LP. HIV

21
LAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : IGAA Sherlyna P. NIM : 0610720014 Masalah Utama : HIV 1. Definisi AIDS adalah penyakit yang tadinya tidak berbahaya, akan menjadi sangat berbahaya untuk orang tersebut. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia inilah yang disebut dengan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV. AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya. Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Transcript of LP. HIV

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : IGAA Sherlyna P.

NIM : 0610720014

Masalah Utama : HIV

1. Definisi

AIDS adalah penyakit yang tadinya tidak berbahaya, akan menjadi sangat berbahaya

untuk orang tersebut. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah. Ketika

individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat

dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh

virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia inilah yang disebut dengan AIDS (Acquired

Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan

tubuh individu akibat HIV.

AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa

adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut

seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan

sebagainya.

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu

virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan

menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun

penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit

ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dengan perantaraan darah, sperma atau cairan vagina, masuk ke dalam aliran

pembuluh darah. Kemudian HIV merusak sistem kekebalan tubuh individu. Setelah beberapa

tahun jumlah HIV semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu

melawan bibit penyakit yang masuk.

2. Etiologi

Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus

(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.

Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2

dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk

memudahkan keduanya disebut HIV.

AIDS disebabkan agent virus HIV yang masuk melalui darah dan semua cairan tubuh

( semen, ludah, sekret vagina, urine, ASI dan air mata ). Virus ini masuk kedalam pembuluh

darah kemudian menyerang sel darah putih jenis Lymphosit tepatnya sel T helper CD 4.

penularan HIV / AIDS dapat terjadi melalui cara sebagai berikut :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. Partner seks dari penderita HIV/AIDS.

3. Penerima darah atau produk darah (transfusi) yang tercemar HIV.

4. Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan

luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah

dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara tersebut dapat menularkan HIV karena

terjadi kontak darah.

5. Ibu positif HIV kepada bayi yang dikandungnya. Cara penularan ini dapat terjadi

saat:

a. Antenatal, yaitu melalui plasenta selama bayi dalam kandungan.

b. Intranatal, yaitu saat proses persalinan, dimana bayi terpapar oleh darah ibu atau

cairan vagina

c. Postnatal, yaitu melalui air susu ibu.

3. Insiden

Di Indonesia, jumlah pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS yang dilaporkan 1 Januari

s.d. 30 September 2007 adalah 674 HIV dan 2190 AIDS. Kasus HIV/AIDS di Malang

tercatat 412 penderita. Jumlah penderita HIV di Kota Malang selama dua bulan terakhir

bertambah 14 orang lagi, sehingga total dalam lima tahun terakhir mencapai 360 orang.

Sedangkan penderita se Malang Raya yang meliputi Kab Malang ( 46 orang), Kota Malang

(360 orang) dan kota Batu (12). Semuanya mencapai 412 orang (Hr. Suara Pembaruan

21/3/06).

4. Klasifikasi

Stadium 1 : Periode Jendela

HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV dalam darah

Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

Test HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus ini

Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 1-6 bulan.

Stadium 2 : HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:

HIV berkembang biak dalam tubuh

Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibodi

terhadap HIV

Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-

rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek).

Stadium 3 : HIV Positif (muncul gejala)

Sistem kekebalan tubuh semakin turun

Mulai muncul gejala infeksi opportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di

seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll

Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya

Stadium 4 : AIDS

Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

Berbagai penyakit lain (infeksi opportunistik) semakin parah

Wasting (kehilangan berat badan secara drastis)

Diare kronis.

5. Manifestasi Klinis

Manifetasi klinis yang muncul sesuai dengan tahap-tahap perkembangan virus HIV.

Gejala ini, sesuai dengan menurunnya tingkat CD4 di peredaran darah perifer dan Makin

melemahnya tingkat imunitas tubuh. Penyakit di timbulkan akan lebih sulit diatasi jika

sebelumnya penderita tersebut dan diperparah oleh HIV.

Stadium perkembangan virus ada 5 fase yaitu:

1. Periode jendela

Berlangsung selama 4 minggu-6 bulan setelah infeksi, tidak terdapat gejala, hasil rapid

test (-).

2. Fase infeksi primer akut

Berlangsung selama 1-2 minggu dengan gejala seperti flu. Hasil rapod test (-).

3. Infeksi Asimptomatik

Berlangsung selama 1-15 tahun/ lebih dengan tidak ada gejala. Hasil rapid test (+).

4. Supresi Imun simptomatik

Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB turun, diare, neuropati,

lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5. Periode AIDS

Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama ditegakkan.Sedangkan

dari kriteria mayor dan minor, manifestasi HIV adalah sebagai berikut:

Gejala mayor :

Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.

Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.

Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan.

Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.

Demensia/ensefalopati HIV.

Gejala minor:

Batuk menetap lebih dari 1 bulan.

Dermatitis generalisata yang gatal.

Herpes Zoster multisegmental dan atau berulang.

Kandidiasis orofaringeal.

Herpes simpleks kronis progresif.

Limfadenopati generalisata.

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

Tanda dan Gejala menurut WHO :

Stadium Klinis I :

1. Asimtomatik (tanpa gejala)

2. Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe seluruh tubuh)

3. Skala Penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal.

Stadium Klinis II :

1. Berat badan berkurang < 10%

2. Manifestasi mukokutaneus ringan (kelainan selaput lendir dan kulit) : gatal-gatal, jamur,

sariawan pada sudut mulut

3. Herpes zoster

4. Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang

5. Skala Penampilan 2 : simtomatik, aktivitas normal.

Stadium Klinis III :

1. Berat badan turun > 10%

2. Diare berkepanjangan > 1 bulan

3. Jamur pada mulut

4. TB Paru

5. Infeksi bakterial berat

6. Skala Penampilan 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring

Stadium Klinis IV :

1. Kelemahan

2. Jamur pada mulut dan kerongkonga

3. Radang paru-paru (PCP), TB Ekstra Paru

4. Radang saluran pencernaan (Diare kriptosporidiosis > 1 bulan)

5. Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)

6. Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)

7. Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1 bulan terakhir.

6. Komplikasi

1. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human

Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,

keletihan dan cacat.

2. Neurologik

a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus

(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,

kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.

b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan

elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,

total / parsial.

c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik

endokarditis.

d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus

(HIV).

3. Gastrointestinal

a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan

sarcoma   kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi,

dan dehidrasi.

b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma kaposi, obat illegal, alkoholik.

Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai

akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.

4. Respirasi

a. Pneumonia Pneumocystis (PCP)

Pada umumnya 85% infeksi opportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP

dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.

b. Cytomegalo Virus (CMV)

Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat

menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita

AIDS.

c. Mycobacterium Avilum

Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.

d. Mycobacterium Tuberculosis

Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ

lain diluar paru.

5. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi

otot, lesi scabies, dan dekubitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan

sepsis.

6. Sensorik

Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek

nyeri.

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes Serologis

Rapid test dengan menggunakan reagen SD HIV, Determent, dan Oncoprobe.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan pengamatan visual. Klien dinyatakan positif

HIV apabila hasil dari ketiga tes tersebut reaktif. Tes ini paling sering digunakan

karena paling efektif dan efisien waktu.

ELISA

The Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) mengidentifikasi antibodi yang

secara spesifik ditunjukkan kepada virus HIV. Tes ELISA tidak menegakkan

diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih menunjukkan seseorang pernah terinfeksi oleh

HIV. Orang yang darahnya mengandung antibodi untuk HIV disebut dengan orang

yang seropositif.

Western blot

Digunakan untuk memastikan seropositivitas seperti yang teridentifikasi lewat

ELISA.

PCR (Polymerase Chain Reaction)

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler. P24 ( Protein Pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi.

2. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun:

Limfosit

Penurunan limfosit plasma <1200.

Leukosit

Hasil yang didapatkan bisa normal atau menurun.

CD4 menurun <200

Rasio CD4/CD8

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( CD8 ke CD4 ) mengindikasikan supresi imun.

Albumin

8. Penatalaksanaan

Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh

individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan.

Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi

dengan pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang digunakan adalah

untuk menahan penyebaran HIV dalam tubuh tetapi tidak menghilangkan HIV dari dalam

tubuh.

Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah

antiretroviral dan infeksi oportunistik.

a. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna

menghambat perkembang-biakan virus. Obat-obat antiretrovirus yang diunakan

adalah:

1) Golongan obat anti-HIV pertama adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitor

atau NRTI, juga disebut analog nukleosida. Obat golongan ini menghambat bahan

genetik HIV dipakai untuk membuat DNA dari RNA. Obat dalam golongan ini

yang disetujui di AS dan masih dibuat adalah:

3TC (lamivudine)

Abacavir (ABC)

AZT (ZDV, zidovudine)

d4T (stavudine)

ddI (didanosine)

Emtricitabine (FTC)

Tenofovir (TDF; analog nukleotida)

2) Golongan obat lain menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup HIV,

tetapi dengan cara lain. Obat ini disebut non-nucleoside reverse transcriptase

inhibitor atau NNRTI. Empat NNRTI disetujui di AS:

Delavirdine (DLV)

Efavirenz (EFV)

Etravirine (ETV)

Nevirapine (NVP)

3) Golongan ketiga ARV adalah protease inhibitor (PI). Obat golongan ini

menghambat langkah kesepuluh, yaitu virus baru dipotong menjadi potongan

khusus. Sembilan PI disetujui dan masih dibuat di AS:

Atazanavir (ATV)

Darunavir (DRV)

Fosamprenavir (FPV)

Indinavir (IDV)

Lopinavir (LPV)

Nelfinavir (NFV)

Ritonavir (RTV)

Saquinavir (SQV)

4) Golongan ARV keempat adalah entry inhibitor. Obat golongan ini mencegah

pemasukan HIV ke dalam sel dengan menghambat langkah kedua dari siklus

hidupnya. Dua obat golongan ini sudah disetujui di AS:

Enfuvirtide (T-20)

Maraviroc (MVC)

5) Golongan ARV terbaru adalah integrase inhibitor (INI). Obat golongan ini mencegah

pemaduan kode genetik HIV dengan kode genetik sel dengan menghambat langkah

kelima dari siklus hidupnya. Obat INI pertama adalah:

Raltegravir (RGV)

b. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang mungkin

didapat karena sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau lemah. Sedangkan obat yang

bersifat infeksi oportunistik adalah Aerosol Pentamidine, Ganciclovir, Foscamet.

9. Faktor Resiko

Dari 49 kasus yang faktor resikonya diketahui, sebanyak 90% penularan melalui

hubungan seksual, yaitu homoseksual 16% dan heteroseksual 74%, sisanya dari transfusi

darah dan jarum suntik. Dari50 kasus yang diketahui pekerjaannya 38% WTS, 20% pekerja

swasta, 12% PNS, 10% tenaga kerja luar negri 6% mahasiswa, 16% lain –lain.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang

termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

3. Orang yang ketagian obat intravena

4. Partner seks dari penderita AIDS

5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

10. Pohon Masalah

Terlampir

11. Pencegahan

Untuk mencegah penularan HIV/AIDS, dapat diingat menggunakan ABCDE, yang terdiri dari:

1. Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan (abstinansia).

2. Be faithful, yaitu tetap setia pada pasangannya, untuk yang sudah menikah.

3. Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual (melindungi diri).

4. Don't do drugs, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali.

5. Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang beresiko membuat luka dan digunakan

secara bergantian (bersamaan), misalnya jarum suntik, pisau cukur, dll.

Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian.

1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.

2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.

3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari

berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan

perasaan takut, cemas, meringis.

5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang

interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan

atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir

atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.

7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku

kuduk, kejang, paraplegia.

8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan,

batuk produktif atau non produktif.

11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,

inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

12. Gu : lesi atau eksudat pada genital

13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

II. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang

beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi

nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,

kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,

meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang

dicintai.

III. Intervensi Keperawatan

DX 1

Tujuan : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya

Kriteria Hasil : tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital

dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

Intervensi Rasional

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan

invasif. Cuci tangan sebelum meberikan

tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar

terhadap lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai

order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan dini

Mencegah pasien terpapar oleh kuman

patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

DX 2

Tujuan : Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions

Kriteria Hasil : kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain

seperti TBC.

Intervensi Rasional

1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya

metode mencegah transmisi HIV dan

kuman patogen lainnya.

2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution

bial merawat pasien. Gunakan masker bila

perlu.

Pasien dan keluarga mau dan memerlukan

informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain

DX 3

Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan

Kriteria Hasil : bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

Intervensi Rasional

1. Monitor respon fisiologis terhadap

aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien

sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga

tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena

meningkatkan kebutuhan metabolik

DX 4

Tujuan : Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan

metaboliknya

Kriteria Hasil mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein

dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.

Intervensi Rasional

1. Monitor kemampuan mengunyah dan

menelan.

2. Monitor BB, intake dan ouput

3. Atur antiemetik sesuai order

4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang

penting lainnya.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri

tenggorokan dan mulut

Menentukan data dasar

Mengurangi muntah

Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan

keinginan pasien

DX 5

Tujuan : Pasien merasa nyaman dan mengnontrol direnya

Kriteria Hasil diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak

dan warna normal, kram perut hilang,

Intervensi Rasional

1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan

adanya darah.

2. Auskultasi bunyi usus

3. Atur agen antimotilitas dan psilium

(Metamucil) sesuai order

4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau

zinc oside

Mendeteksi adanya darah dalam feses

Hipermotiliti mumnya dengan diare

Mengurangi motilitas usus, yang pelan,

emperburuk perforasi pada intestinal

Untuk menghilangkan distensi

Dx 6

Tujuan : Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap

perubahan akan kebutuhannya

Kriteria Hasil: pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif

Intervensi Rasional

1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein

dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana

perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit

dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja

secara konstruktif dengan keluarga.

Mereka tak menyadari bahwa mereka

berbicara secara bebas

Menghilangkan kecemasan tentang transmisi

melalui kontak sederhana

Daftar Pustaka

Carpenito.2000.Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta:EGC.

Doenges at al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta:EGC

Price & Wilson. 1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta:EGC

Komisi Penanggulangan AIDS Banyumas. 2008. Info Dasar HIV. http://www.

http://nursingcorner.com . Diakses tanggal 5 Februari 2011

Ishmayana, Safri. 2005. Adakah Obat HIV?AIDS saat ini?.

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita Diakses tanggal 5 Februari 2011

Wikipedia. 2009. AIDS. http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS. Diakses tanggal 5 Februari 2011