LP HIV

31
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ODHA DIRUANG C 3 Lt 1 ( PENYAKIT DALAM ) RUMAH SAKIT RSUP Dr. KARIADI SEMARANG IDA WAHYUNINGSARI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

Transcript of LP HIV

Page 1: LP HIV

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

ODHA DIRUANG C3Lt 1 ( PENYAKIT DALAM ) RUMAH SAKIT RSUP Dr. KARIADI

SEMARANG

IDA WAHYUNINGSARI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA

SEMARANG 2013

Page 2: LP HIV

A. DEFINISI

AIDS adalah penyakit yang tadinya tidak berbahaya, akan menjadi sangat berbahaya

untuk orang tersebut. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah. Ketika

individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat

dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh

virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia inilah yang disebut dengan AIDS (Acquired

Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan

tubuh individu akibat HIV (http://www. http://nursingcorner.com )

AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa

adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut

seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan

sebagainya.

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu

virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan

menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun

penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit

ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dengan perantaraan darah, sperma atau cairan vagina, masuk ke dalam aliran

pembuluh darah. Kemudian HIV merusak sistem kekebalan tubuh individu. Setelah beberapa

tahun jumlah HIV semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu

melawan bibit penyakit yang masuk (http://www. http://nursingcorner.com )

B. ETIOLOGI

Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus

(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.

Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2

dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk

memudahkan keduanya disebut HIV.

AIDS disebabkan agent virus HIV yang masuk melalui darah dan semua cairan tubuh

( semen, ludah, sekret vagina, urine, ASI dan air mata ). Virus ini masuk kedalam pembuluh

Page 3: LP HIV

darah kemudian menyerang sel darah putih jenis Lymphosit tepatnya sel T helper CD 4.

penularan HIV / AIDS dapat terjadi melalui cara sebagai berikut :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. Partner seks dari penderita HIV/AIDS.

3. Penerima darah atau produk darah (transfusi) yang tercemar HIV.

4. Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan

luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah

dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara tersebut dapat menularkan HIV karena

terjadi kontak darah.

5. Ibu positif HIV kepada bayi yang dikandungnya. Cara penularan ini dapat terjadi

saat:

a. Antenatal, yaitu melalui plasenta selama bayi dalam kandungan.

b. Intranatal, yaitu saat proses persalinan, dimana bayi terpapar oleh darah ibu atau

cairan vagina

c. Postnatal, yaitu melalui air susu ibu.

C. PATOFISIOLOGI

Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk

dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus

tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan mengalami

destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan mengulang respons

imunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain

terganggu.

HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA. Pada saat virus

HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4+ (Sel

T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan membuka lapisan

protein sel dan menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA

virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama

proses normal pembelahan.

Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak

dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4. kematian limfosit T4

membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik

virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu menyebabkan kematian pada orang yang

Page 4: LP HIV

terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel

tubuh yang lain. Organ yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya.

Virus AIDS diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap

sel. Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat

mengakibatkan kematian sel otak.

Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam fungsi

system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel

B untuk memproduksi antibody. Juga dalam aktivitas langsung pada cell-mediated cell

immune (immune sel bermedia) dan mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis

duplikasi.

Menurut Long (1996) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan seksual, tranfusi darah

dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV masuk ke dalam aliran

darha maka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan

masuk ke dalam sel dan mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi normal

(kematian sel T4) dan memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan

menghancurkannya. Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai berikut :

1. Infeksi Akut

Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV

masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, berkeringat malam,

batuk, nyeri saat menelan dan faringgitis.

2. Infeksi kronik

Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi refleksi lambat

pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.

3. Pembengkakan kelenjar limfe

Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe dapat

persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa ini terjadi

progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe sampai dengan

timbulnya involusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel dendritik pada otak juga

sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus

Page 5: LP HIV

limfa pada daerah inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi

pada liquor serebrospinal.

4. Penyakit lain akan timbul antara lain :

1. Penyakit kontitusional

Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung

berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat

malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10%

yang mengindikasikan AIDS (slim disease)

2. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia

complex)

Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain

mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan memori

secara fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan

motorik. Demensia penuh dengan adanya gangguan kognitif, verbalisasi,

kemampuan motorik, penyakit kontitusional.

3. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii protozoa

(PCP), cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS dissemminated

desease), dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi,

salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon;

herpes simplek) dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)

4. Kanker sekunder

Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.

5. Penyakit lain

Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian dimana

sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin habis sehingga HIV

menguasai tubuh.

Page 6: LP HIV

D. PATHWAYS

HIV masuk ke dalam tubuh manusia

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4

(Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans)

Mengikat molekul CO4

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi opurtinistik

↓ ↓ ↓ ↓

Sist pernafasan Sist Pencernaan Sist. Integumen Sist Neurologis

↓ ↓ ↓

Peradangan pd Infeksi jamur Peristaltik Peradangan kulit Infeksi ssp

Jaringan paru ↓ ↓ ↓

↓ Peradangan mulut Diare kronis Timbul lesi/ ↓

Sesak, demam ↓ ↓ bercak putih Peningkatan

↓ Sulit menelan Cairan output ↓ kesadaran, kejang

Tdk efektif jalan nafas Mual ↓ Gatal, nyeri Nyeri kepala

Ggn pertukaran gas ↓ Bibir kering Bersisik ↓

Intake kurang Turgor kulit jelek ↓ MK: perubahan

↓ ↓ MK: Ggn rasa proses pikir

MK: Ggn pemenu MK: kekurang nyaman

han nutrisi an vol cairan

Ggn eliminasi

BAB, diare

Page 7: LP HIV

E. MANIFESTASI KLINIK

Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10

tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang

dewasa. Tanda-tanda yang di temui pada penderita AIDS antara lain:

1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam

tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 38 C sampai 40

C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan

timbulnya bercak kemerahan pada kulit.

2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi,

dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu

pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya di leher,

ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam tanpa penyebab

yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan sampai kurang

5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul tukak

(ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan penglihatan,

kejiwaan terganggu. Gejala ini di indikasi adanya kerusakan sistem kekebalan

tubuh.

3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan

menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering di serang penyakit berbahaya

seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang

menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik, candidiasis mulut dan

pnemonia.

Page 8: LP HIV

Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa

perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama

kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :

1. Berat badan lahir rendah

2. Gagal tumbuh

3. limfadenopati umum

4. Hepatosplenomegali

5. Sinusitis

6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang

7. Parotitis

8. Diare kronik atau kambuhan

9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan

10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten

11. Sariawan orofarings

12. Trombositopenia

13. Infeksi bakteri seperti meningitis

14. Pneumonia interstisial kronik

Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang

memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat,

atau hilangnya perkembangan motoris.

Stadium perkembangan virus ada 5 fase yaitu:

1. Periode jendela

Berlangsung selama 4 minggu-6 bulan setelah infeksi, tidak terdapat gejala, hasil rapid

test (-).

2. Fase infeksi primer akut

Berlangsung selama 1-2 minggu dengan gejala seperti flu. Hasil rapod test (-).

3. Infeksi Asimptomatik

Berlangsung selama 1-15 tahun/ lebih dengan tidak ada gejala. Hasil rapid test (+).

4. Supresi Imun simptomatik

Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB turun, diare, neuropati,

lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

Page 9: LP HIV

5. Periode AIDS

Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama ditegakkan.Sedangkan

dari kriteria mayor dan minor, manifestasi HIV adalah sebagai berikut:

Gejala mayor :

Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.

Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.

Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan.

Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.

Demensia/ensefalopati HIV.

Gejala minor:

Batuk menetap lebih dari 1 bulan.

Dermatitis generalisata yang gatal.

Herpes Zoster multisegmental dan atau berulang.

Kandidiasis orofaringeal.

Herpes simpleks kronis progresif.

Limfadenopati generalisata.

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

Tanda dan Gejala menurut WHO :

Stadium Klinis I :

1. Asimtomatik (tanpa gejala)

2. Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe seluruh tubuh)

3. Skala Penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal.

Stadium Klinis II :

1. Berat badan berkurang < 10%

2. Manifestasi mukokutaneus ringan (kelainan selaput lendir dan kulit) : gatal-gatal, jamur,

sariawan pada sudut mulut

3. Herpes zoster

4. Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang

5. Skala Penampilan 2 : simtomatik, aktivitas normal.

Stadium Klinis III :

1. Berat badan turun > 10%

2. Diare berkepanjangan > 1 bulan

3. Jamur pada mulut

4. TB Paru

Page 10: LP HIV

5. Infeksi bakterial berat

6. Skala Penampilan 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring

Stadium Klinis IV :

1. Kelemahan

2. Jamur pada mulut dan kerongkonga

3. Radang paru-paru (PCP), TB Ekstra Paru

4. Radang saluran pencernaan (Diare kriptosporidiosis > 1 bulan)

5. Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)

6. Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)

7. Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1 bulan terakhir.

F. KOMPLIKASI

1. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis

Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan

berat badan, keletihan dan cacat.

2. Neurologik

a.Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency

Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan

kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.

b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,

malaise, demam, paralise, total / parsial.

c.Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik

endokarditis.

d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human

Immunodeficienci Virus (HIV).

3. Gastrointestinal

a.Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan

sarcoma   kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,

malabsorbsi, dan dehidrasi.

b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma kaposi, obat illegal,

alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

Page 11: LP HIV

c.Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang

sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-

gatal dan diare.

4. Respirasi

a.Pneumonia Pneumocystis (PCP)

Pada umumnya 85% infeksi opportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-

paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan

demam.

b. Cytomegalo Virus (CMV)

Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat

menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30%

penderita AIDS.

c.Mycobacterium Avilum

Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.

d. Mycobacterium Tuberculosis

Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke

organ lain diluar paru.

5. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,

reaksi otot, lesi scabies, dan dekubitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi

skunder dan sepsis.

6. Sensorik

Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

o Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran

dengan efek nyeri.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tes Serologis

Rapid test dengan menggunakan reagen SD HIV, Determent, dan Oncoprobe.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan pengamatan visual. Klien dinyatakan

positif HIV apabila hasil dari ketiga tes tersebut reaktif. Tes ini paling sering

digunakan karena paling efektif dan efisien waktu.

Page 12: LP HIV

ELISA

The Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) mengidentifikasi antibodi

yang secara spesifik ditunjukkan kepada virus HIV. Tes ELISA tidak

menegakkan diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih menunjukkan seseorang pernah

terinfeksi oleh HIV. Orang yang darahnya mengandung antibodi untuk HIV

disebut dengan orang yang seropositif.

Western blot

Digunakan untuk memastikan seropositivitas seperti yang teridentifikasi lewat

ELISA.

PCR (Polymerase Chain Reaction)

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.

P24 ( Protein Pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi.

2. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun:

Limfosit

Penurunan limfosit plasma <1200.

Leukosit

Hasil yang didapatkan bisa normal atau menurun.

CD4 menurun <200

Rasio CD4/CD8

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( CD8

ke CD4 ) mengindikasikan supresi imun.

Albumin

Mendiagnosisi infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah.

Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada

kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.

Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi

HIV :

1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut

2. Penurunan persentase CD4

3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD3

4. Limfopenia

5. Anemia, trombositopenia

Page 13: LP HIV

6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)

7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)

8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbilli, Haemophilus

influenzae tipe B)

Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, yang berusia kurang dari 18 bulan dan yang

menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya dua determinasi terpisah dari kultur HIV,

reaksi rantai polimerase-HIV, atau antigen HIV, maka ia dapat dikatakan “terinfeksi HIV”.

Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18bulan, dan tidak positif terhadap

ketiga uji tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari ibu

terinfeksi HIV, yang ternyata antibodi-HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium lain

yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka ia dikatakan “seroreverter”

H. PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam

tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat

disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar

medis, tetapi dengan pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang

digunakan adalah untuk menahan penyebaran HIV dalam tubuh tetapi tidak

menghilangkan HIV dari dalam tubuh.

Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah

antiretroviral dan infeksi oportunistik.

a. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna

menghambat perkembang-biakan virus. Obat-obat antiretrovirus yang diunakan

adalah:

1) Golongan obat anti-HIV pertama adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitor

atau NRTI, juga disebut analog nukleosida. Obat golongan ini menghambat bahan

genetik HIV dipakai untuk membuat DNA dari RNA. Obat dalam golongan ini

yang disetujui di AS dan masih dibuat adalah:

3TC (lamivudine)

Abacavir (ABC)

AZT (ZDV, zidovudine)

d4T (stavudine)

ddI (didanosine)

Emtricitabine (FTC)

Tenofovir (TDF; analog nukleotida)

Page 14: LP HIV

2) Golongan obat lain menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup HIV,

tetapi dengan cara lain. Obat ini disebut non-nucleoside reverse transcriptase

inhibitor atau NNRTI. Empat NNRTI disetujui di AS:

Delavirdine (DLV)

Efavirenz (EFV)

Etravirine (ETV)

3) Golongan ketiga ARV adalah protease inhibitor (PI). Obat golongan ini

menghambat langkah kesepuluh, yaitu virus baru dipotong menjadi potongan

khusus. Sembilan PI disetujui dan masih dibuat di AS:

Atazanavir (ATV)

Darunavir (DRV)

Fosamprenavir (FPV)

Indinavir (IDV)

Lopinavir (LPV)

Nelfinavir (NFV)

Ritonavir (RTV)

Saquinavir (SQV)

4) Golongan ARV keempat adalah entry inhibitor. Obat golongan ini mencegah

pemasukan HIV ke dalam sel dengan menghambat langkah kedua dari siklus

hidupnya. Dua obat golongan ini sudah disetujui di AS:

Enfuvirtide (T-20)

Maraviroc (MVC)

5) Golongan ARV terbaru adalah integrase inhibitor (INI). Obat golongan ini mencegah

pemaduan kode genetik HIV dengan kode genetik sel dengan menghambat langkah

kelima dari siklus hidupnya. Obat INI pertama adalah:

Raltegravir (RGV)

b. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang mungkin

didapat karena sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau lemah. Sedangkan obat yang

bersifat infeksi oportunistik adalah Aerosol Pentamidine, Ganciclovir, Foscame

Page 15: LP HIV

I. PENCEGAHAN

Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit AIDS, adalah:

1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS

2. Mencegah hubungan seksual dengan partner banyak atau dengan orang

yang mempunyai banyak partner

3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotik yang

menggunakan obat suntik.

4. Orang-orang dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi donor darah.

5. Pemberian transfusi darah hanya untuk pasien-pasien yang benar-benar

perlu

6. Pada setiap suntikan harus terjamin sterilitas atau suntiknya

7. Penularan pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu hamil, melahirkan

maupun postpartum, maka sebaiknya wanita dengan resiko tinggi AIDS

jangan hamil dan jangan melahirkan.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian.

1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan

obat-obat.

2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.

3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat

malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri,

sulit tidur.

4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,

ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

Page 16: LP HIV

5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,

withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses

piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan

delusi.

6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus,

ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia,

epsitaksis.

7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,

ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.

8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan

ADL.

9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu

pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,

diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

12. Gu : lesi atau eksudat pada genital

13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,

malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi

HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran

oksigen, malnutrisi, kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan

menurunnya absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

Page 17: LP HIV

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang

keadaan yang orang dicintai.

L. INTERVENSI

DX 1

Tujuan : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya

Kriteria Hasil : tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi

oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

Intervensi Rasional

1. Monitor tanda-tanda

infeksi baru.

2. gunakan teknik aseptik

pada setiap tindakan

invasif. Cuci tangan

sebelum meberikan

tindakan.

3. Anjurkan pasien

metoda mencegah terpapar

terhadap lingkungan yang

patogen.

4. Kumpulkan spesimen

untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian

antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan dini

Mencegah pasien terpapar oleh kuman

patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

Meyakinkan diagnosis akurat dan

pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang

terapeutik

Page 18: LP HIV

DX 2

Tujuan : Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan

universal precautions

Kriteria Hasil : kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak

terinfeksi patogen lain seperti TBC.

Intervensi Rasional

1. Anjurkan pasien atau

orang penting lainnya

metode mencegah transmisi

HIV dan kuman patogen

lainnya.

2. Gunakan darah dan

cairan tubuh precaution bial

merawat pasien. Gunakan

masker bila perlu.

Pasien dan keluarga mau dan

memerlukan informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke

orang lain

DX 3

Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan

Kriteria Hasil : bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

Intervensi Rasional

1. Monitor respon

fisiologis terhadap

aktivitas

2. Berikan bantuan

perawatan yang pasien

sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan

pasien sehingga tidak

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena

meningkatkan kebutuhan metabolik

Page 19: LP HIV

mengganggu isitirahat.

DX 4

Tujuan : Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan metaboliknya

Kriteria Hasil mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum

albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum

sakit.

Intervensi Rasional

1. Monitor kemampuan

mengunyah dan menelan.

2. Monitor BB, intake dan

ouput

3. Atur antiemetik sesuai

order

4. Rencanakan diet dengan

pasien dan orang penting

lainnya.

Intake menurun dihubungkan dengan

nyeri tenggorokan dan mulut

Menentukan data dasar

Mengurangi muntah

Meyakinkan bahwa makanan sesuai

dengan keinginan pasien

DX 5

Tujuan : Pasien merasa nyaman dan mengnontrol direnya

Kriteria Hasil diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak

tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,

Intervensi Rasional

1. Kaji konsistensi dan

frekuensi feses dan

adanya darah.

Mendeteksi adanya darah dalam feses

Hipermotiliti mumnya dengan diare

Mengurangi motilitas usus, yang

Page 20: LP HIV

2. Auskultasi bunyi usus

3. Atur agen antimotilitas

dan psilium (Metamucil)

sesuai order

4. Berikan ointment A

dan D, vaselin atau zinc

oside

pelan, emperburuk perforasi pada

intestinal

Untuk menghilangkan distensi

Dx 6

Tujuan : Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem

dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya

Kriteria Hasil: pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang

konstruktif

Intervensi Rasional

1. Kaji koping keluarga

terhadap sakit pasein dan

perawatannya

2. Biarkan keluarga

mengungkapkana perasaan

secara verbal

3. Ajarkan kepada

keluaraga tentang penyakit

dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam

bekerja secara konstruktif dengan

keluarga.

Mereka tak menyadari bahwa mereka

berbicara secara bebas

Menghilangkan kecemasan tentang

transmisi melalui kontak sederhana

Page 21: LP HIV

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Carpenito.2000.Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6.

Jakarta:EGC.

Doenges at al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta:EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Ishmayana, Safri. 2005. Adakah Obat HIV?AIDS saat ini?. http://www.chem-is-

try.org/artikel_kimia/berita Diakses tanggal 23 Maret 2013.

Komisi Penanggulangan AIDS Banyumas. 2008. Info Dasar HIV. http://www.

http://nursingcorner.com . Diakses tanggal 23 Maret 2013.

Muma, Richard D. 1997. HIV : manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Price & Wilson. 1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4.

Jakarta:EGC.

Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.

Wikipedia. 2009. AIDS. http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS. Diakses tanggal 31

Maret 2013.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta.