LO 2

11
LO 2 ALAT DAN BAHAN ANESTESI DAN PENCABUTAN GIGI ANAK Alat dan Bahan Anestesi Dalam melakukan anestesi, diperlukan beberapa alat seperti : 1. Syringe : terdiri dari kotak logam dan plugger yang disatukan 2. Catridge 3. Jarum : untuk anestesi gigi sulung anak terdapat 2 macam jarum, yaitu jarum pendek dan jarum panjang. Jarum pendek memiliki panjang sekitar 2-2.5 cm yang biasa digunakan untuk teknik anestesi infiltrasi. Sedangkan jarum panjang sekitar 3.5 cm digunakan untuk anestesi blok. Menurut ketebalannya, jarum juga terbagi menjadi 2, yaitu jarum tipis (30 gauge) digunakan untuk anestesi infiltrasi, dan jarum tebal (27 gauge) digunakan untuk anestesi lainnya. Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan epinephrine (adrenaline). Lidocaine 2% dan epinephrine 1:80.000 merupakan pilihan utama, kecuali bila ada alergi. Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif. Epinephrine dapan menurunkan perdarahan pada regio injeksi. Hal yang penting bagi

description

ALAT DAN BAHAN ANESTESI DAN PENCABUTAN GIGI ANAKAlat dan Bahan AnestesiDalam melakukan anestesi, diperlukan beberapa alat seperti : 1. Syringe : terdiri dari kotak logam dan plugger yang disatukan2. Catridge3. Jarum : untuk anestesi gigi sulung anak terdapat 2 macam jarum, yaitu jarum pendek dan jarum panjang. Jarum pendek memiliki panjang sekitar 2-2.5 cm yang biasa digunakan untuk teknik anestesi infiltrasi. Sedangkan jarum panjang sekitar 3.5 cm digunakan untuk anestesi blok. Menurut ketebalannya, jarum juga terbagi menjadi 2, yaitu jarum tipis (30 gauge) digunakan untuk anestesi infiltrasi, dan jarum tebal (27 gauge) digunakan untuk anestesi lainnya.

Transcript of LO 2

Page 1: LO 2

LO 2

ALAT DAN BAHAN ANESTESI DAN PENCABUTAN GIGI ANAK

Alat dan Bahan Anestesi

Dalam melakukan anestesi, diperlukan beberapa alat seperti :

1. Syringe : terdiri dari kotak logam dan plugger yang disatukan

2. Catridge

3. Jarum : untuk anestesi gigi sulung anak terdapat 2 macam jarum, yaitu

jarum pendek dan jarum panjang. Jarum pendek memiliki panjang sekitar

2-2.5 cm yang biasa digunakan untuk teknik anestesi infiltrasi. Sedangkan

jarum panjang sekitar 3.5 cm digunakan untuk anestesi blok. Menurut

ketebalannya, jarum juga terbagi menjadi 2, yaitu jarum tipis (30 gauge)

digunakan untuk anestesi infiltrasi, dan jarum tebal (27 gauge) digunakan

untuk anestesi lainnya.

Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan

epinephrine (adrenaline). Lidocaine 2% dan epinephrine 1:80.000 merupakan

pilihan utama, kecuali bila ada alergi. Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif.

Epinephrine dapan menurunkan perdarahan pada regio injeksi. Hal yang penting

bagi drg ketika akan menganastesi pasien adalah dosis. Dosis yang diperkenankan

adalah berdasarkan berat badan anak seperti pada tabel.

Tabel 1. Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan.

Nama obat Nama

dagang

vasokonstriktor Lama kerja Dosis

maksimum

Lidocain 2% Xylocaine Epinephrine

1 : 100.000

3-5 jam 4,4 mg/kg

Mepivacaine

3%

Carbocaine - 2-3 jam 4,4 mg/kg

Prilokain 4% Citanest Epinephrine 3-8 jam 6,0 mg/kg

Page 2: LO 2

Forte 1 : 200.000

Bupivakain

0,5%

Marcaine

HCl

Epinephrine

1 : 200.000

4-9 jam 1,3 mg/kg

Alat dan Bahan Ekstraksi Gigi Anak

Pada dasarnya dalam pencabutan sederhana diperlukan beberapa alat seperti

forceps / tang dan elevator / bein (pengungkit).

1. Forceps atau tang yang digunakan dalam ekstraksi gigi anak memiliki

bentuk yang kurang lebih sama dengan tang untuk ekstraksi gigi permanen

untuk orang dewasa. Hanya saja ukurannya yang lebih kecil dan beaks /

paruh tang yang bentuknya lebih sempit karena menyesuaikan dari

anatomi gigi sulung.

Bagian bagian tang / forceps :

- Handle : gagang tempat untuk memegang instrument, yang berada di

atas engsel.

- Engsel

- Beaks / paruh : berada di bawah engsel. Paruh merupakan bagian yang

sangat fungsional yang dapat mencengkram secara langsung mahkota

gigi terutama di bagian servikal, dan mencabutnya dari soket.

Page 3: LO 2

Karena perbedaan anatomi gigi sulung, maka dibuat bentuk beaks / paruh

yang berbeda – beda. Secara umum tang untuk keenam gigi anterior rahang atas

memiliki bentuk paruh yang cenderung lurus dengan handlenya. Sedangkan tang

universal / tang no 150s memiliki bentuk paruh sedikit melengkung. Tang ini

dapat juga digunakan untuk ekstraksi keenam gigi anterior. Adapula tang molar

maksila yang memiliki bentuk paruh yang melengkung ke atas, dan terdiri dari 2

macam, yaitu untuk gigi molar kanan dan molar kiri rahang atas.

Tang untuk mandibular

berbeda dengan tang untuk maksila,

perbedaannya terletak pada beaks /

paruhnya yang melengkung ke

bawah, dengan akhiran paruh yang

cekung / concave tanpa ujung yang

meruncing. Tang ini disebut juga

sebagai tang universal / forceps no

151s. adapula tang molar

mandibular yang digunakan untuk

mengambil gigi molar rahang bawah.

Cara memegang tang atau forceps yang benar adalah dengan

menggenggam tang pada bagian forceps. Dimana tang untuk rahang atas,

beak-nya menghadap ke atas, dan untuk rahang bawah beak-nya

menghadap kebawah.

Terdapat beberapa prinsip dasar dalam memilih forcep :

- Beak dari forcep harus bisa beradaptasi dengan permukaan akar gigi.

- Beak dari forcep harus bisa diposisikan menarik gigi dengan posisi

sejajar sumbu gigi.

- Ukuran beak harus cukup kecil untuk menarik gigi sehingga gigi

sebelahnya tidak ikut tertarik.

Page 4: LO 2

DEF A : Molar RA DEF C : Molar RBDEF E : Anterior RA

Pada forceps gigi posterior yang memiliki dua atau tiga akar,

bentuk ujung tang agak meruncing karena berfungsi untuk mencengkeram

daerah bifurkasi. Forceps gigi posterior RA, yang ujung paruhnya

meruncing menunjukkan paruh itu harus diletakkan di bukal, untuk

mencengkeram bifurkasi akar mesiobukal dan distobukal.

Page 5: LO 2

DEF B : Sisa Akar RB (Universal)DEF F : Sisa Akar RA (Universal)

Pada forceps gigi sisa akar, biasanya bersifat universal atau dapat

digunakan pada semua gigi di regio yang sama. Pada pencabutan gigi

anak, jangan gunakan forceps tipe cowhorn yang memiliki kedua ujung

runcing pada ujung paruhnya. Cengkeramannya di daerah bifurkasi dapat

menyebabkan ikut tertariknya benih gigi permanen yang ada tepat di

bawah akar gigi sulung yang divergen.

Forceps 16-23 “Cowhorn’ Type

2. Elevator / Pengungkit : Elevator ini jarang sekali digunakan, bahkan

dihindari dalam melakukan ekstraksi gigi sulung, karena ditakutkan dapat

mempengaruhi dari letak dan pertumbuhan gigi permanen pengganti yang

terletak dekat dengan gigi sulung. Selain itu karena resorbsi fisiologis pada

gigi sulung menyebabkan gigi sulung sudah mengalami luksasi sebelum

dilakukan ekstraksi. Namun dalam beberapa kasus ketika gigi sulung tidak

teresorbsi, akan lebih sulit dalam melakukan pencabutan. Sehingga

dibutuhkan elevator / pengungkit untuk meluksasikan gigi tersebut terlebih

dahulu, baru digunakan tang untuk mengekstraksinya. Selain itu adanya

keadaan mahkota sangat kecil atau keadaan diamana tang tidak dapat

menjangkau gigi tersebut, menyebabkan penggunaan elevator atau

pengungkit ini cukup dibutuhkan untuk mencapai gigi tersebut.

Page 6: LO 2

Elevator sendiri memiliki 3 bagian utama, yaitu :

- Handle : gagang tempat memegang instrument.

- Shank : menghubungkan antara handle dan blade.

- Blade : memiliki 2 permukaan yaitu cembung / convex dan cekung /

concave. Blade selalu berkontak dengan gigi yang akan diluksasi.

Cara memegang elevator

/ bein yang benar adalah

dengan cara menggenggam

dengan telapak tangan pada

bagian handle, dengan jari

telunjuk ditempatkan

disepanjang shank sampai

hampir mencapai blade.

Kemudian blade dimasukkan antara gigi yang akan diluksasi dengan soket

gigi.

Selain alat, ada pula bahan yang digunakan dalam ekstraksi gigi sulung, antara

lain :

1. Bahan suture yang resorbable

Selain bersifat resorbable, biasanya bahan suture yang digunakan pada

anak juga ditambahkan dengan gliserin untuk menghilangkan rasa tidak

nyaman, yang dapat membuat anak ingin melepas jahitan tersebut.

2. Syringe yang dapat diaspirasi

Page 7: LO 2

Penggunaan jenis yang dapat diaspirasi dapat membantu operator

memastikan apakah lokasi injeksi sudah tepat atau belum. Caranya adalah

dengan melihat apakah ada darah yang masuk ke cartridge setelah

dilakukan sedikit penarikan pada tarikan syringe. Jika ada darah, maka

jarum telah mengenai pembuluh darah. Harus dilakukan injeksi ulang di

daerah yang sama, namun tidak di tempat awal injeksi tadi. Jika operator

tidak melakukan hal ini, terdapat resiko syok yang tinggi apabila anastesi

lokal dideponir langsung ke pembuluh darah.

Bahan Medikasi :

1. Epinefrin

2. Diphenhydramine

3. Oksigen

Bahan-bahan di atas adalah suatu upaya preventif apabila dalam tindakan

operatif terdapat kondisi darurat, yang disebabkan oleh ketidaktahuan pasien

terhadap kondisi sistemiknya (alergi, penyakit kardiovaskuler), ketidakinginan

pasien untuk memberitahukan kondisinya pada operator, dan ketidaktahuan

operator dalam membaca kondisi pasien.

Epinefrin sebanyak 0,125-0,25 ml digunakan secara intravena (IV) pada

pasien yang mengalami syok anafilaktik, misalnya karena alergi anastesi lokal.

Ketika asisten sedang menghubungi ambulans, maka operator dapat memberikan

penanganan pertama dengan memberikan suntikan IV pada pasien ini.

Diphenhydramine merupakan antihistamin yag sering digunakan untuk

menghambat sintesis histamin pada kondisi alergi juga. Sedangkan oksigen harus

disediakan karena pada kondisi seperti syok anafilaktik, pasien dapat mengalami

gangguan pernapasan.

Page 8: LO 2

Daftar Pustaka :

Andlaw, R.J. 1992. Perawatan Gigi Anak edisi 2. Jakarta: Widya Medika

Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery, Germany : Springer-Verlag

Berlin Heidelberg.

McDonald, Ralph E. Et al. 2004. Dentistry for The Child and Adolescent

8th Edition. US of America: Library of Congress Cataloging-in-

Publication Data.

Stewart, Ray E., Barber, Thomas K., Wei, Stephen H. Y. 1982. Pediatric

Dentistry: Scientfic Foundations and clinical practice. London : Mosby

Company.