LO 2 AYU

5
Pada tahap insersi , setelah gigi tiruan selesai difabrikasi dari laboratorium sebelum dipasangkan/disementasi pada pasien gigi tiruan ini perlu dievaluasi terlebih dahulu. Jika sudah baik maka bisa disementasikan di gigi pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. Kecekatan (fitness/self retention) GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi. 2. Marginal fitness & integrity Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi. 3. Kontak proksimal Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang. 4. Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva

description

n

Transcript of LO 2 AYU

Page 1: LO 2 AYU

Pada tahap insersi , setelah gigi tiruan selesai difabrikasi dari laboratorium sebelum

dipasangkan/disementasi pada pasien gigi tiruan ini perlu dievaluasi terlebih dahulu. Jika

sudah baik maka bisa disementasikan di gigi pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Kecekatan (fitness/self retention)

GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak

jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan

yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.

2. Marginal fitness & integrity

Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde apakah ada bagian

yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi servikal.

Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi

servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan

pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat

terbukanya tepi restorasi.

3. Kontak proksimal

Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu ke labial

atau lingual atau oklusal). Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi

dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus

mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.

4. Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva

Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak

goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah

faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga.

Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan menekan gusi meskipun

ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna pada gusi yang dapat

berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self cleansing pada daerah

embrasurnya.

5. Penyesuaian oklusal

Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik kontak

dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam kondisi oklusi sentris.

Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan

bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan

saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat berujung pada

Page 2: LO 2 AYU

gangguan sistem mastikasi. Cara memeriksa oklusi dilakukan dengan menggunakan

kertas artikulasi yang diletakan diantara gigi rahang atas dan rahang bawah kemudian

pasien diinstruksikan untuk mengunyah. Pada keadaan normal akan terlihat warna

yang menyebar secara merata pada permukaan gigi. Apabila warna tidak merata maka

perlu dilakukan selective grinding. Pengecekan ini dilakukan sampai tidak terjadi

traumatik oklusi.

6. Estetika

Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya pada masa

kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal mungkin,

maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior)

maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi,

dan bentuk normal gigi tersebut.

7. Internal fit

Internal fit merupakan ketepatan bagian dalam retainer gigi tiruan cekat dengan

permukaan luar gigi penyangga yang telah di preparasi

8. Kontur

Kontur pada bagian eksternal dari gigi tiruan yang telah jadi harus sesuai dengan

kontur anatomis gigi sebelumnya. Hal ini akan mempengaruhi dari kontak dan

hubungan dengan jaringan dalam rongga mulut pasien

Teknik Insersi Gigi Tiruan Jembatan

1. Menyiapkan crown

Crown dibersihkan dengan alat ultrasonic, ataupun sikat gigi dan detergent.

Selanjutnya dibilas dengan air dan dikeringkan dengan hembusan air.

2. Menyiapkan gigi

Gigi yang akan dipasangi crown dibersihkan dengan air dan hembusan udara.

3. Menyiapkan semen

Semen yang biasa digunakan adalah Zinc Fosfat , Zinc Okside Eugenol ataupun Glass

Ionomer. Kemudian semen diaduk dengan aturan sesuai dengan jenis semen dan

aturan pabrik.

Zink Fosfat

Page 3: LO 2 AYU

Kelebihan : lebih tahan lama, compressive strength baik, working time relatif lebih

lama, tahan terhadap penyerapan air, tidak mengiritasi pulpa walaupun

mengandung asam

Kekurangan : tensile strength rendah

Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan preparasi yang baik (retentif) dan

untuk restorasi multiple karena working time dapat diperpanjang, semen untuk

mahkota tetap

Zink Okside Eugenol

Kelebihan : cukup tahan lama, compressive strength baik, working time relatif

lebih lama, tahan terhadap penyerapan air (tidak lebih lebih tahan dari zink fosfat),

tidak mengiritasi pulpa

Kekurangan : tensile strength rendah, lapisan film yang dihasilkan tebal

Indikasi : gigi vital/sensitif, semen untuk mahkota sementara/temporary bridge

Glass Ionomer

Kelebihan : mengandung fluoride

Kekurangan : sensitif dalam keadaan lembab, tensile strength rendah, tidak tahan

terhadap asam

Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan pasien yang memiliki tingkat

karies tinggi, atau oral hygiene kurang, sering digunakan sebagai alternatif semen

zink fosfat

4. Mengaplikasikan semen pada cekungan crown dan permukaan gigi yang akan

dipasangi crown.

5. Insersi crown

Crown dipasang dengan cepat dan ditekan dengan kuat dan stabil secara terus

menerus untuk memaksa keluar sisa sisa semen dari margin. Penekanan bias

dilakukan oleh operator ataupun pasien dengan menggigit gulungan kapas. Penekanan

ini dipertahankan selama semen belum setting.

6. Setelah semen seting, sisa sisa semen dibersihkan, cek oklusi dan dilakukan

pemolesan.

Daftar pustaka

Page 4: LO 2 AYU

Wassell, R. 2002. “Crown and other-coronal restoration: Try-in and cementation

of crowns”. British Dental Journal. Vol.193 (1): 17-28

Basker RM . 2003. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi Edisi 3.

Jakarta : EGC