LP kompre

14
Lampiran 1 LAPORAN PENDAHULUAN JUDUL: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA Oleh: PUTRI MARETA HERTIKA NIM: 122310101014 1. Kasus (masalah utama) (Diagnosa Medis) Pneumonia 2. Proses terjadinya masalah a. Pengertian Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. b. Penyebab 1) Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. 2) Virus Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. 3) Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis

description

pneumonia

Transcript of LP kompre

Lampiran 1

LAPORAN PENDAHULUANJUDUL: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIAOleh: PUTRI MARETA HERTIKANIM: 122310101014

1. Kasus (masalah utama) (Diagnosa Medis)Pneumonia2. Proses terjadinya masalaha. PengertianPneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat.b. Penyebab1) Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. 2) Virus Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. 3) Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. 4) Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

c. PatofisiologiDalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :1) Inokulasi langsung2) Penyebaran melalui pembuluh darah3) Inhalasi bahan aerosol4) Kolonisasi dipermukaan mukosaDari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru.Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia. Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama.d. Tanda dan Gejala1) Kesulitan dan sakit pada saat pernafasana. Nyeri pleuritikb. Nafas dangkal dan mendengkurc. Takipnea2) Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasia. Mengecil, kemudian menjadi hilangb. Krekels, ronki, egofoni3) Gerakan dada tidak simetris4) Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium5) Diaforesis6) Anoreksia7) Malaise8) Batuk kental, produktif a. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat9) Gelisah10) Cyanosis a. Area sirkumoralb. Dasar kuku kebiruan11) Masalah-masalah psikososial: disorientasi, ansietas, takut mati

e. Penatalaksanaan1) Kemoterapi Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis.2) Pengobatan Umuma. Terapi Oksigenb. Hidrasi Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteralc. Fisioterapi Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

f. Penyebaba. Pohon masalah

Sal. Nafas bag. atas

Bronchiolus

Alveoli

Stimulasi hipotalamusAkumulasi sekretReaksi radang pdaBronchus & alveolus

Respon menggigilObs. Jalan nafasFibrosus & Pelebaran

Gg. ventilasi

Atelektasis

Bersihan jalan inefektifReaksi peningkatan suhu

Gg. Difusi

Hipertermi Frek. nafas

Gg. Pertukaran GasMerangsang RAS

Evaporasi meningkat

Sulit tidurSuplai O2 ke jaringan

Cairan tubuh berkurang

Perubahan pola tidurkelemahan

Ancaman kehidupanDefisit vol. cairanIntoleransi aktivitas

kecemasan

Metabolisme

Kompensasi: cadangan lemak dipergunakan tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji1) Biodata2) Riwayat Kesehatan3) Keluhan Utama dan riwayat Kesehatan SekarangKeluhan Utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah adanya awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam 40C, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru4) Riwayat Kesehatan Masa LaluPneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas (infeksi pada hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat alkoholik, post-operasi, infeksi pernapasan, dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam system imun). Hmapir 60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia dan 50% (separuhnya akan meninggal(Somantri ,2009,hlm.78-79)5) Pemeriksaan Fisika) Keadaan UmumKeadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuhb) B1 (Breathing)Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan focus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi1) InspeksiBentuk dada dan gerakan pernapasan2) PalpasiGerakan dinding toraks anterior/ekskrusi pernpasan3) PerkusiKlien dengan pneumonia disertai komplikasi, biasanya di dapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada kien dengan pneumonia di dapatkan apabila bronchopneumonia menjadi suatu sarang (konfluens)4) AuskulasiPada klien dengan pneumonia, di dapatkan bunyi napas melemah dan bunyi tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.penting bagi perawat untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana di dapatkan adanya ronkhi.

c) B2 (Blood)Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang di dapat meliputi:1) Inspeksi: Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum2) Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.3) Perkusi: Batas jantung tidak mengalami pergeseran4) Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal.bunyi jantung tambahan biasanya tidak di dapatkan.d) B3 (Brain)Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, di dapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.e) B4 (Bladder)Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.f) B5 (Bowel)Klien biasanya mengalami mual , muntah , penurunan nafsu makan, dan penurun berat badang) B6 ( Bone)Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.6) Pemeriksaan Diagnostika) Foto rontgen dada (chest x-ray) : teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronchial ; dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial); atau penyebaran ekstensif nodul infiltrat (sering kali viral); pada pneumonia mycoplasma, gambaran chest x-ray mungkin bersih.b) ABGs/Pulse Oximetry : abnormalitas mungkin timbul bergantung pada luasnya kerusakan paru.c) Kultur sputum dan darah/gram stain: di dapatkan dengan needle biopsy, transtracheal aspiration, fiberoptic bronchoscopy atau biopsy paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Akan di dapatkan lebih dari satu jenis kuman, seperti Diplococcus, pneumonia, Staphilococcus aureus, A Hemolytic streptococcus, dan Haemophilus influenza.d) Hitung darah lengkap / complete blood count (CBC): leukositosis, biasanya timbul, meskipun nilai SDP rendah pada infeksi virus.e) Tes serologic : membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.f) Laju endap Darah (LED): meningkat.g) Pemeriksaan fungsi Paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran udara meningkat, compliance menurun, dan akhirnya dapat terjadi hipoksemia.h) Elektrolit : sodium dan klorida mungkin rendah.i) Bilirubun : mungkin meningkat.

g. Diagnosis keperawatan (minimal 5 diagnosa keperawatan)1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler (efek inflamasi)2. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkhial, pembentukan odema, dan peningkatan produksi sputum3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan paru4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

h. Rencana tindakan keperawatan (masing masing diagnosa minimal 5 rencana tindakan)NoDiagnosaTujuan dan kriteria hasilIntervensi

1Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler (efek inflamasi)

NOC:1. Status pernafasan dan jaringan paru2. Keseimbangan elektrolit asam dan basaKriteria hasil:1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan Analisa Gas Darah dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan2. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku3. Kaji status mental4. Awasi status jantung/irama5. Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi6. Latih nafas dalam7. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

2Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkhial, pembentukan odema, dan peningkatan produksi sputum

NOC:1. Status pernafasan2. Status ventilasiKriteria Hasil:1. Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas2. Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosis1. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada2. Auskultasi paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)3. Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam4. Penghisapan sesuai indikasi5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari6. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain7. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik8. Berikan cairan tambahan

3Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan paru

NOC:1. Respon alergik: sistemik2. Status pernafasan: kepatenan jalan nafasKriteria Hasil:1. Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan Analisa Gas Darah dalam rentang normal.1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada2. Auskultasi bunyi nafas3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi\Observasi pola batuk dan karakter sekret4. Dorong/bantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif5. Berikan Oksigen tambahan6. Awasi Analisa Gas Darah

4Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

NOC:1. Termoregulasi2. Tanda-tanda vital

Kriteria Hasil:1. Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh2. Tidak menggigil3. Nadi normal1. Obeservasi suhu tubuh (4 jam)2. Pantau warna kulit3. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan4. Berikan obat sesuai indikasi : antipiretik5. Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari.

5Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

NOC:1. Ketahanan2. Kebugaran fisik3. Perawatan diri dan aktivitas kehiupan sehari-hariKriteria hasil:1. Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan Tanda-tanda Vital dalam rentang normal1. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat4. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

Annah, Itma. 2012. Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Anak Umur 6-59 Bulan Di Rsud Salewangan Maros Tahun 2012. Diakses melalui http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5439/ITMA%20ANNAH%20(K11109322).pdf?sequence=1. Pada tanggal 13 April 2015, pukul 18.30.

Anonim._____.Pengobatan Pada ISPA. Diakses melalui http://klinikita.co.id/blog/pengobatan-pada-ispa/. Pada tanggal 13 April 2015, pukul 18.40.

Santoso, Fitriarma Putri. 2012. Faktor-Faktor Eksternal Pneumonia pada Balita di Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression. Diakses melalui http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/download/577/178. Pada tanggal 13 April 2015, pukul 19.00.

Setiyani, Ristin._____.Penyakit ISPA. Diakses melalui http://macammacampenyakit.com/penyakit-ispa/. Pada tanggal 13 April 2015, pukul 20.00.

Willkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.