LP DM

11
 DIABETES MELLITUS A. Pengertian Diabetes me llitus merupa kan sek elompok kelainan heterogen ya ng di tan dai ol eh ke nai ka n ka dar gl ukosa dalam da rah ata u hi pe rgli kemi a. (Smeltzer, Suzanne, dan Brenda, 2002). Di abetes Mell lit us adala h suatu kumpul an ge jal a ya ng timbul pada seseora ng yan g dis eba bka n ole h kar ena ada nya pening kat an kad ar gul a (glukosa) da rah akibat kekurangan insuli n ba ik absolut ma upun rel at i  (!jokronegoro, 2002). B. Klasifikasi "lasiikasi diabetes mellitus sebagai berikut # $. !i pe % # Dia betes mellit us ter gantu ng i nsulin (%DDM) 2. !i pe %% # Diab etes mellitus tidak terga ntung insuli n (&% DDM) '. Diabetes mellit us yang b erhub ungan denga n keada an atau sindrom l ainny a . Dia bet es melli tus gest asio nal (DM) C. Etiologi $. Di ab etes ti pe %# a. *aktor gen et ik  +enderita diabetes tidak mearisi diabetes tipe % itu sendiri- tetapi mearisi suatu pre dis pos isi atau keenderungan gen etik ke ara h terj adi nya DM tipe %. "ee nde run gan gen etik ini dit emu kan pad a indi/idu yang memiliki tipe antigen 1.  b. *aktor3aktor imunologi danya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi tera rah pada jari nga n nor mal tubuh dengan ara ber eaksi terh ada p jari nga n ter sebu t yang dia ngg apny a seolah3ol ah sebaga i  jaringan asing. 4aitu otoantibodi terhadap sel3sel pulau 1angerhans dan insulin endogen. $

description

ftt

Transcript of LP DM

BAB I

DIABETES MELLITUS

PengertianDiabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer, Suzanne, dan Brenda, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Tjokronegoro, 2002).

A. KlasifikasiKlasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

Etiologi1. Diabetes tipe I:a. Faktor genetikPenderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.b. Faktor-faktor imunologiAdanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.c. Faktor lingkunganVirus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.2. Diabetes Tipe IIMekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.Faktor-faktor resiko :a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)b. Obesitasc. Riwayat keluarga

B. Patofisiologi/Pathways

Defisiensi Insulin

glukagon penurunan pemakaian glukosa oleh sel glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN Osmotic Diuresis

Kekurangan volume cairan ketonemia Nitrogen urine Dehidrasi

Mual muntah pH Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi Kurang dari kebutuhan Asidosis Trombosis

KomaKematian Aterosklerosis

MikrovaskulerMakrovaskuler

Ggn Integritas KulitResiko InjuryGagal GinjalNefropatiGgn. PenglihatanRetinopati diabetikGinjalRetinaMiokard InfarkGangrenStrokeSerebralJantungEkstremitas

C. Tanda dan GejalaKeluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :1. Katarak2. Glaukoma3. Retinopati4. Gatal seluruh badan5. Pruritus Vulvae6. Infeksi bakteri kulit7. Infeksi jamur di kulit8. Dermatopati9. Neuropati perifer10. Neuropati viseral11. Amiotropi12. Ulkus Neurotropik13. Penyakit ginjal14. Penyakit pembuluh darah perifer15. Penyakit koroner16. Penyakit pembuluh darah otak17. Hipertensi

1

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.D. Pemeriksaan Penunjang1. Glukosa darah sewaktu2. Kadar glukosa darah puasa3. Tes toleransi glukosaKadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)Bukan DMBelum pasti DMDM

Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Darah kapilerKadar glukosa darah puasa Plasma vena Darah kapiler< 100126>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

E. PenatalaksanaanTujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :1. Diet2. Latihan3. Pemantauan4. Terapi (jika diperlukan)5. Pendidikan

Pengkajian Riwayat Kesehatan KeluargaAdakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan SebelumnyaBerapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. Aktivitas/ Istirahat :Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

SirkulasiAdakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah Integritas EgoStress, ansietas EliminasiPerubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare Makanan / CairanAnoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. NeurosensoriPusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. Nyeri / KenyamananAbdomen tegang, nyeri (sedang / berat) PernapasanBatuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) KeamananKulit kering, gatal, ulkus kulit.

Masalah Keperawatan1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan2. Kekurangan volume cairan 3. Gangguan integritas kulit4. Resiko terjadi injury

Intervensi1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak. Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhiKriteria Hasil : Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanyaIntervensi : Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhiKriteria Hasil :Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi : Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Pantau masukan dan pengeluaran Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer). Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.Kriteria Hasil :Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksiIntervensi : Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut. Kaji tanda vital Kaji adanya nyeri Lakukan perawatan luka Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatanTujuan : pasien tidak mengalami injuryKriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injuryIntervensi : Hindarkan lantai yang licin. Gunakan bed yang rendah. Orientasikan klien dengan ruangan. Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.Tjokronegoro, Arjatmo. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002