dian ayu LBM 2 KGD

43
SUMBATAN JALAN NAPAS STEP 1 1. Triple airway manuver : suatu cara untuk membuka jalan nafas sederhana yang didalam nya terdapat 3 perlakuan. 1. head tilt. 2. Chin lift 3. Jaw thrust. 2. Oropharyngeal airway : alat untuk membuka jalan nafas yang diakibatkan lidah menutupi jalan nafas. Untuk pasien yang tidak sadarkan diri. 3. Definitive airway : 4. AVPU: alert and awake untuk menilai gangguan orientasi waktu dan tempat, verbal : diberi rangsangan verbal , pain : diberi rangsangan nyeri , unconsiousness : tidak dapat merespon stimulus/ rangsangan. STEP 2 1. Mengapa terjadi sianosis ? 2. Mengapa penderita mengeluarkan suara seperti mengorok dan berkumur? 3. Bagaimana cara menilai jalan nafas untuk mengetahui gangguan jalur pernafasan ? 4. Jenis-jenis suara tambahan karena obstruksi jalan nafas 5. Mengapa kondisi pasien bertambah buruk , saturasi menjadi 89%? 6. Apa hubungan cidera kepala (fraktur impresi os. frontal) dengan kondisi pasien di skenario ? 7. Mengapa ditemukan GCS 8? 8. Bagaimana cara melakukan pembukaan dan pemeliharaan jalan nafas atas? 9. Mengapa dokter melakukan pemasangan definitive airway? 10. Etiologi dan macam2 obstruksi jalan nafas 11. Bagaimana cara melakukan primary survey

description

semnagats

Transcript of dian ayu LBM 2 KGD

SUMBATAN JALAN NAPAS

SUMBATAN JALAN NAPASSTEP 11. Triple airway manuver : suatu cara untuk membuka jalan nafas sederhana yang didalam nya terdapat 3 perlakuan. 1. head tilt. 2. Chin lift 3. Jaw thrust.

2. Oropharyngeal airway : alat untuk membuka jalan nafas yang diakibatkan lidah menutupi jalan nafas. Untuk pasien yang tidak sadarkan diri.3. Definitive airway : 4. AVPU: alert and awake untuk menilai gangguan orientasi waktu dan tempat, verbal : diberi rangsangan verbal , pain : diberi rangsangan nyeri , unconsiousness : tidak dapat merespon stimulus/ rangsangan.STEP 21. Mengapa terjadi sianosis ? 2. Mengapa penderita mengeluarkan suara seperti mengorok dan berkumur?3. Bagaimana cara menilai jalan nafas untuk mengetahui gangguan jalur pernafasan ? 4. Jenis-jenis suara tambahan karena obstruksi jalan nafas5. Mengapa kondisi pasien bertambah buruk , saturasi menjadi 89%?6. Apa hubungan cidera kepala (fraktur impresi os. frontal) dengan kondisi pasien di skenario ?7. Mengapa ditemukan GCS 8?8. Bagaimana cara melakukan pembukaan dan pemeliharaan jalan nafas atas?9. Mengapa dokter melakukan pemasangan definitive airway?10. Etiologi dan macam2 obstruksi jalan nafas11. Bagaimana cara melakukan primary survey

STEP 71. Mengapa terjadi sianosis ?

Jawab: Sianosis warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.

Menandakan konsentrasi oksigen darah rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung dan di daerah geografis yang tinggi, perdarahan (volume darah??? Waktu?), sumbatan jalan napas.Penyebab: Penyebab sumbatan yg sering kita jumpai adalah a. dasar lidahDasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring. hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.b. palatum mole, c. darah Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yg tidak sadar dapat menyumbat jalan nafasd. benda asing yg lain.

Sumbatan nafas juga dapat trjdi pada jalan nafas baigian bawah, dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi mukosa, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam paru.

Sebab Terjadinya obstruksi :1. Trauma Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.2. Benda Asing Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :a. LaringTerjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yg disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg tdk teratur bentuknya.b. Saluran nafasBerdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam saluran nafas maka dibagi atas : Pada TrakheaBenda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring Pada BronkhusBiasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar

Sianosis dapat dilihat dari: bibir, pipi, kuku. Sianosis pada bagian dalam bibir (yang tidak terkena dingin), pipi, lidah dan konjungtivamata, dapat menjadi bukti saturasi oksigen darah rendah sekunder karena penyakit paru atau jantung. Sianosis yang muncul di bagian luar, seperti ujung jari, ujung hidung atau bagian luar dari bibir dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah ke kulit karena paparan suhu rendah.

Tanda Obstruksi jalan napas.a. Sebagian (parsial)i. Korban mungkin masih mampu melakukan pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. ii. Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakuakan tindakan batuk dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing tersebut dapat keluar. iii. Bila sumbatan jalan napas partial menetap, maka aktifkan sistem pelayanan medik darurat.iv. Obstruksi jalan napas partial dengan pernapasan yang buruk harus diperlakukan sebagai obstruksi jalan napas komplit. b. Komplit (total)i. Korban biasanya tidak dapat berbicara, bernapas, atau batuk. ii. Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainnya. Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami kekurangan oksigen sehinga menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat terjadi jika tidak diambil tindakan segera.

Dapat dibagi atas 4 stadium (jackson):I. Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal : keadaan umum masih baikII. Gejala stadium 1 + retraksi epigastrium : penderita mulai gelisahIII. Gejala stadium 2 + retraksi supra/infraklavikular, penderita sangat gelisah dan sianotikIV. Gejala stadium 3 + retraksi interkostal, penderita berusaha sekuat tenaga untuk menghirup udara : lama kelamaan terjadi paralisis pusat pernafasan, penderita menjadi apatik dan akhirnya meningggal

Tanda-tanda jalan nafas bebas, saat diberikan ventilasi buatan yang adekuat adalah: Bila dada terlihat naik turun dengan amplitudo cukup Ada udara yang keluar melalui hidung dan mulut selama ekspirasi Serta tidak terasa tahanan dan compliance paru selama pemberian ventilasi sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIPBuku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab

2. Mengapa penderita mengeluarkan suara seperti mengorok dan berkumur?

Jawab: Suara mengorok (snoring): Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

Suara berkumur (gurgling): Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger, lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).

Suaranya timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafasatas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidahatau palatum. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas menstabilkan jalan nafas di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah dan palatum jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi.Journal of The Royal Society of Medicine 2003; 96: 343 4. Can Med Assoc J 2007; 176(9): 1299-303.

Suara tambahan lain: di no.14a. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust sajab. stridor : akibat sumbatan partial benda asing di laring (stridor inspirasi) atau trakhea (stridor ekspirasi). c. Hoarseness: edema mukosa laringd. Afoni: pada pasien sadar merupakan petanda buruk, dapat terjadi akibat sumbatan total benda asing di laring dan trakhea.

3. Bagaimana cara menilai jalan nafas untuk mengetahui gangguan jalur pernafasan ?

Jawab:

Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ? Agitasi: sadar, tapi gelisah, aktivitas motorik berlebihan, tidak bertujuan. Sianosis Napas cuping hidung Retraksi Accesory respiratory muscle

Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat; sumbatan di faring (lidah jatuh ke belakang pada pasien dg penurunan kesadaran), jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah; hipersekresi lendir) di orofaring, maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).

c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust sajae. stridor : akibat sumbatan partial benda asing di laring (stridor inspirasi) atau trakhea (stridor ekspirasi). f. Hoarseness: edema mukosa laringg. Afoni: pada pasien sadar merupakan petanda buruk, dapat terjadi akibat sumbatan total benda asing di laring dan trakhea.

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggungb. Heimlich Maneuver/abdominal thrust, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.

c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.

Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hembusan napas dari korban ?12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah)15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik.

17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung diikuti dengan nafas buatan,ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.18. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jikaa.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagib.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)c.Bantuan sudah datangd.Teraba denyut nadi karotis20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :a.Denyut nadi >100 kali per menitb.Telapak tangan basah dingin dan pucatc.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung

22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati).24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

4. Jenis-jenis suara tambahan karena obstruksi jalan nafas

5. Mengapa kondisi pasien bertambah buruk , saturasi menjadi 89%?

Mengapa setelah diberi O2, saturasi pasien memburuk (turun)?

6. Apa hubungan cidera kepala (fraktur impresi os. frontal) dengan kondisi pasien di skenario ?

7. Bagaimana cara pemeriksaan GCS

Jawab: Glasgow Coma Scale I. Reaksi membuka mata 4 Buka mata spontan 3 Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara 2 Buka mata bila dirangsang nyeri 1 Tak ada reaksi dengan rangsangan apapun II. Reaksi berbicara 5 Komunikasi verbal baik, jawaban tepat 4 Bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang 3 Dengan rangsangan, reaksi hanya kata, tak berbentuk kalimat 2 Dengan rangsangan, reaksi hanya suara, tak terbentuk kata 1 Tak ada reaksi dengan rangsangan apapun III. Reaksi gerakan lengan/tungkai 6 Mengikuti perintah 5 Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui tempat rangsangan 4 Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan 3 Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal 2 Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi ekstensi abnormal 1 Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi. Penderita yang sadar baik (composmentis) dengan reaksi membuka mata spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi baik, mempunyai nilai GCS total sebesar 15. Sedang pada keadaan koma yang dalam, dengan keseluruhan otot-otot ekstremitas flaksid dan tidak ada respons membuka mata sama sekali, nilai GCS-nya adalah 31Komponen Mata

Komponen Motorik

Komponen Verbal

Sumber : R.Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC

8. Cara pemeriksaan AVPU9. cara melakukan pembukaan dan pemeliharaan jalan nafas atas?

Jawab:

Algortima Dasar PPGD1.Ada pasien tidak sadar 2.Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong 3.Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong 4.Cek kesadaran pasiena. Lakukan dengan metode AVPU (metode cepat)b. A --> Alert & Awake: Korban sadar, tidak ada gangguan orientasi waktu dan tempat. (jika tidak sadar lanjut ke poin V) c. V --> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien ), tidak sadar penuh, merespon dg rangsang verabl, jika tidak merespon lanjut ke P d. P --> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supraorbital), atau pada os.zygomaticum.e. U --> Unresponsive/unconscious : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive, tidak merespon terhadap stimulus.

5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans (118) dengan memberitahukan : a. Jumlah korban b. Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar) c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua) d. Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap) 6. Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar dada terlihat7. Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien 8. Cek apakah ada tanda-tanda berikut : a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula) b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor) c. Berdasarkan saksi, pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher 9. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung) a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift. Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust

Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel

Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ? Agitasi: sadar, tapi gelisah, aktivitas motorik berlebihan, tidak bertujuan. Sianosis Napas cuping hidung Retraksi Accesory respiratory muscle

Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :b. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat; sumbatan di faring (lidah jatuh ke belakang pada pasien dg penurunan kesadaran), jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah; hipersekresi lendir) di orofaring, maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).

c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust sajah. stridor : akibat sumbatan partial benda asing di laring (stridor inspirasi) atau trakhea (stridor ekspirasi). i. Hoarseness: edema mukosa laringj. Afoni: pada pasien sadar merupakan petanda buruk, dapat terjadi akibat sumbatan total benda asing di laring dan trakhea.

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggungb. Heimlich Maneuver/abdominal thrust, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.

c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.

Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hembusan napas dari korban ?12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah)15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik.

17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung diikuti dengan nafas buatan,ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.18. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jikaa.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagib.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)c.Bantuan sudah datangd.Teraba denyut nadi karotis20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :a.Denyut nadi >100 kali per menitb.Telapak tangan basah dingin dan pucatc.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung

22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati).24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

BASIC LIFE SUPPORT (BLS) PRIMARY SURVEYAssessAction

Airway Apakah jalan napasnya terbuka?Buka airway menggunakan teknik non-invasif (headtilt-chinlift / jaw thrust tanpa mengextensikan kepala jika duiduga trauma).

Breathing Apakah respirasinya adekuat?Look, listen, and feel. Jika tak ada napas, beri 2x bantuan napas. Beri sekitar 1 detik setiap bantuan napas. Setiap bantuan napas harus membuat dada korban terangkat. Jangan melakukan ventilasi terlalu cepat atau terlalu banyak (volume).

Circulation Apakah ada pulsasi?Periksa pulsasi a. Carotis (dewasa) atau a. Femoralis / a. brachialis (infant) paling tidak 5 detik tapi tidak lebih lama dari 10 detik.

Defibrillation Jika pulsasi tidak ada, periksa bila ada irama yang shockable maka gunakan defibrillator atau AED (Automated External Defibrillation)Siapkan shock jika ada indikasi. Ikuti segera setiap shock dengan CPR, mulai dengan kompresi dada.

Sumber : ACLS Provider Manual. AHA, 2006A. AIRWAYMenilai jalan nafas dan pernafasan :Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baikBila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulitLakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-RabaObstruksi jalan nafasMerupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada Airway yang baik.a. Obstruksi totalPada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.- Bila penderita masih sadarPenderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan (sianosis) mungkin ditemukan, dan mungkin ada kesan masih bernafas (walaupun tidak ada udara keluar-masuk/ventilasi). Dalam keadaan ini harus dilakukan perasat Heimlich (abdominal thrust). Kontra-indikasi Heimlich manouvre atau kehamilan tua dan bayi.b. Obstruksi parsialDisebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas, inspirasi)- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur.- Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok- Penyempitan di larink atau trakhea-stridorPengelolaan Jalan nafasa. Penghisapan (suction) bila ada cairanb. Menjaga jalan nafas secara manualBila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan memakai := Angkat kepala-dagu (Head tilt-chin manouvre), prosedur ini tidak boleh dipakai bila ada kemungkinan patah tulang leher.= Angkat rahang (jaw thrust)

B. BREATHING DAN PEMBERIAN OKSIGENBila Airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perlu selalu dilakukan pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudah adekuat atau belum.1. Pemeriksaan Fisik penderita.a. Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :Dewasa : 12-20 kali/menit (20)Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)Pada orang dewasa abnormal bila pernfasan >30 atau