA

Berikan suplay O2 tambahan

endotoksin pada pusat pernafasan di dalam otak

Mekanisme kompensasi dari vasodilatasi mengakibatkan kulit hangat, merah muda, kering adalah karakteristik dari hiperfusi pada fase hiperdinamik dari syok sepsis dini

Penurunan aliran darah pada mesenterium menurunkan peristaltik dan dapat menimbulkan illeus paralitik

Untuk mempertahankan perfusi jaringan,cairan dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi

Perkembangan asidosis respiratorik/metabolik merefleksikan kehilangan mekanisme kompensasi

Memaksimalkan O2 yang tersedia untuk masukan seluler

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler.

Tujuan Umum :

Mencegah terjadi dehidrasi

Mencegah terjadi syok hipovolemi

Mencegah gagal ginjal

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan volume cairan dapat dipertahankan

secara adekuat

Kriteria Hasil :

Jumlah urine normal 0.5cc-1cc/kg BB

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi :Turgor kulit elastis,membran mukosa

lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan

Tekanan darah ,nadi 100-120x/menit,suhu tubuh 36-37°c

Intervensi

Intervensi Rasional

Page 10: Lp Sepsis Shinta

MandiriCatat/ukur pengeluaran urin dan berat jenisnya

Kaji membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus

Amati edema dependen/perifer pada sacrum, skurutum, punggung kaki

Timbang popok jika diperlukan

Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,turgor kulit,kekuatan nadi)

KolaborasiBerikan cairan IV

Pantau nilai laboratorium,mis : Ht,jumlah SDM

Penurunan keluaran urine dan berat jenis urine akan menyebabkan hipovolemi

Hipovolemi/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi

Kehilangan cairan dari kompartemen vaskuler ke dalam ruang interstisial akan menyebabkan edema jaringan

Untuk mengetahui jumlah pengeluaran urine

Untuk mengetahui keberhasilan therapi cairan yang telah diberikan

Sejumlah cairan diperluakn untuk mengatasi hipovolemi

Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah

4. Resiko tinggi terhadap septik syok berhubungan dengan imaturitas sistem imun

Tujuan Umum :

Sistem imun kembali normal

Pasien terbebas dari infeksi

Pasien terbebas dari purulensi/drainase atau eritema atau afebris

Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan sepsis syok tidak terjadi

Kriteria hasil

Suhu afebris

Penurunan kadar leukosist dalam darah

Kesadaran compos mentis (CM)

Denyut nadi kuat dan reguler

Intervensi

Intervensi Rasional

Page 11: Lp Sepsis Shinta

MandiriLakukan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan intervensi walaupun menggunakan sarung tangan steril

Pantau kecenderungan peningkatan dan penurunan suhu tubuh pasien

Amati adanya menggigil dan diaforesis

Pantau tanda-tanda penyimpangan kondisi selama masa therapi

Infeksi rongga mulut terhadap plak,selidiki rasa gatal

KolaborasiDapatkan spesimen urine,darah,sputum sesuai petunjuk untuk pewarnaan gram,kultur dan sensitivitas

Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk

Pembatasan pengunuung dubutuhkan untuk melindungi pasien imunosupresif serta menguransi resiko terpapar infesi nsokomialMengurangi kontaminasi silang

Demam disebabkan oleh efek-efek dari endotoksin pada hipotalamus dan endokrin yang melepaskan pirogen.Hipotermi adalah tanda-tanda genting yang merefleksikan perkembangan status syok/penurunan ferpusi jaringan

Menggigil seringkali mendahului memuncaknya suhu pada adanya infeksi umum

Dapat menunjukan ketidakadekuatan therafi antibiotik atau pertumbuhan berlebihan dari organisme oportunik

Depresi sistem imun dan penggunaan dari antibiotik dapat meningkatkan resiko infeksi sekunder

Identifikasi terhadap portal entry dan organisme penyebab septisemia adalah penting bagi efektivitas pengobatan

Dapat membasmi/memberikan imunitas sementara untuk infeksi

5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit

Tujuan Umum :

Pasien terhindar dari febris /suhu dalam batas normal

Menghindari dari komplikasi akibat peningkatan suhu tubuh

Pasien merasa nyaman,kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi

Tujuan Khusus:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan suhu tubuh pasien kembali normal

Page 12: Lp Sepsis Shinta

Kriteria hasil :

Suhu tubuh 36°c-37°c

Tidak ada perubahan warna kulit dan pasien tidak mengeluh pusing

Nadi 100x/menit-120x/menit

RR 30-60x/menit

Intervensi

Intervensi Rasional

MandiriPantau suhu pasien (derajat dan pola),perhatikan menggigil dan diaforesis

Pantau suhu lingkungan ,batasi/tambah linen tempat tidur sesuai indikasi

Beri kompres hangat hindari penggunaan alkohol

Anjurkan pasien untuk banyak minum

Tingkatkan sirkulasi udara

KolaborasiBerikan obat antipiretik

Demam menunjukan proses infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis Menggigil sering mendahului puncak suhu.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

Dapat membantu mengurangi demam,alohol dapat menyebabkan pasien merasa kedinginan

Mencegah dehidrasi serta mempertahan jumlah cairan tubuh dalam batas normal

Untuk menghindari udara yang pengap serta mencegah peningkatan suhu ruangan

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus