Lp Hiv&Tbc r.29 1-1

24
LAPORAN PENDAHULUAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DENGAN TUBERKULOSIS Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medikal di Ruang 29 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang Oleh: TRIJATI PUSPITA LESTARI NIM. 105070207131003

description

patofisiologi

Transcript of Lp Hiv&Tbc r.29 1-1

LAPORAN PENDAHULUAN

HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DENGAN TUBERKULOSIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medikal di Ruang 29 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:TRIJATI PUSPITA LESTARINIM. 105070207131003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA2015A. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)1. DEFINISI AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus-menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) (Smeltzer & Barre, 2001). AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

2.ETIOLOGI DAN PATOGENESISVirus HIV termasuk kedalam famili Retrovirus sub famili Lentivirinae. Virus famili ini mempunyai enzim yang disebut reverse transcriptase. Enzim ini menyebabkan retrovirus mampu mengubah informasi genetiknya kedalam bentuk yang terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya. Jadi setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan. Virus HIV akan menyerang Limfosit T yang mempunyai marker permukaan seperti sel CD4+, yaitu sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan makrofag saat terdapat antigen target khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit T yang menjadi target utama HIV.22 HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T. secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian akan menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen.Setelah HIV mengifeksi seseorang, kemudian terjadi sindrom retroviral akut semacam flu disertai viremia hebat dan akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Serokonversi (perubahan antibodi negatif menjadi positif) terjadi 1-3 bulan setelah infeksi. Pada masa ini, tidak ada dijumpai tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat serta test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini, tahap ini disebut juga periode jendela (window periode). Kemudian dimulailah infeksi HIV asimptomatik yaitu masa tanpa gejala. Dalam masa ini terjadi penurunan CD4+ secara bertahap. Mula-mula penurunan jumlah CD4+ sekitar 30-60 sel/tahun, tetapi pada 2 tahun berikutnya penurunan menjadi cepat, 50-100 sel/tahun, sehingga tanpa pengobatan, rata-rata masa dari infeksi HIV menjadi AIDS adalah 8-10 tahun, dimana jumlah CD4+ akan mencapai 3 minggu - Nyeri pleuritis - RR meningkat - Ronchi Blood - Takikardhi, irreguler - CRT > 3 detik, pucat, sianosis - Tekanan darah normal / menurun Brain - nyeri kepala - kelemahan umum - perubahan kesadaran Bladder: tidak ada perubahan (jumlah, warna) Bowel - ada penurunan selera makan - mual muntah Bone: adakah kelemahan, turgor kulit berubah, akral dingin, sianosis4) Psiko-sosio-spiritualFaktor stress : - Kehilangan dukungan keluarga - Hubungan dengan orang lain - Penghasilan - Gaya hidup - Distress spiritual

b. Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif Pola nafas tidak efektif Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan pertukaran gas Intoleransi aktivitas Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur Ansietas Gangguan rasa nyaman (nyeri)

c. Implementasi Keperawatan1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan sekret Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan, jalan nafas pasien menjadi bersih

NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan NafasKriteria Hasil : Tidak menunjukkan demam. Tidak menunjukkan cemas. Rata-rata repirasi dalam batas normal. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas. Tidak ada suara nafas tambahan.

NIC: chest physiotherapy Tentukan adanya kontraindikasi dilakukannya fisioterapi dada Tentukan bagian paru mana yang perlu didrainase Gunakan bantal untuk mensuport posisi pasien Gunakan teknik perkusi dengan menepuk dada dengan posisi tangan Cupping hands Gunakan fibrasi dada Gunakan ultrasonic nebulizer Kolaborasi dalam pemberian bronchodilator, mucokinetic agent Monitor jumlah dan tipe sputum yang dikeluarkan Anjurkan batuk sebelum dan sesudah postural drainase Monitor toleranasi pasien dengan melihat SpO2, irama dan frekuensi pernafasan, irama dan frekuensi jantung dan level kenyamanan.

2) Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan jaringan paruTujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan, Fungsi pernafasan pada pasienmenjadi normal

NOC: Status respirasi ventilasi, dengan kriteria hasil klien: Memiliki RR dalam batas normal 16-24 kali Mampu inspirasi dalam Memiliki dada yang mengembang secara simetris Dapat bernafas dengan mudah Tidak menggunakan otot-otot tambahan dalam bernafas Tidak mengalami dispnea Tidak mengalami ortopnea

NIC:Respiratory monitoring Monitor rata-rata, irama, kedalamn dan usaha respirasi Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan oto-otot aksesoris, dan retraksi otot supraklavikuler dan interkostal Monitor respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu, hiperventilasi, respirasiKussmaul, respirasiCheyne-Stokes, dan apneustik Biot dan pola taxic Perhatikan lokasi trakea Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan, dan haus udara, perhatikan perubahan pada SaO2, SvO2, CO2akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri (AGD), dengan tepat Posisikan pasien on side Monitor kualitas dari nadi Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit. Observasi status penafasan : Frek. nafas, dan kedalaman Posisikan klien untuk ventilasi yang maksimal yaitu posisi semi flower Tingkatkan istirahat dan tidur Berikan O2 sesuai kebutuhan Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

3) Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuatTujuan : mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya

NIC: Status NutrisiKriteria hasil : pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat serum albumin dan protein dalam batas normal, menghabiskan porsi yang disiapkan, tidak nyeri saat menelan

NOC: Terapi Nutrisi Lakukan penilaian gizi dengan lengkap, Pantau cairan / makanan yang ditelan dan menghitung asupan kalori harian Sediakan makanan yang dibutuhkan dalam batas diet yang ditentukan Berikan pasien dengan tinggi protein, tinggi kalori, makanan dan minuman bergizi jari yang dapat mudah dikonsumsi, Pilih suplemen gizi Monitor kemampuan mengunyah dan menelan. Monitor intake dan ouput Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya. Anjurkan oral hygiene sebelum makan. Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.2000.Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta:EGC.

Doenges at al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta:EGC

Ishmayana, Safri. 2005. Adakah Obat HIV?AIDS saat ini?. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita

Komisi Penanggulangan AIDS Banyumas. 2008. Info Dasar HIV. http://www.http://nursingcorner.com

Price & Wilson. 1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta:EGC

Wilkinson, M. Judith. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi-7. Jakarta :EGC.