LP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.docx
-
Upload
kadek-dea-w -
Category
Documents
-
view
283 -
download
18
Transcript of LP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.docx
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. PENGERTIAN CAIRAN
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Cairan tubuh terdiri
dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara
langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam
cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan
ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
1. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah. Plasma darah.
2. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan
atau kekurangan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan.
B. KONSEP DASAR
1. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh
a. Volume cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira2 60% dari BB
pria dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin
tua usia maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia.
Contoh: BBL-TBW nya 70-80 %, usia pubertas sampai dengan 39 th untuk pria
60% dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB. Usia 45-60 th untuk pria usia 55% dari
BB dan wanita 47 % dari BB. Usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan
wanita 46 % dai BB.
Lemak jaringan sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler dan
ekstraselular. Cairan Intraseluler kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan Cairan
Ekstraseluler 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma (Cairan Intravaskuler) 5%,
Cairan Interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan Cairan
Transeluler (CTS) (misalnya cairan cerebrospinalis, sinovial, cairan dalam
peritoneum, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3 %.
c. Fungsi Cairan
1. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ
6. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
d. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal
dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500
ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari,
paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
Rumus menghitung keseimbangan cairan tubuh
CM – CK – IWL
Ket:
CM : Cairan Masuk
CK : Cairan Keluar
*Rumus IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
e. Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui 3 proses yaitu ;
1. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dala cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit didisfusikan menembus membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperature.
2. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang
lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3. Transpor aktif
Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena
adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
f. Pengaturan Keseimbangan Cairan
1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
a) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus
untuk melepaskan substrat neuron yang bertanggungjawab terhadap sensasi
haus.
b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
2. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisisi dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan rearbsorbsi air pada
duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air
3. Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absrsorsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang
konsentrasi kalium, natrium serum dan system angiotensin rennin serta sangat
efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
4. Prostaglandin
Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi
dalam merespn radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan
mobilitas gastro intestinal. Dalam ginjal, prostaglandin bereran mengatur sirkulasi
ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada ADH.
5. Glukokortikoid
Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan cairan (volume darah).
g. Cara Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
a) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari.
b) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c) Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d) Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2. Kulit
a) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima
rangsang aktivitas kelenjar keringat
b) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperature lingkungan yang meningkat dan demam.
c) Disebut Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3. Paru – paru
a) Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100 – 200 ml.
b) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam, dengan
kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
h. Masalah keseimbangan cairan
1. Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat
terjadi kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik
adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH
dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda – tanda penurunan brat badan akut , mata cekung pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya penurunana jumlah air mata.
2. Hipervolemia
Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c) Kelebihan pembarian cairan
d) Perpindaha CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat,
asietes, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama
gallop.
i. Ketidakseimbangan asam basa
1. Asidosis respiratorik
Disebabkan karena kegagalan system pernafasan dalam membuang CO2 dari
cairan tubuh. Kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2 arteri diatas 45 mmHg
dengan penurunan pH < 7,35.
Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat
pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll).
2. Alkalosis respiratorik
Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang lebih
tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan PCO2 arteri < 35
mmHg, pH > 7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan
aspirin, pneumonia dan emboli paru.
3. Asidosis metabolic
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa. pH arteri <
7,35, HCO3 menurun diawah 22 mEq/lt.
Gejala ; pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
4. Alkalosis metabolic
Disebabkan oleh kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa pada cairan
tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45.
Penyebab : mencerna sebagian besar basa ( missal : BaHCO3 antasid, soda kue)
untuk mengatasi ulkus peptikumatau rasa keembung.
Gejala : apatis, lemah, gengguan mental, kram dan pusing
Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan Berat Badan.
NO UMUR BB (KG)CAIRAN (ML/24
JAM)
1 3 hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45 2200 – 2700
7 18 tahun (Adult) 54 2200 -
2700
C. PENGERTIAN ELEKTROLIT
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan
elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Pengaturan elektrolit
a. Natrium (sodium)
1) Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
2) Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot.
3) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya
sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
1) Merupakan kation utama dalam CIS
2) Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
3) Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan
keseibangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai
normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan
darah serta pembentukan tulang dan gigi.
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
3) Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi
melalui ginjal.
4) Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
1) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
2) Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular excibility. Nilai
normalnya 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida
1) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt.
f. Bikarbinat
1) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan CES dan
CIS.
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
1) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
2) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism karbohidrat,
dan pengaturan asam basa.
3) Pengaturan oleh hormone paratiroid
2. Gejala klinis kekurangan elektrolit :
a. Haus
b. Anoreksia
c. Perubahan tanda-tanda vital
d. Lemas atau pucat
e. Anak rewel
f. Kejang-kejang
g. Kulit dingin
h. Rasa malas
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang diperlukan
dan berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimblkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan hormone
akan mengganggu keseimbangan cairan.
E. CARA MENGHITUNG INFUS
1. Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit)
Tetesan / menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Atau tetesan / menit =
Jumlah kebutuhan cairan x factortetesan
Lama infuse (jam) x 60 menit
Catatan : factor tetesan infuse bermacam – macam, dapat dilihat pada label infuse (10 per
menit, 15 per menit, 20 tetes per menit).
2. Anak
Tetesan / menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit
dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare
dan penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan
elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
3. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti
defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan
motilitas.
4. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila
diare sangat berat.
5. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak
kecil dan lansia.
G. PHATWAY
diare
frekuensi bab meningkat
peningkatan kehilangan
cairan dan elektrolit
kekurangan volume cairan
pengeluaran NaHCO³ berlebihan
Dehidrasi
kehilangan buffer HCO³
( bikarbonat ) Gangguan
keseimbangan
Asidosis metabolic cairan dan elektrolit
Kematian syok hipovelemik
H. INDIKASI
1. Pendarahan dalam jumlah banyak ( kehilangan cairan tubuh dan komponen darah )
2. Trauma abdomen ( perut ) berat ( kehilangan cairan tubuh dan komponen darah )
3. Fraktur ( patah tulang ), khususnya di pelvis ( panggul ) dan femur ( paha ) kehilangan
cairan tubuh dan komponen darah.
4. Serangan panas ( heat stroke ) kehilangan cairan tubuh pada pada dehidrasi
5. Diare dab demam ( mengakibatkan dehidrasi )
6. Luka bakar luas ( kehilangan banyak cairan tubuh )
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung ( kehilangan cairan tubuh dan
kompenan darah )
ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. PENGKAJIAN
Tanggal
Jam
Ruang
1. BIODATA
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan kebutuhan cairan dan elektrolit
antara lain: nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia,
borborigmi, distensi abdomen, perasaan rektal penuh, fefes keras dan berbentuk,
kaleatihan umum, sakit kepala, tidak dapat makan, nyeri saat defekasi, mual,
muntah, konstipasi, inkontenensia defekasi, diare.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien
c. Riwayat kesehatan terdahulu
3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)
a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan
c. Pola istirahat tidur
d. Pola nutrisi - metabolic
e. Pola eliminasi
f. Pola kognitif perceptual
g. Pola konsep diri
h. Pola koping
i. Pola seksual – reproduksi
j. Pola peran hubungan
k. Pola nilai dan kepercayaan
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Data klinik, meliputi:
1) Pengukuran Klinik
a) Berat Badan
Kehilangan/ bertambanhnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan asam basa cairan :
+ 2 % : ringan
+ 5 % : sedang
+ 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
b) Keadaan Umum
(1) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
(2) Tingkat kesadaran
c) Pengukuran pemasukan cairan
(1) Cairan oral ; NGT dan oral
(2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
(3) Makanan yang cenderung mengandung air
(4) Irigasi kateter atau NGT
d) Pengukuran pengeluaran cairan
(1) Urine : volume, kelernihan/kepekatan
(2) Feses : jumlah dan konsisten
(3) Muntah
(4) Tube drainase
(5) IWL
e) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya + 200 cc
2) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan sensasi
rasa.
b) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan
bunyi jantung.
c) Mata : cekung, air mata kering.
d) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
e) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-untah
dan bising usus.
b. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)
c. Tanda umum masalah elektrolit
d. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
e. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
f. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
g. Status perkembangan seperti usia atau situasi social
h. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan elektrolit,
b. Darah lengkap,
c. pH,
d. Berat jenis urin,
e. AGD.( Analisa Gas darah)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aktual / Resiko defisit Volume Cairan
Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada ekstraseluler
(CES) dan Vaskuler (CIV).
Berhubungan dengan :
a. Kehilangan cairan secara berlebihan
b. Berkeringant secara terus menerus
c. Menurunnya intake oral
d. Penggunaa diuretic
e. Pendarahan
Ditandai dengan :
a. Hipotensi
b. Takhikardia
c. Pucat
d. Keklemahan
e. Konsentrasi urin pekat
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Penyakit Addison
b. Koma
c. Ketoasidosis pada disbetik
d. Pendarahn gastrointestinal
e. Muntah diare
f. Intake cairan tidak adekuat
g. AIDS
h. Pendarahan
i. Ulcer kolon
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahnkan keseimbangan cairan
b. Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti output adekuat, tekanan darah
normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
N
O
INTERVENSI RASIONAL
1 Ukur dan catat setiap 4 jam :
· Intkae dan output cairan
· Warna muntahan, urine dan feses
· Monitor turgor kulit
· Tanda – tanda vital
· Monitor IV infuse
· CVP
· Elektrolit, BUN, hematokrit dan Hb
· Status mental
· Berat badan
Menentukan kehilangan makan
dan minum
2 Berikan makanan dan cairan Memenuhi kebutuhan makan
dan minum
3 Berikan pengobatan seperti antidiare dan
antimuntah
Menurunkan pergerakan usus
dan muntah
4 Berikan dukungan verbal dalam pemberian
cairan
Meningkatkan konsumsi yang
lebih
5 Lakukan kebersihan mulut sebelum makan Meningkatkan nafsu makan
6 Ubah posisi pasien setiap 4 jam Meningkatkan sirkulasi
7 Berikan pendidikan kesehatan tentang :
· Tanda dan gejala dehidrasi
· Intake dan output cairan
· Terapi
Meningkatkan informasi dann
kerjasama.
2. Volume cairan tubuh
Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema
Berhubungan dengan :
a. Retensi garam dan air
b. Efek dari pengobatan
c. Malnutrisi
Ditandai dengan :
a. Orthopnea
b. Oliguria
c. Edema
d. Distensi vena jugularis
e. Distress pernafasan
f. Anasarka
g. Edema paru
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Obesitas
b. Hipothiroidism
c. Pengobatan dengan kortikosteroid
d. Cushings syndrome
e. Gagal ginjal
f. Sirosis hepatis
g. Kanker
h. Toxemia
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
b. Menurunkan kelebihan cairan
C. EVALUASI/KRETERIA HASIL :
Kreteria hasil meliputi :
1. Intake dan output dalam batas keseimbangan
2. Elektrolit serum dalam batas normal
3. Vital sign dalam batas normal.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 · Ukur dan monitor :
·Intake dan output cairan, BB, tensi,
CVP distensi vena, jugularis dan
bunyi paru
Dasar pengkajian kardiovaskuler
dan respon terhadap penyakit.
2 Monitor rongtgen paru Mengetahui adanya edema paru
3 Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan, obat dan efek
pengobatan
Kerjasama disiplin ilmu dalam
perawatan
4 Hati – hati dalam pembarian cairan Mengurangi kelebihan cairan
5 Pada pasien yang bedrest :
· Ubah posisi setiap 2 jam
· Latihan pasif dan aktif
Mengurangi edeme
6 Pada kluit yang edeme, berikan
losion, hindari penekanan yang
teruis – menerus.
Mencegah kerusakan kulit
7 Berikan pengetahuan kesehatan
tentang :
· Intake dan output cairan
· Edema, Berat badan
· Pengobatan
Pasien dan keluarga mengetahui
dan kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition,
Addison Wsley Nursing, California, 1995
Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition,
Mosby, St. louis, Missouri, 1999.
Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995