LP Pembidaian(1)

21
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1&2 PEMBIDAIAN Nama Mahasiswa : Shasena Erintika NIM : 2010720046 Tempat Praktik : RSIJPK UGD Tanggal Praktik : 16-18 Desember 2014 Mata Kuliah : KGD 1&2 Kelas : Program A Semester/Th Akademik : VII/2011

description

bidai

Transcript of LP Pembidaian(1)

Page 1: LP Pembidaian(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1&2

PEMBIDAIAN

Nama Mahasiswa : Shasena Erintika

NIM : 2010720046

Tempat Praktik : RSIJPK UGD

Tanggal Praktik : 16-18 Desember 2014

Mata Kuliah : KGD 1&2

Kelas : Program A

Semester/Th Akademik : VII/2011

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2014

Page 2: LP Pembidaian(1)

Tindakan Life Saving/Stabilisasi

Definisi

Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil

selama pertolongan pertama.

Transportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke tempat lain tanpa

atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Prinsip Stabilisasi:

1. Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang

dialami.

2. Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil.

3. Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah.

4. Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.

5. Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk lagi.

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan

yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak

(immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistemmuskuloskeletal

untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan

menggunakan suatu alat.

Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera,

dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.

Beberapa macam jenis bidai:

1. Bidai keras

Page 3: LP Pembidaian(1)

Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan

ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan

darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.

Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksi

Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanyadipergunakan oleh

tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.

Contoh: bidai traksi tulang paha

3. Bidai improvisasi

Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.

Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersediadan kemampuan improvisasi si

penolong.

Contoh: majalah, koran, karton dan lain-lain.

4. Gendongan/Belat dan bebat.

Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela(kain segitiga) dan

memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah

cedera.

Contoh: gendongan lengan.

Tujuan pembidaian:

1. Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi.

2. Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang

yang patah.

3. Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul.

4. Untuk mencegah terjadinya syok. 

5. Untuk mengurangi nyeri.

6. Mempercepat penyembuhan.

Indikasi Pembidaian

1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup

2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur

Page 4: LP Pembidaian(1)

3. Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh

ditemukan:

1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek

2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi abnormal

3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera

4. Posisi ekstremitas yang abnormal

5. Memar

6. Bengkak 

7. Perubahan bentuk 

8. Nyeri gerak aktif dan pasif 

9. Nyeri sumbu

10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang mengalami

cedera (Krepitasi)

11. Perdarahan bisa ada atau tidak 

12. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera

13. Kram otot di sekitar lokasi cedera

Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah pasien seperti

orang yang mengalami fraktur.

Kontra Indikasi Pembidaian

Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi

penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan

yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke

rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.

Komplikasi Pembidaian

Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh

tindakan pembidaian:

Page 5: LP Pembidaian(1)

1. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur olehujung fragmen

fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang

mengalami fraktur saat memasang bidai.

2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat. 

3. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama

selama proses pembidaian.

Jenis Pembidaian

1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara

Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit. Bahan untuk bidai

bersifat sederhana dan apa adanya. Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan

menghindarkan kerusakan yang lebih berat. Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah

mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian.

2. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif 

Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit). Pembidaian dilakukan

untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi. Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai

standar pelayanan (gips, dll). Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih.

Prinsip pembidaian

1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban

jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman

dipindahkan ketandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka,

pembalutan dan pembidaian.

2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus

dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan

setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan

sebagai fraktur.

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian

1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerahfraktur). Sendi yang

masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawahdan di atas patah tulang. Sebagai contoh,

Page 6: LP Pembidaian(1)

jika tungkai bawahmengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi

pergelangan kaki maupun lutut.

2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami frakturmaupun

dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika

terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma

sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal.

3. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantudengan traksi atau

tarikan ringan ketika pembidaian.

4. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan

peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil

melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami

fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat

menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau

pembuluh darah.

5. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada

daerah tubuh yang keras/peka (lutut,siku,ketiak,dll),yang sekaligus untuk mengisi sela

antara ekstremitas dengan bidai.

6. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang

luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan padabidai, yakni pada beberapa titik

yang berada pada posisi:

a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur

b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama

c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur

d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)

7. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu

sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu

mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.

8. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat.

9. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan

pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai,

cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang

Page 7: LP Pembidaian(1)

cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari,

dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.

10. Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan perban

elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk melepaskan kantong es secara berkala

untuk mencegah “cold injury”pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh

ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami

cedera sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan.

Prosedur Dasar Pembidaian

1. Mempersiapkan penderita

a. Penanganan kegawatan (Basic Life Support)

b. Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongan

kepada penderita.

c. Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.

d. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur tindakan

yang akan dilakukan.

e. Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau memindahkan

korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali jika keadaan

mendesak (korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi korban dan atau

penolong).

f. Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika diperlukan,

kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.

g. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka

dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril. Jika luka

tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggap bahwa telah terjadi

patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul

dengan bahan yang se-steril mungkin.

h. Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang

leher jika dicurigai terjadi trauma servikal.

i. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang

berat sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadi

Page 8: LP Pembidaian(1)

atau sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusan ini harus

hati-hati agar tidak makin memperberat cedera.

j. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur:

- Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan

mungkin menghilang?

- Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang

cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan

secara bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemerahan terjadi

bersamaan ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami

fraktur.

- Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke

rumah sakit secepatnya.

- Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya

perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah anda menjelaskan

pada penderita.

- Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.

Jangan pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula

mencoba untuk membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa

sterilitas hanya akan menambah masalah.

2. Persiapan alat 

a. Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namun juga bisa

dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan

kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan

dibidai.

b. Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya dibungkus/dibalut

terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll).

c. Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaian bisa berasal

dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk membalut ini harus

bisa membalut dengan sempurna mengelilingi extremitas yang dibidai untuk

mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa

menghambat sirkulasi.

Page 9: LP Pembidaian(1)

3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu

pada sendi yang sehat.

4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian

yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan

syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelah

atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur.

6. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang

dibidai.

7. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara

keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.

8. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.

9. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

1. Fraktur cranium dan tulang wajah

Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempat

yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulang

belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa

bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif),

namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

2. Pembidaian leher

Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan.

Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala.

Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher. Jika

tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar 

3. Tulang klavikula

Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu

dengan“ransel bandage”. Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksidan fiksasi,

sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yang seanatomis

mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang cukup baik.

Page 10: LP Pembidaian(1)

4. Tulang iga

Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah

bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan

sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke

rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang

sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian

sehingga menempel secara nyaman pada dada.

5. Lengan atas

a. Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga

sendi siku membentuk sudut 90%, dengan cara

b. Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan

puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan

bawahsedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk

sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling,

dan sisipkan disisi siku.

c. Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian

sisilateral dinding thoraks.

d. Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas

yangmengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral)

dan dinding thorax (pada sisimedial).

e. Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan

menggunakan kain yang lebar.

6. Lengan bawah

a. Imobilisasi lengan yang mengalami cedera.

b. Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara

siku sampai ujung telapak tangan.

c. Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera.

d. Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut

90°terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati.

e. Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar

berada dalam posisi fungsional.

Page 11: LP Pembidaian(1)

f. Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara

sikusampai ujung jari.

g. Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa

pergelangan tangan sudah terimobilisasi.

h. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai.

i. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi

pembidaian,untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat.

j. Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara Letakkan

kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari

sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan

bawahsedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk

sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling,

dan sisipkan disisi siku.

7. Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan

Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi yang

senatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang menggenggam

sebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat

diletakkanpada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

8. Tulang jari

Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan

pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

9. Tulang punggung

Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai

menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

10. Fraktur Panggul

Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorangyang berusia tua

terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap mengalami

fraktur.

Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekan dan

atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral.

Page 12: LP Pembidaian(1)

Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan tandu.

Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak

cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri,

jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa

menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.

11. Tungkai atas

Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai dengan di

bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko

untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar.

Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika

orang yang membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.

12. Fraktur/dislokasi sendi lutut 

Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan

pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat.

13. Tungkai bawah

a. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan

mencegah timbulnya kerusakan yang lebih berat.

b. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapaijarak antara telapak

tangan sampai dengan diatas lutut.

c. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai.

d. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus.

e. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi

memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki.

f. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang

dipasang di sisi bawah tungkai.

g. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur.Pastikan bahwa lutut dan

pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik.

h. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai danlengan yang dibidai.

i. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada regiondistal dari lokasi pembidaian,

untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat.

14. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki

Page 13: LP Pembidaian(1)

Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan

pembalutan. Gunakan pola figure of eight: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi

atas kaki,mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi atas kaki, kesisi bawah

kaki, dan demikian seterusnya.

Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral pergelangan

kaki untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakan imobilisasi

pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut yang benar

15. Fraktur/dislokasi jari kaki

Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan merekatkan

jari yang cedera pada jari di sebelahnya.

Evaluasi pasca pembidaian

Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lengan maka periksa

sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5detik. Kuku akan berwarna putih

kemudian kembali merah dalam waktukurang dari 2 detik setelah dilepaskan.

Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai paling tidak satu

jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,atau kesemutan, maka pembalut harus dilepas

seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar.

Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik berubah menjadi merah,

berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi merah, maka

longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras.

Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki  (untuk kasus di kaki).Bila tidak teraba, maka

balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan untuk kasus di

tangan. Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.

Page 14: LP Pembidaian(1)

DAFTAR PUSTAKA

Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar

Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

Departemen Kesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Jakarta. Departemen

Kesehatan. 20032.

Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.20083.

Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 20054.