LP-HIV AIDS DNG TB

22
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIV/AIDS DENGAN TUBERCULOSIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM DAHLIA 3 RSUP DR. SARDJITO Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Individu Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah Disusun oleh: Sri Ningsih 15/ 391040/ KU/ 18431 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

tugas individu

Transcript of LP-HIV AIDS DNG TB

Page 1: LP-HIV AIDS DNG TB

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIV/AIDS DENGAN TUBERCULOSIS

DI BANGSAL PENYAKIT DALAM DAHLIA 3 RSUP DR. SARDJITO

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Individu

Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:

Sri Ningsih

15/ 391040/ KU/ 18431

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

HIV AIDS

Page 2: LP-HIV AIDS DNG TB

A. Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu

jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih

tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda

yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh

manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya

berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan

sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada

orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi

HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus

bisa sampai nol).

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti

kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan

infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari

serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak

sistem pertahanan tubuh sehingga akhirnya menyebabkan berbagai jenis penyakit

lain.

B. Etiologi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus

ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi

yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion

matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu

gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang

penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat,

berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi

transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk

menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein

struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus.

Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi

sel yang lain.

Page 3: LP-HIV AIDS DNG TB

C. Tanda dan Gejala

Gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor

(tidak umum terjadi):

1. Gejala mayor:

a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

e) Demensia/ HIV ensefalopati

2. Gejala minor:

a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b) Dermatitis generalisata

c) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang

d) Kandidias orofaringeal

e) Herpes simpleks kronis progresif

f) Limfadenopati generalisata

g) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

h) Retinitis virus Sitomegalo

Berdasarkan fasenya gejala klinis dibedakan menjadi 3 fase yaitu

1. Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi

kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit

tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak

mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang

lain.

2. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi

seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita

HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar

getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam,

batuk dan pernafasan pendek.

Page 4: LP-HIV AIDS DNG TB

3. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,

gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit

yang disebut AIDS (gejala minor).

D. Cara Penularan

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu:

1. Hubungan seksual

2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam

tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV

4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan

karena dapat menularkan virus HIV

5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV

6. Penularan dari ibu ke anak yang mengidap HIV

E. Penatalaksanaan

1. Pengobatan suportif : pemberian nutrisi yang baik dan multivitamin

2. Pengobatan simptomatik

3. Pencegahan infeksi oportunistik

4. Pemberian ARV

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)

2. Tes ELSA memberikan hasil yang positif 2-3 bulan sesudah infeksi, hasil positif

kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot

3. Serologi: skrining HIV dengan ELISA, Tes Western Blot, Limfosit T

4. Pemeriksaan darah rutin

5. Pemeriksaan neurologis

6. Tes fungsi paru, bronkoscopi

Page 5: LP-HIV AIDS DNG TB

TUBERKULOSIS

A. Definisi

Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menyerang parenkim paru, agen

infeksius utama adalah Mycobakterium Tuberculosis. Bakteri dapat masuk melalui

saluran pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetspi psling

banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bekteri tersebut.

Tuberkulosis paru merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di negara-negara

berkembang.

B. Etiologi

Penyebab tuberkulosis paru adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /µm dan tebal 0,3-0,6 /µm sebagian besar

kuman terdiri dari asam lemak (lipid).

Sifat-sifat kuman:

1. Tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan fisik dan kimia karena

adanya lipid.

2. Bersifat aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman menyenangi jaringan yang tinggi

kandungan oksigennya.

3. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.

4. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yaitu dalam sitoplasma

makrofag.

C. Manifestasi Klinis

1. Demam

Biasanya sub febril menyerupai demam influenza, kadang-kadang panas badan dapat

mencapai 40-41ºC, penderita merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam

influenza, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh dan berat ringannya

infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

2. Batuk

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk

kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif,

keadaan lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh

darah yang pecah.

3. Sesak nafas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian paru-paru.

Page 6: LP-HIV AIDS DNG TB

4. Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga

menimbulkan pleuritis.

5. Maleise

Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak nafsu makan, badan makin

kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah

Terdapat peningkatan laju endap darah, peningkatan jumlah leukosit, jumlah

limfosit di bawah normal.

b. Sputum

Pada pemeriksaan ini akan ditemukan kuman BTA, kriteria sputum BTA positif

adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu

sediaan.

c. Tes Tuberkulin

Biasanya dipakai cara Mantoux yaitu dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin

P.P.D (purified protein derivative) intrakutan berkekuatan 5. T.U (intermediate

strength), setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa

indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yaitu reaksi persenyawaan

antara antibodi selular dan antigen tuberkulin.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada apeks (puncak) paru, bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas,

didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang bronkial, suara

nafas tambahan berupa ronkhi basah kasar dan nyaring. Pada tuberkulosis paru

yang yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi

otot-otot interkostal. Bila jaringan fibrotik amat luas, lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru-paru,

meningkatnya tekanan arteri pulmonalis mengakibatkan cor pulmonal dengan

gagal jantung kanan seperti: takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lift,

right atrial gallop, Graham-Steel murmur.

Page 7: LP-HIV AIDS DNG TB

E. Penatalaksanaan

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah

kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman

terhadap OAT.

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1) Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi

secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

3. Jenis, sifat dan dosis OAT

Page 8: LP-HIV AIDS DNG TB

4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

a. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

di Indonesia:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

b. Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Kategori Anak: 2HRZ/4HR

c. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat

kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan

dalam bentuk OAT kombipak.

d. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.

Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu

paket untuk satu pasien.

e. Paket Kombipak.

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,

Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi

pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan

pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

f. KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping.

2)  Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.

3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

F. Komplikasi

1. Hepatitis karena efek terapi obat-obatan

2. TB miliaris

3. Dermatitis

4. Gangguan GI

5. Hiperurisemia, Neuritis optika

Page 9: LP-HIV AIDS DNG TB

G. Pathway

(terlampir)

H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Diare

2. Resiko Kekurangan Volume Cairan

3. Resiko kerusakan Integritas Kulit

4. Hipertermi

5. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

6. Pola Nafas Tidak Efektif

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

I. Rencana Keperawatan

(terlampir)

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A., H., dan Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis Dan NANDA. MediAction: Yogyakarta.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Page 10: LP-HIV AIDS DNG TB

Lampiran 2

Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Nutritional Status : food and Fluid IntakeKriteria Hasil :

  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

  Tidak ada tanda tanda malnutrisi  Tidak terjadi penurunan berat badan yang

berarti

Nutrition Management  Kaji adanya alergi makanan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C  Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan

ahli gizi) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkanNutrition Monitoring  Monitor adanya penurunan berat badan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan  Monitor lingkungan selama makan  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi  Monitor turgor kulit  Monitor mual dan muntah  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht  Monitor makanan kesukaan  Monitor pertumbuhan dan perkembangan  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva  Monitor kalori dan intake nuntrisi

2 Hipertermia ThermoregulationKriteria Hasil :

Fever treatment  Monitor suhu sesering mungkin

Page 11: LP-HIV AIDS DNG TB

Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal

 Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal  Tidak ada perubahan warna kulit dan

tidak ada pusing, merasa nyaman

  Monitor IWL  Monitor warna dan suhu kulit  Monitor tekanan darah, nadi dan RR  Monitor penurunan tingkat kesadaran  Monitor WBC, Hb, dan Hct  Monitor intake dan output  Berikan anti piretik Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam  Selimuti pasien  Lakukan tapid sponge  Berikan cairan intravena  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila  Tingkatkan sirkulasi udara  Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

3 Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Respiratory status : VentilationRespiratory status : Airway patencyVital sign Status

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan

suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Airway Management     Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust     Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi     Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan      Lakukan fisioterapi dada jika perlu    Keluarkan sekret dengan batuk atau suction    Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan    Berikan bronkodilator bila perlu    Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab    Monitor respirasi dan status O2Terapi Oksigen  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea  Pertahankan jalan nafas yang paten  Atur peralatan oksigenasi  Monitor aliran oksigen  Pertahankan posisi pasien  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Page 12: LP-HIV AIDS DNG TB

Vital sign Monitoring  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas  Monitor kualitas dari nadi  Monitor frekuensi dan irama pernapasan,  suara paru  Monitor pola pernapasan abnormal  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

4 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Respiratory status : VentilationRespiratory status : Airway patencyAspiration ControlKriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan

suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Airway Management     Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust

bila perlu     Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi     Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan       Lakukan fisioterapi dada jika perlu     Keluarkan sekret dengan batuk atau suction     Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan     Lakukan suction pada mayo     Berikan bronkodilator bila perlu     Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab     Monitor respirasi dan status O2

5 Diare

Definisi : feses yang tidak berbentuk

Bowel elimination Fluid Balance HydrationElectrolyte and Acid base BalanceKriteria Hasil :  Feses berbentuk, BAB sehari sekali- tiga

hari  Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi  Tidak mengalami diare

Diarhea Management  Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal  Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare  Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, jumlah,

frekuenai dan konsistensi dari feses  Evaluasi intake makanan yang masuk  Identifikasi factor penyebab dari diare  Monitor tanda dan gejala diare  Observasi turgor kulit secara rutin

Page 13: LP-HIV AIDS DNG TB

  Menjelaskan penyebab diare dan rasional tendakan

  Mempertahankan turgor kulit

  Ukur diare/keluaran BAB  Hubungi dokter jika ada kenanikan bising usus  Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein

dan tinggi kalori jika memungkinkan  Instruksikan untuk menghindari laksative  Ajarkan tehnik menurunkan stress  Monitor persiapan makanan yang aman

6 Kerusakan intergritas kulit

Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis

Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil :  Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

  Tidak ada luka/lesi pada kulit  Perfusi jaringan baik  Menunjukkan pemahaman dalam proses

perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

  Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

Pressure Management  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar  Hindari kerutan padaa tempat tidur  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali  Monitor kulit akan adanya kemerahan   Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan   Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien  Monitor status nutrisi pasien  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

7 Defisit Volume Cairan

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Fluid balanceHydrationNutritional Status : Food and Fluid IntakeKriteria Hasil :  Mempertahankan urine output sesuai

dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal

  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran

Fluid management    Timbang popok/pembalut jika diperlukan     Pertahankan catatan intake dan output yang akurat   Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan   Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,

Hmt , osmolalitas urin)   Monitor vital sign   Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori

harian   Kolaborasi pemberian cairan IV

Page 14: LP-HIV AIDS DNG TB

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

   Monitor status nutrisi   Berikan cairan   Berikan diuretik sesuai interuksi   Berikan cairan IV pada suhu ruangan    Dorong masukan oral   Berikan penggantian nesogatrik sesuai output   Dorong keluarga untuk membantu pasien makan   Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )   Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk    Atur kemungkinan tranfusi   Persiapan untuk tranfusi

Page 15: LP-HIV AIDS DNG TB