Lp Combustio

9
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN COMBUSTIO EC. TRAUMA ELEKTRIK A. PENDAHULUAN Definisi Trauma Elektrik adalah trauma yang diakibatkan oleh sengatan arus listrik. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Etiologi 1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) a. Gas b. Cairan c. Bahan padat (Solid) 2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) Fase Luka Bakar A. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat 1

Transcript of Lp Combustio

Page 1: Lp Combustio

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN COMBUSTIO EC. TRAUMA ELEKTRIK

A. PENDAHULUAN

DefinisiTrauma Elektrik adalah trauma yang diakibatkan oleh sengatan arus listrik.

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan

kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna

Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

Etiologi

1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)

a. Gas

b. Cairan

c. Bahan padat (Solid)

2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)

3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar

A. Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini,

seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life

thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan

airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).

Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah

terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera

inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab

kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi

yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan

O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik

dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn

problema instabilitas sirkulasi.

1

Page 2: Lp Combustio

B. Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah

kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka

yang terjadi menyebabkan:

1. Proses inflamasi dan infeksi.

2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau

tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ

fungsional.

3. Keadaan hipermetabolisme.

C. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat

luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada

fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan

pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

2

Page 3: Lp Combustio

Klasifikasi Luka Bakar

A. Dalamnya luka bakar.

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan partial superfisial

(tingkat I)

Jilatan api, sinar ultra

violet (terbakar oleh

matahari).

Kering tidak ada gelembung.

Oedem minimal atau tidak ada.

Pucat bila ditekan dengan ujung jari,

berisi kembali bila tekanan dilepas.

Bertambah merah. Nyeri

Lebih dalam dari ketebalan

partial

(tingkat II)

- Superfisial

- Dalam

Kontak dengan bahan

air atau bahan padat.

Jilatan api kepada

pakaian.

Jilatan langsung

kimiawi.

Sinar ultra violet.

Blister besar dan lembab yang

ukurannya bertambah besar.

Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila

tekanan dilepas berisi kembali.

Berbintik-bintik yang kurang

jelas, putih, coklat, pink,

daerah merah coklat.

Sangat nyeri

Ketebalan sepenuhnya

(tingkat III)

Kontak dengan bahan

cair atau padat.

Nyala api.

Kimia.

Kering disertai kulit mengelupas.

Pembuluh darah seperti arang terlihat

dibawah kulit yang mengelupas.

Gelembung jarang, dindingnya sangat

Putih, kering, hitam, coklat

tua.

Hitam.

Merah.

Tidak sakit, sedikit

sakit.

Rambut mudah

lepas bila dicabut.

3

Page 4: Lp Combustio

Kontak dengan arus

listrik.

tipis, tidak membesar.

Tidak pucat bila ditekan.

4

Page 5: Lp Combustio

B. Luas luka bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang

terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

C. Berat ringannya luka bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan

beberapa faktor antara lain :

1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

2) Kedalaman luka bakar.

3) Anatomi lokasi luka bakar.

4) Umur klien.

5) Riwayat pengobatan yang lalu.

6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American Burn Association membagi dalam :

1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :

a) Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang

dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area

pada anak-anak.

b) Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak

disertai komplikasi.

2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :

a) Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa

atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area

pada anak-anak.

b) Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak

disertai komplikasi.

5

Page 6: Lp Combustio

3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):

a) Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang

dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area

pada anak-anak..

b) Tingkat III 10% atau lebih.

c) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan

perineum..

d) Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.

e) Luka bakar sengatan listrik (elektrik).

f) Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya

tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau

masalah kesehatan sebelumnya..

American college of surgeon membagi dalam:

A. Parah – critical:

a) Tingkat II : 30% atau lebih.

b) Tingkat III : 10% atau lebih.

c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue

yang luas.

B. Sedang – moderate:

a) Tingkat II : 15 – 30%

b) Tingkat III : 1 – 10%

C. Ringan – minor:

a) Tingkat II : kurang 15%

b) Tingkat III : kurang 1%

6

Page 7: Lp Combustio

Patofisiologi Luka Bakar

Eritrosit Metabolisme anemia Perubahan Nutrisi:Kurang KebutuhanGlukoneogenesis Glikogenolisis

Resiko Infeksi Kebutuhan O2

Luka Bakar Luas Resiko Kerusakan Pertukaran Gas

Aldosteron Sekresi adrenal Depresi miokard/ MDF

Katekolamin releaseInsufisiensi miokard

Renal flow Vasokontriksi H2O loss cardiac output

Retensi Na+ GFR Splenic flow hipovolemik

Ggn perfusi jaringan.

K+ loss Gagal ginjal Hipoksia heparAsidosis

Gagal hepar Gangguan Perfusi Jaringan

Resiko Kekurangan Volume CairanResti Infeksi

Nyeri ( kecuali combus pada Gr III)Ansietas

Kerusakan Mobilitas Fisik

(Hudak & Gallo; 1997)

7

Page 8: Lp Combustio

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

8