LP BETUL
-
Upload
rini-rianti -
Category
Documents
-
view
100 -
download
1
Transcript of LP BETUL
Analisa Demografi Dengan Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Masyarakat Nelayan Di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkajene & Kepulauan
Rini RiyantiBagian Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas HasanuddinMakassar
ABSTRAK Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%
penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut banyak berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah diabaikannya kebersihan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan suku dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Data dikumpulkan dengan pemeriksaan langsung pada sampel penelitian. Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 72 nelayan dari 187 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan. Status keparahan kebersihan gigi dan mulut diukur menggunakan OHI-S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisa demografi seperti tingkat pendidikan berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung, sedangkan usia, tingkat pendapatan dan suku tidak berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.Kata Kunci : Demografi, Keparahan Kebersihan Gigi dan Mulut
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di
Indonesia bertujuan untuk
mencapai kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk Indonesia
agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal. Derajat kesehatan
tercermin dalam status kesehatan
baik individu maupun masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka diselenggarakan upaya
kesehatan yang menyeluruh,
terpadu, merata dan terjangkau
untuk seluruh masyarakat dengan
peran aktif masyarakat. Setiap
individu atau masyarakat
diharapkan dapat memahami
bahwa kesehatan gigi merupakan
suatu bagian dari kesehatan umum
secara pribadi. Untuk bidang
kesehatan gigi dan mulut, upaya
dapat ditinjau dari aspek
lingkungan, pendidikan, kesadaran
masyarakat, serta penanganan
kesehatan gigi termaksud
perawatan dan pencegahannya.
Belum meratanya
jangkauan pelayanan ini
disebabkan belum merata dan
memadainya penyediaan tenaga
dan fasilitas yang diperlukan, bisa
juga disebabkan oleh karena
persepsi dan kemampuan
masyarakat yang masih terbatas.
Menurut Blum (1973), status
kesehatan gigi dan mulut seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh
empat faktor penting yaitu
keturunan, lingkungan (fisik
maupun sosial budaya), perilaku
dan pelayanan kesehatan.1
Penyakit gigi dan mulut
merupakan penyakit masyarakat
yang diderita oleh 90% penduduk
Indonesia, yang mempunyai sifat
progresif yang berarti bila tidak
dirawat akan makin parah, dan
bersifat irreversible yaitu jaringan
yang rusak tidak dapat utuh
kembali. Penyakit gigi dan mulut
banyak berkaitan dengan masalah
kebersihan mulut. Penyebab dari
kedua penyakit tersebut adalah
diabaikannya kebersihan mulut
sehingga terjadilah akumulasi plak.
Pelayanan kesehatan gigi
dan mulut belum terjangkau secara
efektif dan merata oleh seluruh
masyarakat, terutama masyarakat
pesisir atau yang bermukim di
pulau, fasilitas kesehatan yang ada
masih sangat minim karena akses
wilayah yang sulit dijangkau
dengan mudah.
Pemberdayaan masyarakat
pesisir merupakan salah satu
kecenderungan baru dalam
paradigma pembangunan di
Indonesia setelah sekian lama
wilayah laut dan pesisir menjadi
wilayah yang dilupakan dalam
pembangunan di Indonesia.
Selama ini pembangunan di
Indonesia sangat berorientasi pada
wilayah daratan. Pulau Sabutung
merupakan salah satu pulau di
Indonesia yang terletak di
Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan pesisir pantai barat
Sulawasi Selatan yang merupakan
salah satu pulau yang hampir
sebagian besar masyarakatnya
bermata pencarian sebagai nelayan
penangkap ikan atau biota laut
lainnya yang hidup didasar, kolom
maupun permukaan perairan,
mereka pergi ke laut
meninggalkan pantai hingga
berhari - hari lamanya untuk
mencari nafkah bagi keluarga.
Nelayan termaksud dalam
kelompok masyarakat rawan
kemiskinan karena pekerjaannya
sangat dipengaruhi oleh kondisi
cuaca dan musim. Itulah sebabnya
kualitas hidup masyarakat nelayan
masih rendah, tercermin dari
masih banyaknya kantong -
kantong kemiskinan yang
dijumpai pada masyarakat
nelayan.
Menurut Badan Pusat
Statistik (2005), indikator yang
digunakan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan ada delapan
yaitu pendapatan, konsumsi atau
pengeluaran keluarga, keadaan
tempat tinggal, fasilitas tempat
tinggal, kesehatan anggota
keluarga, kemudahan
mendapatkan pelayanan
kesehatan, kemudahan
memasukkan anda ke jenjang
pendidikan, kemudahan
mendapatkan fasilitas transfortasi.2
Untuk menunjang upaya
kesehatan agar mencapai derajat
yang optimal, maka upaya dibidang
kesehatan gigi juga perlu mendapat
perhatian. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian analisa
demografis dengan status
keparahan kebersihan gigi dan
mulut masyarakat nelayan di Pulau
Sabutung Desa Mattiro Kanja
Kabupaten Pangkejene dan
Kepulauan.
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antar usia, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan suku
dengan status keparahan kebersihan gigi
dan mulut masyarakat nelayan Pulau
Sabutung ?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antar usia,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan
suku dengan status keparahan kebersihan
gigi dan mulut masyarakat nelayan Pulau
Sabutung.
TINJAUAN PUSTAKA
Demografi
Demografi adalah ilmu yang
mempelajari dinamika kependudukan
manusia. Demografi meliputi ukuran,
struktur, dan distribusi penduduk, serta
bagaimana jumlah penduduk berubah
setiap waktu akibat kelahiran atau
kematian, migrasi serta penuaan. Analisa
kependudukan dapat merujuk masyarakat
secara keseluruhan atau kelompok tertentu
yang didasarkan kriteria seperti : jenis
kelamin, suku, usia, agama,
kewarganegaraan, pendidikan, pekerjaan
dan pendapatan.3
Masyarakat Nelayan
Koentjaraningrat mendefinisikan
masyarakat sebagai kumpulan manusia
yang saling berinteraksi satu sama lain.
Nelayan di dalam Ensiklopedi
Indonesia dinyatakan sebagai orang-orang
yang secara aktif melakukan kegiatan
penangkapan ikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung sebagai mata
pencahariannya. Masyarakat desa pesisir
secara umum lebih merupakan
masyarakat tradisional dengan kondisi
strata sosial ekonomi yang sangat
rendah. Pendidikan yang dimiliki
masyarakat pesisir secara umum rendah,
dan sering dikategorikan sebagai
masyarakat yang biasa bergelut dengan
kemiskinan dan keterbelakangan. 4
Gambaran Umum Kabupaten
Pangkejene dan Kepulauan
Kabupaten Pankajene dan Kepulauan
memiliki luas wilayah laut 17 000 km².
Kecamatan Liukang Tupabbiring
merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten ini yang terdiri dari 40
pulau dan terdapat 10 pulau yang tidak
berpenghuni, merupakan wilayah dengan
jumlah pulau yang lebih banyak dan jarak
pulau yang umumnya lebih dekat dengan
pesisir kabupaten yang merupakan
gugusan pulau Spermonde.5
Profil Pulau Sabutung
Pulau Sabutung pulau yang
terdapat di dalam wilayah Desa Mattiro
Kanja, terletak pada posisi koordinat
04045'1.8” LS dan 119025'58.8” BT,
dengan batas-batas administrasi sebagai
berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan
Desa Mattiro Bombang; Sebelah Timur
berbatasan dengan Pesisir Pangkep;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Mattiro Uleng; dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Selat Makassar.
Jumlah penduduk Pulau Sabutung
mencapai 1.545 jiwa (244 KK) yang terdiri
dari 687 laki-laki dan 858 perempuan.
(PMU Coremap Pangkep, 2007).
Mata pencaharian utama warga
Pulau Sabutung tidak saja sebagai nelayan
penangkap ikan, tetapi pedagang dan
pengusaha kayu. Warga yang bermata
pencaharian lokasi penangkapan berada
tidak jauh dari Pulau Sabutung.6
Oral Hygiene
Oral Hygiene (OH) merupakan
keadaan kebersihan gigi dan rongga mulut
yang dapat dilihat dari adanya sisa
makanan, kalkulus (karang gigi), stain dan
materia alba. Secara klinik plak dapat
didefinisikan sebagai suatu zat yang
terstruktur yang berwarna kuning keabu-
abuan yang melekat pada pemukaan gigi
termasuk pada permukaan padat seperti
restorasi dan piranti yang dipakai dalam
rongga mulut. Debris makanan adalah
makanan yang tersisa dalam
mulutKalkulus adalah deposit keras yang
terbentuk dari mineralisasi plak pada
pemukaan gigi. Diketahui ada dua macam
kalkulus menurut letaknya terhadap
gingiva margin yaitu kalkulus
supragingiva dan kalkulus subgingiva.7
Oral Hygiene Indeks
Untuk mengetahui status kesehatan
gigi dan mulut, prevelensi serta
keparahannya diperlukan suatu alat ukur
yang dikenal sebagai indeks. Adapun salah
satu indeks yang telah dikembangkan yaitu
indeks oral hygiene oleh Green dan
Vermillion ( 1960 ). Penilaian tingkat
kebersihan mulut dengan metode ini yaitu
terdiri dari calculus index (CI-S) dan
debris index (DI-S). Pemeriksaan
dilakukan terhadap enam permukaan gigi
pilihan yang dapat mewakili semua
segmen anterior dan posterior mulut
berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan
pada seluruh mulut. Keenam gigi yang
diperiksa pada OHI-S adalah permukaan
fasial/buccal dan permukaan lingual gigi.7
Untuk pemeriksaan DI-S (debris
indeks) digunakan sonde yang
diletakkan pada 1/3 incisal dan
digerakkan ke 1/3 gingival, dengan
kriteria sebagai berikut :
0 = tidak ada debris
1 = debris lunak menutupi tidak lebih
dari 1/3 permukaan gigi
2 = debris lunak menutupi lebih 1/3
permukaan tetapi tidak lebih dari
2/3 permukaan gigi
3 = debris lunak menutupi lebih dari 2/3
permukaan gigi
Nilai Debris Index ( DI-S) :
Jumlah skor gigi yang dinilai
6
Untuk pemeriksaan CI-S (calculus
index) diperoleh dengan meletakkan
sonde dengan baik dalam distal gingival
crevice dan digerakkan pada daerah
subgingival dari jurusan kontak distal
ke daerah kontak mesial (1/2 dari
lingkaran gigi dianggap sebagai satu
unit skoring),dengan krieria sebagai
berikut :
0 = tidak ada kalkulus
1 = kalkulus supragingival menutupi
tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2 = kalkulus supragingival menutupi
lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari
2/3 permukaan gigi
3 = kalkulus supragingival menutupi
lebih dari 2/3 permukaan gigi
Nilai Calculus Index ( CI-S )
Jumlah skor gigi yang dinilai
6
( Nilai OHI-S = Nilai DI-S + Nilai CI-S )
Derajat kebersihan mulut secara
klinik dihubungkan dengan skor OHI-S
adalah sebagai berikut :
0,0 – 1,2 : kebersihan mulut baik
1,3 – 3,0 : kebersihan mulut sedang
3,1 – 6,0 : kebersihan mulut buruk
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik.
Penelitian dilakukan tanggal 23 - 25 Mei
2013. Lokasi penelitian di Pulau Sabutung
Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan. Populasi penelitian yaitu
masyarakat Pulau Sabutung yang
berprofesi sebagai nelayan. Sampel
penelitian yaitu individu yang bersedia
menjadi responden dan hadir saat
pengambilan data penelitian. Metode
pengambilan sampel adalah Accidental
Sampling. Jumlah sampel yang didapatkan
yaitu 72 sampel dari 187 kepala keluarga
Pulau Sabutung yang berprofesi sebagai
nelayan.
Kriteria inklusi dan ekslusi
Kriteri inklusi yaitu bersedia
berpartisipasi dalam penelitian, berusia
produktif yaitu 15-64 tahun dan ada saat
penelitian dilakukan, sedangkan ekslusi
yaitu subjek yang menggunakan gigi tiruan
penuh (Full Denture).
Definisi Operasional
Demografi yaitu analisa kependudukan
yang merujuk masyarakat secara
keseluruhan atau kelompok , berdasarkan
kriteria seperti : a) Usia (usia kronologis)
yaitu perhitungan usia yang dimulai dari
saat kelahiran seseorang sampai dengan
waktu penghitungan usia. b) Tingkat
pendidikan menurut Undang-Undang
no.78 tahun 2009 yaitu : (1) Tingkat
pendidikan sangat tinggi adalah perguruan
tinggi. (2) Tingkat pendidikan tinggi
adalah pendidikan SMA/sederajat. (3)
Tingkatan pendidikan sedang, adalah
pendidikan SMP/sederajat. (4) Tingkat
pendidikan rendah, adalah pendidikan
SD/sederajat.8 c) Pendapatan yaitu semua
penghasilan yang didapat oleh kepala
keluarga berupa uang, di Indonesia
pendapatan nelayan tradisional (kecil –
kecilan) dalam kategori miskin (rendah)
hanya sekitar Rp. 300.000/bulan. d) Suku
yaitu sosial-budaya.9 Status keparahan
kebersihan gigi dan mulut/ Oral Hygiene
(OH) merupakan keadaan kebersihan gigi
dan rongga mulut yang dapat dilihat dari
adanya sisa makanan, kalkulus (karang
Pencarian sampelPerkenalan diri pada sampel yang terpilih
Menanyakan kesedian untuk menjadi sampelSampel diwawancara untuk mengisi lembar penilaian analisa demografi
Dilakukan pemeriksaan gigi & mulut subjekPembahasan & penarikan kesimpulan
gigi), stain dan materia alba.7 Sedangkan
Nelayan yaitu orang yang mata
pencariannya hanya bergantung pada
hasil laut, yang sehari -harinya bekerja
menangkap ikan atau biota lainnya yang
hidup di dasar, kolom maupun
permukaan perairan.6
Alat Penelitian
Alat penilaian yaitu lembar
analisa demografi yang berisi informasi
tentang pendidikan terakhir, pendapatan,
suku, jenis kelamin, usia dan lembar
penilaian status OHI-S. Serta alat
pemeriksaan gigi dan mulut. Seperti :
diagnostik set.
Alur Penelitian
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan
program SPSS 16.0, dengan menggunakan
uji Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian mengenai
analisa demografis dengan status
keparahan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat nelayan di Pulau Sabutung
Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkejene
dan Kepulauan. Hasilnya dapat diliat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Distribusi karakteristik masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.
Karakteristik n %
Min-maxmean±SD
Kelompok Umur (Tahun)≤20-30 21 29,2 18-5831-40 27 37,5 36,6±9,541-50 16 22,2≥50 8 11,1
Tingkat PendidikanTamat SD 45 62,5Tamat SMP 21 29,2
Tamat SMAPerguruan Tinggi
6 0
8,30
Tingkat Pendapatan Rendah 38 52,8Menengah 34 47,2
Suku Bugis 35 48,6Makassar 28 38,9Jawa 8 11,1Buton 1 1,4
Total 72 100,0
Tabel 1 menunjukkan
bahwa berdasarkan umur
responden, distribusi tertinggi
berada pada kelompok umur
31-40 tahun sebanyak 27
responden (37,5%). Sedangkan
distribusi yang terendah berada
pada umur ≥ 50 tahun
sebanyak 8 orang (11,1%).
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa
untuk tingkat pendidikan, distribusi
tertinggi berada pada tingkat pendidikan
tamat SD sebesar 45 orang (62,5%),
sedangkan distribusi terendah berada pada
tingkat pendidikan tamat SMA sebesar 6
orang (8,3%).
Selain itu tabel 1 juga
menunjukkan bahwa untuk tingkat
pendapatan, distribusi tertinggi berada
pada tingkat pendapatan rendah sebesar 38
orang (52,8%), sedangkan distribusi
terendah berada pada tingkat pendapatan
menengah sebesar 34 orang (47,2%).
Pada tabel 1 juga terlihat bahwa
mayoritas responden adalah suku Bugis
yaitu sebanyak 35 (48,6%) dan minoritas
adalah suku Buton hanya 1 orang (1,4%).
Tabel 2. Distribusi Rerata OHI-S masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan
mean±SDDI-S 1,9±0,6CI-S 1,4±0,4OHI-S 3,4±0,8
Tabel 2 menunjukkan
distribusi rerata OHI-S yaitu nilai
rata – rata responden 3,4±0,8.
Dengan distribusi untuk DI-S yaitu
nilai rata – rata responden 1,9±0,6.
Sedangkan untuk CI-S yaitu nilai
rata – rata responden 1,4±0,4.
Tabel 3. Hubungan usia dengan derajat kebersihan mulut masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan
Usia Derajat kebersihan mulut Total Uji StatistikBaik Sedang Buruk
n % Nn % N % Nn %
< 20 – 30 1 4,8 8 38,1 12 57,1 21 100
p = 0,45731 – 40 0 0,0 9 33,3 18 66,7 27 10041 – 50 0 0,0 3 18,8 13 81,2 16 100+ 50 0 0,0 1 12,5 7 87,5 8 100
Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square
Tabel 3 menunjukkan
bahwa bahwa responden yang
memiliki derajat kebersihan
mulut kategori baik dan sedang
umumnya responden yang
berusia < 20 – 30 tahun
masing-masing sebesar 5% dan
38,1%. Sedangkan responden
yang buruk derajat kebersihan
mulutnya paling tinggi berada
pada uisa + 50 tahun yaitu
sebesar 88%.
Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,457 (p>0,05) dengan demikian
Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti
tidak ada hubungan usia dengan derajat
kebersihan gigi dan mulut pada nelayan
Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene
dan Kepulauan.
Hasil ini sejalan teori Blum
(1973), status kesehatan gigi dan mulut
seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor penting yaitu keturunan,
lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan.1
Tabel 4. Hubungan tingkat pendidikan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan
Tingkat Pendidikan
Derajat kebersihan mulutTotal Uji
StatistikBaik Sedang Buruk
n % Nn % N % Nn %
Tamat SD 0 0,0 11 24,4 34 75,6 45 100p = 0,008Tamat SMP 0 0,0 7 33,3 14 66,7 21 100
Tamat SMA 1 16,7 3 50,0 2 33,3 6 100Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100
Uji Chi-Square
Tabel 4 menunjukkan
bahwa responden yang memiliki
derajat kebersihan gigi dan mulut
kategori baik dan sedang umumnya
responden yang berpendidikan
SMA masing-masing sebesar 17%
dan 50%. Sedangkan responden
yang buruk derajat kebersihan
mulutnya umumnya tamatan SD
sebesar 76% .
Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,008 (p<0,05) dengan demikian
Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
ada hubungan tingkat pendidikan dengan
derajat kebersihan mulut pada nelayan
Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene
dan Kepulauan. Hasil ini sesuai dengan
pendapat Sadiman (2002) yang
mengemukakan bahwa, status
pendidikan mempengaruhi kesempatan
memperoleh informasi mengenai
penatalaksanaan penyakit.10 Hasil ini
juga sejalan dengan penelitian Pintauli
(2004, cit. Isrofah, 2010) menunjukkan
bahwa seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan rendah kemungkinan akan
memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai kesehatan gigi dan mulut.11
Tingkat pendidikan merepresen-
tasikan tingkat kemampuan seseorang
dalam memperoleh dan memahami
informasi kesehatan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang
diasumsikan semakin baik tingkat
pemahamannya terhadap informasi
kesehatan yang diperolehnya.
Tabel 5. Hubungan tingkat pendapatan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene & Kepulauan
Tingkat Pendapatan
Derajat kebersihan mulutTotal Uji
StatistikBaik Sedang Buruk
Nn % Nn % n % Nn %Rendah 1 2,9 13 38,2 20 58,8 34 100 p=0,137Menengah 0 0,0 8 21,1 30 78,9 38 100
Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square
Tabel 5 menunjukkan
bahwa bahwa responden yang
memiliki derajat kebersihan gigi
mulut kategori baik dan sedang
umumnya responden yang
berpendapatan rendah masing-
masing sebesar 3% dan 38%.
Sedangkan responden yang buruk
derajat kebersihan mulutnya paling
tinggi yang menengah tingkat
pendapatannya yaitu sebesar 79%.
Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,137 (p>0,05) dengan demikian
Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti
tidak ada hubungan tingkat pendapatan
dengan derajat kebersihan mulut pada
nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten
Pangkejene dan Kepulauan.
Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Martiana &
Wilujeng (2006) yang meyatakan bahwa
profil kesehatan nelayan masih rendah
kualitasnya, adanya penyakit infeksi dan
lingkungan perumahan masih kurang
mendukung kualitas kesehatan. Hal ini
disebabkan karena kemampuan ekonomi
nelayan juga disebabkan lokasi
perumahan nelayan jauh dari akses ke
kota, sehingga sulit memperoleh layanan
kesehatan.
Tabel 6. Hubungan suku dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan
Suku Derajat kebersihan mulut
Total Uji Statistik
Baik Sedang Buruknn % Nn % N % Nn %
Bugis 1 2,9 9 25,7 25 71,4 35 100
p = 0,702Makassar 0 0,0 9 32,1 19 67,9 28 100
Jawa 0 0,0 2 25,0 6 75,0 8 100Buton 0 0,0 1 100 0 0,0 1 100
Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square
Tabel 6 menunjukkan
bahwa responden yang
memiliki derajat kebersihan
gigi dan mulut yang baik
hanya berasal dari suku Bugis
yaitu 2,9%, untuk responden
yang memiliki derajat
kebersihan mulut kategori
sedang paling tinggi berasal
dari Makassar sebesar 32%.
Sedangkan responden dari suku
Jawa paling tinggi yang buruk
derajat kebersihan mulutnya
yaitu sebesar 75%.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,702 (p>0,05) dengan demikian Ho
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti
tidak ada hubungan suku dengan derajat
kebersihan mulut pada nelayan Pulau
Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan
Kepulauan. Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian Suwelo (1992) dan Budiharto
(2000) cit. Isrofah, (2010) yang
menyatakan bahwa lingkungan tempat
tinggal mempengaruhi pengetahuan dan
kesadaran mengenai kesehatan gigi.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa analisa demografi
untuk tingkat pendidikan berhubungan
dengan status keparahan kebersihan
masyarakat nelayan Pulau Sabutung,
sedangkan usia, tingkat pendapatan dan
suku tidak berhubungan dengan status
keparahan kebersihan gigi dan mulut
masyarakat nelayan Kabupaten
Pangkejene dan Kepulauan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Astoeti, Tri Erri J. Peran Perilaku Terhadap kebersihan gigi dan mulut murid – murid sekolah dasar di wilayah DKI Jakarta. Dentofas. 2003. Vol : 1 februari. Hal : 340/4
2. Sugiharto E.Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. EPP.2007.Vol:4.No:2. Hal:32-36
3. Chesnais JC. The demographic transition theory. EOSS
4. Imron A. Strategi dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Riptek.2012.Vol:6.No:1.Hal:27-37
5. Kasnir M, Fahrudin A, Bengen DG, Boer M. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Penatakelolaan Minawisata Bahari di Kepulauan Spermonde Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Forum Pascasarjana.2009. Vol:32.No:4. Hal:285-293
6. Buku Profil Pulau Kecil Kabupaten Pangkep 2007. 2012(Juli). Http// /file %20referensi%20lp%20/sebatas%20gis%20%20pulau%20sabutung.htm
7. Carranza Fa. Glickman,s Clinical Periodontology 10th ed. Philadelphia saunders 1996, p. 57-79,218-232
8. Menteri Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Nomor 78 tahun 2009). Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Hal:2-3. www.pendidikan_diy.go.id/file/mendiknas/permen7809.pdf
9. Aisyah D, Rostam K, Awang AH. Keberkesanan program PEMP Dalam Meningkatkan Pendapatan Isi Rumah Pesisir Pantai Indonesia:Kes Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. 2011.Vol:6.No:2. Hal:359-374. www.epnintsundip.ac.id/2059211/2159-ki-h_03.pdf
10. Sariningrum E, Irdawati. Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap dan Pengetahuan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Balita 3-5 Tahun Dengan Tingkat Kejadian Karies di PAUD Jatipurno. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. 2009. Vol:2.No:3. Hal. 119-124
11. Isrofah, Eka NM. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia
Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta. www.ukmy/perilaku/pengetahuan/image/upload/79-2011-4/ukm-2-am-doc.pdf