LO agr1

6
Peran dokter dalam Agromedicine Undang-undang No. 36 tahun 2009 RI tentang Kesehatan pasal 64 mengatakan Kesehatan Kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan; selanjutnya disebutkan bahwa cara mencapainya melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan. Selain itu, komisi gabungan ILO/WHO dalam Kesehatan Kerja pada tahun 1950 merumuskan Kesehatan Kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya. Sumber : Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kesehatan RI. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan: Available from: http://www.hukor.depkes.go.id Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna, terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan di tempat kerja dalam suatu sistem kesehatan yang terpadu. Upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas kerjanya serta pencegahan terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja dilakukan dengan 1) melakukan penempatan pekerja dalam suatu sistem kerja yang disesuaikan dengan kapasitas fisiologi dan psikologinya; 2) memperbaiki perilaku hidup dan perilaku kerjanya; 3) memperbaiki kondisi lingkungan kerja dan ergonomi pekerjaan yang kondusif bagi kesehatan dan keselamatan pekerja; 4) mengembangkan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja ke arah yang mendukung kesehatan pekerja.

description

k

Transcript of LO agr1

Page 1: LO agr1

Peran dokter dalam Agromedicine

Undang-undang No. 36 tahun 2009 RI tentang Kesehatan pasal 64 mengatakan Kesehatan Kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan; selanjutnya disebutkan bahwa cara mencapainya melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan. Selain itu, komisi gabungan ILO/WHO dalam Kesehatan Kerja pada tahun 1950 merumuskan Kesehatan Kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya.

Sumber : Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kesehatan RI. Kumpulan Peraturan Perundang- Undangan: Available from: http://www.hukor.depkes.go.id

Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna, terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan di tempat kerja dalam suatu sistem kesehatan yang terpadu. Upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas kerjanya serta pencegahan terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja dilakukan dengan 1) melakukan penempatan pekerja dalam suatu sistem kerja yang disesuaikan dengan kapasitas fisiologi dan psikologinya; 2) memperbaiki perilaku hidup dan perilaku kerjanya; 3) memperbaiki kondisi lingkungan kerja dan ergonomi pekerjaan yang kondusif bagi kesehatan dan keselamatan pekerja; 4) mengembangkan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja ke arah yang mendukung kesehatan pekerja.

Sumber : Fedotov, I.A., Saux, M., Rantanen, J. Occupational Health Services. In: Stellman, J.M., editor. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, 4 th edition. Geneva: ILO; 1998.

Dokter Kesehatan Kerja adalah Dokter Pelayanan Primer yang memberikan pelayanan kesehatan kerja di tempat kerja, sebagai bagian penting dari tim keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan/organisasi. Mereka bekerja di sektor jasa, industri, pertanian, kehutanan, kesehatan, transportasi, laboratorium, rumah sakit atau di tempat lainnya. Pelayanan yang diberikan Dokter Pelayanan Primer di bidang kesehatan kerja terutama berfokus pada manusia, pelayanan promotif dan preventif diberikan kepada masyarakat pekerja yang sehat, sedangkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif diberikan kepada pekerja yang sudah terganggu kesehatannya. Ruang lingkup pelayanan kesehatan kerja yang diberikan dokter pelayanan primer antara lain mencakup pelayanan seperti berikut.

Page 2: LO agr1

Pertama, dokter kesehatan kerja bertanggung jawab atas penempatan pekerja pada pekerjaan/jabatan yang sesuai (fit to work) dengan kapasitas kerja dan status kesehatannya, merupakan upaya preventif. Kesesuaian tersebut adalah keserasian antara status kesehatan, kapasitas dan kapabilitas pekerja secara fisik, mental dan sosial, dengan tuntutan kondisi kerja yang bersumber dari lingkungan, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum penempatan (pre-placement test), untuk pekerja baru dan pekerja lama yang akan dipindah tugaskan. Untuk itu, perlu deskripsi tuntutan tugas (task demand) meliputi data kondisi lingkungan higiene industri, kondisi ergonomi pekerjaan dan kondisi stres kerja yang bersumber dari pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Penempatan pekerja juga mempertimbangkan hasil pemeriksaan kesehatan dan surveilans kesehatan kerja.

Kedua, dokter kesehatan kerja mengelola program promosi kesehatan di tempat kerja/PKDTK (workplace health promotion) untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja serta pencegahan penyakit, merupakan upaya promotif dan preventif. PKDTK bertujuan untuk mengendalikan faktor risiko yang bersumber dari perilaku hidup dan perilaku bekerja yang kurang sehat. Perilaku hidup tidak sehat misalnya pola makan, aktivitas fisik, berat badan, konsumsi rokok, alkohol atau narkoba, kurang tidur kurang istirahat dan tidak cukup rekreasi, dilaksanakan untuk mencegah penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, stroke dan hipertensi; sedangkan perilaku bekerja tidak sehat contohnya adalah bekerja tidak sesuai prosedur standar, bekerja sambil bercanda, ceroboh tidak hati-hati atau tidak menggunakan alat pelindung diri. PKDTK adalah ilmu dan seni yang membantu pekerja dan manajemen mengubah perilaku hidup dan perilaku bekerja untuk mencapai kapasitas kerja dan tingkat kesehatan yang optimal, sehingga meningkatkan kinerja. produktivitas dan kapasitas kerja, serta menurunkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Di lapangan, PKDTK diaplikasikan sebagai program yang dirancang melalui proses peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan (pendidikan), dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat di tempat kerja. Hal tersebut sesuai dengan kondisi dan potensi tempat kerja, dengan pendekatan pendidikan, organisasi, masyarakat lingkungan dan keluarganya, sehingga mampu mengendalikan kesehatan pekerja.

Ketiga, dokter kesehatan kerja melakukan pencegahan penyakit akibat kerja dengan melakukan diagnosis dini berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dilanjutkan dengan studi epidemiologi yang dipadukan dengan informasi pajanan hazard atau bahaya yang bersumber dari sistem kerja, yaitu hazard lingkungan berupa faktor fisik, kimia dan biologik; hazard ergonomik yang bersumber dari aktivitas atau pekerjaan, mesin dan peralatan kerja, serta desain tempat kerja. Diagnosis dini bermanfaat untuk tindakan pencegahan dan pengobatan segera, serta memberikan informasi untuk dilakukan perbaikan sistem kerja.

Keempat adalah menilai kondisi psikologik pekerja untuk mendeteksi dini adanya stres kerja dan/kelelahan berlebih pada kelompok kerja tertentu. Hasil penilaian ini bermanfaat dalam membantu pekerja dan pemberi kerja dalam hal peningkatan hubungan kerja khususnya dalam pengembangan pengorganisian pekerjaan dan budaya kerja, menyangkut pengendalain stres kerja yang bersumber dari job content dan job context. Perbaikan job content seperti perbaikan mesin dan alat kerja, beban kerja, jadwal dan kecepatan kerja yang sesuai dengan kapasitas dan keterbatasan pekerja. Sedangkan contoh perbaikan job context adalah memperbaiki komunikasi antara atasan dan bawahan atau antara sesama

Page 3: LO agr1

teman pekerja; peran, hak, tanggung jawab dan wewenang yang jelas; adanya kepastian pengembangan karier.

Kelima adalah melakukan surveilans kesehatan pekerja, merupakan upaya preventif. Surveilans kesehatan kerja meliputi kegiatan a) mengumpulkan data faktor risiko kesehatan di tempat kerja yang bersumber dari lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja; data kesehatan (dari hasil pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan khusus serta data kunjungan pengobatan/ perawatan) dan kemangkiran pekerja; b) melakukan analisis dan interpretasi data berdasarkan kaidah epidemiologi untuk melihat frekuensi, distribusi dan trend perkembangan faktor risiko dan gangguan kesehatan, menilai hubungan faktor risiko dan gangguan kesehatan pekerja; c) komunikasi data dan hasil analisis untuk digunakan dalam rencana perbaikan termasuk pertimbangan penempatan pekerja. Pencatatan dan pelaporan upaya pelayanan kesehatan kerja dan kasus KAK/PAK (secara agregat), dilaporkan kepada manajemen, serikat pekerja dan Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. KAK/PAK secara individu (by name) hanya dilaporkan dengan cara yang menjunjung tinggi kode etik untuk kepentingan kompensasi. Dokumentasi termasuk rekam medik dijaga kerahasiaannya dan dipertahankan minimal 30 tahun, bahkan ada yang menganjurkan dipertahankan seumur hidup.

Ruang lingkup kesehatan kerja ke enam atau yang terakhir adalah pelayanan klinik, merupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan klinik mencakup diagnosis, terapi, rahabilitasi dan bila diperlukan perhitungan cacat serta rujukan bagi pekerja yang sakit/cedera, serta pelayanan pertolongan pertama pada kecelakaan (cedera dan penyakit aku), bahkan Medical Emergency Plan yang merupakan upaya preventif.

Sumber : Kurniawidjaja LM. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Cetakan ketiga. Jakarta: UI Press: 2012.

Terdapat Tujuh Area Kompetensi dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang digambarkan sebagai pondasi dan pilar suatu bangunan (Gambar 1), yaitu:

1. Pengelolaan Informasi

2. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

3. Keterampilan Klinis

4. Pengelolaan Masalah Kesehatan

5. Komunikasi Efektif

6. Mawas diri dan Pengembangan Diri

7. Profesionalitas yang Luhur.

Sedangkan untuk dokter yang bekerja di bidang kesehatan kerja memerlukan kompetensi tambahan sebagaimana tuntutan pekerjaannya yang melampaui batas hubungan antara dokter dengan pasien,

Page 4: LO agr1

yaitu sebagai Dokter Kesehatan Kerja yang dikenal luas sebagai Occupational Health Physician atau sering disingkat sebagai OH doctor termasuk Dokter Perusahaan yang bekerja dalam kegiatan tim kesehatan kerja di perusahaan, antara lain sebagai berikut.

Health hazards mapping Health mapping Penyusunan program kesehatan kerja di perusahaan/organisasi kerja berdasarkan prioritas dan

feasibilitas Pemeriksaan kesehatan pekerja berbasis hazard kesehatan di tempat kerja (hazard based

health examination) Penilaian fit to work Pengelolaan surveilans kesehatan kerja Kajian manajerial terkait kesehatan kerja Komunikasi efektif tripartit Saksi ahli mediko-legal masalah kesehatan di tempat kerja Penilaian, promosi dan proteksi spesifik dampak interaksi antara manusia dan sistem kerja Pengelolaan kompensasi atau jaminan sosial tenaga kerja Manajemen risiko kesehatan kerja Sistem manajemen kesehatan kerja sebagai bagian dari sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja (SMK3) First aid dan medical emergency response plan di tempat kerja Pengelolaan hygiene makanan di tempat kerja dan pemeriksaan kesehatan penjamah makanan

(Food Hygiene)

Sumber : Kurniawidjaja LM. Modul Promosi Kesehatan di Tempat Kerja. Depok; FKMUI; 2014