Love Konstipasi

download Love Konstipasi

of 5

description

Konstipasi mengacu kepada defekasi abnormal yang tidak teratur, dan juga mengacu pada pengerasan abnormal feses yang membuatnya sulit untuk keluar dan terkadang sangat terasa sakit (Baughman & Hackley, 2000). Konstipasi adalah keadaan dimana individu mengalami stasis usus besar, yang mengakibatkan eliminasi jarang atau keras dan feses kering (Carpenito, 1995). Menurut World Gastroenterology Organisation (2010) konstipasi didefinisikan sebagai suatu gangguan yang terjadi secara terus-menerus yang ditandai dengan sulit serta jarngnya buang air besar (3-4 hari sekali). Menurut Djojoningrat (2006, dalam Sudoyo, 2006) konstiipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi defekasi, sensasi tidak puas atau tidak lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras, proses defekasi dapat terjadi seminggu atau lebih dari 3 hari tidak defekasi, klien yang mengalami konstipasi perlu upaya mengejan yang lebih kuat pada saat defekasi

Transcript of Love Konstipasi

Definisi, Patofisiologi, Komplikasi, dan Klasifikasi KonstipasiOleh Agustina Melviani, 1206218852

1. Definisi Konstipasi

Konstipasi mengacu kepada defekasi abnormal yang tidak teratur, dan juga mengacu pada pengerasan abnormal feses yang membuatnya sulit untuk keluar dan terkadang sangat terasa sakit (Baughman & Hackley, 2000). Konstipasi adalah keadaan dimana individu mengalami stasis usus besar, yang mengakibatkan eliminasi jarang atau keras dan feses kering (Carpenito, 1995). Menurut World Gastroenterology Organisation (2010) konstipasi didefinisikan sebagai suatu gangguan yang terjadi secara terus-menerus yang ditandai dengan sulit serta jarngnya buang air besar (3-4 hari sekali). Menurut Djojoningrat (2006, dalam Sudoyo, 2006) konstiipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi defekasi, sensasi tidak puas atau tidak lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras, proses defekasi dapat terjadi seminggu atau lebih dari 3 hari tidak defekasi, klien yang mengalami konstipasi perlu upaya mengejan yang lebih kuat pada saat defekasi.2. Patofisiologi

Ketika serat cukup dikonsumsi, kotoran/ feses akan menjadi besar dan lunak karena serat-serat tumbuhan dapat menarik air, kemudian akan menstimulasi otot dan pencernaan dan akhirnya tekanan yang digunakan untuk pengeluaran feses menjadi berkurang. Ketika serat yang dikonsumsi seedikit, kotoran akan menjadi kecil dan keras. Konstipasi akan timbul, dimana dalam proses defekasi terjadi tekanan yang berlebihan dalam usus besar. Tekanan tinggi ini dapat memaksa bagian dari dinding usus besar (kolon) keluar dari sekitar otot, membentuk kantong kecil yang disebut divertikula. Hemoroid juga bisa sebagai akibat dari tekanan yang berlebihan saat defekasi.Hemoroid adalah dilatasi varises pleksus vena submukosa anus dan perianus. Dilatasi ini sering terjadi setelah usia 50 tahun yang berkaitan dengan peningkatan tekanan vena di dalam pleksus hemoroidalis (Kumar, Cotran, dan Robbin, 2007). Faktor resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intraabdomen karena tumor, kehamilan, usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau akut berlebihan, hubungan seks perianal, kurang minum air, kurang makanan berserat, kurang olahraga dan imobilisasi (Sudoyo, 2006).3. KomplikasiMenurut Smeltzer & Bare ( 2007), konstipasi yang terjadi sesekali mungkin tidak merugikan kesehatan, namun bila konstipasi ini terjadi berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama maka dapat menimbulkan beberapa komplikasi:1) Hipertensi arterial

Mengejan saat defekasi dapat mengakibatkan pengeluaran nafas dengan kuat dan glotis menutup, sehingga menimbulkan efek pengerutan pada tekanan darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di dada untuk sementara dihambat akibat peningkatan tekanan intra thorakal. Tekanan ini menimbulkan kolaps pada vena besar dada. Atrium dan ventrikel menerima sedikit darah dan akibatnya sedikit darah yang dialirkan melalui kontraksi sistolik dari ventrikel kiri. Curah jantung menurun dan terjadi penurunan sementara tekanan arteri. Hampir segera setelah periode hipotensi, terjadi peningkatan pada tekanan arteri.

2) Impaksi fekal

Impaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak dapat dikeluarkan. Massa ini dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan pembentukan ulkus dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang sering

3) Fisura anal

Fisura anal dapat diakibatkan oleh pasae feses yang keras melalui anus, sehingga merobek lapisan kanal anal

4) Hemoroid

Hemoroid terjadi sebagai akibat kongesti vaskuler perianal yang disebabkan oleh peregangan

5) Megakolon

Masa fekal yang menyumbat pasase isi kolon dapat menyebabkan dilatasi dan atoni kolon (megakolon). Megakolon dapat menyebabkan perforasi usus.

6) Kanker kolon

Bakteri menghasilkan zat-zat penyebab kanker. Konsistensi tinja yang keras akan memperlambat pasase tinja sehingga bakteri memiliki waktu yang cukup lama untuk memproduksi karsinogen dan karsinogen yang diproduksi menjadi lebih konsentrat.4. Klasifikasi Konstipasi

Jika berdasarkan waktu, konstipasi digolongkan menjadi dua yaitu konstipasi akut apabila berlangsung sampai 4 mingu dan dikatakan kronis apabila berlangsung lebih dari 4 minggu Sementara itu, menurut Hadi (1995) konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

1) Konstipasi simpel (konstipasi yang disebabkan oleh gangguan fungsi)

a. Rektal stasis (dyschezia)

b. Kolon stasis

2) Konstipasi simtomatik (konstipasi sebagai gejala suatu penyakit)

a. Konstipasi sebgai gejala penyakit akut:

Dehidrasi

Obstruksi intestinal

Apendisitis akut

b. Konstipasi sebagai gejala penyakit kronik:

Kelainan pada traktus gastrointestinal

Kelainan pada pelvis

Penyakit umum di organ lainMonastyrsky (2009) mengklasifikasikan konstipasi menjadi tiga tahap:1) Konstipasi fungsional (reversible)

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh stress, operasi, colonoscopy, diare, keracunan makanan, ataupun efek samping dari obat sehingga dapat mengganggu peristaltik usus. Tinja penderita pada jenis ini digambarkan dengan skala BSF 1 sampai 3.2) Konstipasi laten (hidden)Jika flora pada usus dan peristalltik usus tidak benar-benar pulih, maka konstipasi fungsional dapat menjadi konstipasi laten, karena efek dari serat makanan atau obat pencahar yang menimbulkan efek normalitas dan keteraturan. Tinja menjadi lebih besar, lebih berat, dan lebih keras, biasanya jenis BSF 3, dan mengejan lebih intens.

3) Konstipasi organik (irreversible)Seiring berjalannya waktu, tinja yang besar dan keras (antara BSF 2 dan 3) terus memperbesar internal hemorrhoids dan peregangan dari usus besar. Hal ini menyebabkan berkurangnya diameter lubang anus, menyebabkan kerusakan saraf yang berada di dekat anorektal, dan memperlambat atau membatalkan sama sekali motilitas kolon.pada jenis ini, penderita tidak lagi merasakan dorongan untuk buang air besar, dan menjadi bergantung pada obat pencahar untuk menyelesaikan buang air besar.Berikut ini adalah Bristol Stool Scale.Tipe 1: bulatan keras yang terpisah, seperti kacang-kacangan (sangat sulit untuk dikeluarkan). Tinja jenis ini tidak memiliki kualitas amorf normal, karena bakteri hilang dan tidak ada yang menahan air. Bulatan keras dan kasar ini berdiameter 1 sampai 2 cm dan memungkinkan adanya resiko perdarahan.

Tipe 2: seperti sosis tetapi tidak halus, kental. Tinja jenis ini sangat khas pada konstipasi organik. Diameternya adalah 3 sampai 4 cm. Tipe ini adalah yang paling merusak karena ukuran dari tinja yang mendekati pembukaan maksimum lubang anus (3,5 cm).Tipe 3: seperti sosis tapi memiliki celah-celah di permukaannya. Bentuk tinja seperti ini ciri khas dari konstipasi laten. Diameternya adalah 2 sampai 3,5 cm. Kemungkinan dapat terjadi Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Tipe 4: Seperti sosis atau ular, halus dan lembiut. Bentuk seperti ini normal bagi seseorang yang buang air besar sekali sehari. Diameter berkisar 1 sampai 2 cmTipe 5: gumpalan lembut, tinja seperti khas ditemui pada orang yang buang air besar 2 kali atau 3 kali dalam sehari. Diameternya adalah 1 sampai 1,5 cm.

Tipe 6: potongan fluffy dengan tepi yang kasar, tinja lembek. Tinja jenis ini menunjukkan motilitas cepat dari kolon.

Tipe 7: berair, tidak terdapat potongan padat. Jenis ini tentu saja adalah diare.

Referensi

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. (1995). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi, Ed. 4, alih bahasa Yasman Asih. Jakarta: EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16741/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 4 Mei 2014

Kumar V., Cotran, R. S., & Robbins, S. L. (2007). Buku Ajar Patologi Ed. 7, Vol. 1. Jakarta: EGC

Monastyrsky, Konstantin. (2009). What Exactly are Normal Stools?. Retrieved from http://www.gutsense.org/constipation/normal_stools.html (diakses pada 4 Mei 2014)

Smeltzer, S. C & Bare B. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk. (2006). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

World Gastroenterology Organisation . (2010). Constipation: A Global Perspective. Retrieved fromhttp://www.worldgastroenterology.org/assets/export/userfiles/05_constipation.pdf