LP CK

20
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CIDERA KEPALA OLEH: NI KETUT RAHAJENG INTAN HANDAYANI 1002105016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

description

LP cidera kepala

Transcript of LP CK

Page 1: LP CK

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CIDERA KEPALA

OLEH:

NI KETUT RAHAJENG INTAN HANDAYANI

1002105016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: LP CK

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Pengertian

Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada

jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang

terjadi (sylvia anderson Price, 1985)

Disebut cedera kepala sedang bila GCS 9-12, kehilangan kesadaran atau terjadi

amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama pasien yang

mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan

otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK.

Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung

atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis,

fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.

Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan

pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh

serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang

mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

2. Epidemiologi/insiden kasus

Insiden cedera kepala nyata yang memerlukan perawatan di RS dapat diperkirakan

480 ribu kasus pertahun (200 kasus, 100 ribu orang) yang meliputi concussion, fraktur

tengkorak, peradarahan intracranial, laserasi otak, hematoma dan cedera serius lainnya.

Dari total ini, 75 – 85 % adalah concussion dan sekuele cedera kepala ringan. Cedera

kepala banyak terjadi pada laki – laki berumur antara 15 – 24 tahun, dan biasanya karena

kecelakaan bermotor. Menurut Rinner, dari 1200 pasien yang dirawat di RS dengan

cedera kepala tertutup, 55 % dengan cedera kepala ringan (minor).

3. Penyebab/faktor predisposisi

Kecelakaan lalu lintas

Perkelahian

Jatuh

Cedera olahraga

Trauma tertembak (peluru) dan pecahan bom

Trauma benda tumpul

Kecelakaan kerja

Kecelakaan rumah tangga

4. Patofisiologi terjadinya penyakit

Cedera kulit kepala

Page 3: LP CK

Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala berdarah bila

mengalami cedera dalam. Kulit kepala juga merupakan tempat masuknya infeksi

intrakranial. Trauma dapat menimbulkan abrasi, kontisio, laserasi atau avulsi.

Fraktur tengkorak

Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak disebabkan oleh

trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak. Adanya fraktur

tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur

tengkorak diklasifikasikan terbuka/tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak

dan fraktur tertutup dura tidak rusak. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak

pada sekitar fraktur dan karena alasan yang kurang akurat tidak dapat ditetapkan

tanpa pemeriksaan dengan sinar X, fraktur dasar tengkorak cenderung melintas sinus

paranasal pada tulang frontal atau lokasi tengah telinga di tulang temporal, juga

sering menimbulkan hemorragi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di

bawah konjungtiva. Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga

dan hidung.

Cidera otak

Kejadian cedera “ Minor “ dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak

dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna sel-sel

cerebral membutuhkan supalai darah terus menerus untuk memperoleh makanan.

Kerusakan otak tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah

yang mengalir tanpa henti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak

dapat mengalami regenerasi.

Komosio

Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah kehilangan fase neuologik sementara

tanpa kerusakan struktur. Jika jaringan otak dan lobus frontal terkena, pasien dapat

menunjukkan perilaku yang aneh dimana keterlibatan lobus temporal dapat

menimbulkan amnesia disoreantasi.

Kontusio

Kontusio cerebral merupakan CKB, dimana otak mengalami memar dan

kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada periode tidak sadarkan

diri. Pasien terbaring kehilangan gerakan, denyut nadi lemah, pernafasan dangkal,

kulit dingin dan pucat.

Hemoragi cranial

Hematoma ( pengumpulan darah ) yang terjadi dalam tubuh kranial adalah akibat

paling serius dari cedera kepala. Ada 3 macam hematoma :

Page 4: LP CK

1. Hematoma Epidural (hematoma Ekstradural)

Setelah terjadi cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural

(ekstradural) diantara tengkorak di dura. Keadaan ini sering diakibatkan dari

fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningkat tengah putus atau

rusak (laserasi), dimana arteri ini berada diantara dura dan tengkorak daerah

frontal inferior menuju bagian tipis tulang temporal, hemoragi karena arteri ini

menyebabkan penekanan pada otak.

2. hematoma subdural

hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar otak,

yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hemoragi sub dural lebih sering

terjadi pada vena dan merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang

menjembatani ruang subdural. Hematoma subdural dapat terjadi akut, sub akut

atau kronik tergantung pada ukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah

perdarahan yang ada. Hematoma subdural akut: dihubungkan dengan cedera

kepala mayor yang meliputi kkontusio atau laserasi. Hematoma subdural

subakut: sekrela kontusio sedikit berat dan dicurigai pada bagian yang gagal

untuk menaikkan kesadaran setelah trauma kepala. Hematoma subdural kronik:

dapat terjadi karena cedera kepala minor dan terjadi paling sering pada lansia.

Lansia cenderung mengalami cedera tipe ini karena atrofi otak, yang

diperkirakan akibat proses penuaan.

3. Hemoragi Intra cerebral dan hematoma

hematoma intracerebral adalah perdarahan ke dalam substansi otak. Hemoragi

ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak kepala sampai

daerah kecil. Hemoragi in didalam menyebabkan degenerasi dan ruptur

pembuluh darah, ruptur kantong aneorima vasculer, tumor infracamal, penyebab

sistemik gangguan perdarahan.

Trauma otak mempengaruhi setiap sistem tubuh. Manifestasi klinis cedera otak

meliputi :

- Gangguan kesadaran

- Konfusi

- Sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan

- Tiba-tiba defisit neurologik

- Perubahan TTV

- Gangguan penglihatan

- Disfungsi sensorik

- lemah otak

5. Klasifikasi

Page 5: LP CK

Cedera Kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, tingkat keparahan, dan

morfologi cidera.

Berdasarkan Mekanisme

Trauma Tumpul : kecepatan tinggi (tabrakan otomobil), kecepatan rendah

(terjatuh, terpukul)

Trauma Tembus : luka tembus peluru dan cdera tembus lainnya.

Berdasarkan Tingkat Keparahan

Biasanya Cedera Kepala berdasarkan tingkat keparahannya didasari atas GCS.

Dimana GCS ini terdiri dari tiga komponen yaitu :

Reaksi membuka mata (E)

Score 4: Membuka mata dengan spontan

Score 3: Membuka mata bila dipanggil

Score 2: Membuka mata bila dirangsang nyeri

Score 1: Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun

Reaksi berbicara

Score 5: Komunikasi verbal baik, jawaban tepat

Score 4: Bingung disorientasi waktu, tempat dan orang

Score3: Dengan rangsangan, reaksi hanya kata, tidak berbentuk

kalimat

Score 2: Dengan rangsangan, reaksi hanya suara, tak berbentuk kata

Score 1: Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun

Reaksi Gerakan lengan / tungkai

Score 6: Mengikuti perintah

Score 5:Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui rangsangan atau

tempat

Score 4: Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan

Score 3: Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal

Score 2: Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi ekstensi abnormal

Score 1: Dengan rangsangan nyeri tidak ada reaksi

Dengan Glasgow Coma Scale (GCS), cedera kepala dapat diklasifikasikan

menjadi :

Cedera Kepala Ringan (CKR) : bila GCS 14-15 (kelompok resiko rendah)

Cedera Kepala Sedang (CKS) : bila GCS 9-13 (kelompok resiko sedang)

Cedera Kepala Berat (CKB) : bila GCS 3-8 (kelompok resiko berat)

Berdasarkan morfologi

Fraktur tengkorak

- Kranium : linear / stelatum ; depresi / non depresi ; terbuka / tertutup.

Page 6: LP CK

- Basis : dengan / tanpa kebocoran cairan serebrospinal ; dengan / tanpa

kelumpuhan nervus VII

Lesi intracranial

- Fokal diakibatkan dari kerusakan local yang meliputi konsio serebral

dan hematom serebal, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan

oleh perluasan masa lesi, pergeseran otak.

- Difus : konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus.

6. Tanda dan Gejala

Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia, cara berjalan tidak tegap,

kehilangan tonus otot.

Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung

(bradikardi, takikardia, yang diselingi dengan bradikardia disritmia).

Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).

Inkontinensia kandung kemih atau usus atau mengalami ganggua fungsi.

Muntah atau mungkin proyektil, gangguan menelan (batuk, air liur, disfagia)

Perubahan kesadaran bisa sampai koma. Perubahan status mental (orientasi,

kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi atau

tingkah laku dan memori). Perubahan pupil (respon terhadap cahaya simetris)

deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti. Kehilangan penginderaan seperti

pengecapan, penciuman dan pendengaran, wajah tidak simetris, refleks tendon tidak

ada atau lemah, kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan

sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

Wajah menyeringai, respon pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa

beristirahat, merintih.

Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi,

stridor, terdesak, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).

Fraktur atau dislokasi, gangguan penglihatan, kulit : laserasi, abrasi, perubahan

warna, adanya aliran cairan (drainase) dari telinga atau hidung (CSS), gangguan

kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum

mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi tubuh.

Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, berbicara berulang – ulang.

Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.

Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi, dan impulsif.

Mual, muntah, mengalami perubahan selera.

Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope,

tinitus,kehilangan pendengaran. Perubahan dalam penglihatan,seperti ketajamannya,

Page 7: LP CK

diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotopobia, gangguan pengecapan dan

penciuman.

Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.

Trauma baru atau trauma karena kecelakaan.

7. Manifestasi klinis

Pada konkusio, segera terjadi kehilangan kesadaran, pada hematoma, kesadaran

mungkin hilang, atau bertahap sering dengan membesarnya hematoma atau edema

intestisium.

Pola pernafasan dapat secara progresif menjadi abnormal.

Respon pupil mungkin lenyap atau segera progresif memburuk.

Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan

intracranial kranium.

Perubahan prilaku, kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik

timbul dengan segera atau secara lambat.

Hematoma epidural dimanifestasikan dengan awitan yang cepat. Hematoma ini

mengancam hidup dan dikarakteristikkan dengan detoriorasi yang cepat, sakit

kepala, kejang, koma dan hernia otak dengan kompresi pada batang otak.

Hematoma subdural terjadi dalam 48 jam cedera dan dikarakteristikkan dengan sakit

kepala, agitasi, konfusi, mengantuk berat, penurunan tingkat kesadaran, dan

peningkatan TIK. Hematoma subdural kronis juga dapat terjadi.

8. Pemeriksaan Fisik

Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,

hiperventilasi, rhonkhi, takhipnea)

Sistem saraf : Saraf kranial adanya anosmia, agnosia, kelemahan gerakan otot mata,

vertigo.

Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan

penurunan fungsi saraf kranial.

Tingkat kesadaran : adanya perubahan mental seperti lebih sensitive, gelisah,

stupor, koma

Rangsangan meningeal : kaku kuduk, kernig, brudzinskhi.

Fraktur tengkorak : jenis fraktur, luka terbuka, perdarahan konjungtiva, rihinorrea,

otorhea, ekhimosisis periorbital, gangguan pendengaran.

Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh peningkatan TIK dan

disritmia jantung.

Kognitif : amnesia postrauma, disoroentasi, amnesia retrograt, gangguan bahasa dan

kemampuan matematika.

Page 8: LP CK

Fungsi sensori : lapang pandang, diplopia, gangguan persepsi, gangguan pedengaran,

gangguan sensasi raba.

Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia, gangguan gerak

volunter, ROM, kekuatan otot.

Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia atau afasia

akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.

9. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang

CT Scan (tanpa atau dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,

menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.

MRI : sama dengan CT Scan

Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran

jaringan otak akibat edema, pendarahan, trauma

EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.

Sinar X : untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang ( fraktur ), pergeseran

struktur dari garis tengah ( karena perdarahan ) adanya fragmen tulang.

Fungsi Lumbal : CSS, dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan sub

arakhnoid.

AGD : untuk mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi perdarahan sub

arakhnoid.

Kimia elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam

peningkatan TIK atau perubahan mental.

10. Diagnosis/kriteria diagnosis

a. Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang ingatan) sekejap, setelah

terjadinya cedera pada otak yang tidak menyebabkan kerusakan fisikyang nyata atau

cedera kepala tertutup yang ditandai oleh hilangnya kesadaran. Konkusio

menyebabkan periode apnu yang singkat.

b. Hematoma Epidura adalah penimbunan darah diatas durameter. Hemotoma epidural

terjadi secara akut dan biasanya terjadi karena pendarahan arteri yang mengancam

jiwa.

c. Hematoma subdura adalah penimbunan darah dibawah durameter tetapi diatas

membrane abaknoid. Hematoma ini biasanya disebabkan oleh pendarahan vena,

tetapi kadang-kadang dapat terjadi perdarahan arteri subdura.

d. Pendarahan subaraknoid adalah akumlasi darah dibawah membran abaknoid tetapi

diatas diameter, ruang ini hanya mengandung cairan serebra spinalis bila dalam

keadaan normal.

Page 9: LP CK

e. Hematoma intra serebrum adalah pendarahan didalam otak itu sendiri, hal ini dapat

timbul pada cedera kepala tertutup yang berat ataupun pada cedera kepala terbuka.

11. Theraphy/tindakan penanganan

A. Penatalaksanaan

- Konkusio ringan atau sedang biasanya diterapi dengan observasi dan tirah

baring.

- Diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah dan evakuasi hematoma secara

bedah.

- Dilakukan pembersihan / debredement (pengeluaran benda asing) dan sel-sel

yang mati (secara bedah terutama pada cedera kepala terbuka)

- Dilakukan ventilasi mekanis

- Untuk cedera kepala terbuka diperlukan antibiotika

- Dilakukan metode-metode untuk menurukan tekanan intracranial termasuk

pemberian diuretic dan anti inflamasi

- Meningkatkan pencegahan terutama jatuh, dorong untuk menggunakan alat

pengaman seperti helm,sabuk pengaman

- Lakukan pengkajian neurologic

1. Fungsi serebral ( kesadaran, orientasi, memori, bicara )

2. TTV ( TD, nadi)

3. Pupil (isokor,anisokor)

4. Fungsi motorik dan sensorik

- Kaji adanya cedera lain, terutama cedera servikal. Jangan memindahkan anak

sampai kemungkinan cedera servikal telah disingkirkan / ditangani. Tinggikan

kepala tempat tidur sampai 30 derajat jika tidak terdapat cedera servikal.

- Pantau adanya komplikasi

1. Pantau TTV dan status neurologist dengan sering

2. Periksa adanya peningkatan TIK

3. Periksa adanya drainase dari hidung dan telinga.

B. Pengobatan

- Dapat diberikan alkaloid ergot (ergonovino) sebagai profilaksis

- Dapat diberikan phenothiazine

- Amitriptilin dan propanol untuk mengendalikan kecemasan yang berlebihan

- Menggunakan ergonovine amitriptilin dan propanol pada 100 pasien,19

diperoleh perbaikan yang nyata, 24 pebaikan sedang dan sisanya hanya sedikit

perbaikan atau tidak ada perubahan. Pemberian analgesic dapat mendukung,

namun harus dibatasi penggunaan hariannya.

Page 10: LP CK

- Endemelasin (15 – 250 mg/hari) dan naproxen (1000 – 1500 mg/hari) berguna

untuk menghindari ketergantungan terhadap analgesik.

C. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada cedera kepala diantaranya :

- Kejang

- Pneumonia

- Perdarahan gastrointestinal

- Distrimia jantung

- Hidrochepalus

- Kerusakan control respirasi

- Inkotinensia bladder dan bowel

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian (data Subjektif dan Objektif)

Aktivitas dan Istirahat

Mayor : lemah, kaku, hilang keseimbangan

Minor : perubahan kesadaran, letargi

Hemiparase

Ataksia cara berjalan tak tegap

Kehilangan tonus otot

Sirkulasi

Mayor : perubahan tekanan darah atau nomal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung

(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia)

Integritas Ego

Mayor : perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)

Minor : cemas, mudah tersinggung, agitasi, bingung, depresi, impulsif

Eliminasi

Mayor : inkontinensia kandung kemih/ usus atau mengalami gangguan fungsi

Makanan/Cairan

Mayor : mual, muntah, dan perubahan selera makan

Minor : muntah, gangguan menelan (batuk, air liur, disfagia)

Neurosensori

Mayor : kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar jawaban, vertigo, sinkope,

tinitus, perubahan dalam penglihatan (diplopia, fotofobia)

Minor : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental (orientasi,

kewaspadaan, perhatian, konsentrasi), perubahan pupil (respon terhadap cahaya,

Page 11: LP CK

simetri), deviasi pada mata, kehilangan penghindraan, wajah tidak simetri, genggaman

lemah, apraksia, hemiparase, kejang, sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan

Nyeri/kenyamanan

Mayor : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda

Minor : wajah menyeringi, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah

tidak bisa istirahat, merintih

Pernapasan

Mayor : perubahan pola napas, stridor, ronki, mengi positif

Keamanan

Mayor : trauma baru karena kecelakaan

Minor : fraktur/dislokasi, gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot

hilang, demam

Data Subjektif

- Pola nafas tidak teratur, sesak nafas

- Mual, pusing, merasa tidak nyaman

- Lemas, lesu

- Meringis, gelisah

- Terdapat nyeri, terutama sakit kepala

Data objektif

- Penggunaan O2

- Muntah proyektil

- Tidak mampu melakukan aktivitas

- Adanya robekan atau lecet pada kulit kepala

- Ukur skala nyeri

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penekanan pembuluh darah

dan jaringan cerebral ditandai dengan perubahan kesadaran, perubahan status mental

(orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi), perubahan pupil (respon terhadap

cahaya, simetri), deviasi pada mata, kehilangan penghindraan, genggaman lemah, dan

perubahan tekanan darah atau nomal (hipertensi).

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial : mual muntah

ditandai dengan merintih, sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,

wajah menyeringi.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan

lemah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran, letargi, hemiparase, ataksia

cara berjalan tak tegap kehilangan tonus otot dan gangguan rentang gerak serta

perubahan kesadaran.

Page 12: LP CK

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan tekanan intra kranial : mual, muntah ditandai dengan perubahan

kesadaran sampai koma, mual, muntah, dan perubahan selera makan dan gangguan

menelan (batuk, air liur, disfagia).

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Terlampir

4. Evaluasi

Terlampir

Page 13: LP CK

DAFTAR PUSTAKA

Guyton&Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, (Edisi

8), EGC, Jakarta

NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta : EGC.

Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions Classification :

Fourth Edition. United States of America : Mosby.

Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United States of

America : Mosby

Page 14: LP CK

Pathway

Kecelakaan

Cedera primer/langsung Cedera sekunder/tidak langsung

Kerusakan saraf otak

Laserasi

Aliran Darah Otak

Suplai nutrisi ke otak

Perubahan metabolism anaerobAs. Laktat Produk ATP

Vasodilatasi cerebri

Aliran Darah Otak

Penekanan pembuluh darah dan jaringan cerebral

Gangguan perfusi jaringan serebral

Hipoksia

Edema jaringan otak

Pe TIK: mual, muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nyeri Akut

Energi berkurang

Fatigue Kelemahan Fisik

Hambatan mobilitas fisik

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit