Lp Hepatitis
Click here to load reader
-
Upload
annisah-ika-nurhayati -
Category
Documents
-
view
137 -
download
1
Transcript of Lp Hepatitis
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS
DI RUANG C3 ( Penyakit Dalam) RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
Disusun oleh :
Umar Akhsani
NIM. 1.1.10529
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2007
HEPATITIS
A. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Adapun berdasarkan
pada virus yang menyebabkan, hepatitis dibagi sebagai berikut:
1. Virus Hepatitis A (HAV)
2. Virus Hepatitis B (HBV)
3. Virus Hepatitis C (HCV)
4. Virus Hepatitis D (HDV)
5. Virus Hepatitis E (HEV)
Hepatitis menduduki peringkat ke- 3 menurut Center of Disease Control
USA setelah PHS dan cacar air. Karena meskipun mortalitas akibat penyakit
ini rendah namun dampak morbiditas dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan
sangat besar.
B. ETIOLOGI
1. Virus
Type A Type B Type C Type D Type EMetode transmisi
Fekal-oral melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B
Fekal-oral
Keparahan Tak ikterik dan asimto- matik
Parah Menyebar luas, dapat berkem-bang sampai kronis
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut
Sama dengan D
Sumber virus
Darah, feces,
Darah, saliva, semen,
Terutama melalui darah
Melalui darah Darah, feces,
2
saliva sekresi vagina
saliva
2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut.
C. KLASIFIKASI
1. Hepatitis A
HAV merupakan virus RNA berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
dalam feses pada akhir inkubasi dan fase preikterik. Masa inkubasi rata-
rata 28 hari masa efektif tertinggi pada minggu ke-2 sebelum ikterik.
Mula-mula kadar antibodi Ig M antu HAV meningkat dengan tajam
sehingga memudahkan mendiagnosa adanya HAV. Pasca masa akut,
antibodi Ig G anti HAV jadi dominan dan bertahan seterusnya. Keadaan
ini menunjukkan bahwa penderita pernah menderita infeksi HAV dimasa
lalu dan saat ini telah kebal. HAV terutama ditularkan melalui oral dan
makanan. Kasus dapat timbul secara sporadis, sedangkan epidemi dapat
timbul pada daerah dengan sanitasi yang buruk dan kontak sex.
2. Hepatitis B
HBV merupakan virus DNA ukuran 42 nm dengan ciri memiliki cincin
DNA sirkulasi yang tak lengkap dalam partikel pusat (HBcAg) yang
dikelilingi lapisan protein permukaan (HBsAg). Virus ini juga
mengandung antigen "e" (HBeAg). Sekitar 1-2 % hepatitis kronik HBsAg
yang menetap lebih 6 bulan disebut sebagai carier HBV. Carier HBV
adalah individu yang pemeriksaan HBsAg nya (+) sekurang-kurangnya 2x
pemeriksaan yang berjarak 6 bulan atau hasil tes HBsAg nya positif tetapi
IgM anti HBc negatif 1 spesimen tunggal. Antigen "e" merupakan bagian
HBV yang larut dan timbul bersamaan atau segera setelah HBsAg dan
menghilang beberapa minggu sebelum HBsAg menghilang. HBeAg yang
3
ditemukan pada infeksi akut menunjukkan adanya replikasi virus dan
pasien dalam keadaan sangat menular.
Penularan HBV melalui parenteral dan menembus membran mukosa
terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata 120 hari.
HBsAg ditemukan pada hampir semua cairan tubuh dari orang yang
terinfeksi (darah, semen, saliva, air mata, ascites ASI, urine dan feses).
3. Hepatitis non A non B
Terdapat 2 bentuk virus dari hepatitis tipe ini, yang satu dibawa oleh darah
dan yang lain ditularkan secara ikterik yaitu Hepatitis C (HCV) dan
hepatitis E (HEV). HCV merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak,
diameter 30-60 nm. HCV diduga ditularkan melalui enteral dan mungkin
seksual. Masa inkuibasi dari virus ini 15-160 hari, 90-95 % diakibatkan
oleh transfusi darah. 50% penderitanya akan menjadi kronis dan 20%nya
akan menjadi sirosis hepatis.
4. Hepatitis D
HDV merupakan virus RNA ukuran 35 nm. Virus ini membutuhkan
HBsAG sebagai lapisan luar partikel yang menular, sehingga penderita
yang positif terhadap HBsAg saja yang dapat tertular oleh HDV.
Penularan melalui serum dan menyerang orang yang punya kebiasaan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan penderita hemofilia. Masa
inkubasi sekitar 2 bulan.
HDV timbul dengan 3 keadaan klinis yaitu:
Koinfeksi dengan HBV
Supra infeksi carier HBV
Hepatitis fulminan
5. Hepatitis E
HEV adalah virus RNA kecil diameter 32-34 nm. Ditularkan melalui
fekal-oral dan menjadi epidemi di negara berkembang. Paling sering
4
menyerang orang dewasa muda. Pada wanita hamil didapatkan angka
mortalitas tinggi, masa inkubasi sekitar 6 minggu.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Masa tunas
HAV : 15-45 hari (rata-rata 28 hari)
HBV : 40-180 hari (rata-rata 120 hari)
HCV (Virus non A dan non B) : 15-160 hari (rata-rata 50 hari)
HDV : 60 hari
HEV : 42 hari
2. Fase Prodromal
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan
pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama
sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis
virus B.
3. Fase Ikterik
Berlangsung 4-6 minggu. Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna
pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit
dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan
baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa
seluruh badan, rasa lesu dan cepat lelah, Nyeri kwadran kanan atas,
Hepatomegali, splenomegali, SGOT, SGPT meningkat, ikterik (bilirubin
5-20 mg %).
4. Fase Konvalensi
Dimulai 1-2 minggu saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, berlangsung
2-6 minggu, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu
makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
5
tampak normal, HBsAg negatif, penderita mulai merasa segar kembali,
namun lemas dan cepat lelah.
E. PATOFISIOLOGI
Patways terlampir
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam
hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan
eksresi bilirubin.
6
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan
gatal-gatal pada ikterus.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
Urobilirubin direk, Bilirubun serum total, Bilirubin urine,
Urobilinogen urine,Urobilinogen feses.
b. Pemeriksaan protein
Protein totel serum, Albumin serum, Globulin serum, HBsAg
c. Waktu protombin
Respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT, ALT atau SGPT, LDH, Amonia serum.
2. Radiologi
Foto rontgen abdomen; Pemindahan hati dengan preparat technetium,
emas atau rose bengal yang berlabel radioaktif; Kolestogram dan
kalangiogram; Arteriografi pembuluh darah seliaka.
3. Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi, Biopsi hati.
G. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik.
7
PATHWAYS
Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin
Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan kapsula hati
Hepatomegali
Perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas
Gangguan suplay darah normal pada sel-sel hepar
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktulii empedu intrahepatik
Gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan protein
Gglikogenesis menurun
Glukoneogenesis menurun
Glikogen dalam hepar berkurang
Glikogenolisis menurun
Glukosa dalam darah berkurang
Cepat lelah Keletihan
Nyeri Anoreksia
Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan
Perubahan kenyamanan
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli empedu intrahepatik
Obstruksi Kerusakan konjugasi
Kerusakan sel eksresi Gangguan eksresi empedu
Retensi bilirubin
Regurgitasi pada duktuli empedu intra hepatik
Bilirubin direk meningkat
Ikterus Larut dalam airPeningkatan garam empedu dalam darah
Pruritus Perubaha kenyamanan
Eksresi ke dalam kemih
Billirubinuria dan kemih berwarna gelap
Bilirubin tidak sempura dikeluarkan melalui duktus hepatikus
Bilirubin direk meningkat
Ikterus
8
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas
Kelemahan, Kelelahan, Malaise
2. Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat ); Ikterik pada sklera kulit, membran
mukosa.
3. Eliminasi
Urine gelap, Diare feses warna tanah liat.
4. Makanan dan Cairan
Anoreksia, Berat badan menurun, Mual dan muntah, Peningkatan oedema,
Asites.
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, Cenderung tidur, Letargi, Asteriksis.
6. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia, Sakit
kepala, Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritema, Splenomegali,
Pembesaran nodus servikal posterior.
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
9
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
C. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal
nutrisi.
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal
dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan
10
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman,
oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang
nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
11
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan
nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung
efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi
c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
12
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan
yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk
kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan
yang dapat menimbulkan keletihan.
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan
(kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang
ujung syaraf
13
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih
banyak pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekuensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
14
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat
untuk menangani semua cairan tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau
spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan
tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah
yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum
dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus
hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan
yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan
materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai
transmisi infeksi
d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi
15
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono,
Edisi I, jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga,
Balai Penerbit FKUI, jakarta.
16