Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5811/5/LAMPIRAN.pdf ·...
Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5811/5/LAMPIRAN.pdf ·...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
TRANSKRIP WAWANCARA
Waktu Penelitian: Jumat, 20 April 2018
Lokasi Penelitian: Citilink Head office, GMF Aerosia
Narasumber: Harrismawan Wahyu Adi (Vice President Marketing
Communications Citilink Indonesia)
(Keterangan: H=Harris, A=Amanda)
A: Oke Pak, selamat siang boleh perkenalkan diri terlebih dahulu, nama dan
jabatan?
H: Oiya, nama saya Harrismawan Wahyu Adi VP Marketing Citilink
A: Sebelumnya mau tanya, penelitian saya tentang citilink IMC nya seperti apa lalu
target penumpang Citilink 15 juta penumpang, tahun ini tahun 2018. Ingin
mengulik sebenarnya seperti apa IMC nya
H: Jadi gini, pengertian 15 juta itu kan penumpang yang terbang, tapi mungkin
uniknya anggapnya satu banding tiga, satu orang terbang 3 kali jadi orang yang
terbang mungkin 4-5 juta penumpang uniknya, ajadi terbangnya 15 juta tapi dari
sekitar 4-5 juta orang satu orang terbang 3 kali jadi bukan 15 orang, berbeda itu
enggak bukan itu basic pegertiannya dulu. Itu yang musti kita rebut bagaimana 4-5
juta orang ini terbang bersama Citilink. Nah, kalo di airlines tuh alas an orang untuk
terbang dengan salah satu airlines itu alasannya banyak, tapi yang basic biaanya dia
ada kebutuhan mau terbang, nah itu apakah urusan bisnis biasanya bisnis bisa 4 kali
5 kali itu kalo leiseure bias any 1 kali sampe dua kali biasanya pas liburan anak-
anak atau pas akhir tahun tapi kalau bisnis biasaya bolak balik terus nah di Citilink
itu 70% lebih ke business traveler jadi org terbang karena ada urusan bisnis
pekerjaan atau apa isalnya pegawai musti visit kemana mana urusan bisnis.
Keputusan orang mau beli maskapai itu dia ada beberpa ppertam biasanya dia
rutenya ada ga, jam, kedua mulai dengan area marketing atau branding, posisi dia
seprti apa nih misalnya mau yang safety makanya dia cari airlines yang reputasinya
bagus, kebetulan Citilink adalah anak perusahaannya Garuda jadi dia liat
Garudanya dan Citilink juga sudah banyak penghargaannya jadi dia liat, safety juga.
Ketiga, karena domestic rata-rata setengah jam satu jam rata-rata ada yang dua jam
tapi sedikit. Rata-rata orang butuhnya point to point dari sini sampai sana udah ga
perlu makan, apalagi jamnya tanggung jam 9 atau 10, ngapain beli mahal-mahal
itulah keberadaannya LCC sangat diperlukan, penerbangannya tidak terlalu
dipikirkan kebutuhan layanannya, makannya, saya terbang dari sana sampai disitu
udah, dan mereka sering. Dan juga yang beliin kanor karena urusannya bisnis, atau
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
misalnya leisure kan misalnya lburan keluarga, kalau sekeluarga itu kan belinya
banyak mereka piker mendingan dananya di save ke pas di tempat tujuannya itu,
wisata, hotel, transportasi. Makanya Citilink segmennya ada di menengah.
Menegah itu segmen yang kritis semuaya dihitung, memntingkan image tapi yang
penting safety, layanan oke, itu. Tapi ada juga segmen yang pokoknya murah,
carinya yang murah ya mungkin positioningnya masih dibawah Citilink. Jadi
pilihan-pilihan itu kita tau segmen pasarnya siapa kita Analisa. Segmen ini kalau
misalkan media, di abaca korannya apa, terus dari segi digital misalnya dii sosmed
kebanyakan mainnya apa misalnya Instagram, jadi channel-channel medianya dulu.
Terus kalau misalkan dia browsing, misalkan SEO, SEM dia apasih yang seneng
mereka buka. Dari situ, kita Analisa ada dua dari segi media channel itu yang kita
gunakan, yang se efisien mungkin. Digital, sosmed. Ini efisien karena kita sudah
punya database yang sifatnya organic yang kita punya jadi biayanya murah trus kita
juga punya historical database si A terbang sebulan berapa kali, wah dia frequent
flayer nih, jadi kita database dan lakukan dengan EDM dengan email blast atau sms
blast kan datanya udah khusus. Kita tidak terlalu main di mass marketing tapi di
niche marketing, one on one marketing itu kayak EDM, SEO SEMkita focus ke
segmen-segmen itu sehingga tajam dan kita todak perlu impression lagi sekarang
kecuali beberapa issue ya, seperti segi corporate communications itu butuh
immpressions terbang ga terbang kita perlu kasih tau. Tapi kalau kita jualan mostly
kepada orang yang istilahnya kepada market yang memang terbang naik apa aja.
Kedua, marketnya Citilink yang historicalnya secara database sering terbang
bersama Citilink nah ini yang kita garap. Baru bicara tentang target market dan
diluar itu semua di airlines agak unik, dia bisa dibilang karena ini merupakan
kebutuhan kamu gak apa-apain sudah ada yang terbang, gausah di promote atau
apain sudah ada basic karena mereka yang mencari, beda kalo di industry airlines
bukan implase industry dia butuh orang keinginan dan kebutuhan itu jadi satu
karena dia berpikir wah lucu juga nih terus dia beli. Beli baju misalnya, dia liat lucu
juga jadi dia beli. Tapi kalo airlines ga mungkin tiba-tiba terbang yuk ga munkin
pasti dia ada kebutuhan ingin memang begitu butuh dia baru beli beda dengan
gadget yang impass antara wants dan needs nya deket, begitu liat dia tiba-tiba butuh.
Tapi kalau airlines ga mungkin tiba-tiba lagi browsing trus liat ada tiket ke Bali
Cuma serratus ribu langsung ke Bali yuk. Jadi, masuk dari sity, medianya trus kita
liat kita ukur, kita diem aja kan orang mencari dia browsing segala macem kadang-
kadang kita ga perlu beriklan orang-orang sudah terbang dengan Citilink. Kita lihat
berapa orang yang terbag denan Citilink biasanya 60-70 persen berarti yang musti
kita effort yang bener-bener real kaitannya sama penjualan adalah sisanya 20 -30
persen itu kita ukur medianya jadi terukur. Jadi ga kita harus masuk 80%, kita bikin
medianya harus 80% enggak kita masuk ke sisanya. Sisanya yang musti kita uber.
Istilahnya kita tidur aja udah dapet berapa sih, jadi terukur dan efisien. Baru kita
bilang beriklan. Tapi, di luar itu semua berhasil atau tidaknya diliat dari kontennya,
makanya kalo citilink kontennya, positioningnya tidak price leadership.
Keutamannya bukan harga tapi lebih kepada value. Value itu ada yang bisa diukur
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
ada yang nggak. Contoh, value Citilnk sebagai anak Garuda orang sudah oh,
nyaman. Kedua value yang bisa dihitung misalkan ada garuda miles ada pesen
makanan dan lain-lain, cicil 0% nah itu value-value yang bisa dihitung, tangible dan
intangible. Itu kita lebih ke value leadership berbeda dengan airlines lain, lebih ke
price leadership, kita ga main disitu. Kita main di value. Untuk itu, kegiatan kita
kebanyakan yang meningkatkan value sama image contoh kta kerjasama sama hotel
dapat diskon, fungsinya untuk orang dapat value. Trus, garuda miles kita kerjasama
sama Garuda begitu join langsung dapet seribu miles. Nah ini yang tidak didapatkan
di tempat lain. Trus contoh lagi, kita kerjasama sama satu bank, cashback 100ribu
200ribu kalau pakai ini, kita ada kerjasama sama 14 bank. Yang seperti itu value.
Nah, marketing tugasnya itu. Untuk meyampaikan pesan, memberikan value kpd
customer yang belum tentu members, kemudai dari situ kita create lagi yang
Namanya loyal customer melalui membership. Jadi bertingkat, dari public mass,
trus customer yang udh engage sama kita terus member, abis itu ada yang frequent.
Dari members tersebut bisa dalam setahun dua tahun ada 20 kali terbang itu yang
kita jarring, ujung-ujungnya loyal customer bagaimana yang loyal dari 100ribu
menjadi 200-300 ribu itu yang harus kita garap karena kalau orang yang udh loyal
tu ibarat udah cinta sama satu orang, udah fans, dia ngikut. Nah gitu, kebanyakan
ngomong ya.
A: Berarti competitor langsung dan tidak langsungnya siapa pak? Dan keunggulan
dari competitor tersebut.
H: Kita memberikan value, kita sadari kita bukan price leadership kenapa namanya
LCC itu masih rancu orang ga begitu tau, maksudnya apa-apa yang bisa di cut ya
itu yang di cut-cut itu Namanya the real lowcost carrier. Orang Indonesia kan mix
culture ada yang biasa saja walaupun orang kaya ada yang setengah-setengah, ada
juga yang bener-bener branded kalau ga garuda CItilink. Dari segi competitor, kita
fight nya lebih ke LCC tapi secara spwsifik pesaing kita ketemu juga sama airlines2
yang tidak full service banget tapi dia memberikan jasa spt full service seperti batik
air, sriwijaya air, dia memberikan makanan tapi harganya mempet ke LCC, itu main
competitor kita. Sriwijaya banyak main di daerah timur, kadang2 kompetitor liat
rute juga misalnya daerah timu siapa barat siapa, Jakarta siapa, jadi competitor
macem2. AirAsia karena rutenya dikit di Indonesia jadi kita ga anggep competitor
secara segmen iya, tapi secara lapangan karena rute domsetik dia sedikit sekali
frekuensi sedikit dia lebih ke regional, internasional kita ga anggap competitor.
Lion juga kita anggap competitor karena dari sabang sampai merauke Lion kuat
disini, Sriwijaya kuat disini pemetaan traffic. Jadi kita ga berbicara tentang “war”
tapi battle misalnya Jakarta makassar kita bertempur disitu, bukan Indonesia kan
war nya kita liat lagi rute-rute mana yang lemah kalahnya sama siapa, bagaimana
menciptakan pasarnya kita. Di marcom ada CRM fungsinya untuk menganalisa
orang yang terbang dan cara pendekatannya, potensinya yang belum. Kita sebutnya
beyond Jakarta Makassar orang ga ke Makassar tapi daerah-daerahnya, terus ada
tender kecil sementara kita kan ga punya, competitor punya nah itu kadang2 kita
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
kalahnya disitu misalnya sriwijaya atau lion dia Jakarta makasaar trus makassar
kemana gitu yang memakai pesawat-pesawat kecil trus dia kawinkan, harganya
satu, jadi lebih keliatan dia murah. Kalau kita ke Makassar aja trus yaudah.
Makanya kita bilang ini battle. Misalnya kita kerjasama sama Garuda atau airlines2
kecil kemana kita lagi kerjasama, nah itu salah satu untuk melawan pasar.
A: Terus pak, kalau dari faktor budayanya sendiri pengaruh ga? Misal lagu idul fitri
pengaruh sama harga?
H: Kalau misalkan contohnya kita lagi lebaran nih, kita tahu daerah mana saja yang
paling sering di pulang kampung in, kita sebutnya OD (Original Destination), kota
asalnya dimana kita tahu itu keliatan. Atau misalnya akhir tahun, Christmas mana
aja tuh missal Surabaya, Medan, Manado, Pontianak, Ambon, udah pasti juga Bali
dan Lombok karena itu kan liburan juga. Kalau misalkan sincia, itu rute Pontianak,
Bangka, terus mana lagi mungkin kamu tahu, nah itu tuh faktor budaya. Satu lagi
faktor demografi, maksudnya gini, dia itu siapa contoh nih kalau ke Batam
kebanyakan dia kerja dari Jawa Tengah atau Jawa Timur, kalau di Bali juga banyak
orang-orang dari Jawa Barat, dari situ kita liat segmennya dan kita ada seasonal
market, seasonal, kita pelajari kita create campaign apa yang mau kita jalanin. Atau
liat pasar lansia, kita sekarang memberikan diskon 25% untuk para lansia di atas 65
tahun fungsinya kalau lansia itu terbang pasti ga sendiri, sama keluarga ditemenin.
Make them happy dengan diskon itu, toh yang nganterin bayarnya pun normal,
seperti itu kita juga pelajari kan demografis. Dan satu lagi behavior, behavior itu
komunitas misalkan komuniatas sepeda, anak-anak sepeda nah kita bikin misalkan
Jakarta Belitung, Bali Ubud anak-anak sepeda yang suka marathon, atau diver para
penyelam yang suka traveling kan banyak rute nah dari situ kita create by demografi
by behavior terus tematik, contih nih anak-anak muda kita bilang millennials,
mereka Sukanya yang antimainstream. Nah kita bilang Citilink antimainstream,
dimana liburan di saat orang lain gak libur contoh dari Febriari sampai Aprl kan
orang-orang gak libur masuk kerja, orang normal, kalo millennials kan enggak, di
periode itu lagi kosng, hotel kosong, pantai kosong, orang jadi nyaman, ga terlalu
rame lebih nyaman. Nah jadi kita sasar tuh secara tematik, seasonal, secara national
day juga, nanti Senin kita ada Kartini, kita ada terbang penerbangan yang pilot nya
cewek ke Banyuwangi nanti kita syuting edit dan lempar untuk memeriahkan
Kartini Day. Kadang2, Batik Days kita ada fashion di udara, kadang waktu Sincia
tahun berapa itu ada dewi Quan Im di pesawat. Jadi itu memancing orang emosional
marketing, masuknya kan ke hati kan dekat di hati konsepnya begitu sih.
A: Oke oke, terus pak. Kalau SWOT kan kemarin bapak sudah jelasin, sama itu sih
pak unique selling point Citilink kan pantun sama heavy sosmed?
H: Salah satunya pantun sejarahnya gini Namanya kan Citilink, berarti dari kota ke
kota kan Garuda Internasional dulu dari 2012 masuk ke 2013 dulu dirutnya Garuda.
Indonesia kan terkanl tiap kota punya pantun yaudah kalau gitu gimana kalau kita
pramugarinya sebelum terbang bikin pantun. Idenya gitu. Dulu kita ada buku
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
pantun tebel, tapi sudah habis dan sudah hafal akhirnya disini dulu ada beberapa
senior-senior cabin crew yang suka bikin pantun, mbak Nila dan lainnya. Jadinya
anak-anak jadi suka bikin sendiri sekarang, jadi udah jadi culture. Kita juga kalau
lagi ada smabutan dirut selalu sebelum kasih kata sambutan pantun dulu pas
terakhir juga pantun untuk mencairkan suasana.
A: Trus yang heavy sosmed, Pak?
H: Heavy sosmed tuh gini, kita menyadari kita mau mendirect kita mau masuk ke
segmen anak muda, kita tahu bahwa anak muda 15 tahun ke atas tuh kadang udah
ga nonton lagi, nontonnya di youtube mau cari yang mana, streaming, sehingga kita
tau bahwa anak-anak sekarang kita bilang bonus demokrasi yang millennials tu
engagement nya 5 dislpay tv, youtube, WA, trus apalagi, Line misalnya. Walaupun
lagi nonton tv juga main hp. Disitu kita masuk dan kita tahu marketnya segmen
muda, dulu kan positioning kita young fun and dynamic. Makanya mereflek di
dalam kostum seragam pramugari kita itu kan keliatan young. Sekarang kita rubah
warnanya lebih muda kayak lime, ada sebentar Juni ini launching. Jadi, oleh karena
nongkrongnya di sosmed ya kita bikin heavy sosmed, contonya youtube, kita juga
youtubenya kita masuk tiap bulan kita bikin linkers tuh setiap bulan kita naikin ada
linkers on tv jadi setiap kali misalkan edisi jawa barat youtubenya juga jawa barat
jadi yang ada di majalah itu juga ada di youtube tiap bulan, itu salah satunya belom
lagi konten yang lain konten tematik, konten seasonal, macem2, juga kita gencar di
twitter, Instagram, itu terus aja, kita kan juga ada KOL KOL nya, Key Opini
Leadres kita hire mereka terbang ke Banyuwangi nanti dia kan dia followernya
banyak tuh nanti dia bilang seru nih terbang ke Banyuwangi sama Citilink
pokoknya Instagram mania lah. Itu heavy sosmed dan kita kita dapat penghargaan
terus menang terus ada riset gitu ya minggu lalu kita menang lagi sebagai digital
awards kita menang kategori airlines kita tuh paling heavy melakukan kegiatan
sosmed gitu dan banyak sekali orang taunya di sosmed. Kamu kan juga taunya dan
nongkrongnya di sosmed di ig, emamg kamu lagi tau kita lagi ngapain? Kadang
saya aja gatau, anaka-anak tiba-tiba udah buat trus ada yang ngomong Ris, lu ada
buat program ini? Ga tahu. Hampir setiap hari kita hantem.
A: Pak, boleh sebutin lagi ga SWOT nya apa aja?
H: Kalo SWOT itu kan pertama kita anak perusahaan Garuda, strength nya trus
safety kita dapet award, trus layanan kita juga menang kan terbaik di dunia saat ini
untuk LCC sekarang ini kita, makanya kita bilang 4 star skytrax tuh di LCC paling
tinggi bintang 4, kita dapet baru tiga airlines yang dapet dua di eropa satu kita tahun-
tahun lalu apa, jadi LCC baru kita nah ini keunggulan kita. Jadi Garuda, terus kita
dapet safety award tahun lalu dari departemen perhubungan dari semua airlines
Garuda aja nomor dua nomor tiganya Air Asia gitu itu untuk safety award, yang
ketiga tadi apa kita layanan dari segi layanan, dari segi safety itu juga dari
maintenance kalau itu Garuda. Terus weakness nya memang mungkin kita bukan
price leadership ya jadi mungkin ada sebagian segmennya tertentu lah, ga all
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
segmen ya, weakness kita apalagi ya it terus, mungkin ini yang kalau saya lihat ya
kalau opportunity nya banyak sekali ya tadi kan bonus demografi, millennials itu
besar sekali terus juga pengembangan rute-rute terus Indonesia sekarang menjadi
top destinasi dunia dengan 10 Bali nya itu ya nah, sekarang aja orang pada masuk
kesini ngapain kita ke luar kan, karena mau cari apa, kamu ke Singapore sekarang
ini mau cari apa sih sekarang ya sekarang dengan mau jalan-jalan ke PS, Senci sama
aja di Singapore juga udah kosong karena apa sekarang mobile semua shopping lagi
goyang paling kalau mau makan ya betu ga? Kan makan ga bisa pake WA ya nah
itu, jadi opportunity nya gitu terus Indonesia juga banyak event domestic ada Asian
games apa segala macem itu yang short program ya itu opportunity luar biasa. Kalau
thread nya pasti competitor misalnya gini, sekarang lagi pemerintah kita lagi
diundang ke Banyuwangi ke Silangit, kemana-mana, kalau sejauh dia cuma satu
airport sih ga masalah tapi kalau udah boleh dua atau tiga itu bahaya, misalnya dari
Singapore ke Silangit, dari Silangit ke Jakarta, dari Jakarta boleh ke Bali abis itu.
Namanya, open sky policy itu bahaya kalau sampe dia boleh tiga airport abis kita
kan mereka kan itungannya global jadi murah jatohnya soalnya ga ada tarif atas
bawah kalau mereka, kalau kita ada ga boleh segini sementara kan pesawat itu rotasi
kan cara ngitung pesawat tuh salah satu pesawat sewanya berapa mau cuma dipake
sejam mau dipake sepuluh jam sama biayanya. Sementara revenue nya kalau satu
yaudah cuma itu pokoknya dia terbang dari sini, ke sini, ke sini harus banayk
penerbangannya itu kita bilang productivity hours nya harus tinggi sehingga murah.
Nah kalau murah cost nya, berarti bisa jual tiket lebih murah daripada yang lain
berarti bersaing orang dapetkan itu ya banyak yang naik kalau kita ga bisa karena
kita ada batas bawah begitu menyentuh batas bawah, kena penalty sama departemen
perhubungan kan, naha makanya kalau sejauh ini Cuma boleh bisa masuk ke satu
terus pulang lagi sih ga ada masalah tapi kalau udah dari sini ke sini, ke sini, ke sini
udah bisa ngambilin umroh nih kan murah, umroh kan cari murah nah itu yang
thread nya begitu karena bukan hanya competitor tapi pemerintah juga kalau
pemerintah itu thread. Kalau pemerintah juga melakukan policy yang seperti itu
men thread sama beberapa airlines internasional ya industry dalam mati. Yang
kedua juga kalau perang harga itu tidak di stop karena orang tuh perang harga
sebetulnya mereka rugi cuma dipikir ah sekarang ini dulu ujung-ujungnya juga rugi,
kira-kira begitu.
A: Terus pak segmentasi sama targetnya?
H: 25-39 itu kenapa karena employee jadi karyawan baru, karyawan menengah,
karyawan senior sedikit-sedikit sudah 39 tahun sudah ada tapi sedikit sekali.
Kebanyakan karyawan menengah lah manajer, supervisor atau staff, pengusaha
juga banyak yang kaya juga banyak. Banyak sekarang orang juga udah jadi tren jadi
karena industry nya yang high risk nya jadi tuh orang melihat reputasi dari
perusahaan itu sendiri. Kayak sekarang banyak pengusaha-pengusaha, menteri-
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
menteri naik Citilink, ibu Jokowi selalu naik Citilink suka di depan atau di belakang
udah ga merasa gimana gitu bahkan mereka senang wah gua tanda kutip dikenal
orang sederhana tapi sebetulnya udah cukup segitu juga kalau di Citilink duduk
depan kan sama juga VIP, gitu.
A: Objective perilakunya gimana tuh pak? Kayak kalau misalkan kita punya strategi
gini, pasti harus menimbulkan perilaku seperti terjadinya transaksi.
H: Oh oke, objective nya sih simple itu. Objective perilakunya simplicity harus
simple karena anak-anak millennials kan maunya simple contoh di WA kalau lama
bales dikit langsung ah…kesel, itu dari segi touch point simplicity terus begitu
masuk layanannya gimana, di atas juga begitu sampai bagasi gimana kalau
semuanya udah enak tba-tiba bagasinya dua jam marah pasti kan akhirnya bete, tapi
bagaimana begitu keluar bagasi cuma 10 menit. Very smooth process. Simplicity
itu nomor satu di kita ya. Terus, service excellent dan simplicity itu hal-hal yang
utama karena kalau safety udah ga bisa ditawar safety kan kaitannya sama pesawat,
sama mileage, SOP dan lain-lain itu udah given lah tapi kalau simplicity dan service
excellent ini bisa setiap hari berubah misalnya lagi drop (error) kok gua ga bisa yak
ok gua ga bisa ya. Mau transaksi tiba-tiba drop, ilang apa ga nih nah kan ga simple,
terus oh mau order ini musti ke ini dulu, ke ini dulu, ke ini dulu akhirnya ga beli.
Salah satu alasan kenapa traveloka disukai orang karena simple terus bisa langsung
bandingin nah kita juga layanan yang simple ini untuk jadi simple, layanan.
Sebenernya ada tiga kita simple, on-time, convenient. Jadi simple, simplicity nya,
on-time nya juga kita dikenal sebagai trans yang on-time nah ini mengapa orang-
orang bisnis banyak lari ke kita karena dia carinya on-time. Airlines naik Batik Air
juga atau Lion Air ya khususnya mau meeting pagi sampenya sore udah lewat tuh.
Kalau kita time jadi orang siklus sampai sana sehari udah paling mundur-mundur
15 menit yang lain bisa sejam dua jam, Garuda aja bisa dua tiga jam gitu. Jadi tiga
itu ya, simple, on-time, convenient. Convenient tadi layanan service excellent gitu.
A: Okey pak, kalau misalkan kita punya member sama Garuda Miles nah itu cara
untuk ngelola mereka seperti apa sih?
H: Jadi gini, Garuda Miles itu adalah loyalty program kalau kita, tapi ga semua
kelas ya. Untuk kelas-kelas tertentu ada dapet miles sih sebetulnya nanti untuk
redeem. Misalnya kamu miles nya sudah 4000 nah ini bisa di claim apa nih, sama
lah kayak poin. Cuma dia miles itungannya tuh setiap miles itu dapat satu atau dua
atau sepuluh atau dua puluh, ada itungannya. Nah ini nanti bisa di redeem, misalnya
kamu udah dapat 400 poin bisa diliat kalau naik Citilink bisa Jakarta-Surabaya nih,
yaudah deh boleh redeem gitu. Jadi kayak rebate lah dikembalikan pada customer.
Itu miles. Nah, manage nya adalah pertama kali kita liat dari segi keaktifannya dia
ya kan, kalau secara sistem platformnya sama kita sama Garuda sama kita
menggunakan platform dia jadi naik Citilink dapet Garuda Miles, naik Garuda
dapet Garuda Miles dan bisa di redeem ke Citilink. Banyak tuh, sekarang kan
mereka punya banyak begitu kasih tau eh bisa di redeem loh, 3000 miles bisa dapet
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Surabaya misalnya orang lihat wah gua laggi perlu nih redeem aja ke Citilink gitu
atau ke lounge, ke hotel, ke ini ke itu bisa nah itu treatment nya seperti itu udah
pasti kia lakukan informasi ke mereka secara rutin apakah peraturan-peraturan,
apakah ada skema-skema baru atau offering. Naha yang sering sekarang kita
offering itu setiap minggu kita blast pake EDM, kita ga pakai SMS. Pakai email
blast ya, terus aja skema apa, rute baru nih tapi kita liat dulu maksudnya ini ada
penerbangan Surabaya-Bali yang kita blast orang-orang yang biasa ke Surabaya
banyakan, jadi kita pilih. Oh kira-kira ini product marketnya ini. Itu CRM, jadi
customize berdasarkan analisa baru kirim. Jadi ga mass semuanya kita kirim gitu.
Walaupun kita kirimnya seminggu sekali tapi bervariasi bisa sekarang tentang tadi
kan ada yang lansia dapat diskon nah kita liat segmennya, kita piker kalau orang-
orang lansia pasti anaknya umurnya kira-kira segini nih nah, kita hantam anaknya
atau yang lansia itu hantam dua-duanya. Jadi anak-anak remaja yang misalnya di
umur 20-25 mungkin ga di blast tapi yang 35 ke atas yang orang tua nya udah 65
ke atas bedanya 20 tahunan kan nah itulah CRM.
A: Jadi platform untuk customer bisa interaksi, komunikasi dua arah?
H: Pakai CRM. Kita juga ada live chat. Gini, jadi orang terbang nih tiba-tiba ada
masalah, dia langsung lapor kenapa nih begini. Kita ada department, section
sebenernya Namanya CHM Customer Handling Management itu udah punya live
chat udah dua tahun jadi orang bisa komplain lewat itu atau nanya, jadi orang bisa
nanya informasi dari situ, atau komplain lewat live chat jadi langsung dibales.
Lewat berbagai, nah dulu kan Cuma telpon aja call center sekarang bisa pakai
twitter, bisa pakai live chat, iya sosmed juga. Dulu kan email, tapi lama yak an
masalahnya orang kan dijawab lama sehingga komplain begitu dijawab dapet
hadiah tapi oleh karena lama jawabnya udah marah dulu. Makanya kalau live chat
langsung paling lama itu dijawab 10 menit. CHM harus terus standby ada tiga orang
nanganin nah dari situ komplain itu turun jauh sekali setelah kita lakukan live chat.
Kebanyakan sih nanya informasi ini gimana ya, ini gimana nih langsung kita kasih
tau. Misalnya, mau terbang ke regional terbang di terminal berapa ya. Kita jawab
terminal tiga. Orang gat ahu, kita langsung live chat. Dari situ kita bisa analisa juga
banyakan komen tentang apa nanti kita cari jawabannya. Live chat ini berhubungan
dengan semua divisi jadi kalau tentang refund misalnya kita langsung recall,
tentang operation, baggage kita langsung lempar nanti mereka kasih tau ke kita, kita
yang lempar lagi ke customer itu kalau kita yang gat ahu tapi kalau yang tahu FAQ
nya itu langsung. Kita semua udah pakai sistem.
A: Terus pak bagaimana proses pembuatan message?
H: Perrtama kali objective nya dulu. Sebelum keluar message kita misalkan apa sih
yang mau kita sampaikan. Kita mau terbang nih mau jalan ke Ujung Pandang-
Denpasar, pertama kan kita tahu kenapa sih dibuka rute itu kan sudah ada study
dulu, untung atau enggak terus kebutuhannya apa sih buka itu? Itu kan jendela timur
sebetulnya Ujung Pnadang sama Bali kan kita ada dari Ujung pandang ke Manado,
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Kendari, Gorontalo, terus ke Ambon ke Papua. Dengan adanya penerbangan
Makassar ke Denpasar, orang-orang timur secara persepsi bilang eh gua bisa ke
Bali. Citilink terbang nih, iya transit di Makassar misalnya, nah ini kan
menghidupkan jadi orang it uke Makassar tujuannya hanya ke Makassar atau bisnis,
begitu tahu ada Bali yang tadinya leisure lain bilang naik Citilink aja tuh ada yang
ke Bali kayak gitu. Dari situ, proses ke komunikasi sebaiknay komunikasinya
gimana. Itu prosesnya gimana, tergantung pbjective dari masing-masing iklan ini
mau kemana. Atau misalkan kita bilang kita kan skytrax nih bintang 4 kan lebih ke
corporate lebih ke reputasi perusahaan kan nah berarti kita juga kita komunikasinya
kesana. Misalnya nih, keluarnya adalah terbang hemat layanan bintang 4 misal gitu.
Itu komunikasi jadinya. Dengan Citilink terbang hemat layanan bintang 4 udah kan.
Jadi orang tahu, kalau bintang 4 udah keren banget. Kayak misalnya sekarang lansia
nih, apa tuh kita udah mulai ada iklannya.
A: Secara garis besar budget untuk kegiatan marketing berapa pak?
H: Biasa itu kalau airlines antara, ga besar sih biasanya itu antara 1-1,5% untuk
marcomm ya. Kita meliputi ada lima, branding, route marketing terkait
pengembangan rute, digital marketing termasuk web dan mobile apps, terus ada
pengembangan channel partnership sama hotel, merchand, diskon, yang terakhir
CRM ini kaitannya sama data, database, Garuda Miles, segala komunitas itu ada di
sini. Jadi untuk itu semua 1-1,5% dari target berapa ya kira-kira itu. Tapi selalu di
control setiap tiga bulan kita review masuk ga nih targetnya. BUMN kan auditor
ada tiga lapis jadi ga main-main begitu kita bilang ini bener ga pencapaian segala
macem karena enggak kalau corcomm kan dia lebih kepada noise kan dia bikin
news value ke media segala macem. Terus dilakukan dan itu dilakukan hausnya
hemat ga bayar.
A: Masuk ke tools-tools IMC ya pak, kalau kegiatan advertising nya seperti apa?
Lalu kalau lagi pasang iklan di media konvensional itu musti di tracking tidak?
H: Oh iya, kita pelajari, ada namanya media karakteristik. Media karakteristik tuh
ada segmen siapa aja, behaviournya gimana, kita ga main di dangdut karena
segmennya, jadi lebih ke segmen segmen itu demografi dan tadi psikografi geografi
kita lihat. Sama tadi behavior ini cross dari semua itu biar kata geografinya dimana,
biar kata usianya berapa, kalau behavior nya sama naik sepeda yaudah kita hantem.
Kayak gitu. Itu selalu kita lihat, jadi kita bilang media profile nya kayak apa. Kita
lihat dulu, wah bukan segmen gue nih.
A: Kayak iklan pasti buat branding kan pak?
H: Itu pasti, ada unsur branding minimal 30%
A: Kalau untuk iklan yang transaksinya?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
H: Transaksinya yaitu saya bilang bisa 70% banding 30% ya, kalau iklan yang
sifatnya itu kita bilangnya tactical, tactical campaign. Itu biasanya short term,
tactical ya bukan strategic. Kalau strategic lebih ke branding mungkin dia gak
jualan tapi lebih ke image. Tadi kan, skytrax, orang percaya akhirnya dia naik. Tapi
ada juga misalnya sekarang Jakarta-Denpasar mulai hanya dari 100 ribu karena
cicilan nol persen, enam kali kan 600 ribu sebenernya tapi ngomongnya kan 100
ribu. That’s communications. Jadi orang kok itu tactical. Itu tadi yang dibilang
sekarang terbang dengan nenek diskon 25% padahal neneknya yang 25% dianya
enggak. Bikin happy nenek, diskon 25%.
A: Terus pak, kalau ngiklan di Citilink lebih ke hard selling atau lebih ke
advertorial?
H: Mostly ke hard selling karena gini, industry airlines itu udah bukan industry yang
eksklusif lagi, udah ritel, ritel means persaingannya udah persaingan dagang bener
bukan persaingan kalau dulu iya orang datang berbondong-bondong. Kalau
sekarang enggak, orangnya di sana kita datengin. Kan airlines nya banyak harga
murah-murah, kalau kita jaim-jaim ga disamperin, gitu. Kita musti nyamperin, jadi
mau sekarang ya begitu akhirnya iklan-iklanya makanya bukan iklan yang cuma
gitu aja, itu sekali-sekali kayak seasonal. Itu kan juga dikaitkan dengan penjualan,
selalu. Misalnya, lebaran diskon pulang kampung dengan kartu kredit ini dapat
diskon 300 ribu terus bisa dicicil satu tahun terus ditambah lagi ekstra miles double
miles misalnya, terus ditambah lagi voucher free meals misalnya kayak gitu. Jualan
semua, jadi setiap momen dipake untuk jualan.
A: Terus pak, kalau yang message, bapak sebutin ada tiga. Message yang ingin
disampaikan lewat iklan itu seperti apa?
H: Pertama kan branding, corporate. Citilink sendiri secara branding ya kita kan
Citilink Indonesia. Kedua mengenai produknya sendiri, Citilink sendiri, maskapai
sendiri. Yang ketiga, tematik atau apa fokusnya misalnya kita lagi mau focus ke
rute. Jadi tactical. rute-rute tertentu atau kita mau buka rute baru atau kita jualan
asuransi atau kebijakan lain itu lebih ke tactical, tematik, seasonal itu semuanya
tactical. Ada lagi yang corporate yang skytrax. Oh, Citilink mendapatkan untuk best
excellent service misalnya terus Citilink Indonesia perusahaan billion dollar
misalnya, di daerah kan diliat. Nah ini fokusnya berbeda-beda kalau ke corporate
mungkin lebih ke government ya supaya government juga punya nilai, oh
government punya perusahaan yang bagus-bagus nih, kedua kepada investor, ketiga
ke partner keempat kepada pemilik di luar daripada negara misalnya siapa siapa
kita kan tbk, Garuda group ya, yang kelima mungkin reputasi dari tim manajemen
yang ada itu yang mungkin ada di corcomm ya.
A: Berarti kalau ditempatin di mana aja medianya selain media konvensioanl apa?
Social media?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
H: Pasti, media konvensional kita masih pakai. Karena sebagian orang masih, kayak
mainstream ya kayak kompas kan masih banyak yang liat. Kita juga di beberapa
daerah masih pakai itu. Mereka kan walaupun digital, tapi ya masih ada radio tidak
bisa diganti.
A: Radio juga pak? Kemana? Radio bisnis atau kemana?
H: Radio itu lebih ke lifestyle ya, misalnya di mobil yak an pasti puter radio. Kan
dia ga streaming di mobil. Nah, orang radio tuh ada dua ada yang tidak streaming
ada yang streaming. Streaming biasanya di kantor nih, yah sambal dengerin radio
gitu yah, terus sambal kerja. Makanya kita radio tetep ya, karena apa radio itu punya
komunitas pendengar setianya ada. Misalnya 500 ribu, 100 juta, yang denger tetap
ada. Nah, kalau kita engage sama radio kita berharap paling 100, 200, 500 ribu
orang ini tahu tentang kita, tahu misalnya gini, eh Citilink lagi diskon tuh 50%
Jakarta-Bali atau Jakarta mana gitu. Kan dia ngomong sama temen-temennya. Kan
radio tempat gossip ya, kayak gitu. Atau radio news. Karena orang kan pengen cari
news. Jalanan hari ini gimana nih, macet atau ga, ada kejadian apa atau ga, kan
orang seneng tuh denger radio, nah kita masuk lah di situ supaya pesan sampai.
Cuma pendekatannya beda-beda ya tergantun radio, caranya juga beda-beda.
A: Biasa pilihnya radio apa pak?
H: Pilihannya gini, lebih ke segmentasi bisnis. Tadi kan segmen nya 25-39, tapi ada
juga yang 39-50, 55 tetep ada juga. Lebih ke pada situ. Terus kalau kita bilang di
kota besar itu siapanya, siapanya itu kita liat media profile. Elshinta, terus sekarang
ada Delta, ada Hardrock ada Female, itulah. Sekarang kia kesitu bukan ke remaja
seperti Prambors, terus Trax, terus Gen FM itu enggak. Kalau pilihannya, tapi
tergantung kalau kita lagi program produk produk yang pas lagi tadi namanya
adalah anti-mainstream itu bisa masuk.
A: Tergantung ya pak ya?
H: Ya bisa itulah.
A: Pak, alokasi budgetnya kalau untuk advertising sendiri?
H: Kalau di kita memang advertising masih banyak, karena mendorong kemajuan
rute-rute di seluruh Indonesia itu bisa sampe 35%, bisa sampai segitu dari budget
ya, tapi kalau untuk advertising bisa 25% lah, karena kan TV, koran, itu masih
mahal ya, tapi harus. Karena force display itu TV, masih ada lah. Koran mungkin
memang sudah sedikit, tapi TV masih lah besar segmennya lebih banyak ya kan.
Kayak contoh nih, TV-TV berita itu tinggi karena hot issue nya banyak keuali
bener-bener anak millennials lah yang bener-benr gam au nonton tv, atau maunya
net. Net juga mungkin nontonnya streaming karena kan mereka mobile ya, tapi TV
tetep tinggi berdasarkan riset ya.
A: Yang kedua, direct marketing pak, itu apa aja kegiatannya?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
H: Direct Marketing kita tuh, kayak gini, misalnya kita ikut ke dalam kegiatan-
kegiatan travel fair, kayak kemarin GATF itu Direct Marketing.
A: Oh iya, saya datang pak.
H: Nah, samperin ya. Kayak gitu GATF, travel fair kan banyak ya, kayak sekarang
kita lagi ikut di KoKas ada Aladdin, terus ada event-event yang kita sponsorin
kayak Java Jazz kemarin itu kita juga jualan. Direct Marketing ada tujuannya ada
dua. Satu, selain untuk jualan, kita juga branding dan product knowledge. Karena
kan banyak yang ga tau begitu bertemu langsung, oh ada ini toh, ada ini, nah itu
tujuannya buat informasi yang berujung dengan penjualan tapi di luar itu semua
kita branding udah pasti. Ya kan. Citulink bagaimanapun, kita menampilkan
Citilink secara utuh di situ jadi ga oleh sembarangan disitu. Misalnya, Citilink buka
booth tapi booth nya warna merah kan ga bisa kayak gitu. Gimana pun sisi branding
musti ada, ya kan, hijau.
A: Oke, oke terus pak, maksudnya Citilink Days itu apa?
H: Citilik days tuh gini, satu kegiatan Direct Marketing ya, sebagai mock up Citilink
nya tuh kayak apa sih, gitu. Pertama adalah konsep Citilinknya sendiri. Misalnya,
untuk anak muda lah, positioningnya, segala macem ada apa aja sih di Citilink itu,
secara produk, secara komunitas. Nah, kita kumpulkan misalkan ada traveling
berarti ada hotel, venue, segala macem. Terus, ada komunitas, kita ada komunitas
sepeda, kita mencoba merealisasikan secara utuh. Terus ada hiburan ada, ada
recruitment pramugari, jadi, Citilink itu bukan travel fair bukan Citilink Days itu
konsepnya bukan travel fair lain dari GATF, travel fair kan orang travel fair.
Masalahnya dia kan overseas, regional, iyalah orang mau ke Jepang, Amerika,
iyalah orang nyari di travel fair tapi kalu Citilink, domestik datang ramai-ramai
cuma beli tiket Jakarta-Banjarmasin ngapain mending langsung kalau itu kan ada
sisi entertainment nya juga, sisi komunitas ada sisi leisure, hadiah dan lainnya. Tapi
juga ada jualan, jadi itu jualannya konsentrasi lapangannya juga 20-30%, 70% nya
ke lifestyle itulah konsep. Makanya kita bilang Citilink Days bukan Citilink travel
fair, ga bakal bergerak. Citilink Days, all about Citilink. Lu sebagai Citilink gimana,
nanti kita kasih lihat top ten apa gitu jadi all about Citilink. Kontennya gimana,
sosmed nya gimana, KOL nya siapa aja kita masukin. Terus event-event nya seperti
apa kayak Java Jazz kita tampilkan musisi jazz yang pernah tampil. Jadi kebih fun,
uung-ujungnya engage gitu. Kalau di sosmed kan begitu tujuannya engage
contohnya like, komen kan gitu. Ujung-ujungnya sih jualan
A: kalau misalnya lagi event travel fair, orang-orangnya yang pengen beli tiket kan
pak? Biar catchy gimana sih pak? Apakah harus booth besar?
H: Bukan Cuma beli, orang-orang yang pengen info. Kalau itu tergantung konsep,
kita mau fokusin disitu apa. Misalkan kita mau fokusin tentang Garuda Miles aja,
Citilink yang nongol Garuda Miles. Soalnya kan tempatnya kecil, atau kita jualan
meals, atau apa, kartu atau apa, atau branding berarti kita tampilin skytrax. Udah
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
ngomongin tentang itu, kasih brosurnya tentang Citilink. Atau tentang corporate.
Jadi ga harus besar, tapi lebih ke konsep.
A: Terus kalau sponsorship?
H: Sponsorship tadi lebih ke kegiatan komunitas komunitas kan biasanya, kita lihat
komunitas apa nih, fashion oh masuk. Mungkin fashionnya enggaktapi kan orang-
orangnya lifestyle, kita masuk. Itu kan lebih memperkuat brand existing nya aja, di
kepala mereka. Terus juga reminder biar orang ga lupa. Akhirnya menjadi common
kan.
A: Pak kalau tujuan buat Direct Marketing sendiri sama message?
H: Tujuannya engagement, kalau message tuh bagaimana tujuannya
menyampaikan konsep dan informasi dari kita ke target pasar. Tujuannya message
kan, kita kan bilang message kan tentang oh 4 star supaya orang berpikir oh iya ya,
kita terbang hemat tapi mendapatkan kualitas layanan bintang 4. Kayak d’cost kan,
yang makannan tuh harga kaki lima kualitas bintang lima. Kan orang langsung tau
tuh. Kalau skyteam simple.
A: Oke pak, terus yang ketiga, internet marketing apa aja kegiatannya? Selain
sosmed. Terus tujuannya?
H: tujuannya begini, kalau internet kan nih jualnnya atau yang secara sosmednya
segala?
A: Semuanya sih pak
H: Kalau secara jualan, kan kita mau melakukan direct deals sama target kita tanpa
perantara.
A: Yang website itu pak?
H: Website, mobile apps, kalau kita direct tuh kita mengurangi cost, karena kan
kalau agent kita ada diskon 2-5% 7% 10%. Kalau langsung kan diskonnya langsung
ke konsumen, itu satu. Kedua, itu database apa segala macem. Ketiga, kita
menyempatkan informasi langsung ke konsumen dengan itu ya sosmed apa segala
macem itu semuanya ujungnya engagement. Kalau sosmed nih, kalau website sama
mobile apps tujuannya traffic. Jadi satu traffic satu engagement. Kalau traffic itu
terjadinya transaksi kalau engagement tujuannya adalah share of hearts, supaya
masuk ke dalam hati. Gitu.
A: Tapi kalau memang lewat website atau mobile apps memang lebih murah?
H: Relatif, lebih mudah, lebih direct, dan lebih banyak benefit. Salah satunya harga,
tapi harga ga harus. Soalnya kadang agent hargaya suka di potong gila-gilaan.
(Wawancara sempat tehenti karena manager minta tanda tangan Pak Harris)
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
A: Terus, kalau misalkan lewat agent misal traveloka, itu bedanya sama mobile
apps apa sih pak? Keunggulannya
H: Traveloka kan travel agen jadi dia menjual, terus dia kan banyak airlines nya
bukan cuma kita, kalau mobile apps kita ya cuma kita. Cuma bedanya kalau di agent
gitu, ada benefit-benefit yang tidak ada, kalau di kita ada bebarapa contoh nih tadi
kan cashback nol persen kan menggunakan sistem ya kan, nah kan itu Cuma ada di
kita baik di mobile apps ataupun website kita. Terus beberapa informasi lain misal
harga terbaik tiga hari kedepan misalnya, gitu.
A: Pak kalau SEM, itu kan kita search google kan itu keluarnya kalau kita cari tiket
murah Citilink masuknya ke
H: Atau masuknya ke traveloka?
A: Iya
H: Itu tergantung bidding dia, bidding dia berapa dan itu ada harganya. Ada 25ribu
per click nah kita mungkin ga terlalu ke sana, traveloka mungkin kan dia gede-
gedean duit aja. Kalau dia kan ga perlu beli pesawat, jadi duitnya gede. Kalau kita
kan maintenance, apa segala macem, akhirnya kita paling berani bidding Cuma
3000-4000 per click, misalnya langsung 500 juta, atau 1M yaudah sampai abis aja
akhirnya dia yang berani gede dan paling atas. Jadi kayak mobil nih, saya beraninya
Avanza dia Ferrari cepet-cepetan ya dia menang.
A: Terus pak, kan di sosmed itu kan di Instagram saya sering perhatikan selain
jualan, promo, rute baru, juga suka bikin konten tentang fakta-fakta daerah.
H: Nah, itu konten marketing. Pertama, contoh nih, kamu liat handphone banyak
oke biasa aja kan tapi dibilang yang ini nih mba kita bisa selfie, kayak oppo
jagoannya. Kalau produk kan lebih ke fungsi ya, spec dan lain-lain. Nah, kalau
Citilink lebih kepada nuansa missal Banyuwangi. Jadi sebetulnya meng create
curiosity, desire, interest dan lainnya. Kalau orang Cuma tau, di Banyuwangi ada
apa sih, wah ternyata ada makanan murah, ada tempat wisata bagus menarik. Jadi
prinsipnya adalah knowledge, tentang satu destinasi kita eksplor. Kayak nanti,
Penang. Orang kan ga tau, taunya cuma rumah sakit aja, ternyata ada wisata kuliner.
Langsung, kita ke Penang yuk ke Penang. Nah dari situ kita arahin kata-katanya tuh
misalnya naik Citilink ke Banyuwangi karena ada dibawahnya bilang ada nol
persen cicilan, kadang orang harus di drive dikasih ide. Cukup dengan 100 ribu bisa
ke Banyuwangi misalnya cicilan tiga kali atau enam kali kan orang menarik.
Knowledge nya udah banyak, ngopi di tempat bagus di mana Cuma murah. Dan itu
juga Bupati turut bilang Banyuwangi adalah menjadi wisata kuliner murah, dan dia
sikat tuh yang nodong-nodong bayar mahal di sikat sama Bupatinya.
A: Berarti memang mau kasih fakta-fakta biar ini ya pak?
H: Yes, knowledge. Banyakan orang dari liat terus suka terus pergi deh.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
A: berarti alokasi budget dari si Internet marketing?
(Wawancara terhenti karena Pak Harris jawab telepon)
H: Untuk internet marketing itu 26%
A: Sales promotion gimana pak?
H: Kita ada mix ya, kayak di travel fair-travel fair itu kan sekalian promosi terus
juga melalui internet kita juga promosi kayak pembukaan rute terus apa Namanya
rute-rute yang lemah kita dorong terus bundling misalnya tiket sama makanan
harganya jadi berapa pokoknya yang ada harganya itu sales promotion. Kegiatan-
kegiatan yang jualan itu sales promotion.
A: Kalau yang saya pelajari kan sales promotion itu ada pemberian nilai isentif kan
pak buat customer atau agent
H: Ya, sama kita menggunakan agent nanti agent kasih insentif. Insentif itu bisa ke
agent bisa langsung ke customer kan karena kalau ada sales promotion itu ada
promo nya. Di situ harga berapa di sini harga berapa biasanya kita bundling begini
jadi subsidi.
A: Oke deh pak, sip. Terus, kalau PR nya pak? Dari segi PR?
H: Itu kan lebih ke corporate value ya jadi image perusahaan, reputasi bukan ke
produk kalau kita kan lebih ke produk. Marketing lebih ke produk. Nah disini, PR
nya itu dulu memang di bawah marketing sekarang ke corcomm jadi dia fokusnya
lebih ke corporate. Value, culture, macem-macem. Ujung-ujungnya sih tetep ke
value.
A: Terus misalkan ada arahan dari marketing ga pak untuk press release yang
corcomm buat?
H: Ada juga sih, karena gini karena banyak kegiatan marketing yang juga di ekspos
sama media melalui PR, misalnya rute baru atau apa arahan dari kita. Kan mereka
nanya, mau ngomongin apa, kita jelasin. Tapi gitu issuenya Cuma bener-bener
perusahaan, kayak skytrax gitu langsung sendiri ga ada kaitannya sama kita. Ada
yang namanya PR Marketing nah itu dari kita.
A: Yang tools terakhir pak, personal selling?
H: Personal selling ini misalkan kita datang ke suatu perusahaan, jualan, kasih tau
kita ada kelebihannya apa langsung direct ke perusahaan. That’s personal selling.
Komunitas, datang ikut member gini-gini akan dapat ini kan langsung sama kita ga
lewat agent. Kita presentasi datengin. Kita bilangnya corporate sama komunitas.
A: Bukan yang kayak ada omongan langsung dari misal dari travel fair ada SPG?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
H: itu juga bagian dari personal selling tapi bukan yang gede-gede. Tapi kalau itu
kan sales promotion aktivitas personal selling nya ya SPG itu, ada juga begitu.
A: Ada benefit tertentu dong pak kalau misalnya begitu?
H: Ada, misalnya gini, dalam GATF ada diskon 10% nanti SPG nawarin. Terus
misalnya redeem 100 ribu miles selama pameran itu 500 poin juga udah bisa tuker.
A: Oke deh pak, terus ada timeframe ga sih pak?
H: Ada dong, karena pada prinsipnya industry ini, hotel dan lain-lain itu ada peak
season ada low season. Low season itu kayak pertengahan Januari sampai April
high seasonnya nanti Mei akhir dan Juni Julia da lebaran dan libur sekolah. Sama
nanti akhir tahun pasti high season jadi timingnya begitu. High season kita lakukan
apa, low season kita lakukan apa itu ada. Sama juga, timing kita terkait pembukaan
rute-rute baru terus ada campaign besar kayak GATF kita ikutan, timeframe nya
ada.
A: Terus pak, tadi kan kita ada jelasin tools-tools itu kan pak, yang paling menarik
banyak konsumen?
H: Oh digital advertising. Walaupun orang belinya di mana aja, Citilink nya bukan
di tempat kita tapi promo yang paling itu tadi SEO, SEM.
A: Terakhir pak, Monitor dan evaluasi kalau misalkan ada review tentang program
ga?
H: Ada dong kan kita punya target sekian yang dapet berapa. Baik secara branding
maupun penjualan.
A: Ada kriteria evaluasi dong pak?
H: Tadi, kalau tactical kita lebih ke hasil penjualan, kalau secara digital traffic,
kalau secara sosmed engagement nya berapasih selama campaign kan kita tagetin
tuh engagement nya sekian, traffic nya sekian ke website dan mobile apps terus
hasilnya berapa. Terus tactical, berapa penjualannya kita hasil dari blast 1M
targetnya 2M tercapainya berapa sih dari angka penjualan. Kalau digital tadi, traffic
sama engagement kalau dari CRM, membership aktifnya berapa. Misalnya kita
target 300 ribu, terus tercapainya berapa nihpastinya. Itu dari situ. Jadi ukurannya
begitu-begitu aja. Kalau branding akhir tahun, evaluasinya. Awareness, top of mind
itu kan ga bisa short term. Kayak biasanya akhir tahun itu kita ada brand awareness
nya itu berapa orang yang tahu, berapa persen orang yang langsung sebut Citilink.
A: Masih melakukan awareness pak?
H: Masih, terus. Kalau ada yang lain nanti awareness nya hilang. kita kan baru 18%
awareness nya 90% tapi rata-rata yang disebut orang pertama kali. Karena yang
disebut pertama itu bisa bagus bisa jelek kayak tiba-tiba ada kejadian jelek tiba-tiba
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
yang kesebut pertama siapa nah belum tentu bagus. Tergantung konten. Misalnya
Lion top of mind nya bagus 90% tapi informasi yang masuk yang bagus apa yang
enggak, kalau kita 90% tapi yang masuk informasi bagus, gitu. Itu mempengaruhi
jualan, berarti top of mind kita naik penjualan kita naik.
A: Oke deh pak, kalau gitu terima kasih.
H: Finish nih ya?
A: Finish.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
TRANSKRIP WAWANCARA
Waktu Penelitian : Selasa, 8 Mei 2018
Lokasi Penelitian : Citilink Head office, GMF Aerosia
Narasumber : Ditasya Devi (Marketing Communications Manager Citilink
Indonesia)
(Keterangan: D=Dita, A=Amanda)
A: Halo kak, boleh sebelumnya perkenalkan diri terlebih dahulu?
D: Oya, Ditasya Devi, Marketing Communications Manager PT Citilink Indonesia
A: Oke kak, yang pertama aku mau nanya tentang 4P nya Citilink itu ada apa aja
sih kak?
D: Oke, price, product, place, promotion ya. Product nya kita adalah penerbangan
atau airlines berbiaya murah biasanya disebut LCC atau Low Cost Carrier di mana
Citilink adalah anak perusahaan BUMN Garuda Indonesia yang terbentuk tahun
2012, itu pisah secara resmi manajemennya dengan Garuda Indonesia. Kalau dulu
masih under nya Garuda Indonesia di mana logonya masih merah Citilink kalau
kamu liat, terus tulisannya masih keriting gitu, terus 2012 kita pisah dengan warna
hijau dengan branding yang baru, logo nya yang ada ya yang kamu liat sekarang as
if. Nah, sekarang di umurnya yang enam tahun, itu kenapa Garuda Indonesia
membuat Citilink karena pada saat itu tren airline berbiaya sedang naik, di Amerika
juga begitu, jadi Garuda mengakomodir keperluan pax ketika mereka terbang tidak
harus pakai Garuda Indonesia tapi bisa pakai anak perusahaannya yang lebih
murah. Karena Garuda Indonesia sendiri adalah airline yang full service jadi para
penumpang punya pilihan nih, dia naik dengan Garuda Indonesia dengan segala
macem fasilitasnya atau dia naik Citilink Indonesia dengan low cost carrier nya,
gitu. Price yang pasti biaya kita jauh lebih murah dibandingkan Garuda Indonesia
tapi dibandingkan dengan LCC yang lain di Indonesia sendiri itu gak banyak. Full
service itu kan Garuda Indonesia sama Batik Air. Kalau yang LCC ada kita, Lion,
Sriwijaya, Nam Air kayaknya juga ya eh full service nya ya kayaknya. Terus
pesawat-pesawat kecil yang dari satu kota kecil ke kota kecil, Transmusa, Susi Air,
jadi pemainnya gak banyak. Nah Citilink dibandingkan dengan LCC yang lain price
kita lebih tinggi kenapa, Citilink punya strategi ini relate sama promotion ya
Citilink punya strategi untuk tidak price war jadi kita mau mengedukasi orang
bahwa naik pesawat pasti mahal ga bisa kita naik pesawat kayak naik ojek hanya
50 ribu, 100 ribu, enggak. Tapi, itu dari segi harga, tapi pakai Citilink tetap lebih
hemat kenapa, Citilink punya on-time performance itu di 87 atau 89 persen di mana
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
target market kita adalah business traveler yang merasa sangat terbantu mereka bisa
meng schedule kan kegiatan mereka sesuai dengan tepat waktu. Jadi misalnya
mereka, terbang denga Citilnk jam sekian dan harus kembali di hari yang sama jam
sekian gitu. Nah, kalau misalnya sudah terjadi delay otomatis dia akan stay selama
satu hari di mana itu akan keluar biaya lagi. Terus vale kita yang lain juga kita bisa
memakai boarding pass value, boarding pass nya Citilink programnya adalah Green
Pass itu untuk menginap di berbagai hotel, membeli berbagai merchandise dan
rekreasi dengan potongan harga tertentu, potongan diskon tertentu jadi sebenarnya
lebih hemat gitu. Terus, dengan kenyamanan lain-lain penghargaan yang sudah kita
dapatkan itu juga menjadi salah satu senjata atau tools yang dipakai untuk pax
trustworted sama Citilink. Kan kita baru dapet 4 star airlines itu, terus dapat
penghargaan dari TripAdvisor juga sebagai penerbangan terbaik di Asia. Itu ada di
linkers. Kalau place, awalnya Citilink itu di create untuk domestic jadi terbang dari
mana ke mana di Indonesia aja, which is kita kuat di Jawa dan Sumatera, tahun lalu
kita sudah mulai buka banyak untuk rute Timur tapi memang PR nya lebih tinggi
kenapa orang-orang di Timur itu sudah lebih aware dengan kompetitiornya Citilink.
Tahun ini Citilink mulai go regional dimuali dengan pembukaan rute ke Penang,
lalu rencananya mau buka ke Singapore dan mungkin Bangkok. Jadi rencananya
tahun ini ada 3 negara yang akan dibuka oleh Citilink. Tapi, tempat-tempat yang
bisa karena kita memakai tipe pesawatnya setipe, Airbus A320, enggak banyak
bandara yang bisa mengakomodir pesawat dengan berbadan besar ini jadi hanya
dengan kota-kota besar aja, jadi kita tuh belum bisa masuk ke NTB, NTT atau
pulau-pulau kecil lainnya yang ada di Sorong, Timika itu belum bisa karena bandara
yang tidak memadai apanya landasannya ga memadai dan kenapa satu tipe karena
supaya maintenance nya lebih muarh kalau kita punya lebih banyak tipe pasti lebih
maha untuk perawatannya. Terus, udah ya.
A: Terus kak, kemarin ada target Citilink tahun ini 15 juta penumpang nah bisa
jelasin kak strategi marketingnya?
D: Kenapa 15 juta yang pasti target itu akan bertamabah setiap tahun, tahun lalu 12
atau 13 juta tapi tahun ini 15 jadi itu ada perhitungannya sendiri dari corporate
berapa penumpang yang bisa kita ambil untuk mencapai target tersebut gitu
kenaikan target itu kan pasti selalu ada, sekitar 10 atau 20 persen. Nah, strategi
marketingnya adalah kita tahun ini setiap bulan kita membuka rute baru tapi kalau
misalnya belajar dari tahun lalu tuh rutenya bener-bener baru, yang kayak Kendari,
Gorontalo kota-kota yang belum pernah sama sekali dimasuki oleh Citilink. Tapi
tahun ini, adalah strateginya adalah connecting the city, connecting the dot. Jadi
kota-kota yang sudah eksis seperti Makassar itu kita sudah kita akn terbangin ke
Jogja, Denpasar. Which is kota-kota itu sudahada sebelumnya tapi di koneksi. Itu
yang diperbanyak, kenapa ternyata setelah di riset demand nya tinggi tapi
pemainnya tidak banyak, paling hany 3 airlines beda kalau dengan kota-kota besar
dari Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar pun juga banyak nah kita buka dari
Makassar ke Denpasar itu permintaanya juga banyak, sudah dihitung. Makassar ke
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Jogja juga banyak, Surabaya Semarang juga kita akan buka. Jadi kalau dulu dari
Surabaya ga bisa langsung, musti jalan darat atau ke Jakarta dulu. Ini sekarang bisa
direct itu salah satu strategi yang sudah masuk ke dalam RKAP kita akan buka rute
untuk connect the city. Kita juga buka rute regional tapi memang rutenya itu ada
rute yang mainstream dan rute yang tidak mainstream contoh rute yang tidak
mainstream kita sudah buka ke Dili, Penang, mungki gak terlalu ini sam aorang
yang buat kok kenapa Dili kenapa Penang, dari pertama kali kita buka sampai
sekarang ternyata itu ga pernah kosong. Nah Singapore pun kita bukanya dari
Surabaya dan Bandung bkan dari Jakarta. Jadi, marketnya besar, demand nya besar
tapi supplynya belum sebesar itu makanya airline yang di sana kayak Penang itu
dari sini cuma ada Air Asia, dan itu selalu penuh makanya pada saat kita buka
Jakarta-Penang, AirAsia itu langsung beriklan di manapun sampai pasang billboard
saking kelabakannya mereka. Makanya kita ga pernah kosong, gitu. Jadi, itu salah
satu strateginya. Nah, strategi yang lain kita yang pasti organic seperti social media
sudah menjadi tools kita dan mobile apps karena jaman sekarang orang sudah go
mobile jadi kita masih dalam selalu perbaikan karena nanti akan once top service
di situ. Jadi nanti di mobile apps kita ya seperti yang kamu tahu kalau liat di mobile
apps bisa cek harga, rute, nanti bisa check in sendiri, sama e-boarding pass jadi ga
perlu cetak kita bisa tunjukin, jadi iar cepet jalurnya dan nyaman penumpang, dan
CRM itu jadi punya database banyak banget dan kegiatan yang paling susah adalah
ketika orang switching, pindah dari satu brand ke brand lain tapi akan lebih mudah
ketika orang itu sudah kita sudah punya datanya dan itu yang diolah, kita punya dua
juta data yang bisa diolah untuk orang re-fly , terbang lagi sama kita, itu juga lagi
di genjot CRM dan mileage-mileage nya which is mileage kita sekarang sudah
kerjasama dengan GarudaMiles kan jadi terbang dengan Citilink, bisa redeem miles
nya ke Garuda, gitu. Itu dari sisi marketing ya. Yang lain masih banyak misalkan
dari sisi operation juga punya strategi sendiri, misalnya pesawatnya udah umur 5
tahun dipulangin ganti sama yang baru atau misalnya pesawatnya diganti sama Neo
kita sekarang udah punya yang A320NEO ya jadi lebih tidak bising, lebih nyaman.
Ada lagi misalnya dari culture, dari service juga ada, dari ancillary juga ada
misalnya service makanan udah dua troli dari depan dan belakang jadi masing-
masing sudah punya plan sendiri. Kalau dari marketing, misalkan buka rute kita
akan genjot marketingnya di kota-kota tersebut baik konvensional maupun digital
nya. Nah, strategi kreatifnya Cuma jualan-jualan aja, misalnya bawa blogger,
vlogger, selebgram, untuk endorsement karena kita memang ga se hard gadget
pakai model. Kita bener-bener liat yang punya banyak followers nya berapa di Mba
Elsa ada datanya, udah ini bisa jadi influencer kita.
A: Berarti objective nya marketing Citilink apa kak?
D: Oke, objectivenya Citilink kita sih tetep ujung-ujungnya jualan, semua ini adalah
jualan. Gimana sampai terjadinya jualan itu kan kita yang punya tools, kalau dari
sisi aku itu udah pasti placement konvensional itu masing-masing berbeda tiap kota
punya medianya sendiri ga harus nasional, ga harus pasang di tv selalu. Karena
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
kalau udah connect the city misal UPG-Semarang, kenapa saya harus pasang di
RCTI, ya pasang aja di Makassar, pasang aja di Semarang atau Surabaya, gitu. Nah,
terus membuat awareness lebih tinggi terus untuk semua rute baru atau untuk rute
yang lemah supaya orang remind, recall lalu eksekusi untuk naik Citilink, jadi plan
yang sudah ditentukan itu kita buat strateginya gimana isiannya biar penuh, musti
diliat di sana itu orangnya mostly pekerjaannya apa sih, oh PNS, berarti kita harus
sosialisasi ke PNS gitu, ga mungkin kita ke orang swasta, naiknya Garuda kok,
bukan target market kita akan lebih susah switching brand dari orang ketika orang
sudah loyal dengan brand, kecuali kita punya naik aja Citilink misalnya dikasih
makan dan harganya murah orang mungkin wah..tapi kan ini enggak, gitu. Yang
penting strateginya adalah awareness untuk semua orang, kita punya produk banyak
bukan Cuma rite baru ada mileage, di ancillary ada makanan, insurance, ada seat,
safety pun juga value ya, take off dan smooth landing, itu semua harus
dikomunikasikan ke orang lewat mobile apps, website, oh iya kala niak Citilink itu
gua bisa dapat makannya lebih murah di sini nah itu marketing plan nya ada di aku.
A: Terus target market Citilink kak?
D: 25-39 tahun, Pria, Business traveler. Bukan berarti wanita enggak ya, tapi mostly
yang sudah kita riset itu adalah penumpang yang dia business traveler memang
berangkat untuk kerja, untuk entrepreneur, untuk meeting, atau apapun pokoknya
kerja, berangkat ke kota tersebut dan kebanyakan di usia 25-39 tahun. Tapi, airlines
itu lucu, tergantung season. Kalau high season targetnya family misal lebaran, nah
kalau keluarga itu targetnya justru perempuan karena perempuan yang biasanya
memutuskan. Tapi kan airlines itu high season nya kalau ga di lebaran ya di tahun
baru, selebihnya itu business traveler yang berangkat. Business traveler pada saat
liburan natal dan tahun baru, serta lebaran mereka akan sama keluarganya yang
ambil keputusan kalau ga bunya ya istrinya, gitu. Nah, terus geografis aku udah
jelasin ya udah dari Aceh dan Papua udah go regional juga. Kalau psikografis ya
itu ya memang business traveler, butuh on-time, butuh waktu yang sesuai makanya
kenapa terbang pagi itu rame banget karena orang meeting di kan siang-siang,
terbang malem balik sini orang kan mau balik. Atau pergi pagi karena masuk
kantor, kalau udh Jumat Sabtu Minggu itu liburan.
A: Terus, message yang ingin disampaikan seperti apa? Atau tagline
D: Tagline kita kan Better Fly Citilink. Sederhananya, sederhananya adalah lu mau
terbang pake airlnes apapun Better Fly Citilink. Jadi, terserah mau naik apa, naik
ap ya Better Fly Citilink. Jadi, Citilink bisa memberikan yang lebih baik dari
airlines manapun di kelasnya.
A: Berangkat dari mana kak ide itu?
D: Ya kerjasama sama agency sih waktu itu, kurang paham juga karena aku belum
masuk.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
A: Budget marketing kak?
D: Kalau itu sama Pak Haris aja, dia yang lebih paham alokasinya ke mana untuk
kegiatan kita.
A: Oke kak, gapapa. Masuk ke advertising kak, kalau misalkan lagi promosi itu di
tracking ga sih kak?
D: Oke, jadi gini bedanya konvesional dan digital adalah cara tracking nya. Kalau
digital bisa di tracking sampai kapan orang ngeliatnya itu kapan orang paling rame
ngeliat iklan itu keliatan sampai per jam nya juga bisa diliat, karena digital. Berapa
yang nge click, berapa yang liat itu bisa di tracking semuanya kalau digital. Terus,
berapa orang yang udah click, liat terus keluar, berapa orang yang makanya kenapa
di youtube ada yang lima detik itu adalah masa-masa krusial orang untuk nonton
itu kalau ga menarik ya dilewatin. Nah itu ada datanya semua. Bedanya sama
konvensional kita tidak bisa meghitung itu, kita hitungnya dari share, tv ada
sharenya. Jadi setiap program ada rating misalnya kalau Hitam Putih wah tinggi
nih, terus ada juga prime time nya, biasanya jam 7 sampai 9 sama jam 6 pagi sampai
8. Itu di mana orang-orang pekerja semua orang nonton. Udah lewat dari jam segitu
biasanya udah mba-mba, PRT yang nonton, makanya sinetron atau FTV jam 2
siang, gossip sore-sore. Itu udah ada tempat-tempatnya tersendiri. Nah yang kita
liat gimana nih, nih ratingnya bagus, siapa yang nonton perempuan atau laki-laki
dan itu udah ada profile nya dan bisa berubah-ubah, nah liat itu target marketnya
Citilink ga sih. Misal, bronis tuh yang di Trans TV siapa sih penontonnya misal
ABG atau ibu-ibu. Bisa aja jadi target marketnya Citilink tapi liat dari season nya
dulu kita tembak itu pada saat buat tahun baru, ibu-ibu langsung oh iya naik Citilink
aja ada promo ini, ini, bisa kayak gitu. Nah, dari rating itu baru kita bisa placement
itupun juga kalau dari koran. Koran itu dari oplah, berapa yang dicetak setiap
harinya. Misalnya 3000 eksemplar, 10000, 20000. Ini bisa disebar ke mana
misalnya Kompas itu Jawa, Sumatera malah seluruh Indonesia masuk Kompas
cuma kuatnya dia bisa bilang eksemplar paling tinggi di Jakarta atau Jabodetabek,
koran yang di office, yang di jual itu berapa persen, gitu. Kita berdasarkan itu. Nah,
kalau di daerah-daerah itu beda lagi bacanya misalnya Tribun Jateng atau Tribun
apa, Solo Pos yang mereka punya media-media nya sendiri karena mereka mau baca
berita didaerahnya sendiri. kita liat dari eksemplar yang dia cetak dan profile
medianya, pembaca koran, majalah dan lain-lain. Misalnya femina udah pasti
wanita yang lebih mature, perempuan pekerja dan pengambil keputusan, udah mati
juga sih. Terus Cinta Cita itu biasanya apa sih SMA, SMP kan iklannya beda lagi.
Kalau masuk di sana Citilink ga akan impact, kecuali advertorial. Terus apalagi,
OOH itu makin ga bisa dihitung, berapa mobil yang lewat peak nya di jam berapa.
Tapi, setelah kita memasangkan itu semua dihitung setelahnya itu kita ga bisa tahu,
yang bisa dihitung adalah digital. Tapi sekarang semua berkembang nih,
konvesional sudah banyak trik nya kayak misalnya Grab pakai promo ini, di pasang
di billboard dipake deh sama orang. Berarti keliatan efektif nih ada 5000 orang yang
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
pakai, jadi pasang lagi di situ. Tapi itu belum tentu bisa jadi patokan karena orang
belum tentu aware, apalagi tiket pesawat ya orang tidak serta merta oke ada voucher
ini berapa diskonnya 50 ribu? Hemm.. ga sih. Kecuali diskon 70% Denpasar, orang
pasti nyari. Karena untuk pakai pesawat itu butuh persiapan, orang harus packing
dulu, hotel dulu, mau kemana. Makanya kalau konvensional media, kita ga hitung
sesudahya tapi kita hitung dari profile medianya kalau digital kita selain lihat dari
profile medianya dia juga bisa liat efektifmya, sampai orang beli tiketnya kita juga
bisa lihat. Misal kita pasang di Detik kemudian tertarik dan beli, oh berarti pasang
di Detik efektif juga nih misalnya kita pasang target berapa 3000, masih seribu
kurang efektif berarti apa yang kurang nih kita lihat.
(Wawancara terhenti karena ada telepon masuk)
A: Message, caption dari iklan gimana kak?
D: Oh, itu dari tim kreatif sih tapi kita bisa kasih suggest karena kan yang tau
campaignnya kita kan. Misalnya kayak akum au bikin campaign “Terbang pakai
Citilink gratis nginep” misalnya gitu. Itu kita bantu pikirin sih oh headline nya ini
aja. Eh, terbang pakai Citilink lets say berangkat tiga orang dapet diskon 50% gitu-
gitu atau THR Terbang Hemat Rame-rame. Kasih ke mereka, kalau tim kreatif kan
pasti lebih paham, lebih bagus gini-gini karena merekan kan yang tau ruangnya
berapa. Kita bisa kasih suggest. Nah mereka bilang sebaiknya pakai ini ya kita lebih
ke ngobrol sih. Begitupun juga caption hashtag misalnya gua mau pakai ini.
Misalnya kemarin kana da seragam baru Citilink kan misal hashtag seragam baru
Citilink nanti terbang pakai Citilink selfie sama pramugarinya pakai hashtag itu bisa
diundi dapat hadiah tiket kayak gitu. Terus, kayak hashtag-hashtag itu biasanya kan
di social media biasanya itu hasil rembukan tim sih liat dulu campignnya apa nih,
akan turunnya di mana misal di konvensional nih terus akan turun di digitalnya juga
sama bunyinya nah di social media biasanya lebih soft. Lebih soft dan bisa dimainin
karena punya kita sendiri. misal buka rute baru, terbang Surabaya Semarang
harganya 300 ribu, jadi bisa bilang Surabaya punya ini itu loh sekarang Citilink bisa
terbang dari Semarang ke Surabaya gitu.
A: Oke kak, terus yang emotional marketing itu kak gimana?
D: Mungkin aku bahas dikit, emotional marketing itu adalah bagian dari konten
kreatif jadi itu ada dua hardsell dan softsell. Hardsell itu yang beli sekarang besok
naik! Property tuh biasanya begitu kan hardsell. Nah, kalau yang softshell biasanya
kasih informasi kalau di kota ini signature nya apa nih, makanannya, wisatanya,
baru kita giring ayo terbang pakai Citilink yuk, sekarang Citilink udah ada terbang
kesini loh. Terus juga ada testimoni dari penumpang gitu dia di syuting di studio
bilang aduh enak banget pakai Citilink nih take-off dan landing ya bagus, pokoknya
Citilink deh itu kite pernah TVC. Terus pokoknya yang dia kasih statement dan
mengguggah orang kayak influencer tapi dia real penumpang Citilink bukan artis
itu lebih touchy. Atau iklan asuransi Thailand yang touchy banget tuh sampai
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
nangis. Nah begitu tuh emosional banget, membawa emosi orang. Akhirnya yang
diambil adalah orang bukan langsung eksekusi orang dikasih knowledge dulu ada
brand ini akhirnya dia mau mencoba setelah coba dia akan membeli, akhirnya dia
beli, beli, dan beli dan akhirnya dia mensuggest gua paki ini nih, pakai deh bagus
deh. Dan jadi brand advocate dimana dia sudah bagian dari si brandnya itu, dia
bakal belain lah brand nya istilahnya, dan Citilink sudah banyak punya brand
advocate.
A: Terus, masuk ke direct marketing kak, gimana?
D: Direct marketing kita ada juga event, event di kita itu diabgi-bagi, satu ada
corporate event kayak penandatangan MOU kerjasama, itu lebih corporate
kerjasama sama Go-Jek, terus baru keluar deh promo-promonya tapi pertamanya
antar corporate dulu. Kedua ada pembukaan rute baru, untuk awareness di kota
tersebut itu lebh ke kayak seremonial jadi kayak gubernurnya, siapa siap tuh semua
kita undang untuk rute baru. Ketiga, sponsorship yang kita ikutin ini sebenarnya
tidak ada patokan sih evet apa yang harus kita ikutin. Enggak, tapi kita musti lihat
profilenya dulu. Sebenernya bisa kita ikutin Cuma kan budgetnya terbatas makanya
kita harus pilih yang pasti pertama target market kita sesuai atau tidak, kedua crowd
nya rame apa enggak yang dating niche market banget atau yang sepuluh ribu yang
dating atau berap jadi exposure kita seberapa jauh terus yang ketiga balik ke budget,
kalau masuk kita ikut, balik lagi objective kita kesana apa. Kayak seberapa penting
sih kita ikut event di Jakarta kan kebanyakan orang sudah tahu Citilink kan mending
kita ikut di Kendari yang orang masih belum tahu tentang kita, misalnya car free
day dan buat se kreatif mungkin nanti dilihat. Terus kalau sponsorship kita juga ada
musik, terus komunitas lari gitu run run, komunitas sepeda gitu kan, biasanya juga
yang lagi happening gitu. Kita tapi liat dulu yang dating siapa dan benefitnya apa.
Jadi event itu dinamis banget kita musti lihat historynya apa, success story nya
gimana, kita liat tuh. Terus travel fair kayak GATF, atau yang lain kita juga akan
ikut. Sebenernya tidak terlalu signifikan yang ke sell tapi brandingnya bagus karena
orang yang kesana udah pasti cari tiket, target market kita lah. Oh, own event, yang
kita buat sendiri tapi lebih ke marketing ya, CSR beda lagi. Seperti Citilink Days,
itu sebenarnya mau dibuat sekali setahun tahun pertama dibuat itu karena kita pada
saat ulang tahun Citilink kita campaign kasih mobil hadiahnya ada tiga kan ulang
tahunnya Juni, kita ada pengundian, waktu itu ada launching Garuda Miles. Konten
di dalemnnya juga ada jualan tiket cuma selebihnya entertainment dan partnership.
Jadi itu ada partner-partner kita buka booth dan artis. Lebih ke branding sih, orang
untuk recall oh ya ada Citilink Cuma ga dilakukan lagi karena plan perusahaan akan
buka rute setiap bulan jadi kita ga lakukan lagi.
A: Terus kalau misalkan lagi event selain tike tapa lagi yang dijual?
D: Oke, selain tiket yang dijual itu ancillary. Kita pasti akan ngejual mobile apps
kita dulu, terus ayo daftar jadi Garuda Miles lalu ancillary ada makan di atas
pesawat, asuransi, ada seat, merchandise, komunitas, itu yang kita kasih tahu. Abis
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
beli tiket ayo dong beli makanan nya pre-book meals cuma 35 ribu kalau beli di
atas pesawat 55 ribu, gitu. Promo-promo nya, terus tanpa asuransi, dia akan di cover
delay, cover bagasi rusak kenapa soalnya kalau pakai asuransi kita Cuma bayar 25
ribu loh, gitu. Ayo pilih seat supaya nyaman bisa pilih tampat duduk sesuai apa
yang kita mau itu bayar lagi. Komunitas ayo jadi komunitas CitiSport bayar 200
ribu dapet keuntungan begini-gini.
A: Terus kak, pengaruh banyak ga sama penjualan kalau lagi sponsorship gitu-gitu?
D: Oh, enggak. Karena kan branding, jadi bukan untuk jualan tapi tetap branding.
Sponsor Java Jazz sampe berapa ratus juta jualnya cuma 20 juta.
A: Terus, kalau dari internet marketing kak? Kan ada web sendiri sama web nya
travel agent, nah itu lebih menguntungkan yang mana?
D: beda-beda preference nya, karena kalau misalkan OTA, online travel agent itu
dia mengcover seluruh airlines dia kelebihannya bisa mengcompare mana yang
paling murah sampai yang paling mahal. Terus, OTA itu biasanya mereka lebih
tujuan pertama orang buka traveloka adalah komparasi tapi kalu di mobile apps atau
web kita biasanya ada benefit tambahan lannya, misalnya promo-promo bank yang
banyak, beli di web dan mobile apps Citilink pakai bank ini dapat potongan 200
ribu gitu, terus beli di web dan mob apps dapat mileage 3 kali. Itu biasa di set sih
dan misalnya ada diskon PP 10%, di web kita juga bisa beli ancillary, lebih murah,
aku ga tahu itu udah dibuka di OTA atau belum karena setahuku ini untuk kita keep
biar traffic nya ke website kita.
A: Terus berarti yang punya punya sendiri ada website, mob app, sosmed?
D: Ada youtube, EDM kayak email blast, twitter.
A: EDM itu kita harus jadi member dulu ya kak baru dapet email blast?
D: Iya, jadi member dulu. Terus, linkers majalah kita, tapi kadang kita ambil buat
marketing misalkan kita sponsor dimana atau misalnya apa kita kasih section nya
linkers itu tools kita sih sebenrnya banyak, cabin announcement juga termasuk jadi
misalnya ayo beli tiket Citilink sekarang dari pramugari nya. Itu yang tidak
berbayar ya, organic. Cabin ads, itu kan punya kita hanya dijual ke orang supaya
orang jadi kadang ga diisi sama promo.
A: Masuk ke sales promotion ya kak, ada nilai insentif ga seperti voucher?
D: Ada dong, jadi OTA atau TA setiap mereka berjualan tiket Citilink mereka dapat
insentif, apa gitu gatau sih berapa. Kadang kita bikini program khusus misal double
insentif dulu pernah kasih motor dapet voucher belanja tapi tactical campaign aja
yang Cuma 2 bulan 3 bulan lama-lama bonyok hehe.
A: Terus, ini apa kalau harbolnas ikutan ga?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
D: ikut, tapi ada promo ya biasanya sama bank-bank sama harga khusus, diskon.
A: Nah, kalau untuk PR ini kan oleh corcomm Citilink kak, cara koordinasi dengan
pihak corcommnya seperti apa sih kak?
D: Corcomm itu punya objective adalah corporate tidak selalu melulu jualan, beda
sama kita. Karena mereka itu kan kadang beda kalau berbayar, karena kan kalau
berbayar gua maunya kayak gini lu harus nampilin berita seperti ini, jualannya.
Beda kalau mereka ini, wartawan tuh butuh berita tapi kontennya bukan marketing,
mereka butuhnya seperti Citilink mencapai 15 juta, Citilink mendapat award. Itu
berita buat mereka, akan ditayangkan tapi ga bisa hardsell harus corporate. Nah,
biasanya kalau dari mereka itu ga akan keluarin harganya soft banget jadi misalnya
buka rute baru ga akan dikeluarin. misalnya dalam meningkatkan pariwisata
Citilink buka rut eke sini, tap ga yang harganya mulai dari. Mereka juga akan
keberatan, beda kalau kisalnya artikel yang kita bayar, kita akan berizin sama
mereka gua minta release nya dari mereka dan diolah lagi sama wartawannya nah
keluar mulai dari 300 ribu.
A: Untuk personal selling, apakah ada SPB atau SPG? Cara merekrutnya?
D: Ada sih, jadi kita minta mana coba liat profil dari EO nya soal SPG nya, misal
kita minta lima dia kasih sepuluh. Biasanya, kalau event itu SPG itu kan unsur
paling susah diatur soalnya suka dating telat, pecicilan, banyak. Karena EO pasti
tahu sih standar kita kalau cari SPG itu pasti ga pegang handphone, tingginya 165-
170. High heels jugaga tinggi-tinggi, baju sopan dari kita, rambut seperti apa dari
kita, yang penting menarik. Dan mereka harus menjelaskan produk kita dan harus
bisa merepresentatif perusahaan. Dan itu training dari kita, product knowledge dari
kita, kita pantau setiap hari. Harus disiplin sih. Tapi kedepannya kita akan
perpanjang kontrak SPG jadinya itu-tu aja biar gampang, ya dia bakal lebih paham.
A: Oke kak terakhir, ada review atau monitor ga tentang program tahun lalu?
D: Juju raja sebenarnya indepth review jarang kita lakukan karena timeline yang ga
pernah cukup, tapi biasanya review nya emang yang dasar banget dalam hal apa
nih, event, program atau apa. Kalau campaign kita bener-bener indepth review
sampe benar-benar CRM harus melakukan FGD. Kayak kemarin kita greensale kita
pasang iklan terus dilakukan FGD 3 bulan kemudian aka nada greensale kedua si
CRM melakukan FGD nih, hasilnya adalah tidak ada orang yang tahu greensale
padahal aku udah buang duit sebanyak itu, berarti bisa dibilang TV tidak efektif
lagi, greensale dua kita ga pasang di TV lagi. Terus kita liat lagi seasonnya lagi high
season nih. Karena kan kalau udah high season kita ga perlu promo ya. Untuk
beberapa program, campaign iya kita melakukan review mendalam sampai lihat di
social media hasilnya gimana, orang yang respon, FGD juga, kuantitatif kualitatif
kita lakukan indepth interview tapi kalau campaign tactical jarang sih biasanya lihat
dari perbandingan aja misalnya kita pakai bank A nih sekarang, kita udah pernah
pakai ini belum kalau misalnya hasilnya jelek ya berani ga usah pakai bank ini lagi.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
A: Terus sudah sampai sejauh mana objective 15 juta itu kak?
D: Honestly, aku ga tahu sih mungkin pak Harris lebih terupdate, tapi biasanya itu
direcap di akhir tahun. Soalnya banyak yang berbeda-beda sih berubah-berubah.
A: Kriteria evaluasi kak?
D: Enggak ada sih, tapi yang kriteria evaluasi paling gampang kita bisa lihat adalah
salesnya. Harus bisa dibagi dengan biaya yang kita keluarkan, ini termasuk efektif
atau enggak, kalau misalnya enggak kita akan memperbaiki campaignnya itu paling
gampang dilihat dari ROI. Kalau mau dalam lagi ini kenapa berhasil atau enggak
itu dari CRM yang FGD. media, design, komunikasinya ga nyampe, dalem banget,
itu di CRM.
A: Apakah ada hambatan dalam melakukan program?
D: Ada lah, di BUMN banyak drama. Biasanya yang paling susah adalah gap
generation ada yang tua banget, ada yang masih muda. Yang muda mau begini yang
tua ga ngerti. Budget, intervensi dari induk perusahaan juga, Garuda kan juga
memantau, yang grup lainnya juga diliat.
A: Oke deh kak, kalau gitu terima kasih.
D: Wah, akhirnya. Sama-sama.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
TRANSKRIP WAWANCARA
Waktu Penelitian : Jumat, 29 Juni 2018
Lokasi Penelitian : Citilink Head office, GMF Aerosia
Narasumber : Ayu Citra Kirana (Customer Relationship Management Manager
Citilink Indonesia)
(Keterangan: AC: Ayu Citra, AM=Amanda)
AM: Halo kak, selamat siang boleh perkenalkan diri terlebih dahulu serta
jabatannya?
AC: Ayu Citra Kirana, Customer Relationship Management Manager
AM: Oke kak, untuk seblumnya aku mau tanya dulu ya kak untuk latar belakang
mengapa Citilink harus selalu ada target pencapaian dan tahun ini 15 juta?
AC: Basically, karena setiap tahun ini bisnis itu harus grow, ga mungkin maunya
stuck atau turun, bisnis harus grow, kenapa kita pengen grow karena ingin
memenangkan market share airline, lets say market share Citilink tahun lalu 20
persen tahun ini maunya 25 persen, nah makanya itu kita pengen setiap tahun ingin
meningkat karena kita pengen marketnya itu semua punya Citilink, semakin banyak
yang naik Citilink kan semakin besar kemungkinan market share itu jadi milik
Citilink, nah kalau mengapa setiap tahun ingin meningkat karena setiap tahun kita
juga nambah rute, nambah armada pesawat jadi secara parallel penumpang pasti
akan meningkat, kayak tahun lalu kita ga ada Cengkareng- Penang dan tahun ini
sekarang ada, pasti penumpangnya juga nambah dong karena pesawat nambah dan
rute nya juga bertambah. Ya kenapa harus meningkat sih dari prespektif aku dan
tim CRM sih kayak begitu karena rute kita nambah armada kita nambah dan kita
pengen menangin market share gitu, lets say kayak traveler gitu ya, misalnya 17
juta orang, 17 juta itu yang naik Citilink Cuma 20 persen nih di tahun 2017 gimana
caranya bisa suatu hari tujuh belas tujuh belasnya ini semua naik Citilink, itu yang
namanya market share, kita pengen semuanya naik Citilink bukan naik kompetitor.
AM: Terus kak, untuk yang dari pandangan CRM, gimana sih marketing plan tahun
ini?
AC: Jadi, strategi marketing Citilink dari CRM itu dia lebih ke customer centric,
jadi ketika traditional marketing lebih ke product centric, dia menawarkan suatu
produk ke semua orang, dia pasang billboard, yang lihat kan semua tanpa lu tahu
itu marketnya Citilink atau bukan semua orang liat makan deh tuh iklan, kalau CRM
adalah dia lebih customer centric, lu cari mana sih customer-customer gue yang
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
berpotensi terbang CGK (Cengkareng) – BWX (Banyuwangi) kan kemarin kita
buka rute ke Banyuwangi tuh itu kita cari, jadi kita shifting dari product centric ke
customer centric, kita mencari customer bukan jual satu barang keseluruh customer
tapi masing-masing customer kita jual satu barang satu barang masing-masing jadi
lebih segmented bukan mass kayak di iklan billboard, koran, radio, kita kan ga bisa
tahu itu marketnya Citilink atau bukan jadi CRM itu dia lebih ke customer centric,
gimana sih caranya biar lebih ke customer centric itu harus database yang kuat.
Soalnya kan kalau misalkan kita ikut-ikutan perang harga, kompetitor turunin
harga, kita juga ya terus sampai kapan kita tahu revenue nya gitu, kita cari mana
bener-bener customer yang loyal sama Citilink jadi orang-orang itulah yang kita
target bukan semua orang. Di CRM, kita bener-bener cari mana yang makan produk
kita itu dari database harus dikuatkan, Citilink kan udah terbang udah enam tahun
data, itu udah cukup untuk melihat mana sih orang-orang yang terbang sampai 60
kali sampai 90 kali dalam setahun, jadi ini yang kita target, kita dari CRM percaya
dari 20 persen penumpang bisa menghasilkan 80 persen revenue.
AM: Oh gitu, berarti kalau misalkan orang itu otomatis isi data diri dan simpan di
CRM?
AC: Betul, kan kalau beli tiket kamu masukin e-mail kan, nomor telepon, nama dll.
Yang CRM gunakan itu e-mail, e-mail itu bisa digunain buat apa sih e-mail blast,
bisa targeting juga kayak misalnya kamu lagi buka aplikasi apa tiba-tiba muncul
iklan Citilink misal buka detikcom tiba-tiba pop up iklan citilink karena kita ngejer
nih, email kamu seringnya buka apa aja sih, targeted gitu. Marketing CRM juga
lebih ke digital, jadi database yang dikumpulin sama CRM hanya bisa diterapkan
oleh marketing tools marketing tools yang digital jadi ada SEO, SEM terus ada
iklan-iklan digital ads, terus juga ngejarnya email, email kamu bukanya apa kamu
sering dapet kan iklan Zalora, Lazada nah itu dia kejerin email kamu.
AM: Sekarang gimana kak mendata itu masih manual atau bagaimana?
AC: Sampai saat ini sih masih manual, karena platformnya masih dalam
development, nanti ada platformnya namanya customer three sixty (360). Jadi itu
bentuknya kayak facebook, masing-masing orang punya profile misalnya manda
alamatnya blabla emailnya blablabla kita bisa lihat data diri ketika orang beli tiket.
Kamu masukin email, nomor handphone. Kalau gabung di loyalty program, kamu
masukin address juga tuh kalau gabung jadi member kan. Data-data itu yang kita
kumpulin, dan setiap email kamu melakukan pembelian itu data nya ke record. Oh
manda dalam enam bulan ini udah 3 kali terbang cengkareng-semarang,
cengkareng-surabaya, kayak gitu ke grab data kamu dalam customer 360 itu. Jadi
satu customer dengan berbagai data makanya 360, sedang dalam tahap pembuatan
Juli akhir sih udah ready. Jadi akan lebih mudah menganalisis data customer lewat
situ. Sekali lagi, lebih ke customer centric instead of product centric.
AM: Oke kak, jadinya objective nya marketing plan dari CRM?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
AC: Adalah kita nge boost revenue dengan jumlah uang yang lebih sedikit daripada
tradisional marketing. Kayak misalnya, lets say kalau kita pasang iklan di koran aja
bisa berapa ratus juta sedangkan kalau pake si digital ads orang yang ngeclick doang
kita bayar kalau lihat kita ga bakal bayar. Less money for more impactful action.
AM: Sekarang boleh ga kak jelasin apa saja loyalty programnya Citilink?
AC: Oke, kalau di Citilink itu nama loyalty programnya adalah Garuda Miles. Itu
dia integrase sama kartu membernya Garuda. Jadi kalau dulu, yang dapet miles itu
hanya orang-orang yang terbang naik Garuda doang, semenjak tahun lalu di
Februari 2017, yang naik Citilink juga bisa dapat miles. Miles itu sebenarnya poin
kita disini sebutnya miles. Semenjak februari, orang terbang dengan Citilink juga
bisa tuh dapetin miles itu bukan Cuma orang yang terbang dengan garuda Indonesia
saja. Alasannya adalah, kenapa kita gabung instead of punya sendiri, daripada tuh
penumpang-penumpangnya Garuda bocornya ke Lion atau ke Batik, mending ke
Citilink aja, toh di Citilink juga bisa dapat miles, dapat tambahan di Citilink aja.
Jadi dulu CEO nya Garuda namanya Pak Arief juga CEO nya Citilink tuh, nah pak
Arief itu yang mengidekan supaya si Garuda Miles bisa dipake juga di Citilink jadi
kita punya loyalty program digabung. Sebenarnya namanya Garuda Miles juga,
cuma biar tidak menghilangkan unsur branding dari Citilink, dikasih nama
Supergreen Garuda Miles, padahal sama-sama sebenernya platformnya sama kayak
Garuda Miles Cuma kita ga pengen branding kita hilang, jadi supergreennya tetep
dikasih di depan. Jadi kalau orang yang daftar di Garuda namanya Garuda Miles,
yang daftarnya melalui Citilink namanya Supergreen Garuda Miles.
AM: Selain itu ada lagi ga kak loyalty programnya?
AC: Loyalty program di mana-mana cuma satu, tapi programnya banyak. Kayak
Go-Point misalnya punya pesen go-food dapatkan ekstra coin itu namanya
programnya si Go-Point. Tapi dimana-mana loyalty program itu cuma satu cuma
programnya banyak, promo-promonya banyak.
AM: Berarti keuntungan setelah menjadi member Supergreen Garuda Miles itu
apalagi kak selain dapat miles?
AC: Kalau ada transaksinya di website member, dia dapat diskon 3% sekali jalan
sama 5% diskon pulang pergi.
AM: Member ada website sendirinya kak?
AC: Ada, jadi kalau yang biasa citilink.co.id kalau member jadinya di
member.citilink.co.id itu kalau beli disitu harus login, terus beli tiket disitu dia bisa
dapat diskon sama kalau misalkan dia redeem, redeem tuh poin-poin yang dia udah
kumpulin dia pengen pake buat beli tiket, itu di website itu juga. Jadi bukan di
website yang biasa, kita sebutnya itu B2C jadi itu untuk anonymous. Kalau di
member, itu yang emang bener-bener digunakan untuk website member.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
AM: Ada lagi ga kak keuntungannya? Seperti pakai kartu member bisa dapat diskon
penginapan, atau cashback di bank-bank partnership Citilink?
AC: Oiya, bisa, jadi semua tenant-tenant yang bekerja sama dengan Garuda Miles,
itu bisa didapatkan oleh member-member Supergreen, lets say kamu punya kartu
kredit mandiri, di mandiri kan juga ada mandiri poin fiesta itu, nah bisa di convert
ke Garuda Miles, jadi misalkan kamu udah daftar di Citilink dan kamu udah punya
member Garuda Miles itu bisa di convert jadi semua partner-partner yang sudah
bekerja sama dengan Garuda Miles, bisa digunakan oleh member Supergreen
Garuda Miles karena balik lagi platform nya Cuma satu, padahl semua promo-
promo yang berlaku di Garuda Miles itu bisa dipake juga di Citilink. Kayak kemarin
misalnya ada campaign hotel apa ya namanya lupa, jadi kalau nginep disitu tunjukin
kartu member, kamu bisa dapet 100 miles.
AM: Oh, jadi ga cuma perjalanan aja kak yang dapet miles?
AC: Bisa, even dari hotel, dari bank, dari Telkomsel poin juga bisa. Kalau kamu
mau tahu tuh linknya ada deh. Itu kamu buka Garuda Indonesia kamu klik Garuda
Miles disitu ada promo-promonya, walaupun kamu mendaftarnya lewat Citilink, as
long as kamu punya itu nomor dan kartu membernya itu kamu bisa pakai ke semua
partner-partner nya si Garuda Miles.
AM: Terus, proses merekrut member gimana kak?
AC: Kalau untuk member sebenernya kita ga sebut rekrut tapi kita sebutnya
akuisisi. Jadi kalau di CRM itu ada customer life cycle, jadi pertama akuisisi,
activation, retention sama loyalty. Kalau akuisisi itu kita mengakuisisi orang yang
penumpang biasa menjadi member. Lets say kita punya 14 juta itu agak unique ya
jadi 14 juta itu seperti manda terbang 10 kali, gitu loh. Jadi bukan 14 juta literally
14 juta orang ada orang yang berulang-ulang naik manda bisa 12 kali tuh di dalem
situ jadi unique nya tuh cuma 5 juta, jadi unique itu yang ga berulang gitu, manda
terus aku terus siapa lagi yang ga berulang, tapi kalau misalkan manda 14 kali, aku
terbang 10 kali jadi 24 kali tapi orangnya cuma dua berarti uniknya cuma dua kan.
Misalkan uniknya Cuma 5 juta terus yang udah jadi member 1,5 juta nah 3,5 jutanya
itu yang kita akuisisikan. Kalau di Citilink itu campaignnya daftar dapet 1000 poin,
kalau di Citilink mau terbang Cengkareng-Belitung itu Cuma butuh 3000 poin jadi
tinggal ngumpulin 2000 poin lagi kan. Sama kemarin juga ada kerja sama sama
Tokopedia, jadi kalau misalkan kamu member bisa mendapatkan cashback di
Tokopedia itu sih, jadi banyak sweetener sweetener lah supaya orang mau
diakuisisi.
AM: Cara membuatnya? Apakah gratis?
AC: Gratis, ada linknya tinggal masukin data diri.
AM: Oh, okey.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
AC: Itu dari akuisisi, abis akuisisi kan ada activation. Nah itu orang, abis daftar jadi
member convert jadi transaksi ga cuma daftar doang tapi dia beli. Kemarin-kemarin
itu dicoba dengan kasih double miles atau triple miles gitu. Jadi kalau misalnya
kamu baru daftar, udah jadi member, kamu beli rute-rute baru kita seperti
Cengkareng-Penang bisa dapet triple miles, yang tadinya Cuma dapet 100 poin
kamu bisa dapet 300 poin, jadi kayak ke trigger gitu loh supaya cepet-cepet beli
dalam periode tertentu. Abis activation adalah retention kan, gimana sih caranya
supaya orang-orang yang sudah beli dan terbang ini terus melakukan penerbangan
dengan Citilink, sama kita kasih sweetener-sweetener juga kayak gitu kita kasih
promo-promo apa kalau pakai member. Terus yang terakhir adalah loyalty, loyalty
ini yah orang-orang yang udah ga usah dikasih promo, ga usah kasih apapun dia
akan terbang dengan Citilink, ga usah kasih diskon, free hotel atau harga special dia
sudah pasti terbang dengan Citilink. Nah caranya gimana sih biar dia tetap setia, itu
kita bisa mulai undang-undang dia ke event Citilink kita telponin kayak kemarin
event di Bali yang Skytrax kita undang, kemarin launching uniform yang baru kita
undang. Jadi si customer-customer yang nilainya bagus nih, yang terbangnya ada
50 kali dalam setahun gitu tuh yang kita undang. Jadi ngerasa kalau kita notice dia,
oh Citilink notice gue. Jadi itu ya, akuisisi, activation, retention, dan loyalty.
AM: Terus messages yang ingin disampaikan apa kak kepada customer dari CRM?
AC: Ya, jadi member, lakukan transaksi, terus naik Citilink aja, gitu.
AM: Oke, berarti platform untuk customer merespon kegiatan marketing Citilink
terutama CRM apa kak?
AC: Sama, itu pake yang contact.citilink.co.id. itu buat seluruh keluhan terkait
penerbangan dengan Citilink jadi kayak misalnya bagasi hilang. terus kalau
misanya garuda Miles itu seperti gagal login, atau milesya ga masuk itu sama,
semuanya disitu. Cuma kategorinya ada bisa pilih, misalnya Garuda Miles itu kan
di marketing terus masukin aja marcomm terus Supergreen Garuda Miles, itu setiap
yang kamu pilih itu langsung masuk ke departemen-departemen yang terkait di
dispatch gitu loh. Misalnya bagasi hilang itu langsung masuk ke OG, kalau masukin
refund tar masuk ke finance, terus kalau pesen makanan itu masuk ke ancillary, asal
kategori yang dipilih bener, itu langsung ke dispatch ke divisi-divisi terkait. Semua
tetep dari contact.citilink.co.id
AM: Oke kak terus kalau boleh tahu berapa alokasi budget untuk CRM sendiri?
AC: Alokasi budget sih, palingan kalau untuk miles ini kan kita invoicing invoicing
nya ke Garuda karena kan kita nebeng punya dia, jadi budgetnya setiap bulan
kurang lebih 200 jutaan setiap bulannya.
AM: Itu cuma buat si loyalty programnya aja ya kak?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
AC: Iya, belom yang lain ya, belom platform belom research. Karena kan kalau di
CRM kita juga punya market research kan, jadi kalau mau buka rute, terus ada
kayak mau bikin seragam baru kita riset dulu. Jadi ada tim di CRM yang melakukan
riset untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Jadi misalnya Banyuwangi,
seminggu tuh disana, nyebarin kuisioner, jadi di CRM ada banyak ada bagianku
loyalty program, ada riset, ada complaint handling. Jadi riset customer insight,
untuk mengetahui customer tersebut, apalagi customer handling, sama aku
customer relation jadi ada 3 sub divisi di CRM.
AM: Kalau riset, risetnya dimana kak?
AC: Orang-orang di Bandara, jadi bandara sama travel-travel agent sih biasanya.
Kita sebarin kuisioner tar kasih pulpen. Kayak setiap hari skripsi ya hahaha.
AM: Bener juga kak, hehee okey kak, kalau boleh tahu udah berapa persen dari
target pencapaian?
AC: Setiap bulan kan kita punya report nih, jadi CRM report, kita bisa kira-kira nih
kalau dalam sebulan dari keseluruhan booking dari booking all channel, all channel
itu maksudnya semuanya ya dari traveloka ada yang beli di website, itu 20
persennya member, jadi kalau misalnya nanya dari 15 juta pun sebenernya kita
belum sampai 15 juta karena belum sampai akhir tahun. Tapi, average setiap bulan
untuk dari keseluruhan booking penumpang itu 20% dilakukan oleh member. Lets
say ada sejuta berarti 200ribu nya member.
AM: Ada hambatan ga sih kak di CRM?
AC: Banyak banget, karena sekarang CRM itu butuh teknologi support yang luar
biasa ya, kalau misalkan semuanya dilakuin secara manual itu lama banget.
Semuanya kan akan lebih dibuthkan untuk digital marketing nah itu butuh segala
sesuatu yang automation kayak ga mungkin setiap hari gua narikin data, ngolah,
makanya butuh si customer 360 yang kayak aku bilang ke kamu tadi tuh, misalnya
nih kita butuh eh gue pengen jualan cengkareng-surabaya, mau dong orang-
orangnya yang beli cengkareng-surabaya 3 bulan terakhir ya kali kita narikin
sendiri. kalau di customer 360 itu nanti datanya tuh langsung ketarik semua, keliat
tuh data email-emailnya, tinggal pilih periode, pilih yang di filterin nah udah tuh
ketemu itu yang kita bakal kasih. Entah itu digital ads, atau terserah mau bikin
targeting kek, mau buat facebook look a like kek, EDM sih yang digunain itu buat
kirim-kirim email itu kan. Jadi hambatannya adalah, kecepatan development
teknologinya itu ga sebanding dengan kebutuhan marketing. Jadi antara marketing
dan tim IT, speednya belum sama nih, gitu apalagi CRM itu butuh support teknologi
yang luar biasa.
AM: Terakhir kak, ada ga setiap bulan atau habis jalanin program, ada evaluasi ga
dan seperti apa kriterianya?
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
AC: Jadi misalnya nih, activation kan yang seperti aku bilang ke kamu itu kan
activation kasihnya kan promo-promo extra miles gitu kan, nah aku lagi bikin report
kan, aku liat kok menurun terus, padahal awal-awal hype nya tinggi jadi aku pengen
bikin survei online aja kita kirim ke customer2 kita karena surprisingly setiap email
survei itu yang ngisi banyak banget bisa sampai jutaan tapi giliran promo yang buka
cuma puluhan ribu atau ratusan ribu aja. Tapi kalau survei ga tau ya kenapa
mungkin merasa dia lagi dibutuhin kali ya atau apa ya, nah jadi aku nih pengen
survei nih apakah sih extra miles nih misalnya literally nge trigger elu buat beli tiket
kalau misalkan memang enggak, oke gua stop gua kasih lewat poin-poin yang lain
aja, gua pernah bikin survei loyalty program apa sih yang paling disukai, nomor
satu Go-Point, terus TokoPoin, terus TravelokaPoin jadi kayak gitu oh kalau kayak
gitu gua bunuh diri aja, pakai poin kerjasama aja pake poin partnership hasil
kerjasama sama Go-Jek aja atau Tokopedia instead gua kasih extra miles tapi ga
pick up, yang penting kan transaksi kan at the end of the day.
AM: Terus ada FGD dari CRM ga kak?
AC: Sebenernya kalau ngelakuin FGD itu ga semudah, karena di complex dan kamu
harus nyari participannya belum tentu dia bisa datang juga terus dia juga harus
dikondak sama orang-orang yang bener-bener professional yang bisa, jadi FGD itu
menurutku complex lebih susah dilakuin dan lebih mudah survei online. Kalau
FGD waktu itu kita pernah bikin program balik kampung duluan ya, tahun lalu, jadi
kita undang customer terus nampilin design gitu mana nih yang lebih suka untuk
program si balik kampung duluan ini, terus yang dateng cuma 8 orang, terus kalau
menurutku pribadi itu FGD itu ga begitu efektif karena biayanya juga banyak,
effortnya lebih besar lah sedangkan kalau survei bisa dapet ratusan ribu balesan,
dan distribusi akan lebih normal ketika melakukan Analisa daripada cuma 8 orang
walaupun indepth ya. Terus Desember 2016 pernah FGD juga, karena FGD mahal
kan kasih makan orang biaya transport juga datengin orang kesini, jadi mahal dan
less effective dibanding survei, itu kita undang 10 orang kita pengen di re-framed
website nya terus itu kan lagi mau gabung sama program Garuda Miles kan, kita
kasih liat tampilan website membernya suka ga, fitur-fiturnya tambahin apa. Tapi
kalau loyalty program sendiri kita belum pernah sih karena alasannya itu costnya
tinggi, dan kita ga tahu apa bisa mewakilkan.
AM: Jadi evaluasi nya gitu ya kak cuma setiap bulan ada report? Cuman nanti
diakhir tahun ada itu ga sih kak ada berapa member baru gitu?
AC: Pasti ada
AM: Untuk tahun ini udah ada berapa member baru kak?
AC: Lupa deh, setauku kira-kira dari 8000-11000 an member baru tapi itu aneh ya,
setiap peak season banyak yang ga buka website kali ya lagi pada sibuk liburan kali
yak arena aku menemukan ketika low season member baru banyak ketika high
season membernya sedikit. Karena orang butuh waktu kayaknya daftar, jadi waktu
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
low season kayak Februari, Maret itu kan orang ga banyak terbang ya itu bisa
sampai 9000, 10000. Tapi kalau pas bulan Mei 4000an, kayaknya begitu deh gara-
gara liburan. Gitu aja.
AM: Okedeh kak, cukup, sekali lagi terima kasih kak.
AC: Oke, sama-sama Amanda.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
TRANSKRIP WAWANCARA
Waktu Penelitian: Jumat, 3 Agustus 2018
Lokasi Penelitian: Starbucks, Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta
Narasumber: Anggiat Hutagalung (Senior Manager Creative & Branding Strategy
Citilink Indonesia)
(Keterangan: AH: Anggiat Hutagalung, AM=Amanda)
AM: Oke mas, selamat siang, boleh perkenalkan diri dan jabatan di Citilink terlebih
dahulu?
AH: Nama saya Anggiat Hutagalung, di Citilink saya senior manager creative dan
branding Citilink.
AM: Oke mas, kita langsung ke yang pertama dulu ya, gimana sih proses
pembuatan yang dilakukan sama tim creative, pembuatan konten-konten promosi
dari strategi sampai benar-benar eksekusi kontennya.
AH: Jadi kan kalau dari kan konten yang dibikin Citilink terbagi jadi beberapa nih,
ada konteninternal ada konten eksternal karena kebetulan kita tidak pakai agency
jadi semua di handle leh Citilink, semuanya in house creative. Jadi internal dan
eksternal kita ikin sendiri, nah eksternal itu dibagi lagi ada tactical dan tematik.
Kalau kita ngomong soal tactical itu biasanya destinasi dan promo lah, kalau
tematik lebih sifatnya brand, jadi, TVC campaign yang bersifat brand segala macem
itu sifatnya tematik kita handle juga. Kita ngomong yang tactical dulu deh, jadi
tactical itu misalnya kita ada promo biasanya didasari dari analisis dari tim
markering untuk analisis rute-rute yang performa nya rendah dan kita mau boost.
nah, dari sana mereka akan analisis termasuk apa dan kenapanya, terus kemudian
di planning bahwa akan butuh support bentuknya konten baik itu digital maupun
placement. istilahnya untuk promo lah, itu biasanya kita lakukan dari marketing
akan keluar brief dan ditelaah oleh tim creative, dari situ nanti akan diliat oke, kita
akan bagi dulu destinasinya seperti apa, terus problemnya apa, apakah ada tema-
tema tertentu lets say oh promo ini mengarah di bulan-bulan juni juli kan lagi high
season liburan sekolah jadi kita brainstorming, kita cari bahwa oh tema yang cocok
apa oh tema liburan sekolah cocok nih kemudian kita cari tema tema liburan sekolah
tuh yang cocok sama liburan sekolah apa, oh ternyata citilink punya diskon untuk
anak-anak dan manula nih 25%, nah itu yang kita masukin bahwa kalau mau liburan
rame-rame di masa-masa liburan sekolaah ini ya pakai citilink karena kita punya
diskon. jadi sebnernya yang menggabungkan produk-produk destinasi maupun
brief awal tadi itu dari creative tapi didasari dari marketing bahwa kebtuhannya
adalah seperti ini. jadi dari situ nanti kita olah, nah kita olah ide ketemu baru kita
search ide visualnya. visual kan bisa banyak, biasanya dari saya kita akan
kembalikan ke tim marketing itu untuk approval adalah 2-3 alternatif, meskipun
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
yang dipilih cuma satu. kenapa begitu karena kita kan dalam pengembangan ide
kan kita pasti bercabang nih, oh liburan sekolah gambarnya anak-anak sekolah tapi
ada diskon manula juga gambarnya anak-anak dan manula. terus ada satu lagi, oh
kita pake general ada pramugari tapi lagi liburan, kayak gitu. nah, itu juga bisa kita
lakukan akhirnya karena pengembangan ide itu visualisasi nya bisa 2-3 macam nah
dari situ kita akan lempar lagi ke marketing supaya diliat oh dari 3 macem itu mana
yang paling cocok mana yang paling bisa membantu penjualan lagi dan setelah
mereka pilih salah satu biasanya tetep ada revisi atau biasanya dari dua alternatif
itu digabung deh di combine bisa ga, tetep ada pramugari nya tapi ada anak
kecilnya. jadi, gabungkan. approval dari tim baru diturunkan ke berbagai size
maerinya baik itu web sosmed, smapai ke print ad dan billboard semua ada, gitu
prosesnya.
AM: Berarti mas tetap ikut dalam pembuatan strateginya ya?
AH: Iya, tetep. karena pada prakteknya idenya itu nanti akan berkembang, gua mau
tetep ada manula gua mau tetep ada liburan sekolah, gua mau tetep ada
pramugarinya. kemudian dikasih ke creative kita dikasih nih visualnya oh ga cocok
nih ga sinkron, akhirnya kita berpikir gimana caranya. kan juga salah satu tugas
creative adalah menjaga brand. dimana brand itu harus punya konsistensi, terus
dimana ketika itu harus divisualisasikan harus mencerminkan brand nya itu sendiri
nah itulah tugas kita peran kita, jadi ketika di brief, tidak semerta merta apa yang
dikasih langsung diterapkan dalam adobe tapi kita olah lagi. kemudian, dari kta
akan keluar suggest ada 3 ide ini, monggo dipilih yang bisa menjawab, nanti tetp
ada concern nya artwork a apa b apa c apa. nah dari situ nanti ada brainstorming
lagi.
AM: Berarti dalam membuat sebuah desain konten itu yang paling penting apa,
kalau promosi apa branding apa?
AH: Yang paling penting, pertama antara tematik dan taktikal adalah konsistensi.
jadi kita harus punya konsistensi di mana apapun promonya apapun temanya harus
ada logo kita dulu dong, penempatan logo kita juga harus tepat. kemudian yang
kedua adalah skytrax, kemudian yang ketiga elemen yang biasanya dipake adalah
pesawat dan pramugarai. ini tidak harus tapi elemen priority. karena gini, seragam
itu adalah identity yang paling gampang dicerna, kalau misalkan kita naro logo
kecil, kalau skytrax juga kecil tapi kan bisa menapilkan pramugari kita lebih besar.
selain dia menggambarkan identity ijo, ada garudanya. nah itu, kita ingin
mengeluarkan ciri khas citilink. jadi ketika orang tidak membaca messagenya bpun
orang tahu itu pasti iklannya citilink. salah satu fungsinya adalh kita menciptakan
stop hour ketika diliat oh ada gambar citilink. atau gampang diingat. karena ijo,
seragam, gitu.
AM: Kalau ke advertising ya mas, ada perbedaan ga konten di media konvensional
dan digital?
AH: Tentunya, kalau kita ngomong platformnya ini kan berbeda di lebih ke teknis
kayak misal digital itu kan sifatnya real time jadi kita bisa rubah sewaktu-waktu lets
say kita posting sosmed. kalau digital kan kita bisa posting ada beberapa destinasi.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
kalau di print ad atau ooh itu mau ga mau kita semua taro disitu, satu iklan kita bisa
apa aja destinasinya surabaya, makassar, apa, apa. kalau digital kan kita bisa main-
main. kita schedule yang pertama oke Jakarta, kedua adalah Surabaya kemudian
Bali, jadi platform yang kita mainkan tapi secara visual itu akan sama untuk
menjaga konsistensi kenapa karena jadi recall orang ketika mereka liat iklan baik
digital atau print ad mereka recall oh image ini iklannya citilink, nah ketika dia
kemarin kayaknya gua liat nih, akhirnya masuk ke website kita karena kan website
kita karena kan web kita juga ada beberapa banner nah konsistensi itu harus ada
biar orang setiap masuk website kita oh ini yang kemarin gua liat di klik dan
akhirnya liat details, jadi brand recallnya masuk jadi konsistensi di digital sama
konvensional secara design ga berubah. mungkin platformnya yang kita mainkan.
AM: Kalau di advertising, biasa kan ada headlines. Lebih ke direct headline atau
indirect headline?
AH: Ini, ada dua nih kebutuhannya. kalau yang sifatnya direct yang beli sekarang,
itu biasanya kita pakai ke tactical dan dalam periode tertentu misalnya cuma
seminggu ketika orang miss seminggu dia ga akan beli lagi makanya nge push beli
sekarang, tapi biasanya kata beli sekarang itu kita pakai untuk call to action setiap
apapun iklan kita yang tactical pasti kita put beli sekarang. supaya menciptakan
urgency, oh disuruh beli sekarang at least dia cek dan trafficnya masuk dulu. nah,
kalau untuk yang brand sifatnya lebih soft, jadi kalau tematik yang dijual itu lebih
ke sisi macem-macem tapi yang sedang dikembangkan di Citilink adalah emotional,
kita mau engage ke customer lebih ke emosional. Jadi gini, misal selama ini kan
orang tahu keutungannya adalah murah, hemat lah. Kemdian, networknya banyak,
itu adalah benefit yang dirasakan secara functional, tapi secara emosional belum.
Dengan adanya tiket Citilink yang hemat, dengan adanya network yang luas, misal
saya pekerja saya bisa tiap bulan bisa ngunjungin orang tua, temen, liburan,
kemudian kan kita menjadi enable nya mereka, menjadi brandnya customer ini, jadi
ketika mereka merasakan sesuatu, datanglah citilink yang bisa menjadi jawaban
ketika gua butuh.
AM: Terus mas, kalau body copy nya gimana mas?
AH: Kalau secara desain, headline itu adalah kalimat pertama yang bisa
menggambarkan keseluruhan apa yang kita tawarkan, istilahnya gimmick nya
supaya orang ih lucu terus baca. terus menimbulkan curiousity, ketika ngomong lets
say terbang Bali sekarang lebih mudah, kenapa ya sifatnya adalah untuk
menunjukkan ke orang bahwa teasing lah apa sih maksudnya, terus ada body copy
atau sub headline yang tugasnya menjelaskan dari si headline tersebut. Dibawahnya
tulisannya, kini terbang ke Bali lebih mudah karena Citilink kini terbang 8x sehari
dari berbagai kota, means kita menjelaskan isi dari headline tadi. penggunaan body
copy itu kalau di kita lebih banyak dilakukan kalau kita pasang di print ad, atau
radio karena di sana waktu bacanya lebih lama. kalau billboard cuma sekilas, paling
banyak tiga detik visibility orang, kalau digital karena sekarang timeswipe lebih
cepet paling lama 4-5 detik jadia dia ga semepte baca caption, means lebih kalau
dia mau klik baru details nya landing page. jadi biasanya kita lakukan hanya untuk
yang sifatnya waktu bacanya lebih panjang atau menjelaskannya lebih panjang
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
kayak radio bisa ngomong, jadi ada penjelasannya.
AM: Caption dan hashtag?
AH: Lebih ke digital, megang sosmed. Kalau caption biasanya rembuk bareng sih,
ini cocok ga ya, selama caption bisa menggambarkan artwork nya udah.
AM: Terus, kalau untuk layout linkers, konten promosi masuk apa ga mas di
linkers?
AH: Saya jelasin dulu ya, linkers itu ada kerangkanya ada konten ada eksternal ads
ada internal ads, kita biasanya promosi kita taro di internal ads, tapi kan sebenernya
konten Citilink di dalam linkers itu juga part of promo sebenrnya tapi kita soft sell,
kita ngomongin soal destinasinya jadi tujuan kita buat itu supaya orang baca linkers
itu ketis tergugah wih keren juga di Gorontalo ada ini ada itu dan kemudian ketika
mereka baca, kita create dreams, pengen nih kesana, nah mereka conversation sama
temennya segala macem yuk kesana yuk, akhirnya ketika mereka berada di stage
purchase atau buying atau muncul demand nya ingetnya Citilink karena liat dari si
linkers nya itu tadi. Internal ads, ya iklan cetak kita cuma kita taro sana aja, karena
kita punya wadah sendiri kenapa ga kita masukin juga.
AM: Dan konten-konten yang create dreams destinasi wisata itu juga berlaku di
sosmed ya mas?
AH: Berlaku juga di instagram.
AM: Atasnya konten tentang suatu daerah apa bawahnya tetep naik sama Citilink.
AH: Iya, itu yang kita sebut call to action, jadi semua yang ketika kita jual mimpi
lah, call to action terakhir itu harus ada beli sekrang di www.citilink atau mobile
apps karena memang tujuan kita memang jualan, itu yang namanya soft sell seperti
itu. Next nya juga linkers ada beberapa blog nya nanti, jadi kita mau create suatu
platform sendiri untuk konten-konten linkers spaya bisa masuk digital tapi ga cuma
di sosmed aja.
AM: Terus mas, kemarin ada TVC yang 60 seconds better fly citilink itu dibuat tim
creative?
AH: Oke, itu sebenarnya hsitory nya gini. Itu pemanfaatan aset creative yang sudah
ada di Citilink, kebetulan gue yang bikin sendiri. Cuma emang kita masukin ke PH
untuk gabungin, grading, take VO, karena mereka ekspertis di bagian sana. Cuma
ideas, cart to cart nya base ya dari saya booking sendiri. Memang itu ceritanya gini,
kalau ga salah di bulan Agustus 2017, itu banyak performance route kita yang low,
terus timbul juga insight oh selama ini banyak juga orang yang masih belum
destinasinya kemana aja, bahkan orang daerah pun banyak yang menganggap
citilink itu bagian dari Citibank. nah makanya timbul brief, masuk, pada saat itu
keterbatasan kita adalh budget kita ga mungkin syuting karena budget terbatas.
Setiap bulan linkers liputan itu selalu ada materi video, foto, nah selama ini materi
itu cuma di simpen tidak pernah dipakai, terus akhirnya yaudah gua liat kualitas oke
dan emang mumpuni untuk dibikin TVC kita ambil disitu, kita bedah, combine,
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
susun, kita masukin si sisi identity nya citilink, kayak pesawat, pramugari, kita
masukin situ, kita jahit jadi satu minta approval. Terus pertanyaan kedua yang
biasanya muncul adalah kenapa pakai memes lagu nya yang pesawatku, jadi karena
waktu itu insight nya adalah bahwa mostly penumpang citilink itu 25-45an lah
means kalau dilihat dari umur itu pasti ini anak generasi 90an. Nah, waktu itu kita
lihat, gen 90 ini adalah anak-anak yang tadinya itu seneng main-main sekarang
sudah punya duit, udah pekerja, atau usaha, punya kemampuan membeli. Akhirnya
kita ambil lagu memes itu supanya mereka ketis, tujuannya adalah ketika mereka
ga melihat tvc itu, mereka denger lagu memes nih udah lama mereka ga denger,
searching deh siapa sih yang iklan pakai lagu memes, kemudian terbukti kita pasang
di youtube kita digital ads juga itu yang view banyak karena mereka kangen, udah
lama ga liburan akhirnya mengarahnya kesitu.
AM: Itu cuma buat tematik ya mas?
AH: Exactly, karena itu kayak kita ngejual mimpi, ngejual destinasi, tujuan kita
adalah create needs, kita menunjukan ke customer itu ini loh kalian bisa lburan
kesana sini pakai Citilink.
AM: Kalau untuk TVC promosi nya mas?
AH: Ada bulan juni kalau ga salah ada promosi green sale. Kita buat sendiri kalau
yang kecil-kecil seperti itu, basically 80% kita yang bikin tapi tetep ke post house
untuk dibikin bagus buat editing aja, vo, terus muncul master file nya untuk
dilemparkan ke tvc, tapi ideas sama looks visualisasi dari kita.
AM: Kalau untuk promosi penambahan rute itu belum ada ya mas?
AH: Ada sih, tapi ga ke TV ke cinema, tayangnya hanya di cinema kota-kota yang
dituju, karena sekalian mengenalkan rute-rute baru, tayangnya di bioskop aja.
Karena memang untuk target market kesana. Terkadang kita juga bisa bikin
promosi segala macem yang tidak bersifat nasional, kita hanya sifatnya lokal karena
rute lemahnya ada disitu, push nya disitu aja.
AM: Sama halnya kayak billboard ya mas?
AH: Exactly, jadi penetrasinya hanya ada di lokal tujuan utamanya buat efektivitas
budget juga balik lagi.
AM: Oke, mas. Kalau website sama mobile apps, itu dirancang sendiri atau tidak?
AH: Itu lebih ke digital marketing sih, tapi untuk yang menjalankan sistem IT,
secara desain memang dari tim creative.
AM: Kalau dalam messages gimana mas?
AH: Ya itu tadi, beda beda kebutuhannya, kalau tactical ya message harus
disesuaikan sama temanya, temanya liburan sekolah gua pasti akan bikin itu, yang
disampaikan adalah beli sekarang, as simple as that. Tapi kalau tematik lebih dalam
karena key messages untuk brand itu harus long lasting at least ada periode panjang
yang disampaikan untuk menggambarkan oh ini loh pesan yang ingin disampaikan
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
sama citilink. Brand key massages itu akan diturunkan menjadi umbrella campaign
yang adalah campaign besar, di mana itu harus tercermin di setiap kegiatan yang
dijalankan oleh Citilink. Lets say, kemarin abis dapet 4 star, nah ini harus dibawa
terus ketika kita melakukan iklan ya as simple as logonya ditaro tapi juga bisa
dengan cara sponsorships, 4 star kan lebih ke service excellent, berarti turunan nya
adalah berarti citilink memberikan pelayanan yang lebih baik dari yang lain, dari
situ turunin lagi, berarti setiap kalingadain event atau sponsorships kita harus
membawa yang lebih baik itu tadi. Itu harus tersirat, orang liat oh emang citilink
lebih baik. Nah, message ini tuh ga bisa yang sifatnya lokal atau yang sifatnya
terlalu spesifik, ini harus general di mana semua divisi harus bisa membawa. Ketika
mereka ketemu pramugari kita, udah kita kasih tahu bahwa pesen utama kita adalah
citilink lebih baik. Ketika mereka melayani penumpang di atas pesawat harus
dengan sepenuh hati mereka dan haus memberikan service yang lebih baik.
Makanya kalau tematik key messages lebih dalam, harus dipikirkan lebih lagi
karena akan mempengaruhi semua strategi secara corporate. Harus tercermin dari
iklan, sampai semua-muanya.
AM: Mas, next planning ke depan ada TVC baru ga mas?
AH: Kita akan bikin konsepnya we treat you better, skemanya adalah kita
menunjukkan citilink yang sekarang sudah banyak improvisasi, inovasi, dan kita
memberikan service excellent yang lebih. Kita ga ngomong kita hemat atau murah
lagi, kita akan ngomong great value with service excellent.
AM: Oke deh mas, terima kasih banget atas waktunya.
AH: Oke sama-sama, Amanda.
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
CATATAN OBSERVASI LAPANGAN
No. Tanggal Lokasi Aktivitas yang
Dilakukan
1. 8 April 2018 Jakarta Convention
Center, Senayan
Datang untuk
observasi booth
Citilink dalam
event Garuda
Indonesia Travel
Fair 2018,
mengamati
kegiatan jual beli,
berinteraksi
dengan SPG
untuk mengetahui
penjelasan promo,
dokumentasi
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
DOKUMENTASI WAWANCARA
Bersama Vice President Marketing
Communications Citilink Indonesia, Harismawan
Wahyu Adi
Bersama Marketing Communications Manager
Citilink Indonesia, Ditasya Devi
Bersama Customer Relationship Management
Manager Citilink Indonesia, Ayu Citra Kirana Bersama Senior Manager Creative & Branding
Strategy Citilink Indonesia, Anggiat Hutagalung
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
FOTO OBSERVASI
Photobooth GATF 2018 Brosur Citilink yang dibagikan di GATF 2018
Penulis berfoto di booth Citilink GATF 2018 Promo Citilink di GATF 2018
Booth Citilink dimeriahkan oleh kuis dan badut icon smile maskot
Citilink
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Antrean pembelian tiket Citilink
Booth untuk member Supergreen Garuda Miles Booth Citilink di GATF 2018
Booth merchandise, ancillary, meals Citilink di GATF 2018
Iklan promo campaign Citilink "Balik Kampung Duluan" di harian
Kompas, Senin, 14 Mei 2018
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
SOCIAL MEDIA IMPRESSION (INSTAGRAM)
Citilink trip kode promo diskon 20% Promo Citilink dan BNI gratis meals
Ucapan selamat Idul Fitri 2018 dari Citilink Foto awak kabin yang sedang melayani penumpang
Fakta-fakta tempat wisata rute Citilink
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
SOCIAL MEDIA IMPRESSION (TWITTER)
Informasi untuk penumpang hamil Promo ekstra bagasi
Promo signature meals Promo tiket lebaran
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
SOSIAL MEDIA IMPRESSION (YOUTUBE)
Video campaign GreenSale 2017 Video campaign "Balik Kampung Duluan"
Video campaign "THR, Terbang Hemat Rame-rame" Video release penerbangan Jakarta-Penang
Video release achievements 4-star LCC skytrax TVC Citilink terbaru
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Komen positif dari warganet tentang Citilink
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018
Analisis Strategi Komunikasi..., Amanda Nathasia Pangestu, FIKOM UMN, 2018