limfoma maligna

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limfoma maligna atau disebut juga kanker kelenjar getah bening adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Hal ini berakibat sel abnormal nenjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sum-sum tulang, darah maupun organ lainnya contoh saluran cerna, paru, kulit dan tulang. Limfoma juga sering dikaitkan dengan paparan zat karsinogenik.Limfoma maligna adalah setiap kelainan neoplastik jaringan limfoid. Limfoma juga disebut sebagai penyakit limfosit yang menyerupai kanker. Disebut penyakit limfosit karena menyerang sel darah putih sehingga berkembang (membelah) abnormal dengan cepat dan menjadi ganas. Limfosit abnormal yang semakin banyak ini (kemudian disebut limfoma) sering terkumpul di kelenjar getah bening dan membuat bengkak. Karena sistem limfatik menyerupai peredaran darah yang bersikulasi ke seluruh tubuh membawa getah bening, maka penyakit limfoma juga dapat terbentuk di mana saja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan permasalahan yang penulis angkat adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit dari limfoma maligna ? 2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna ? 1

Transcript of limfoma maligna

Page 1: limfoma maligna

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Limfoma maligna atau disebut juga kanker kelenjar getah bening adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Hal ini berakibat sel abnormal nenjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sum-sum tulang, darah maupun organ lainnya contoh saluran cerna, paru, kulit dan tulang. Limfoma juga sering dikaitkan dengan paparan zat karsinogenik.Limfoma maligna adalah setiap kelainan neoplastik jaringan limfoid. Limfoma juga disebut sebagai penyakit limfosit yang menyerupai kanker. Disebut penyakit limfosit karena menyerang sel darah putih sehingga berkembang (membelah) abnormal dengan cepat dan menjadi ganas. Limfosit abnormal yang semakin banyak ini (kemudian disebut limfoma) sering terkumpul di kelenjar getah bening dan membuat bengkak. Karena sistem limfatik menyerupai peredaran darah yang bersikulasi ke seluruh tubuh membawa getah bening, maka penyakit limfoma juga dapat terbentuk di mana saja.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan permasalahan yang penulis angkat adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit dari limfoma maligna ? 2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan limfoma

maligna ?

C. Tujuan Tujuan daripada penulisan ini adalah :1. Mengetahui konsep dasar penyakit dari limfoma maligna 2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengn limfoma maligna

1

Page 2: limfoma maligna

BAB IIPEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT LIMFOMA MALIGNA

A. DEFINISI

Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH).

B. EPIDEMIOLOGI

Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun.

C. ETIOLOGI

Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

D. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Gaya hidup yang tidak sehat 4. Pekerjaan

2

Page 3: limfoma maligna

E. PATOFISIOLOGI

Penyakit ini biasanya berawal dari pembesaran nodus limfe tanpa nyeri, pada salah satu sisi leher, yang menjadi sangat besar. Setiap nodus teraba kenyal dan tidak nyeri. Selanjutnya nodus limfe daerah lain juga membesar dengan cara yang sama dan menyebabkan penekanan berat pada jaringan sekitarnya. Tekanan terhadap trakea menyebabkan kesulitan untuk bernapas; penekanan terhadap esophagus menyebabkan kesulitan untuk menelan; penekanan pada saraf menyebabkan paralisis faringeal dan neuralgia brachial, lumbal, atau sacral; penekanan pada vena dapat mengakibatkan edema pada salah satu atau kedua ekstrimitas dan efusi ke pleura atau peritoneum; dan penekanan pada kandung empedu menyebabkan ikterik obstruktif. Kemudian terjadi anemia progresif, jumlah leukosit biasanya tinggi dengan jumlah polimorfonuklear (PMN) meningkat secara abnormal dan peningkatan jumlah eosinofil. Sekitar separuh pasien mengalami demam ringan, dengan suhu tubuh jarang melampaui 38,3oC. namun pada pasien yang mengalami keterlibatan mediastinal dan abdominal dapat mengalami demam tinggi intermiten, suhun ya dapat mencapai 40.0oC selama periode 3 sampai 14 hari, kemudian kembali normal dalam beberapa minggu.

Apabila penyakit tidak ditangani, perjalanannya akan berlanjut, pasien akan kehilangan berat badan dan menjadi kakeksia (kelemahan secara fisik), terjadi infeksi, anemia, timbul edema anasarka, tekanan darah turun, dan kematian pasti terjadi dalam 1 sampai 3 tahun tanpa penanganan.

3

Page 4: limfoma maligna

PATHWAY

4

Faktor keturunan

Kelainan system kekebalan

Infeksi virus dan bakteri

Toksin lingkungan

Mutasi sel limfosit (sejenis leukosit)

Kurang terpajan

informasi

Kurang pengetahuan

HiperkatabolikTidak mampu dlm

memasukkan, mencerna mengabsorpsi makanan

Mengenai sumsum tulang

Meningkatnya katabolisme

Keringat malam

Berat badan menurun

Kurang nafsu makan

Intake makanan kurang

Anemia, pendarahan, infeksi

Kelemahan, keletihan

Penurunan komponen selular utk pengiriman

oksigen/nutrisi ke sel

Ketidakseimban-gan antara suplai

oksigen dgn kebutuhan

Limfoma maligna

Ketidakseim-bangan nutrisi Perubahan perfusi

jaringan Intoleran aktivitas

Infeksi

Proses Inflamasi

Hyperthermia (demam)

Page 5: limfoma maligna

F. KLASIFIKASI

1. Klasifikasi Penyakit Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif

2. Klasifikasi Patologi Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma maligna menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi Working Formulation masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis, yaitu sebagai berikut : Keganasan rendah: 

·     Limfoma malignum, limfositik kecil    Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran

kecil cleaved ·     Limfoma malignum, folikular, campuran sel berukuran kecil

cleaved dan besar 

Keganasan menengah: 

·     Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran besar

·     Limfoma malignum, difus, sel berukuran kecil·     Limfoma malignum, difus, campuran sel berukuran kecil dan

besar·     Limfoma malignum, difus, sel berukuran besar 

Keganasan tinggi: 

       Limfoma malignum, sel imunoblastik berukuran besar       Limfoma malignum, sel limfoblastik        Limfoma malignum, sel berukuran kecil noncleaved

 Lain-lain: 

       Komposit       Mikosis fungoides       Histiosit       Ekstamedular plasmasitoma       Tidak terklasifikasi

5

Page 6: limfoma maligna

3. Stadium Limfoma Maligna Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut. a. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu

kelenjar getah bening.b. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok

kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.

c. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.

d. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak.

G. GEJALA KLINIS

Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai berikut : 1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran

kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri dan mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)

2. Demam 3. Sering keringat malam4. Penurunan nafsu makan 5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)6. Kelemahan, keletihan 7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang mengenai

sumsum tulang secara difus

H. PEMERIKSAAN FISIK

Palpasi pembesaran kelenjar getah bening di leher terutama supraklavikuler – aksila dan inguinal. Mungkin lien dan hati teraba membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk menentukan kemungkinan cincin Weldeyer ikut terlibat. Apabila area ini terlibat perlu diperiksa gastrointestinal sebab sering terlibat bersama-sama.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara

6

Page 7: limfoma maligna

mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna yaitu : 1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang

membesar. 2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan

jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap pengobatan.

3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.

J. TERAPI

1. Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.

2. RadioterapiWalaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis. Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.

3. Kemoterapi a. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinyu atau intermiten

yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit lanjut atau gejala sistemik

b. Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.

K. PROGNOSIS

Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah bertahan hidup lebih dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat tinggi yang terlokalisasi disembuhkan dengan radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien limfoma maligna tingkat tinggi yang tersebar luas mempunyai perpanjangan hidup lebih lama dan dapat disembuhkan.

7

Page 8: limfoma maligna

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA LIMFOMA MALIGNA

A. PENGKAJIAN

1. Biodata klien dan penanggung jawab 2. Data

a. Data subyektif a. Demam berkepanjangan dengan suhu diatas 38 derajat celcius b. Sering keringat malam c. Cepat merasa lelah d. Badan lemah e. Nafsu makan menurun f. Intake makan dan minum menurun

b. Data obyektif 1) Timbul benjolanyang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau

pangkal paha 2) Wajah pucat

3. Kebutuhan dasar a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum, kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan, kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak

Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan

b. Sirkulasi Gejala : Palpitasi, angina/nyeri dadaTanda : Takikardia, disritmia, sianosis wajah dan leher (obstruksi

drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang), ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa (mungkin tanda lanjut)pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

c. Integritas EgoGejala : Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga,

takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati, takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi), masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja. Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada keluarga.

Tanda : Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif.

8

Page 9: limfoma maligna

d. EliminasiGejala : Perubahan karakteristik urine dan atau feses. Riwayat

Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)

Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali), nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali), penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal), disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).

e. Makanan/cairanGejala : Anoreksia/kehilangan nafsu makan, disfagia (tekanan pada

easofagus), adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

Tanda : Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa). Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin), asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa intra abdominal)

f. Neurosensori Gejala : Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh

pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sacral. Kelemahan otot, parestesia.

Tanda : Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)

g. Nyeri/KeamananGejala : Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya,

pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus). Nyeri segera pada area yang terkena setelaah minum alkohol.

Tanda : Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.h. Pernapasan

Gejala : Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.Tanda : Dispnea, takikardia, batuk kering non-produktif, tanda distres

pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.

9

Page 10: limfoma maligna

Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal)

i. KeamananGejala : Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler

pencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial). Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr). Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster. Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil. Kemerahan/pruritus umum

Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi. Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal). Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan. Pembesaran tosil, pruritus umum. Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo).

j. SeksualitasGejala : Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit

tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)Penurunan libido.

k. Penyuluhan/pembelajaranGejala : Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga

pasien Hodgkin dari pada populasi umum). Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

4. Pemeriksaan fisik a. KU b. TTV

Kaji adanya peningkatan temperature, takikardi, dan penurunan tekanan darah (Donna D, 1995). Demam merupakan salah satu gejala dari Limfoma maligna.

c. Pemeriksaan fisik pada daerah leher, ketiak dan pangkal paha Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Hyperthermia b.d tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi2. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen selular untuk pengiriman

oksigen/nutrisi ke sel 3. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan

10

Page 11: limfoma maligna

4. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorpsi makanan karena factor biologi

5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

C. RENCANA KEPERAWATANDIAGNOSA TUJUAN DAN

KRITERIA HASILRENCANA

KEPERAWATANRASIONAL

1. Hyperthermia b.d tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi

2. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen selular untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat dengan kriteria hasil : 1. Tanda-tanda vital

stabil 2. Membran

mukosa warna merah muda

1. Observasi suhu tubuh klien

2. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha

3. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan tubuh klien)

4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

1.warna kulit, membrane mukosa, dan dasar kuku

2.tidur sesuai dengan toleransi

1. Dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat

2. Kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien

3. Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh klien

4. Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

1. Memberikan informasi tentang derajat keadekuatan perfusi jaringan dan untuk intervensi selanjutnya

2. Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

11

Page 12: limfoma maligna

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorpsi makanan karena faktor biologi

4. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen

3. Haluran urine adekuat

Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil : 1. Menunjukkan

peningkatan berat badan/berat badan stabil

2. Nafsu makan klien meningkat

3. Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang sesuai

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat beraktivitas kembali dengan

3.tambahan sesuai dengan indikasi

4.pemberian darah merah lengkap sesuai dengan indikasi dan awasi secara ketat untuk komplikasi transfuse.

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

2. Observasi dan catat masukan makanan klien

3. Timbang berat badan klien tiap hari

4. Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering

5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi

1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/aktivitas sehari-hari

kebutuhan seluler3. Memaksimalkan

transport oksigen ke jaringan

4. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen dan juga untuk mengurangi resiko pendarahan

1. Mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi selanjutnya

2. Mengawasi masukan kalori

3. Mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi

4. Meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi gaster

5. Meningkatkan masukan protein dan kalori

1. Untuk intervensi selanjutnya

12

Page 13: limfoma maligna

dengan kebutuhan

5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

criteria hasil : Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas

Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan criteria hasil : 1. Klien dan

keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien

2. Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita oleh klien

3. Klien dan keluarga klien

2. Berikan lingkungan yang nyaman, pertahankan tirah baring bila diindikasikan

3. Tingkatkan tingkat aktivitas klien sesuai dengan toleransi

4. Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila pusing/kelemahan terjadi

1. Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien

2. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien

2. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh

3. Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dapat memperbaiki tonus otot/stamina

4. Stress dapat menimbulkan dekopensasi/kegagalan

1. Memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien

2. Klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien

13

Page 14: limfoma maligna

dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATANImplementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.

E. EVALUASISetelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan : 1. Suhu tubuh klien dalam rentang normal (35,9-37,5 derajat celcius).2. Klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.3. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi.4. Klien dapat berktivitas kembali.5. Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh

klien.

14

Page 15: limfoma maligna

BAB IIIPENUTUP

SIMPULAN

Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH), histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.

15