LP DSS ANAK

18
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE SYOK SYNDROM (DSS) A. DEFINISI Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer :2000). Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan.Dengue Syok Syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD). B. ETIOLOGI 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney)

description

DENGUE SYOK SYNDROM

Transcript of LP DSS ANAK

Page 1: LP DSS ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE SYOK SYNDROM (DSS)

A. DEFINISI

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan

adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian (Mansjoer :2000).

Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue disertai dengan

manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan.Dengue Syok Syndrome (DSS) adalah

sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam

Berdarah Dengue (DBD).

B. ETIOLOGI

1.    Virus dengueVirus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus

(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3 dan 4

keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari

yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini

berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam

kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster

Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990).

2.    Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk

aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain

merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan

menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000;

420).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus

dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti

merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan

Page 2: LP DSS ANAK

(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang

biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah

(Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang pohon di dalam

potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes

Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari

terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.(Soedarto, 1990).

3.    Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan

mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin

untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan

infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau

lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama

kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

(Soedarto, 1990).

C. KLASIFIKASI

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4

tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

1.    Derajat I

Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif.

2.    Derajat II

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala pendarahan spontan seperti

petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan

sebagainya.

3.    Derajat III

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan

cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80

mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.

Page 3: LP DSS ANAK

4.    Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > – 140 mmHg) anggota

gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D. PATOFISIOLOGI

Page 4: LP DSS ANAK

E. MANIFESTASI KLINIS

1.    DemamDemam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun

menuju suhu normal atau lebih rendah.Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-

gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia.Nyeri punggung, nyeri tulang dan

persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.(Soedarto, 1990).

2.    Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi

pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada

tempat fungsi vena, petekia dan purpura.(Soedarto, 1990).Perdarahan ringan hingga

sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.

(Nelson, 1993).Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang

hebat.(Ngastiyah, 1995).

3.    Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang

kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba

kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .(Soederta,

1995).

4.    Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai

dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,

jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam

maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.(Soedarto, 1995).

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dan

gejala lain adalah :

a. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

b. Asites.

c. Cairan dalam rongga pleura (kanan).

d. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

Page 5: LP DSS ANAK

Gejala klinik lain yaitu nyeri epigastrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi

dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995).

F.   PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.  Hasil laboratorium Trombosit menurun <100.000/ μ (pada hari sakit ke 3 – 7

Hematokrit meningkat 20% atau lebih

Albumin cenderung menurun

SGOT, SGPT sedikit meningkat

Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 – 40 mmHg, HCO3 menurun.

Dengue blatIgM positif IgG positif pada hari ke 6.

NS 1 positif

2.     Foto rontgen

Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) : Efusi Pleura

3.     USG

Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan :

Asites dan Efusi pleura

Hepatomegali

G.   PENATALAKSAAN MEDIS

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ;

203 – 206 adalah :

1.    Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”.

Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh

diberikan pada :

-       Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari.

-       Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari.

-       Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari.

-       Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.

Page 6: LP DSS ANAK

2.    Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10

kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama – sama di

berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya.

3.    Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak –

banyaknya dan sesering mungkin.

4.    Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus

diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang

diestimasikan sebagai berikut :

-       100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.

-       75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.

-       60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.

-       50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.

5.    Obat-obatan lain :

-       Antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain.

-       Antipiretik untuk anti panas.

-       Darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a.    Identitas : Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah ada yang

terkena DB)

b.   Riwayat Kesehatan

1)   Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah,

epistaksis, pendarahan gusi.

2)   Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk

rumah sakit) : kapan mulai panas?

3)   Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang

pernah diderita oleh pasien)

4)   Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang

pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic atau tidak)

5)   Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang?

Page 7: LP DSS ANAK

6)   Riwayat imunisasi

c.       Pemeriksaan Fisik

1)   Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan,

usia)

2)      Pemeriksaan per system

a)      System persepsi sensori :

-       Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak, cekung/normal

-       Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidak lembab/kering

b)      System persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing

c)      System pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung,

odem pulmo, krakles

d)     System kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba, kapilary

refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada

e)      System gastrointestinal :

-       Mulut : membrane mukosa lembab/kering, pendarahan gusi

-       Perut : turgor?, kembung/meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar

perut?

-       Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi,

darah, melena

f)       System integument : RL test (+)?, petekie, ekimosis, kulit kering/lembab,

pendarahan bekas tempat injeksi?

g)      System perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria

Gejala klinis didapatkan :

1. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi

perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah memar, trombositopeni dan

hemokonsentrasi.

2. Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat derajat I disertai perdarahan spontan

dibawah kulit seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari tempat lain.

Page 8: LP DSS ANAK

3. Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditambah dengan terdapat

kegagalan sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan

sembab atau gelisah.

4. Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan renjatan yang

berat ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak teraba.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue (viremia)

2. Kekurangan volume cairan b/d perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake in adekuat

4. Resiko syok hipovolemik b/d permeabilitas membran meningkat

5. Resiko cedera (perdarahan) b/d trombisitopenia

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1.    Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi Virus Dengue (Viremia)

Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan perawatan.

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37 °c, membran mukosa basah, nadi dalam batas

normal (80 – 100 x/mnt), Nyeri otot hilang.

Intervensi :

a. Berikan kompres (air biasa / kran).

Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat

mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau

menggigil.

b.    Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500 – 2000 cc/hari (sesuai

toleransi). Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c.    Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap

keringat pada klien.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat

dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d.   Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali

atau lebih sering.

Page 9: LP DSS ANAK

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan

elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

e.    Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat antipiretik sesuai

program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.

Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.

2.    Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Perpindahan Cairan Dari

Intravaskuler Ke Ekstravaskuler

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok hipovolemik.

Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal (TD 100/70 mmHg,

N: 80 – 120 x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral hangat, Capilarry refill < 3 detik,

Pulsasi kuat.

Intervensi :

a. Observasi vital sign tiap 3 jam / lebih sering. 

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

b. Observasi capillary Refill.

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ urine. 

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi). 

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah. 

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya

hipovolemic syok.

3.    Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Intake

In Adekuat

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi.

Page 10: LP DSS ANAK

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan, Nafsu

makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien, mual dan muntah

berkurang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. 

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.

 Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan.

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan). 

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering dan atau makan

diantara waktu makan. 

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan

juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene. 

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral.

f. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas. 

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

g. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan bagi proses

penyembuhan.

h.    Sajikan makanan dalam keadaan hangat.

i.      Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual.

j.      Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat.

k.    Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.

4.    Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan Permeabilitas Membran Meningkat

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.

Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal.

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien. 

Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi

perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok.

Page 11: LP DSS ANAK

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. 

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi

presyok / shock.

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi

perdarahan.

 Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat

segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.

 Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara

hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo. 

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan

untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

Page 12: LP DSS ANAK

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Salemba Medika :

Jakarta

Hockenberry, Wilson.2007. Wong’s Nursing Care Of Infants And Children Eighth Edition.

Mosby Elsevter : Canada.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI :

Media Aescullapius : Jakarta.

Nadesul, Handrawan.2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Kompas : Jakarta.

Soedarmo SSP,dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia :

Jakarta.

Soedarto.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga :Surabaya.

Sutaryo.2004. Dengue. Medika Fak.Kedokteran UGM : Yogyakarta.

Tatty ES.2004. Pengelolaan Syok Pada Demam Berdarah Dengue Anak Dalam

Sutaryo.Tatalaksana Syok Dan Perdarahan Pada Demam Berdarah Dengue. Medika FK

UGM : Yogyakarta.