LP. HIV
-
Upload
tities2006 -
Category
Documents
-
view
1.585 -
download
12
Transcript of LP. HIV
LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa : IGAA Sherlyna P.
NIM : 0610720014
Masalah Utama : HIV
1. Definisi
AIDS adalah penyakit yang tadinya tidak berbahaya, akan menjadi sangat berbahaya
untuk orang tersebut. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah. Ketika
individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat
dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh
virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia inilah yang disebut dengan AIDS (Acquired
Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan
tubuh individu akibat HIV.
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa
adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut
seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya.
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit
ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dengan perantaraan darah, sperma atau cairan vagina, masuk ke dalam aliran
pembuluh darah. Kemudian HIV merusak sistem kekebalan tubuh individu. Setelah beberapa
tahun jumlah HIV semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu
melawan bibit penyakit yang masuk.
2. Etiologi
Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
AIDS disebabkan agent virus HIV yang masuk melalui darah dan semua cairan tubuh
( semen, ludah, sekret vagina, urine, ASI dan air mata ). Virus ini masuk kedalam pembuluh
darah kemudian menyerang sel darah putih jenis Lymphosit tepatnya sel T helper CD 4.
penularan HIV / AIDS dapat terjadi melalui cara sebagai berikut :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Partner seks dari penderita HIV/AIDS.
3. Penerima darah atau produk darah (transfusi) yang tercemar HIV.
4. Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan
luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah
dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara tersebut dapat menularkan HIV karena
terjadi kontak darah.
5. Ibu positif HIV kepada bayi yang dikandungnya. Cara penularan ini dapat terjadi
saat:
a. Antenatal, yaitu melalui plasenta selama bayi dalam kandungan.
b. Intranatal, yaitu saat proses persalinan, dimana bayi terpapar oleh darah ibu atau
cairan vagina
c. Postnatal, yaitu melalui air susu ibu.
3. Insiden
Di Indonesia, jumlah pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS yang dilaporkan 1 Januari
s.d. 30 September 2007 adalah 674 HIV dan 2190 AIDS. Kasus HIV/AIDS di Malang
tercatat 412 penderita. Jumlah penderita HIV di Kota Malang selama dua bulan terakhir
bertambah 14 orang lagi, sehingga total dalam lima tahun terakhir mencapai 360 orang.
Sedangkan penderita se Malang Raya yang meliputi Kab Malang ( 46 orang), Kota Malang
(360 orang) dan kota Batu (12). Semuanya mencapai 412 orang (Hr. Suara Pembaruan
21/3/06).
4. Klasifikasi
Stadium 1 : Periode Jendela
HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV dalam darah
Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
Test HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus ini
Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 1-6 bulan.
Stadium 2 : HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
HIV berkembang biak dalam tubuh
Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibodi
terhadap HIV
Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-
rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek).
Stadium 3 : HIV Positif (muncul gejala)
Sistem kekebalan tubuh semakin turun
Mulai muncul gejala infeksi opportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di
seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
Stadium 4 : AIDS
Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
Berbagai penyakit lain (infeksi opportunistik) semakin parah
Wasting (kehilangan berat badan secara drastis)
Diare kronis.
5. Manifestasi Klinis
Manifetasi klinis yang muncul sesuai dengan tahap-tahap perkembangan virus HIV.
Gejala ini, sesuai dengan menurunnya tingkat CD4 di peredaran darah perifer dan Makin
melemahnya tingkat imunitas tubuh. Penyakit di timbulkan akan lebih sulit diatasi jika
sebelumnya penderita tersebut dan diperparah oleh HIV.
Stadium perkembangan virus ada 5 fase yaitu:
1. Periode jendela
Berlangsung selama 4 minggu-6 bulan setelah infeksi, tidak terdapat gejala, hasil rapid
test (-).
2. Fase infeksi primer akut
Berlangsung selama 1-2 minggu dengan gejala seperti flu. Hasil rapod test (-).
3. Infeksi Asimptomatik
Berlangsung selama 1-15 tahun/ lebih dengan tidak ada gejala. Hasil rapid test (+).
4. Supresi Imun simptomatik
Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB turun, diare, neuropati,
lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. Periode AIDS
Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama ditegakkan.Sedangkan
dari kriteria mayor dan minor, manifestasi HIV adalah sebagai berikut:
Gejala mayor :
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan.
Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
Demensia/ensefalopati HIV.
Gejala minor:
Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
Dermatitis generalisata yang gatal.
Herpes Zoster multisegmental dan atau berulang.
Kandidiasis orofaringeal.
Herpes simpleks kronis progresif.
Limfadenopati generalisata.
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
Tanda dan Gejala menurut WHO :
Stadium Klinis I :
1. Asimtomatik (tanpa gejala)
2. Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe seluruh tubuh)
3. Skala Penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal.
Stadium Klinis II :
1. Berat badan berkurang < 10%
2. Manifestasi mukokutaneus ringan (kelainan selaput lendir dan kulit) : gatal-gatal, jamur,
sariawan pada sudut mulut
3. Herpes zoster
4. Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang
5. Skala Penampilan 2 : simtomatik, aktivitas normal.
Stadium Klinis III :
1. Berat badan turun > 10%
2. Diare berkepanjangan > 1 bulan
3. Jamur pada mulut
4. TB Paru
5. Infeksi bakterial berat
6. Skala Penampilan 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring
Stadium Klinis IV :
1. Kelemahan
2. Jamur pada mulut dan kerongkonga
3. Radang paru-paru (PCP), TB Ekstra Paru
4. Radang saluran pencernaan (Diare kriptosporidiosis > 1 bulan)
5. Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)
6. Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)
7. Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1 bulan terakhir.
6. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV).
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi,
dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
a. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi opportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP
dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
b. Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat
menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita
AIDS.
c. Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
d. Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ
lain diluar paru.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies, dan dekubitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan
sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Serologis
Rapid test dengan menggunakan reagen SD HIV, Determent, dan Oncoprobe.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan pengamatan visual. Klien dinyatakan positif
HIV apabila hasil dari ketiga tes tersebut reaktif. Tes ini paling sering digunakan
karena paling efektif dan efisien waktu.
ELISA
The Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) mengidentifikasi antibodi yang
secara spesifik ditunjukkan kepada virus HIV. Tes ELISA tidak menegakkan
diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih menunjukkan seseorang pernah terinfeksi oleh
HIV. Orang yang darahnya mengandung antibodi untuk HIV disebut dengan orang
yang seropositif.
Western blot
Digunakan untuk memastikan seropositivitas seperti yang teridentifikasi lewat
ELISA.
PCR (Polymerase Chain Reaction)
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler. P24 ( Protein Pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi.
2. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun:
Limfosit
Penurunan limfosit plasma <1200.
Leukosit
Hasil yang didapatkan bisa normal atau menurun.
CD4 menurun <200
Rasio CD4/CD8
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( CD8 ke CD4 ) mengindikasikan supresi imun.
Albumin
8. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh
individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan.
Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi
dengan pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang digunakan adalah
untuk menahan penyebaran HIV dalam tubuh tetapi tidak menghilangkan HIV dari dalam
tubuh.
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah
antiretroviral dan infeksi oportunistik.
a. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna
menghambat perkembang-biakan virus. Obat-obat antiretrovirus yang diunakan
adalah:
1) Golongan obat anti-HIV pertama adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitor
atau NRTI, juga disebut analog nukleosida. Obat golongan ini menghambat bahan
genetik HIV dipakai untuk membuat DNA dari RNA. Obat dalam golongan ini
yang disetujui di AS dan masih dibuat adalah:
3TC (lamivudine)
Abacavir (ABC)
AZT (ZDV, zidovudine)
d4T (stavudine)
ddI (didanosine)
Emtricitabine (FTC)
Tenofovir (TDF; analog nukleotida)
2) Golongan obat lain menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup HIV,
tetapi dengan cara lain. Obat ini disebut non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitor atau NNRTI. Empat NNRTI disetujui di AS:
Delavirdine (DLV)
Efavirenz (EFV)
Etravirine (ETV)
Nevirapine (NVP)
3) Golongan ketiga ARV adalah protease inhibitor (PI). Obat golongan ini
menghambat langkah kesepuluh, yaitu virus baru dipotong menjadi potongan
khusus. Sembilan PI disetujui dan masih dibuat di AS:
Atazanavir (ATV)
Darunavir (DRV)
Fosamprenavir (FPV)
Indinavir (IDV)
Lopinavir (LPV)
Nelfinavir (NFV)
Ritonavir (RTV)
Saquinavir (SQV)
4) Golongan ARV keempat adalah entry inhibitor. Obat golongan ini mencegah
pemasukan HIV ke dalam sel dengan menghambat langkah kedua dari siklus
hidupnya. Dua obat golongan ini sudah disetujui di AS:
Enfuvirtide (T-20)
Maraviroc (MVC)
5) Golongan ARV terbaru adalah integrase inhibitor (INI). Obat golongan ini mencegah
pemaduan kode genetik HIV dengan kode genetik sel dengan menghambat langkah
kelima dari siklus hidupnya. Obat INI pertama adalah:
Raltegravir (RGV)
b. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang mungkin
didapat karena sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau lemah. Sedangkan obat yang
bersifat infeksi oportunistik adalah Aerosol Pentamidine, Ganciclovir, Foscamet.
9. Faktor Resiko
Dari 49 kasus yang faktor resikonya diketahui, sebanyak 90% penularan melalui
hubungan seksual, yaitu homoseksual 16% dan heteroseksual 74%, sisanya dari transfusi
darah dan jarum suntik. Dari50 kasus yang diketahui pekerjaannya 38% WTS, 20% pekerja
swasta, 12% PNS, 10% tenaga kerja luar negri 6% mahasiswa, 16% lain –lain.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
3. Orang yang ketagian obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
10. Pohon Masalah
Terlampir
11. Pencegahan
Untuk mencegah penularan HIV/AIDS, dapat diingat menggunakan ABCDE, yang terdiri dari:
1. Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan (abstinansia).
2. Be faithful, yaitu tetap setia pada pasangannya, untuk yang sudah menikah.
3. Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual (melindungi diri).
4. Don't do drugs, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali.
5. Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang beresiko membuat luka dan digunakan
secara bergantian (bersamaan), misalnya jarum suntik, pisau cukur, dll.
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.
1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan
perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang
interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan
atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir
atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan,
batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
II. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
III. Intervensi Keperawatan
DX 1
Tujuan : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya
Kriteria Hasil : tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital
dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan
invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
tindakan.
3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar
terhadap lingkungan yang patogen.
4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai
order.
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman
patogen yang diperoleh di rumah sakit.
Mencegah bertambahnya infeksi
Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
DX 2
Tujuan : Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions
Kriteria Hasil : kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain
seperti TBC.
Intervensi Rasional
1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya
metode mencegah transmisi HIV dan
kuman patogen lainnya.
2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution
bial merawat pasien. Gunakan masker bila
perlu.
Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
informasikan ini
Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
DX 3
Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan
Kriteria Hasil : bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
Intervensi Rasional
1. Monitor respon fisiologis terhadap
aktivitas
2. Berikan bantuan perawatan yang pasien
sendiri tidak mampu
3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga
tidak mengganggu isitirahat.
Respon bervariasi dari hari ke hari
Mengurangi kebutuhan energi
Ekstra istirahat perlu jika karena
meningkatkan kebutuhan metabolik
DX 4
Tujuan : Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya
Kriteria Hasil mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein
dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
Intervensi Rasional
1. Monitor kemampuan mengunyah dan
menelan.
2. Monitor BB, intake dan ouput
3. Atur antiemetik sesuai order
4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang
penting lainnya.
Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
tenggorokan dan mulut
Menentukan data dasar
Mengurangi muntah
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
keinginan pasien
DX 5
Tujuan : Pasien merasa nyaman dan mengnontrol direnya
Kriteria Hasil diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak
dan warna normal, kram perut hilang,
Intervensi Rasional
1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan
adanya darah.
2. Auskultasi bunyi usus
3. Atur agen antimotilitas dan psilium
(Metamucil) sesuai order
4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau
zinc oside
Mendeteksi adanya darah dalam feses
Hipermotiliti mumnya dengan diare
Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
emperburuk perforasi pada intestinal
Untuk menghilangkan distensi
Dx 6
Tujuan : Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap
perubahan akan kebutuhannya
Kriteria Hasil: pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
Intervensi Rasional
1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein
dan perawatannya
2. Biarkan keluarga mengungkapkana
perasaan secara verbal
3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit
dan transmisinya.
Memulai suatu hubungan dalam bekerja
secara konstruktif dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka
berbicara secara bebas
Menghilangkan kecemasan tentang transmisi
melalui kontak sederhana
Daftar Pustaka
Carpenito.2000.Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta:EGC.
Doenges at al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta:EGC
Price & Wilson. 1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta:EGC
Komisi Penanggulangan AIDS Banyumas. 2008. Info Dasar HIV. http://www.
http://nursingcorner.com . Diakses tanggal 5 Februari 2011
Ishmayana, Safri. 2005. Adakah Obat HIV?AIDS saat ini?.
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita Diakses tanggal 5 Februari 2011
Wikipedia. 2009. AIDS. http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS. Diakses tanggal 5 Februari 2011