l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab...

165
I{ALAMAN PENGESAIIAN PENEIITIAN IIIBAII PASCA SARJANA . Judul Penelitian KodeA{ama Rumpun Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. NIDN c. Jabatan Fungsional d. Program studi e. Mail Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap b. NIDN c. Perguruan Tinggi Anggota Peneliti (2) a. Nama Lengkap b. NIDN c. Perguruan Tinggi Lama Penelitian Kes eluruhan Penelitian Tahun ke Biaya Penelitian Keseluruhan Biaya Tahun Berjalan , berbasis kearifan lokal sebagai pedoman guru meningkatkan literasi sains siswa SMP : 7 9 0 lllmu Kep end idikan :Dr. Erman, M.Pd. :0005067105 : Lektor Kepala : S3/S2 Pendidikan Sains : e finanpens a20 | 2@y aho o. com :Prof. Dr. Rudiana, M.Pd. :0010086008 : Universitas Negeri Surabaya : Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd. ' , :0001045104 : Universitas Negeri Surabaya : 1 tahun :1 :Rp. 70.000.000 : diusulkan ke DIKTI : dana internal PT : dana Institusi lain Rp Rp Rp . zo.ooo.ooo,- / , Ph. r) Surabaya, 28 Desember 2016 Ketua ,r?, t204t9942t001 Dr. NIP Erman, M.Pd t97t0605t999031002 ian Kepada Masyarakat ,t . ,J. l(iaer,'UJk# ry1?;A1' zl 5 1 e8oo2 I oo 1

Transcript of l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab...

Page 1: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

I{ALAMAN PENGESAIIANPENEIITIAN IIIBAII PASCA SARJANA .

Judul Penelitian

KodeA{ama RumpunKetua Peneliti

a. Nama Lengkapb. NIDNc. Jabatan Fungsionald. Program studie. Mail

Anggota Peneliti (1)a. Nama Lengkapb. NIDNc. Perguruan Tinggi

Anggota Peneliti (2)a. Nama Lengkapb. NIDNc. Perguruan Tinggi

Lama Penelitian Kes eluruhanPenelitian Tahun keBiaya Penelitian KeseluruhanBiaya Tahun Berjalan

,

berbasis kearifan lokal sebagai pedoman gurumeningkatkan literasi sains siswa SMP

: 7 9 0 lllmu Kep end idikan

:Dr. Erman, M.Pd.:0005067105: Lektor Kepala: S3/S2 Pendidikan Sains: e finanpens a20 | 2@y aho o. com

:Prof. Dr. Rudiana, M.Pd.:0010086008: Universitas Negeri Surabaya

: Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd. '

,:0001045104: Universitas Negeri Surabaya: 1 tahun:1

:Rp. 70.000.000: diusulkan ke DIKTI: dana internal PT: dana Institusi lain

RpRpRp

. zo.ooo.ooo,-

/

, Ph. r)

Surabaya, 28 Desember 2016

Ketua

,r?,t204t9942t001

Dr.NIP

Erman, M.Pdt97t0605t999031002

ian Kepada Masyarakat

,t. ,J.

l(iaer,'UJk#ry1?;A1' zl 5 1 e8oo2 I oo 1

Page 2: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

1

Kode/Nama Rumpun Ilmu: 790 / IlmuPendidikan

LAPORAN

PENELITIAN TIM PASCA SARJANA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEDOMAN GURU MENINGKATKAN

LITERASI SAINS SISWA

TIM PENELITI

Dr. Erman, M.Pd. (0005067105)Prof. Dr. Rudiana Agustini, M.Pd. (0010086008 )Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd (0001045104)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Desember 2016

Page 3: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

3

NIP. 195312151980021001

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iv

Daftar Gambar v

Daftar Lampiran v

Ringkasan vi

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang 1

B. Masalah Penelitian 6

C. Tujuan Khusus 6

D. Urgensi (Keutamaan) Penelitian 6

E. Definisi Istilah 7

Bab II. Tinjauan Pustaka

A. Pembelajaran IPA 8

B. Pembelajaran IPA berbasis Konteks 10

C. Pembelajaran IPA berbasis Kearifan Lokal 12

D. Kegiatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA 14

E. Literasi Sains 16

F. Pesawat Sederhana dalam Konteks Reog Ponorogo 19

G. Bioteknologi Konvensional dalam Konteks Tape Bondowoso 25

H. Kualitas Bahan Ajar Model IDEA 26

Bab III. Metode Penelitian

A. Desain Penelitian 29

B. Subjek Penelitian 31

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 32

Page 4: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

4

D. Instrumen Penelitian 32

E. Teknik Pengumpulan Data 33

F. Teknik Analisis Data 34

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian 38

B. Pembahasan 56

Bab V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan 63

B. Saran 63

Dafta Pustaka 64

Lampiran-lampiran 71

Page 5: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

5

Daftar Tabel

Tabel 3.1. Kategori skor vlidasi bahan ajar 35

Tabel 3.2. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran 36

Tabel 3.3. Kategori dan kriteria kepraktisan bahan ajar 36

Tabel 3.4. Tafsiran efektivitas pembelajaran berdasarkan N-gain 37

Tabel 4.1. Ringkasan beberapa hasil studi pustaka 39

Tabel 4.2. Hasil studi lapangan 41

Tabel 4.3. Hasil validasi silabus 43

Tabel 4.4. Hasil validasi RPP 44

Tabel 4.5. Hasil validasi buku bacaan siswa 45

Tabel 4.6. Hasil validasi LKS 46

Tabel 4.7. Keterlaksanaan pembelajaran materi pesawat sederhana 48

Tabel 4.8. Respon sswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal Reog 49

Tabel 4.9. Respon guru setelah mengimplementasi bahan ajar 49

Tabel 4.10. Nilai rata-rata mean literasi sains siswa materi pesawat sederhana 50

Tabel 4.11. Persentase siswwa berdasarkan kategori N-gain 50

Tabel 4.12. Keterlaksanaan pembelajaran materi bioteknologi 52

Tabel 4.13. Respon siswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal Tape 53

Tabel 4.14. Respon guru setelah mengimplementasikan bahan ajar bioteknologi 54

Tabel 4.15. Nilai rata-rata literasi sains siswa pada materi bioteknologi 55

Tabel 4.16. Persentase siswa berdasarkan kategori N-gain materi bioteknologi 55

Page 6: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

6

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Tiga golongan tuas dan contohnya 21

Gambar 2.2. Komparasi prinsip kerja tuass pada alat jungkit dan tangan 22

Gambar 2.3. Kepala identik dengan tuas tipe 1 dan kaki dengan tuas tipe 2 23

Gambar 2.4. Penari barongan 23

Gambar 4.1. Level literasi sains siswa setelah ujicoba 1 51

Gambar 4.2. Level literasi sains siswa setelah ujicoba 2 56

Daftar Lampiran

1. Data-data penelitian 71

2. Instrumen Studi Literasi Sains dan Studi Lapangan 75

3. Susunan organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas 94

4. Biodata ketua dan anggota 95

Page 7: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

7

RINGKASAN

Literasi sains sudah menjadi tujuan dari pendidikan sains di banyak negara maju

karena selain mendeskripsikan penguasaan IPA juga mendeskripsikan kompetensi

minimal, khususnya kemampuan menggunakan IPA dalam mengatasi berbagai

masalah dalam kehidupan sosial yang melibatkan aspek-aspek IPA dan teknologi.

Siswa-siswa Indonesia berdasarkan memiliki literasi sains yang sangat rendah. Upaya

meningkatkan literasi sains siswa melalui kurikulum 2013 tampak menemui banyak

hambatan, yaitu kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu

berbasis kontekstual.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar pembelajaran IPA

berbasis kearifan lokal di SMP sebagai pedoman guru untuk meningkatkan literasi

sains siswa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut digunakan desain penelitian

pengembangan IDM (Instructional Design Model) yang terdiri dari 6 tahap selama 1

tahun, yaitu: 1) analisis kebutuhan, 2) desain dan pengembangan bahan ajar, 3)

validasi bahan ajar, 4) ujicoba terbatas, 5) evaluasi bahan ajar, dan 6) revisi bahan ajar.

Bahan ajar IPA berbasis karifan lokal yang dikembangkan menggunakan model IDEA

(identify, define, explain, dan apply) dalam 3 pokok bahasan, yaitu: Pesawat Sederhana

dan Zat Aditif untuk siswa kelas VIII SMP dan Bioteknologi untuk siswa kelas IX

SMP. Ujicoba dilakukan dua kali dengan lokasi ujicoba ditentukan sesuai tujuan

penelitian, (kearifan lokal di sekolah), yaitu: ujicoba 1 di kelas VIII SMPN 4 Sawo

Ponorogo dan ujicoba 2 di kelas IX SMPN 1 Curahdami Bondowoso.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan cukup layak

digunakan sebagai pedoman guru untuk meningkatkan literasi sains siswa melalui

pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal. Bahan ajar tersebut valid, cukup praktis dan

cukup efektif untuk meningkatkan literasi sains siswa. Implikasinya dalam

pembelajaran IPA, pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal sangat menarik dan

Page 8: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

8

memotivasi siswa karena diketahui dan dialami siswa, tetapi memerlukan adaptasi-

adaptasi agar model IDEA (Identify, Define, Explain, and Apply) dapat berjalan

optimal melalui proses belajar transformasi.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini pembelajaran IPA tidak lagi hanya ditujukan untuk menghasilkan

calon ilmuwan yang memiliki kemampuan kognitif dan menguasai IPA, melainkan

untuk menghasilkan warga Negara yang melek sains (Osborne, 2007). Menurut Robert

(2007) mendeskripsikan dua visi (outcome) pembelajaran sains, yaitu untuk

pengembangan sains itu sendiri (ilmuwan) dan sains untuk semua warga Negara agar

mampu bekerja, berpikir dan belajar terutama ketika bersinggungan dengan sains

dalam kehidupan maupun profesinya (literasi sains). Setiap orang tentu saja berharap

bahwa apa yang dipelajari termasuk belajar IPA akan bermanfaat dalam kehidupannya.

Dalam National Research Council (2012), dinyatakan bahwa literasi sains

merupakan tujuan pendidikan sains. Literasi sains dipandang penting karena menurut

Bybee, McCrae dan Laurie (2009), literasi sains tidak hanya mendeskripsikan

kemampuan siswa menguasai IPA, melainkan juga menjadi ukuran kompetensi

minimal yang dibutuhkan siswa untuk berperan dalam kehidupan sosialnya. Dengan

literasi sains, siswa tidak hanya fokus pada penguasaan sains (knowledge of science)

tetapi juga pada aspek penerapannya dalam kehidupan sosial siswa terutama untuk

mengatasi berbagai permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan sains,

termasuk dimensi sikap yang mendukung tanggung jawab dan perannya dalam

kehidupan sosialnya (OECD, 2003). Organisasi ekonomi dan kerjasama internasional

OECD, melalui PISA dan TIMSS secara periodik melakukan survey literasi sains

siswa di berbagai negara untuk mengukur tingkat pencapaian literasi sains siswa. Hasil

pengukuran literasi sains PISA sering dijadikan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan

suatu Negara.

Page 9: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

9

Indonesia sejak tahun 2003 telah berpartisipasi dalam survey PISA dan TIMSS.

Namun selama keikutsertaanya, Indonesia selalu menempati peringkat 3 besar dari

bawah. Tahun 2013 literasi sains anak-anak Indonesia di peringkat 63 dari 64 negara

peserta (Berita Jawa Pos, 2014). Temuan tersebut merupakan potret bahwa

pembelajaran IPA di Indonesia belum dapat mewujudkan kedua visi pembelajaran

IPA, baik dalam melahirkan ilmuwan maupun membentuk warga Negara yang

berliterasi sains (Robert, 2007). Pembelajaran IPA di Indonesia pada umumnya lebih

banyak ditinjau dari aspek kognitif yang hanya fokus pada aspek pemahaman atau

bahkan mungkin hanya menghafal konsep, hukum dan teori IPA, sedangkan

penggunaan IPA untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sosialnya belum menjadi

prioritas.

Menyikapi literasi sains siswa Indonesia yang sangat rendah, pemerintah

melakukan berbagai upaya, antara lain perubahan kurikulum dari KTSP tahun 2006

menjadi kurikulum 2013 yang berorientasi pada pencapaian literasi sains. Bybee

(1997) menyarankan bahwa agar dapat mewujudkan siswa memiliki literasi sains

secara efektif, pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan pendekatan interdisciplinary

(integrated). Materi IPA dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SD dilakukan secara

terintegrasi melalui tema-tema, sedangkan pembelajaran IPA di SMP sudah

mengintegrasikan fisika, kimia dan biologi dalam setiap kompetensi dasar (KD).

Kegiatan inkuiri, khususnya melalui penerapan pendekatan 5M (mengamati, menanya,

mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan) menjadikan siswa tidak

hanya sebagai penerima informasi (ilmu pengetahuan) melainkan sebagai pencari

informasi yang berbasis pada kebutuhan rasa ingin tahunya. Perubahan paradigma

pembelajaran tersebut tidak serta merta berhasil. Banyak guru kesulitan yang

berdampak pada kesulitan siswa dalam belajar. Kesulitan guru dan siswa terutama

pada fase mengamati dan menanya, dimana guru selalu meminta siswa mengamati

gambar/video yang jauh dari konteks kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak tahu

apa yang harus ditanyakan. Gambar/video terkadang tidak menimbulkan konflik

Page 10: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

10

kognitif yang merangsang siswa bertanya. Siswa tidak mengetahui atau meskipun

pernah mendengarnya tetapi di luar jangkauan anak seusianya.

Melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal, siswa merasa tidak asing lagi

dengan orientasi masalah yang digunakan dalam pembelajaran. Fenomena IPA dalam

kearifan local dimana siswa terlibat penuh akan membantu siswa belajar dan

memotivasi siswa (Poter & Overton, 2006). Kearifan lokal juga seringkali memerlukan

pengetahuan IPA yang melibatkan aspek fisika, kimia dan biologi (terpadu), bahkan

bidang-bidang ilmu lain yang terkait, seperti psikologi, ekonomi, hukum dan politik.

Menurut Sudarmin dan Pujiastuti (2015) dan Subali, Sopyan, dan Ellianawati (2015),

pembelajaran sains berbasis kearifan local dapat meningkatkan nilai karakter positif

siswa, kerja keras, tanggung jawab, cinta tanah air, melestarikan lingkungan, bahkan

demokrasi dan kemandirian. Agung (2015) menemukan bahwa penggunaan kearifan

lokal dapat mengembangkan pengetahuan social, skill dan keterampilan siswa.

Yuenyong dan Narjaikaew (2009), pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat

digunakan untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Kegiatan praktikum IPA harus dapat menggiring siswa mengkonstruksi

pengetahuannya melalui learner-centered environtment bukan lagi teacher-centered

learning environtment yang hanya menggiring siswa menjadi penyerap informasi

(Trowbridge et al., 2004; Ituma & Twoli, 2015). Berdasarkan teori Konstruktivis,

belajar merupakan proses individual mengkonstruk makna dan menginterpretasi situasi

dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Oleh karena itu pembelajaran sedapat

mungkin dilakukan dalam konteks sosial. Menurut Herrell (2010), pembelajaran IPA

terpadu berlangsung secara internal. Meskipun kurikulum 2013 sudah

mengintegrasikan IPA tidak otomatis akan terjadi proses integrasi IPA baik pada guru

maupun siswa. Untuk melakukan pembelajaran IPA terpadu diperlukan penguasaan

materi IPA, baik fisika, kimia dan biologi. Itulah sebabnya, Herrell (2010) menunjuk

guru yang memiliki kemampuan intelektual tinggi sebagai salah satu syarat dalam

pembelajaran IPA terpadu. Guru-guru yang tidak memenuhi persyaratan akan banyak

mengalami kesulitan dalam pembelajaran (Palmer, 1991).

Page 11: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

11

Lave dan Wenger (1991) jauh sebelumnya sudah mengingatkan bahwa aktivitas

belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari apa yang disebut generative social

practice dalam kehidupan sehari-hari siswa. Lederman et al. (2014) menegaskan

bahwa inkuiri selalu dipandu dan berawal dari pertanyaan yang timbul dari rasa ingin

tahu siswa. Agar siswa bertanya, guru harus dapat menghadirkan objek atau fenomena

yang menimbulkan konflik kognitif atau menimbulkan tanda tanya pada diri siswa.

Selain itu menurut Birmingham dan Barton (2014), pelibatan isu-isu sosial (konteks)

akan melatih siswa bagaimana menggunakan keahlian saintifiknya dalam mengatasi

berbagai permasalahan yang terkait dengan sains dalam kehidupan sosial siswa.

Pembelajaran yang dilakukan dalam konteks yang dikuasai siswa diketahui dapat

membantu siswa memahami materi IPA serta meningkatkan motivasi belajar siswa

(Potter dan Overton, 2006; Passos et al., 2006; Bybee, McCray dan Laurie, 2009).

Sebaliknya, pembelajaran yang tidak kontekstual tidak menarik perhatian siswa

termasuk mengugah rasa ingin tahunya.

Saat ini masih banyak guru IPA SMP berlatar belakang guru bidang studi (fisika,

kimia atau biologi). Menurut Ingersol (2000), guru-guru IPA yang berlatar belakang

guru bidang studi cenderung mengabaikan pembelajaran bagian IPA yang bukan

bidangnya. Di sisi lain, dari penelusuran penulis, banyak buku IPA terpadu pegangan

guru di sekolah-sekolah di Jawa Timur belum mencerminkan keterpaduan IPA. Materi

IPA masih dikaji secara terpisah antara aspek-aspek fisika, kimia dan biologi. Hasil

wawancara sekilas dengan beberapa guru IPA di beberapa sekolah di Jawa Timur

mengesankan bahwa aspek-aspek fisika disampaikan oleh guru berlatar belakang

fisika, aspek-aspek kimia disampaikan oleh guru kimia dan aspek-aspek biologi

disampaikan oleh guru biologi bagi sekolah yang memiliki 3 guru IPA, sedangkan

sekolah yang tidak memiliki guru yang berlatar belakang dari ketiga bidang studi

tersebut terpaksa mengampu IPA secara terpadu (Hasil pengamatan ketika menjadi

Tim program pelatihan pembelajaran IPA terpadu di Kabupaten Jombang yang

dilakukan Unesa tahun 2013-2014). Pembelajaran materi pesawat sederhana sering

dilakukan oleh guru fisika hanya terbatas pada alat-alat sederhana sederhana tetapi

Page 12: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

12

tidak pernah ditinjau dalam tubuh manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sebetulnya

sudah menggunak prinsip kerja pesawat sederhana. Sebaliknya, guru biologi kesulitan

menerapkan prinsip-prinsip fisikan dalam sistem biologi.

Agar visi pembelajaran sains yang dirumuskan Robert (2007), Russel (1951)

dan Snow (1962) menekankan pentingnya memahami hubungan antara sains dan

konteks social siswa (goal of citizenship). Menurut Yaker dan Park (2011) untuk

membentuk warga negara yang berliterasi sains, guru IPA perlu mengorganisasi

pengalaman siswa sehari-hari dan memberikan peluang siswa mengkoneksikan materi

pembelajaran dengan kehidupan nyata mereka. Di lain pihak, pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari pada umumnya melibatkan berbagai disiplin ilmu (fisika, kimia

dan biologi) bahkan ilmu-ilmu lainnya sehingga pembelajaran IPA secara terpadu

sangat diperlukan (Adler and Flihan, 2007). Menurut McComas (2009) menggunakan

pembelajaran IPA secara terpadu meningkatkan keterampilan problem solving siswa.

Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang mensinergikan ketiga bidang IPA.

Dengan sinergi tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan sebuah pembelajaran

IPA secara terpadu dalam konteks social siswa melalui kegiatan inkuiri yang selaras

atau sesuai dengan kemampuan (skill dan knowlegde) yang sudah dimiliki siswa.

Berdasarkan uraian di atas, sudah jelas bahwa guru memerlukan pedoman untuk

mempromosikan literasi sains siswa yang hingga saat ini belum tersedia. Pedoman

guru yang dikembangkan diharapkan dapat membantu guru dalam bagaimana

mensinergikan pembelajaran IPA secara terpadu dengan konteks sosial atau kearifan

lokal. Pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal dalam disusun dalam bentuk bahan

ajar dengan model IDEA (Identify, Define, Explain, dan Apply). Model tersebut sangat

sesuai dengan teori konstrutivis (Driver & Bell, 1986) bahwa belajar merupakan

proses aktif untuk mengkonstruk makna dan menginterpretasi situasi dari pengalaman

atau pengetahuan sendiri, teori transformation learning (Schwartz, Lingdgren, &

Lewis, 2009), teori integrasi learning (Cappola & Krajcik, 2014; Maton, 2014), teori

deep learning (Akkerman & Bakker, 2011; Cappola & Lawton, 1997), dan teori

meaningfull learning (Stott & Hatting, 2014; Novak& Canas, 2008). Model IDEA

Page 13: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

13

diketahui efektif meningkatkan literasi sains siswa dalam pembelajaran berbasis

konteks (Erman, 2012) karena sangat sesuai dengan karakteristik literasi sains (Bybee,

1997).

B. Masalah Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kelayakan bahan ajar

pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan lokal yang dikembangkan sebagai pedoman

guru untuk meningkatkan literasi sains siswa?. Kelayakan bahan ajar tersebut akan

ditinjau dari fokus pertanyaan: Bagaimanakah validitas, kepraktisan, dan keefektivan

bahan ajar pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan lokal?

C. Tujuan Khusus (jadikan satu)

Kegiatan penelitian ini pada dasarnya memiliki bertujuan menghasilkan bahan

ajar pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan lokal yang valid, praktis dan efektif

untuk meningkatkan literasi sains siswa.

D. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang sejumlah istilah yang

digunakan dalam tulisan ini, maka diperlukan definisi dari istilah-istilah berikut:

1. Kearifan lokal adalah potensi daerah/lingkungan sekitar tempat tinggal siswa atau

sekolah yang khas dan mengandung aspek-aspek IPA yang relevan dengan materi

pembelajaran untuk digunakan sebagai konteks pembelajaran.

2. Literasi sains adalah kompetensi ilmiah yang mendeskripsikan kemampuan siswa

dalam memahami isu-isu atau aspek-aspek sains dan teknologi dalam kehidupan

sosialnya sesuai kearifan lokal daerah dengan menerapkan pengetahuan IPA

(natural world knowledge of science), metode ilmiah atau strategi mendapatkan

IPA (knowledge about science) yang didukung oleh sikap ilmiahnya.

3. Bahan ajar IPA yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: buku pedoman

pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa,

Page 14: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

14

perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan local, instrument untuk

asesmen literasi sains untuk siswa SMP.

4. Validitas bahan ajar adalah kesesuaian (dengan kompetensi yang akan dicapai,

karakteristik siswa, materi pembelajaran, model IDEA, dan konteks serta

lingkungan belajar), kebermaknaan dan kemanfaatan bahan ajar dalam

pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa

(Fraenkel & Wallen, 1992).

5. Kepraktisan bahan ajar adalah tingkat keterlaksanaan pembelajaran yang

menggunakan bahan ajar yang dihasilkan dalam kegiatan pembelajaran.

6. Keefektifan bahan ajar adalah tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran atau

indikator setelah menggunakan bahan ajar yang dihasilkan.

Page 15: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPA di SMP

Pembelajaran IPA di jenjang sekolah menengah pertama (SMP) pada dasarnya

merupakan pembelajaran IPA yang dilakukan secara terpadu. Konsep pembelajaran

IPA secara terpadu tersebut mengandung pengertian bahwa materi pembelajaran fisika,

kimia, dan biologi disampaikan secara terpadu tanpa mengenal batas-batas yang jelas

yang memisahkan bidang fisika, bidang kimia, dan bidang biologi. Dalam kurikulum

tahun 2013, hampir semua kompetensi dasar sudah menunjukkan bahwa untuk

mencapainya diperlukan keterpaduan materi IPA dalam pembelajaran. Pembelajaran

IPA secara terpadu memandang fisika, kimia dan biologi tersebut sebagai satu

kesatuan dalam pembelajaran. Memadukan IPA dalam pembelajaran dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain melalui tema (tematik), integrated science, dan

integrated curricula (Fogarti, 1991).

Dalam pembelajaran tematik, ketiga bidang studi, yaitu fisika, kimia, dan biologi

disatukan melalui sebuah tema yang mengandung aspek-aspek fisika, kimia dan

biologi. Ketiga bidang tersebut tidak lagi dilihat secara terpisah melainkan sebagai satu

kesatuan yang mendeskripsikan dan menjelaskan secara komprehensip tentang sebuah

tema. Dalam banyak hal tema yang digunakan dalam pembelajaran merupakan sebuah

konteks yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan cara

mengintegrasikan sains (integrated science), pembelajaran IPA dilakukan dengan cara

1) finding the theme, 2) finding a focus of interest based on the theme, 3) finding

material based on the focus of interest, 4) integrating the materials to establish shared

Page 16: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

16

knowledge, dan 5) publishing and sharing of the integrated knowledge (Liu and Wang,

2010). Tema yang dipilih merupakan tema yang menarik dan akrab dengan kehidupan

sehari-hari siswa serta mengandung aspek-aspek materi pembelajaran. Melalui

integrasi materi, kita mencermati keterkaitan antara ketiga aspek IPA tersebut,

sehingga ketika menjelaskan salah satu aspek yang bersinggungan dengan aspek lain

yang terkait maka aspek-aspek tersebut semua dipelajari sebagai satu kesatuan.

Penggunaan lebih dari satu bidang IPA dalam pembelajaran tematik dilakukan untuk

memeriksa sentral atau fokus dari tema, isu, problem, topic atau pengalaman (Jacobs,

1989).

Pembelajaran dengan cara mengintegrasikan kurikulum pada umumnya

dilakukan dengan menganalisis kompetensi-kompetensi (termasuk KD-KD) yang

memiliki keterkaitan kemudian merancang pembelajarannya menjadi satu kesatuan

yang mengandung ketiga aspek IPA. Fogarti (1991) menunjuk tiga model integrasi

kurikulum beserta pendekatan-pendekatan yang digunakan, seperti pendekatan

“webbed” dimana sebuah tema yang merujuk pada sebuah topic, konsep, problem atau

isu yang mengandung baik fokus maupun kerangka kerja yang memandu

pengembangan dan implementasi pelajaran yang saling terkait dan kohesif dipilih

sebagai pusat pembelajaran. Melalui cara keterpaduan ini, siswa akan mengetahui

hubungan, mengetahui konteks-konteks kurikulum, dan memahami fenomena alam

menggunakan topic-topik yang memadukan IPA (Liu dan Wang, 2010). Cara ini

dipandang sesuai dengan teori multiple intelligences Gardner (Gardner, 1999).

Model integrasi sains juga pernah dideskripsikan oleh Badley (1986) dengan 4

model integrasi, yaitu: model fusion, model incorporation, model correlation, dan

model harmonisasi. Model fusion mengintegrasikan minimal 2 disiplin ilmu dalam

pembelajaran, seperti fisika dan kimia dalam physical science. Model incorporation

menambahkan atau menyerap satu konponen kurikulum ke dalam komponen lain,

penambahan satu unit kelautan ke dalam kurikulum biologi. Model korelasi seperti

pembelajaran tematik yang membuat koneksi antara matapelajaran, seperti biomassa

pada geografi dengan biologi sehingga terjadi overlapping. Model harmonisasi

Page 17: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

17

mengintegrasikan dua unsur kurikulum yang kompatibel. Menurut Huntley (1998),

pembelajaran IPA secara terpadu dapat dilakukan melalui integrasi isi atau materi

pembelajaran, integrasi skill dan proses, integrasi sekolah dengan diri siswa, dan

integrasi holistic (semua aspek).

Pembelajaran IPA secara terpadu selain memerlukan guru yang berkemampuan

lebih, materi pembelajaran memiliki cakupan yang luas dan kaya juga memerlukan

inovasi dan eksperimen (Herrel, 2010). Pembelajaran IPA secara terpadu bersifat

powerfull dalam meningkatkan pengetahuan siswa dan keberhasilannya sangat

tergantung pada persiapan guru terutama penguasaan materi pembelajaran (Leung,

2006; Palmer, 1991).

Dari sekian banyak model pembelajaran IPA terpadu diperlukan upaya untuk

mencermati dan memilih model yang cocok untuk pembelajaran IPA di Indonesia.

Kurikulum yang mencakup deksripsi materi dan kompetensi yang diharapkan, factor

siswa, kemampuan guru, dan lingkungan belajar akan mempengaruhi pemilihan model

yang tepat dalam pembelajaran IPA terpadu. Di beberapa Negara, seperti Texas,

Swedia dan California serta Negara-negara lainnya memiliki cara masing-masing

dalam mengintegrasi sains dalam kurikulum dan pembelajarannya sesuai dengan

kebijakan pendidikan di negara masing-masing.

Menurut Lipson (1993) pembelajaran IPA secara terpadu dapat membantu siswa

menerapkan keterampilannya, mempercepat mendapatkan informasi, mengarahkan

siswa belajar secara mendalam (depth learning) dan luas, memicu sikap positif dan

waktu yang banyak untuk kegiatan eksplorasi. Dalam pembelajaran IPA terpadu ada

beberapa factor yang harus dipertimbangkan, yaitu: definisi istilah yang sudah dikenal,

ketersediaann sumber daya, layanan pendukung, subjek dan konsep yang akan

diintegrasikan, link antara outcome integrasi dan outcome yang lebih luas, lingkup

kurikulum dan tahap-tahapnya, bagaimana evaluasi akan dilakukan, dukungan orang

tua dan masyarakat, tema yang mempromosikan transfer belajar dan keterkaitannya,

perencanaan waktu dan pertukaran informasi yang meliputi isi, siswa, keahlian guru

dan metode pembelajaran (Lipson, 1993; Gehrke, 1991; Jacobs, 1989).

Page 18: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

18

B. Pembelajaran IPA Berbasis Konteks

Pembelajaran IPA yang menarik berbasis pada konteks sosial siswa yang

dipandang sebagai pembelajaran kontekstual. Bybee, McCrae dan Laurie (2009)

menempatkan konteks sosial sebagai suatu aspek yang sangat penting dalam

membangun kompetensi ilmiah untuk membentuk literasi sains siswa. Dalam sebuah

konteks tersebut keterkaitan satu bidang studi dengan bidang studi lain, baik antara

fisika, kimia dan biologi maupun antara IPA dengan bidang studi lain, seperti IPS akan

tampak semakin jelas. Menurut Jeremy (2005) apapun inovasi pembelajaran yang

dihasilkan jika dalam implementasinya tidak memperhatikan konteks akan gagal

mencapai tujuan. Penggunaan konteks dalam pembelajaran selain dapat

menghubungkan materi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki

siswa juga untuk menstimulasi belajar siswa karena menyajikan situasi nyata dalam

pembelajaran (Potter dan Overton, 2006).

Penggunaan konteks dalam pembelajaran IPA kini telah banyak variannya.

Salah satu yang paling popular adalah penggunaan problem-based learning (PBL).

Dalam varian ini, problem-problem dalam kehidupan sehari-hari menjadi penghela

kegiatan inkuiri. Banyak cara yang telah dilakukan dan diteliti dalam pembelajaran

konteks, seperti melalui studi kasus atau problem solving case studies (Belt dan

Phipps, 1998; Allen dan Tanner, 2003), theme based test (Anderson dan Heck, 2005),

melalui desain eksperimen pizza dan pasta (Passos et al., 2006) yang pada umumnya

menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dan peningkatan

motivasi belajar bahkan dapat mengatasi kesalahan konsep siswa. Pembelajaran IPA

yang dilakukan konteks sosial siswa akan berhasil dengan baik jika konteks yang

dihadirkan dalam pembelajaran menarik dan akrab dengan kehidupan siswa.

Akibatnya, pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan karakteristik siswa dan

pengetahuan baru dibangun di atas dasar pengetahuan siswa sebelumnya.

Menurut Maria Astrom (2008 ) ada beberapa cara untuk mengorganisasi

pendidikan sains terintegrasi, yaitu: sains dalam konsep yang melibatkan konsep-

Page 19: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

19

konsep sains yang bersifat umum dan banyak dijumpai siswa dalam kehidupannya,

sains dalam konteks, sains dipelajari siswa dalam konteks lingkungan social siswa

yang dapat melatih siswa mengembangkan kemampuan problem solving, dan konsep

dalam konteks yang merupakan kombinasi konsep-konsep umum IPA dalam sebuah

konteks. Pembelajaran sains dalam konteks yang lebih banyak membantu siswa

memiliki literasi sains.

Pembelajaran dalam konteks dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna

(Vosniadou, 2001). Guru dapat membuat aktivitas pembelajaran IPA lebih bermakna

dengan menghadirkan pembelajaran dalam konteks autentik (real life). Siswa

mempelajari sains dengan cara berpartisipasi dalam suatu masyarakat atau lingkungan

sekolah. Selain itu, pembelajaran konteks diketahui sangat penting dalam membantu

siswa memahami dan menguasai konsep IPA (Passos et al, 2006; Potter dan Overton,

2006), bahkan dapat membantu dalam mengatasi kesalahan konsep siswa,

meningkatkan motivasi, sikap yang suka belajar IPA, retensi pengetahuan lebih lama

(Poter dan Overton, 2006).

Dalam beberapa strategi pembelajaran konteks, hal terpenting adalah bagaimana

menghadirkan konteks yang akrab dengan siswa. Penggunaan konteks olahraga dalam

pembelajaran kimia yang dilakukan oleh Potter dan Overton (2006) karena

berdasarkan survey, 85% siswa di Inggris gemar berolahraga. Penggunaan pizza dan

pasta dalam pembelajaran metabolisme karena diketahui hampir semua siswa senang

mengkonsumsi kedua jenis makanan tersebut. Hal ini berarti bahwa dalam

pembelajaran konteks, guru harus mengetahui terlebih dahulu kebiasaan atau

kegemaran siswa yang disenangi dalam kehidupan sosialnya. Hasil pembelajaran

siswa diketahui meningkat dengan menggunakan konteks yang akrab dengan siswa.

Selain itu, siswa juga meenjadi sangat antusias dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

C. Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal

Pendidikan berbasis konteks atau yang sering dikenal pembelajaran kontekstual

sudah banyak diteliti keunggulannya. Namun pembelajaran berbasis kearifan lokal

Page 20: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

20

daerah atau lingkungan belajar masih sangat jarang diimplementasikan meskipun sejak

KTSP dan kurikulum sebelumnya sudah mengalokasikan muatan lokal dalam

kurikulum. Hal terjadi karena kurangnya pemahaman tentang kearifan lokal di

daerahnya. Menurut Asmani (2012) pendidikan berbasis kearifan lokal sangat

berpengaruh terhadap peserta didik. Oleh karena itu, perlu dirancang pembelajaran

berbasis kearifan lokal melalui beberapa cara, yaitu: inventarisasi kearifan lokal,

analisis kesiapan sekolah, penentuan tema dan jenis keunggulan lokal, serta bakat dan

minat siswa. Keunggulan lokal daerah bisa berupa potensi alam, sosial, budaya, dan

seni dalam lingkup cara mengelola,mengoptimalkan, mengemas, memasarkan yang

dapat menghasilkan nilai tambah di daerah.

Di Indonesia banyak potensi daerah, baik dari aspek budaya, potensi lingkungan

sumber daya alam, dan teknologi yang dikembangkan di daerah tersebut. Namun

dalam pembelajaran IPA, potensi-potensi daerah tersebut masih jarang

digunakan.Hasil penelitian Sudarmin, (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran IPA

berbasis kearifan local dapat digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai daerah,

sumber daya hayati, sumber daya kelautan, dan sebagainya yang dimiliki daerah.

Dalam iptek dewasa ini, nilai-nilai kearifan local mengalami interaksi dengan sains,

teknologi, dan social (Yuenyong, Jones, and Yutakom, 2008). Menurut Yuenyong and

Narjaikaew (2009), pembelajaran sains berbasis kearifan local dapat meningkatkan

kemampuan siswa menginvestigasi dan menjelaskan IPA dalam kearifan local.

Pangvong (2007) pernah menggunakan pendekatan STS (sains, teknologi, social)

untuk pembelajaran berbasis kearifan local. Integrasi kearifan local dalam

pembelajaran IPA dapat mendukung siswa mempelajari sains melalui pembuatan

keputusan secara etika dan menolong siswa mengaitkan sains, teknologi dan

masyarakat. UNDP (2007) menjelaskan sebuah filosofi bahwa integrasi sains dengan

etika akan mendorong terbentuknya harmoni, rasa aman, dan kehidupan yang

berkesinambungan dan materi pengetahuan, budaya, social dan lingkungan ikut

mempengaruhinya.

Page 21: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

21

Kearifan-kearifan lokal di daerah ditinjau dari komponen dasar dapat berupa

lingkungan alam, seni budaya yang khas dan makanan tradisional. Salah satu seni tari

yang cukup terkenal adalah Reog Ponorogo. Makanan tradisional yang cukup terkenal

adalah Tape Bondowoso.

D. Kegiatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA

Strategi inkuiri merupakan strategi yang digunakan oleh ilmuwan dalam

menemukan dan menghasilkan produk-produk sains, seperti konsep-konsep IPA,

prinsip, hukum dan teori termasuk di dalamnya konvensi-konvensi yang digunakan

dalam proses penerimaan produk-produk sains (Schwartz, 2004). Secara filosofis,

strategi inkuiri telah mengalami banyak metamorphosis, mulai dari istilah deduktif

atau strategi rasional, induktif atau strategi empiric, sampai pada metode ilmiah yang

mengkombinasikan deduktif dan induktif. Strategi ini kemudian dalam perkembangan

ilmu kependidikan diadopsi sebagai sebuah model pembelajaran. Lederman (2009)

memandang scientific inquiry merupakan fokus perrennial yang menunjuk pada

kombinasi skil-skil proses sains yang bersifat umum dengan materi sains, kreativitas

dan berpikir kritis untuk mengembangan ilmu pengetahuan atau IPA. NRC (National

Research Council) (2011) menekankan siswa harus mengembangkan kemampuan

yang diperlukan untuk melakukan kegiatan inkuiri.

Pentingnya kegiatan inkuiri dalam pembelajaran IPA sudah sering dicantumkan

dalam beberapa dokumen, seperti: NRC (2011) di USA dan Kurikulum 2013 di

Indonesia. Di Indonesia sempat mengembangkan dan mengimplementasikan

kurikulum 2013 yang mana hampir semua mata pelajaran mulai dari SD hingga SMA

menggunakan pendekatan saintifik yang di dalamnya merupakan rangkatan kegiatan

inkuiri.

Dalam pembelajaran IPA, kegiatan inkuiri sering dilakukan dengan cara

investigasi (Sadler et al., 2010). Menurut Schwartz (2004), kegiatan inkuiri melibatkan

kegiatan observasi (making observation), menghadirkan pertanyaan (posing question),

mengkonfirmasi kembali pada buku-buku atau sumber informasi lain (examining

Page 22: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

22

books and other sources of information) untuk mengetahui pengetahuan terkait yang

sudah ada, merencanakan investigasi (planning investigations) mereviu apa yang

sudah diketahui untuk pencerahan fakta-fakta eksperimen, mengumpulkan data,

menganalisis data, menjawab dan menjelaskan, memprediksi, dan

mengkomunikasikan hasil. Kegiatan inkuiri memerlukan identifikasi asumsi-asumsi,

menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dan mempertimbangkan

penjelasan-penjelasan alternative (Lederman et al., 2014).

Penggunaan aktivitas inkuiri dalam pembelajaran IPA telah diwajibkan sebagai

sebuah pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 yang dikenal dengan pendekatan

5M. Pendekatan saintifik pada dasarnya mendorong siswa untuk mengkonstruk sendiri

pengetahuannya melalui kegiatan inkuiri. Namun satu aspek penting yang harus

disadari bahwa penerapan pendekatan saintifik harus dapat menstimulasi rasa

penasaran atau ingin tahu siswa. Oleh karena itu untuk menarik perhatian siswa, maka

dalam kegiatan mengamati, guru harus dapat menghadirkan objek atau fenomena yang

akrab dan menimbulkan tanda tanya (konteks) bagi siswa. Menurut teori Gestalt

(Harrell, 2010) belajar pada dasarnya merupakan proses pengembangan hasil interaksi

siswa dengan lingkungannya yang bersifat kompleks dan sinergi. Menurut de Boer

(2000), hal terpenting dalam pembelajaran sains adalah bagaimana sains dapat

diaplikasikan ke dalam pengalaman siswa sehari-hari.

Tingkatan kegiatan inkuiri dalam pembelajaran IPA seringkali dibagi menjadi 4

tingkat, yaitu: inkuiri membuktikan, inkuiri terstruktur, inkuiri terbimbing, dan inkuiri

terbuka (Schwab, 1962; Rezba et al, 1999). Inkuiri membuktikan bertujuan untuk

membuktikan sebuah prinsip atau hokum melalui suatu aktivitas yang hasilnya telah

diketahui. Inkuiri terstruktur melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang

telah dirumuskan dengan menggunakan prosedur tertentu. Inkuiri terbimbing, siswa

melakukan kegiatan penyelidikan dengan mengembangkan prosedur sendiri dengan

bimbingan guru. Inkuiri terbuka, siswa menyelidiki permasalahan dengan

menggunakan prosedurnya sendiri tanpa bimbingan guru, meskipun terkadang

dikonsultasikan terleebih dahulu kepada guru. Dalam kebanyakan pembelajaran IPA,

Page 23: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

23

guru lebih banyak memilih inkuiri terstruktur, dengan pertanyaan/permasalahan yang

sudah disediakan, prosedur sudah disediaan, alat dan bahan sudah ditulis lengkap,

siswa tinggal mengikuti prosedur. Kegiatan inkuiri dengan pola ini lebih banyak

berdampak pada keterampilan proses, seperti mengukur dan menggunakan alat. Siswa

tidak dilatih mengembangkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir

kreatifnya.Kegiatan inkuiri terstruktur seperti ini tidak banyak memelukan keterlibatan

sebuah konteks karena kegiatan sudah terstruktur sebelumnya.

E. Literasi Sains Siswa

Literasi sains mendeskripsikan kemampuan seseorang dalam menguasai dan

menggunakan IPA dan keterampilan proses IPA dalam kehidupannya sehari-hari,

terutama ketika menghadapi permasalahan yang melibatkan IPA (Laughsch, 2000).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Anderson (2007) mendefinisikan literasi sains

sebagai the science-related knowledge, practices and value we hope students will

acquire as they learn science.

Robert (2007) membagi literasi sains menjadi dua visi yang berbeda. Visi

pertama untuk mempromosikan canon of orthodox natural science, yaitu berupa

produk dan proses IPA, sedangkan visi kedua adalah situasi yang dihadapi setiap

warga Negara yang melibatkan IPA. Visi pertama merupakan upaya untuk

meningkatkan penguasaan materi IPA dan keterampilan prosesnya seperti yang banyak

dilakukan oleh sekolah atau prodi IPA selama ini baik secara individual maupun

berkelompok. Visi kedua memiliki fokus pada aspek penerapan IPA dan keterampilan

proses IPA secara kontekstual. Feinstein (2010) memperluas visi kedua dengan

menambahkan literasi sains warga Negara sebagai seseorang yang kompeten yang

mampu mengidentifikasi tempat/bagian dalam kehidupannya dengan sains sangat

berguna sesuai dengan pertanyaan atau isu yang dihadapinya dimanapun ia berada.

Tempat tersebut tidak hanya terbatas dalam laboratorium atau kelas tidak halnya

terbatas pada mereka yang disebut ilmuwan atau pintar IPA (Carlone, Haun-Frank, dan

Webb, 2011). Lee dan Roth (2003) juga pernah menyatakan bahwa sains tidak berupa

Page 24: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

24

sebuah framework normative tunggal untuk rasionalisasi tetapi juga mencirikan

kemampuan dalam pengambilan keputusan.

Bybee (1997) telah mengklasifikasi literasi sains menjadi 5 level, yaitu: 1)

scientific illiteracy, 2) nominal scientific literacy, 3) functional literacy, 4) conceptual

literacy, dan 5) multidimensional literacy. Setiap level memiliki karakteristik yang

dapat dibedakan dari level lainnya. Pada level tidak literasi (level 1) merupakan level

paling rendah, siswa tidak memiliki kosakata, konsep, konteks dan kemampuan untuk

mengidentifikasi pertanyaan atau masalah. Hampir semua orang yang pernah belajar

IPA jarang ditemukan pada level ini. Pada level nominal (level 2) seseorang sudah

memiliki kosakata sains tetapi banyak salah konsep. Pada level fungsional (level 3)

seseorang sudah dapat mendeskripsikan makna konsep, hokum dan teori IPA namun

terbatas pada aspek pengertian atau definis. Pada level konseptual (level 4) seseorang

mulai dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep, prinsip, hokum dan

teori IPA tetapi hanya terbatas pada satu disiplin ilmu saja. Seseorang yang berada

pada level ini sangat sulit memahami pembelajaran IPA secara terpadu yang

interdisciplinary. Pada level multidimensional (level 5) merupakan level tertinggi

seseorang tidak hanya memahami produk IPA melainkan juga pada aspek filosofi IPA,

historis dan dimensi social IPA. Level ini pada aspek tertentu dapat dicapai namun

secara keseluruhan cukup sulit.

Pengukuran literasi sains yang dikembangkan PISA 2003 didasarkan pada 3

domain, yaitu konsep-konsep IPA, proses ilmiah, dan konteks sosial IPA, yaitu tempat

dimana IPA diakses, dikembangkan dan diterapkan. Berdasarkan 3 domain tersebut,

literasi sains diukur melalui 3 proses, yaitu: proses 1 (kemampuan mendeskripsikan,

menjelaskan dan memprediksi fenomena IPA), proses 2 (kemampuan memahami

proses investigasi ilmiah), dan proses 3 (kemampuan menginterpretasi fakta dan

membuat kesimpulan (OECD, 2003). Pada PISA 2006, lingkup pengukuran literasi

sains 5 level, yang terdiri dari 60% menggambarkan aspek produk IPA dan sisanya

berkaitan dengan sikap terhadap sains. Konsep Bybee (1997) mendeskripsikan literasi

sains menjadi 4 bagian, yaitu konteks, kompetensi ilmiah, ilmu pengetahuan baik

Page 25: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

25

produk maupun skil dan sikap terhadap IPA. Meskipun banyak versi literasi sains

dikemukakan pakar, namun konsep literasi sains relative memiliki kemiripan antara

satu dengan lainnya yang fokusnya adalah membentuk warga Negara yang memiliki

pengetahuan IPA dan skil proses IPA yang dapat digunakan dalam kehidupan

sosialnya.

Isu, informasi, dan problem yang terkait dengan IPA dan teknologi dalam

konteks social melibatkan banyak disiplin ilmu (interdisciplinary) sehingga untuk

mengolah dan menemukan solusi problem yang dihadapinya seseorang harus

melibatkan sejumlah ilmu pengetahuan, seperti fisika, kimia, dan biologi, bahkan

teknologi, teknik, matematika, ekonomi (Thomas et al., 2013; Min, Rashid dan Nazri,

2012). Oleh karena itu kemampuan memahami IPA secara utuh dan terpadu sangat

membantu dalam memahami isu dan problem termasuk mencari solusi dan mengambil

keputusan dalam kehidupan social.

Dalam upaya mengatasi problem yang terkait dengan IPA yang dihadapi dalam

konteks social diperlukan kemampuan mengatasi problem tersebut yang dikenal

sebagai keterampilan proses sains (knowledge about science). Semakin menguasai

keterampilan proses sains akan semakin kompeten dalam mengatasi problem-problem

yang terkait sains dalam kehidupan sehari-hari (Bybee, McCrae, dan Laurie, 2009).

Menurut Bybee, McCrae, dan Laurie (2009), knowledge about science mencakup

aspek inkuiri dan hakekat sains sedangkan knowledge of science adalah bagaimana

memahami konsep, prinsip, dan teori IPA. Dengan demikian penguasaan IPA harus

ditunjang dengan penguasaan keterampilan proses sains agar dapat menerapkan IPA

dalam kehidupan social. Selain itu, sikap juga merupakan komponen dalam literasi

sains. Sikap terhadap sains menggambarkan selain kepribadian, nilai-nilai social, dan

etika (Haste et al., 2008), juga tanggung jawab dan bagaimana merespon isu-isu sains

(Bybee, McCrae, dan Laurie). Menurut Osborne (2009), isu sikap terhadap sains

merupakan salah satu aspek yang penting dalam membangun literasi sains. Oleh

karena itu, untuk meningkatkan literasi sains siswa diperlukan kemampuan bagaimana

Page 26: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

26

memahami IPA dan keterampilan proses IPA (inkuiri) dan sikap terhadap IPA dalam

konteks sosial.

Menurut Barber et al. (2007) untuk meningkatkan literasi sains, maka

pembelajaran harus didasarkan pada 4 prinsip, yaitu: 1) melibatkan siswa dalam

investigasi, 2) multimodal learning activities, 3) dampak sinergi inquiry-based science

dan literacy, dan 4) explicit teaching. Melibatkan siswa dalam investigasi mengandung

pengertian bahwa siswa harus melakukan kegiatan investigasi melalui penerapan

inkuiri dalam membangun pemahaman terhadap produk-produk IPA. Multimodal

learning activities bahwa pembelajaran mengenalkan siswa dengan a greater diversity

of working modes atau beragam aktivitas dalam pembelajaran, seperti diskusi,

mengumpulkan informasi, dan sebagainya (Gardner, 2006). Sinergi inkuri dengan

literasi mengarah pada peningkatan kemampuan memahami bacaan atau teks termasuk

membuat laporan dan komunikasinya yang digunakan dalam kegiatan inkuiri. Prinsip

terakhir menekankan pentingnya guru menjelaskan mengapa siswa harus mempelajari

materi tersebut.

F. Pesawat Sederhana dalam Konteks Reog Ponorogo

Pesawat sederhana pada prinsipnya merupakan alat yang tidak menggunakan

energi listrik atau mesin yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari. Manusia memiliki kemampuan mengangkat atau

memindahkan beban sekitar 25-35 kg. Dengan kemampuan tersebut sudah barang

tentu, manusia tidak mungkin mampu memindahkan beban seberat 100 kg atau bahkan

dengan berat 1 ton. Namun Tuhan yang Maha Kuasa memberikan anugera akal pikiran

yang membuat manusia mampu membuat alat-alat bantu sehingga manusia mampu

mengangkat atau memindahkan benda dengan berat yang melebihi batas kemampuan

fisiknya yang disebut pesawat sederhana.

Kerja atau aktivitas manusia menggunakan sejumlah energi (ATP) yang

diperoleh dari makanan (karbohidrat dan lemak) melalui proses metabolisme. Energi

dan kerja diukur dengan menggunakan satuan yang sama, yaitu Joule atau Newton.m

Page 27: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

27

Usaha merupakan salah satu bentuk energi adalah hasil perkalian gaya (F) dengan

jarak perpindahan (S).

Selain gaya, power (P) sering disebut sebagai daya mendeskripsian ukuran usaha (W)

yang dilakukan per satuan waktu (t). Power diperloeh dari hasil perbandingan antara

usaha (W) dengan waktu (t) sehingga satuannya Joule per detik.

WP =

T

Dari usaha dan daya inilah upaya manusia untuk melakukan kerja secara efisien

meskipun aktivitasnya telah melewati batas kemampuannya yang dikenal dengan

keuntungan mekanis, yaitu perbandingan antara gaya yang dihasilkan (output) dengan

gaya yang diberikan (input).

Fo (output)K =

Fi (input)

Tujuan utama penggunaan pesawat sederhana adalah bagaimana mendapatkan

nilai K yang sebesar-sebesarnya, yaitu: F output yang besar dengan F input yang

sekecil-kecilnya. Tujuan tersebut bisa diwujudkan jika faktor-faktor yang

mempengaruhi keutungan mekanis pesawat sederhana diselidiki untuk

diimplementasikan dalam setiap menggunakannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, pesawat sederhana yang umumnya dikenal terdiri

dari 3 kelompok, yaitu: tuas, bidang miring, dan katrol. Beberapa contoh tuas dalam

kehidupan sehari-hari tampak pada Gambar 2.1. berikut.

W = F . S

Page 28: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

28

Gambar 2.1. Tiga golongan tuas dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan Gambar 2.1. tuas terdiri dari 3 jenis yang disebut tuas tipe 1, tuas tipe 2,

dan tuas tipe 3. Meskipun berbeda jenis, ketiga jenis tuas memiliki 4 komponen yang

sama, yaitu: titik tumpu, lengan beban, dan lengan kuasa, serta beban, tetapi bebeda

posisi dari komponen-komponen tersebut. Dalam pembelajaran umumnya guru fisika

hanya menjelaskan tuas yang terdapat pada alat-alat tersebut, sehingga tidak terpadu

pembelajarannya.

Tuas pada dasarnya tidak hanya ditemukan pada alat-alat sederhana seperti pada

Gambar 2.1. tetapi juga pada tubuh manusia. Namun selama ini jarang dipelajari di

sekolah karena keterbatasan sumber daya manusia, yaitu guru fisika lebih senang

menggunakan alat-alat sederhana sedangkan guru biologi hanya melihat aspek biologi

pada tubuh manusia. Padahal pada tubuh manusia meskipun kemampuannya terbatas

juga menggunakan prinsip-prinsip pesawat sederhana yang banyak dipelajari secara

terpadu dalam Kurikulum 2013. Pada kedu Gambar berikut ditampilkan analogi tuas

pada tulang kerangka tangan untuk mengidentifikasi titik tumpu, lengan beban, lengan

kuasa, dan beban. Otot bisep yang berperan memberikan gaya kuasa (F) yang

dihasilkan dari ATP hasil oksidasi bahan makanan. Relevansi sistem gerak pada

kerangka tangan tubuh manusia dan prinsip tuas merupakan indikator bahwa tubuh

Page 29: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

29

manusia dalam melakukan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari sebagian

menggunakan prinsip pesawat sederhana.

Gambar A Gambar B

Titik Tumpu : T Titik Tumpu :……….

Lengan beban : T-B Lengan beban :……….

Lengan kuasa : T-K Lengan kuasa :……….

Kuasa (gaya) : K Kuasa (gaya) :……….

Beban : B Beban :……….

Gambar 2.2. Komparasi prinsip kerja tuas pada alat jungkit dan tangan

Aktivitas manusia melibatkan sistem alat gerak, yaitu: tulang, sendi, dan otot.

Pada prinsipnya hampir semua tulang dan sendi berperan sebagai titik tumpu

(fulcrum). Pada bagian lain, seperti: leher, dagu, dan kaki merupakan bagian kerangka

yang menggunakan prinsip kerja tuas. Pada saat menganggukkan kepala ke depan,

kepala dan leher bekerja seperti tuas dengan titik tumpu puncak leher. Otot leher

berperan memberikan gaya kuasa untuk menark kepala ke posisi semula. Demikian

pula saat mengigit buah-buahan atau makanan, otot dagu, titik tumpu tulang dagu

ketika terhubung dengan tegkorak akan menghasilkan gigitan pada buah. Hal ini juga

terjadi pada barongan Reog Ponorogo. Di bagian kaki, ketika sedang jinjit, bagian

K B

Z

X

Page 30: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

Gambar 2.4. Penari barongan

i barongan

Page 31: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

31

penari Reog diperoleh dalam tarian Reog Ponorogo. Topik-topik tersebut adalah

“Sistem alat gerak pada tubuh manusia dan Pesawat sederhana. Komponen gerak dasar

dalam tarian Reog diperankan oleh tokoh, seperti: gerak Jathil antara lain: lari, jalan di

tempat, loncatan, gencotan, dan tanjakan, gerak

Klono Sewandono, antara lain: jalan gagah, ulat kengser ke kanan dan ke kiri, dan

ogek lambung, sedangkan oleh Bujang Ganong, antara lain: jalan dobel loncat, gerakan

lucu (gecul), akrobatik, jalan dobel loncat masuk, dan gerak menggol.

Penari barongan yang menggunakan topeng singa (barong) membawa beban

dadak merak dengan berat 45-50 kg tetapi penarinya tampak bergerak enteng dan

lincah. Pesawat sederhana dalam tubuh makhluk hidup berperan untuk mendapatkan

keuntungan mekanis agar beban yang bobotnya besar bahkan di luar kemampuan

manusia dapat diangkat atau dipindahkan. Keuntungan mekanis diperoleh penari

barongan karena di dalamnya terdapat prinsip-prinsip pesawat sederhana yang

memungkinkan penarinya mengangkat beban melebih kapasitasnya, seberat 25-35 kg

(Usaid, 2015). Prinsip-prinsip pesawat sederhana juga dapat dijumpai pada gerak

Bujang Anom yang menampilkan gerak akrobatik dan Klono Sewandono yang gagah

dan berwibawa.

Belajar tuas dari konteks seperti Reog Ponorogo memerlukan kemampuan

mengidentifikasi relevansi informasi faktual, seperti: aspek-aspek tuas dalam gerak

tarian Reog Ponorogo (identify). Tidak cukup hanya diidentifikasi, siswa perlu

mendefinsikan istilah-istilah tersebut agar dapat dijelaskan, seperti: titik tumpu, lengan

beban, lengan kuasa, dan gaya kuasa serta beban (define). Hubungan antara aspek-

aspek tersebut dijelaskan pada bagian explain. Untuk memperkuat penguasaan konsep

tuas dan kemampuan berargumen, siswa menjelaskan bagaimana prinsip kerja tuas

pada tarian Reog Ponorogo, seperti gerak jinjit atau mengangkat beban. Model tersebut

disebut IDEA (identify, define, explain, apply) (Erman & Liliasari, 2012).

Pada Identify, siswa akan mengidentifikasi bagian-bagian kerangka yang

ditampilkan saat menari Reog yang melibatkan prinsip kerja tuas, kemudian

komponen-komponen tuas (titik tumpu, lengan beban, lengan kuasa, gaya kuasa F, dan

Page 32: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

32

beban (W). Pada tahap define, siswa akan mendefinsian komponen-komponen tuas

dalam konteks Reog Ponorogo dengan menggunakan buku bacaan siswa. Pada bagian

explain, siswa menyelidiki terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi

keuntungan mekanis atau hubungan antara komponen-komponen tuas dengan

keuntungan mekanis dalam konteks Reog Ponorogo.

G. Bioteknologi Konvensional dalam Konteks Tape Bondowoso

Kearifan lokal lainnya yang tak kalah terkenal di Jawa Timur bahkan Indonesia

adalah Tape Bondowoso. Tape Bondowoso merupakan makanan hasil fermentasi dari

singkong. Pemanfaatan makhluk hidup untuk membantu pekerjaan atau menghasilkan

produk yang bermanfaat bagi manusia disebut bioteknologi. Bioteknologi mulai

berkembang sejak ditemukannya proses-proses fermentasi yang melibatkan

mikroorganisme oleh Louis Pasteur tahun 1920. Namun saat ini bioteknologi

berkembang sangat pesat dalam bentuk rekayasa genetika dan biomolekuler.

Sejak rekayasa genetika berkembang pesat, bioteknologi yang menggunakan

mikroorganisme cenderung disebut bioteknologi konvensional, seperti halnya proses

pembuatan Tape Bondowoso. Tape dibuat dengan memanfaatkan mikroorganisme

Aspergillus, saccharomyces cerevisiae, dan Acetobacter aceti yang terdapat dalam ragi

untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa. Ketiga jenis mikroorganisme tersebut

bekerja secara sinergis secara bergantian. Amilum pada singkong akan diproses dan

diubah menjadi glukosa oleh Aspergillus. Glukosa yang dihasilkan akan diproses dan

diubah menjadi alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae. Terakhir, alkohol akan

diproses dan diubah menjadi asam cuku oleh Acetobacter aceti. Proses fermentasi

tersebut berlangsung dalam kondisi anaerob (respirasi anaerob).

Dalam pembelajaran bioteknologi dengan menggunakan konteks Tape

Bondowoso diharapkan dapat membantu siswa memahami proses fermentasi oleh

ketiga jenis bakteri dan perubahan fisika dan perubahan kimia yang terjadi. Siswa yang

terlibat dalam proses pembuatan Tape Bondowoso akan mudah mengembangkan

Page 33: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

33

bioteknologi konvensional tersebut terutama untuk menghasilkan produk-produk Tape

Bondowoso yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen atau pasar.

Dengan menggunakan model IDEA, siswa akan melakukan identifikasi alat dan

bahan yang digunakan dalam proses fermentasi, kemudian mengidentifikasi perubahan

fisikan dan perubahan kimia yang terjadi dalam pembuatan Tape Bondowoso, serta

jenis bakteri yang terlibat dalam pembuatan Tape Bondowoso dan faktor-faktor yang

mempengaruhi citarasa Tape. Pada tahap define, siswa akan mendefinisikan perubahan

fisika, perubahan kimia, jenis bakteri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi citarasa

Tape. Pada tahap explain, melakukan kegiatan eksperimen untuk menjelaskan faktor-

faktor yang mempengaruhi citarasa Tape. Terakhir, pada tahap apply, siswa akan

menerapkan pengetahuannya untuk menjelaskan aneka rasa produk Tape Bondowoso

di Pasar dan informasi-informasi pada kemasannya.

H. Kualitas Bahan Ajar Model IDEA

Bahan ajar (silabus, RPP, LKS, buku bacaan siswa) merupakan fasilitas belajar

yang digunakan guru maupun siswa dalam peristiwa pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran sebagai, sumber

informasi, pengontrol, evaluasi, dan pengorganisasi pembelajaran (Kalin, 2004). Tentu

saja implementasi bahan ajar dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

berlangsung secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk

memilih bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang

diharapkan (Parker, Bianchi & Cheah, 2008; Csomai & Mihalcea, 2007). Dalam hal

ini adalah bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar yang berkualitas tidak berarti dapat

digunakan secara efektif pada berbagai situasi secara simultan (Csomai & Mihalcea,

2007).

Kualitas bahan ajar yang efektif, bermakna, dan bermanfaat harus memenuhi

kriteria tertentu (Mazgon & Stefanc, 2012), antara lain: kejelasan struktur dan

koherensi, berorientasi pada tujuan, mempromosikan pengembangan dan pencapaian

kompetensi, menggunakan pendekatan indutif, dapat diadaptasikan baik secara

Page 34: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

34

metodik dan didaktik, mengandung unsur-unsur motivasi, dan menstimulasi belajar

aktif. Dalam studi ini digunakan 3 kriteria kualitas bahan ajar, yaitu: valid secara

teoretis, praktis digunakan dalam pembelajaran, dan efektif untuk mencapai tujuan

pembelajaran, yaitu mempromosikan literasi sains siswa.

Validitas silabus ditentukan melalui validitas tiga komponen, yaitu: identitas

silabus, kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan materi, indikator/KD, dan model

IDEA, dan kesesuaian waktu pada setiap tahap pembelajaran. Validitas RPP (rencana

pelaksanaan pembelajaran) ditentukan oleh validitas 3 kompanen, yaitu: format RPP,

isi RPP, dan bahasa yang digunakan dalam RPP. Validitas buku ajar siswa ditentukan

oleh 3 komponen, yaitu: komponen isi, komponen bahasa, dan komponen penyajian.

Terakhir, validitas LKS (lembar kerja siswa) ditentukan melalui validasi 3 aspek,

yaitu: aspek formmat, aspek bahasa yang digunakan dalam LKS, dan aspek isi.

Kepraktisan dan keefektifan bahan ajar ditentukan melalui ujicoba terbatas.

Kepraktisan bahan ajar ditentukan oleh 3 indikator, yaitu: keterlaksanaan

pembelajaran, respon siswa, dan respon guru. Kefektifan bahan ajar dalam

pembelajaran ditentukan oleh peningkatan literasi sains siswa pada materi

pembelajaran dengan kriteria N-gain minimal kategori sendang .

Komponen penilaian validitas yang digunakan dalam studi ini terdapat

kesesuaian dengan kriteria (Mazgon & Stefanc, 2012). Validitas bahan ajar akan

mencakup aspek struktur dan keherensi, serta substansi bahan ajar yang dapat

diperoleh melalui validasi pakar. Adaptasi secara metodik dan didaktik akan diungkap

melalui kepraktisan selama digunakan dalam pembelajaran. Motivasi, pencapaian

kompetensi dan pengembangannya, dan kemampuan menstimulasi belajar aktif

diperoleh melalui ujicoba terbatas untuk keefektifan bahan ajar mencapai tujuan.

Bahan ajar memiliki peran penting dalam menciptakan linkungan belajar siswa yang

konstruktivistik (Kroasbergern & Luit, 2005).

Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan model IDEA yang terdiri dari 4

tahap kegiatan belajar, yaitu: identify, define, explain, dan apply karena dalam deep

learning, aspek-aspek materi pembelajaran yang terdapat dalam konteks kearifan lokal

Page 35: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

35

harus dapat diidentifikasi, didefinisikan, dijelaskan dan diterapkan (Erman, 2012,

Wrenn & Wrenn, 2009; Perkins & Salomon, 2012; McGonigal, 2005). Model belajar

IDEA dipandang sangat tepat dalam pembelajaran berbasis konteks karena beberapa

faktor. Pertama, pembelajaran berbasis konteks memerlukan kemampuan siswa

mengidentifikasi informasi faktual dalam konteks yang relevan dengan materi

pembelajaran agar terjadi proses transformasi (Linn & Elyon, 2006). Jika hal ini tidak

terpenuhi, maka pembelajaran berbasis konteks tidak banyak manfaatnya. Guru

sedapat mungkin berperan memfasilitasi belajar siswa untuk mengidentifikasi aspek-

aspek yang relevan antara konteks dan materi yang akan dipelajari siswa (Maton,

2014). Kedua, aspek-aspek yang relevan antara konteks dan materi yang dipelajari

yang sudah diidentifikasi memerlukan sinkronisasi dalam terminologi, istilah atau

bahasa agar terjadi proses transformasi dalam belajar (Gordon, 2009). Siswa

mengetahui arti atau makna dari semua istilah atau aspek baik dalam konteks maupun

dalam materi pembelajaran sehingga tidak terjadi deviasi makna antara konteks yang

digunakan dengan materi pembelajaran. Ketiga, siswa diharapkan mampu mengetahui

hubungan antara aspek-aspek yang berkaitan secara konseptual (explain), deep

learning dan meaningfull learning (Novak & Canas, 2008; Stott & Hatting, 2014).

Keempat, penerapan (apply) hasil identify, define, dan explain sangat diperlukan untuk

mencapai level deep learning yang sempurna, yaitu belajar yang berorientasi pada

integratif dan pengembangan (Borredon, Deffayet, Baker, & Kolb, 2011).

Bahan ajar model IDEA secara alami terkait dengan klasifikasi literasi sains

(Bybeee, 1997). Siswa yang tidak mampu mengidentifikasi aspek-aspek materi dalam

konteks kearifan lokal dianggap scientific illiteracy (level 1), meskipun menguasai

kearifan lokal. Siswa yang dapat mendefinisikan dapat mencapai level functional

scientific literacy (level 3). Siswa yang mampu menjelaskan (explain) aspe-aspek

materi dalam konteks sudah mencapai level 4 (conceptual scientific literacy dan siswa

yang mampu menerapkan untuk menjelaskan konteks kearifan lokal dapat dianggap

mencapai level 5 (multidimensioonal scientific literacy).

Page 36: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development

research) yang direncanakan berlagsung 1 tahun. Desain yang digunakan

mengadaptasi desain penelitian IDM (Instructional Design Model) (DBRC, 2003;

Wang & Hannafi, 2005; Ituma, 2015), yang terdiri dari 6 tahap, yaitu: 1) Analisis

kebutuhan, 2) Desain dan pengembangan prototipe bahan ajar IPA, 3) Validasi bahan

ajar, 4) Ujicoba prototipe bahan ajar, 5) Evaluasi bahan ajar, dan 6) Revisi perbaikan

prototipe bahan ajar. Empat tahap terakhir bersifat siklus (Gambar 3.1.). Desain ini

dipilih karena sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian yang fokus pada

pengembangan bahan ajar atau untuk menghasilkan protipe bahan ajar dengan jangka

waktu pendek.

Tahap 1, Analisis kebutuhan dilakukan melalui 3 kegiatan, yaitu 1) Studi pustaka,

2) Studi lapangan, dan 3) Studi dokumen. Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan

landasan teori sebagai dasar pengembangan bahan ajar terutama berkaitan dengan

model yang akan digunakan dalam bahan ajar dan literasi sains. Studi pustaka

dilakukan dengan penelusuran literatur dari berbagai sumber, seperti: internet, laporan

penelitian, dan perpustakaan. Studi lapangan bertujuan untuk mengidentifikasi

kearifan-kearifan lokal di sekitar lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa,

keterlibatan siswa dalam kearifan lokal, dan peran sekolah dalam melestarikan

kearifan lokal. Studi lapangan dilakukan dengan cara kunjungan ke sekolah yang

ditentukan berdasarkan tujuan (purposive), yaitu sekolah yang berlokasi di sekitar

kearifan lokal, menerapkan kearifan lokal yang dikenal luas oleh masyarakat dan

relevan dengan materi pokok bahasan pada semester berjalan. Analisis dokumen

dimaksudkan untuk analisis kurikulum dan materi pembelajaran IPA dalam buku-buku

acuan guru yang digunakan guru IPA dalam pembelajaran di sekolah-sekolah yang

dikunjungi dalam studi lapangan.

Page 37: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

37

Tidak Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 3.1. Desain Penelitian Pengembangan (DBRC, 2003; Wang & Hannafi, 2005;

Adaptasi model Ituma, 2015)

MulaiAnalisis Kebutuhan

1. Studi pustaka2. Studi lapangan3. Analisis dokumen

DDraf I

VValid?

Validasi ke-i,I ≥ 1

DDraf II

Revisi

DDraf Ii

Ujicoba ke-i,I ≥ 1

VPraktis?Efektif?

DDraf IIi

Revisi

Merancangbahan ajar

Bahan ajar final Selesai

Keterangan :: Awal /akhir : Pilihan

: Kegiatan : Urutan

: Hasil : SIklus

Page 38: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

38

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dilakukan perancangan prototipe bahan ajar

(Draft 1) yang meliputi: buku ajar siswa (BAS), silabus, lembar kegiatan siswa (LKS),

dan instrumen-instrumen. Draft 1 selanjutnya divalidasi oleh 3 orang pakar. Jika hasil

validasi menunjukkan bahwa bahan ajar tidak valid maka bahan ajar akan direvisi

menghasilkan Draf Ii dan akan divalidasi kembali sampai semua aspek dalam kriteria

validitas dinyatakan valid dan menjadi Draf II. Bahan ajar divalidasi oleh 3 pakar

pendidikan IPA (biologi, fisika, dan kimia) dan direvisi berdasarkan saran-saran

validator menghasilkan Draft 2. Selanjutnya Draft II diujicoba terbatas pada satu kelas

siswa untuk mengetahui kepraktisan (keterlaksanaan dan respon siswa) dan

keefektivannya untuk meningkatan literasi sains siswa. Jika hasil ujicoba menunjukkan

bahwa bahan ajar belum praktis dan efektif, maka bahan ajar akan direvisi sesuai

dengan hasil ujicoba menjadi Draf IIi yang selanjutnya diujicoba kembali sampai

dinyatakan praktis dan efektif atau Bahan Ajar final. Dasar evaluasi kelayakan bahan

ajar dalam ujicoba menggunakan kriteria minimal N-gain kategori sedang atau cukup

layak (N-gain ≥ 3).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah bahan ajar pembelajaran IPA SMP, yaitu: buku ajar

siswa, silabus, RPP, dan LKS. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut terdiri dari 3

materi pokok bahasan, yaitu: materi Pesawat Sederhana dan Zat aditif (untuk siswa

kelas VIII SMP), serta Bioteknologi (untuk siswa kelas IX SMP). Pada saat ujicoba 1,

subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sawo Ponorogo dan ujicoba 2,

subjek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Curahdami Bondowoso. Kedua

subjek ujicoba ditentukan secara purposive sampling karena dipilih langsung

berdasarkan tujuan penelitian, yaitu berlokasi di sekitar kearifan lokal dan sekolah

menerapkan pelestarian kearifan lokal tersebut sebagai muatan lokal kurikulum.

Pemilihan SMP Negri 4 Sawo dalam ujicoba 1 karena sekolah tersebut melestarikan

kearifan lokal Reog sebagai muatan lokal sehingga siswa pada umumnya dapat

menarikan Reog, sedangkan SMP Negeri Curahdami 1 dipilih sebagai lokasi ujicoba 2

Page 39: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

39

karena berlokasi di sekitar pusat pembuatan Tape Bondowoso dan lebih dari separuh

siswanya terlibat dalam pembuatan Tape. Berdasarkan pertimbangan tersebut, siswa

yang akan mempelajari Pesawat Sederhana melalui konteks Reog dan bioteknologi

melalui pembuatan Tape menjadi lebih mudah bagi siswa.

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang menjadi fokus kajian yang menjadi ukuran kelayakan

bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel, yaitu: 1)

validitas bahan ajar, 2) kepraktisan bahan ajar 3) keefektivan bahan ajar.

1. Validitas bahan ajar adalah kesimpulan hasil penilaian 3 pakar (validator) dalam

kategori: valid, cukup valid, kurang valid, dan tidak valid dengan ketentuan bahwa

bahan ajar dinyatakan valid dinyatakan valid jika skor rata-rata mencapai kategori

minimal cukup valid.

2. Kepraktisan bahan ajar adalah ukuran keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa,

dan respon guru yang menggunakan bahan ajar yang dikembangkan yang

dinyatakan dalam kategori: praktis, cukup praktis, kurang praktis, dan tidak

praktis dengan ketentuan bahwa bahan ajar dinyatakan praktis jika mencapai

kategori minimal cukup praktis (terlaksana dengan cukup baik dan minimal 60%

siswa dan guru merespon positif).

3. Keefektivan bahan ajar adalah tafsiran efektif tidaknya pembelajaran yang

menggunakan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan nilai N-gain yang

dinyatakan dalam kategori efektivitas: rendah, sedang, dan tinggi dengan

ketentuan bahwa bahan ajar dinyatakan efektif jika semua aspek efektivitas

mencapai kategori minimal N-gain kategori sedang.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari 4 jenis, yaitu:

pedoman studi lapangan, tes literasi sains, pedoman pengamatan keterlaksanaan

pembelajaran, dan respon siswa. Pedoman studi lapangan terdiri dari sejumlah

Page 40: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

40

pertanyaan-pertanyaan tentang keterlibatan siswa dalam berbagai kearifan local

daerahnya. Validitas pedoman studi lapangan ditentukan melalui validasi isi dengan

meminta pertimbangan 3 orang pakar pendidikan IPA.

Tes literasi sains disusun secara terbatas untuk topic-topik yang relevan dengan

kearifan local, yaitu: pesawat sederhana (6 butir soal), zat aditif (7 butir soal), dan

bioteknologi konvensional (6 butir soal). Semua soal tersebut berbentuk 4 jenis

pertanyaan, yaitu: a) S-R (structured-response), b) OC-R (open constructed-response),

c) M-C (multiple choice), dan d) CM-C (complex multiple-choice) dengan persentase

masing-masing ditentukan berdasarkan hasil need assessment. Bentuk-bentuk tes

tersebut diadaptasi dari tes PISA tahun 2013 (Bybee, 1997; Erman, 2012).

Pengembangan tes dilakukan melalui langkah-langkah: 1) telaah kurikulum yang

digunakan sekolah sasaran, 2) membuat kisi-kisi instrument, 3) menulis butir-butir

instrument dalam bentuk pertanyaan/pernyataan, validasi instrument dalam bentuk

expert judgment dengan meminta pendapat 3 orang pakar (pendidikan IPA dan literasi

sains). Validitas tes ditentukan melalui validasi isi dengan meminta pertimbangan 3

pakar, yaitu: pendidikan fisika, pakar pendidikan biologi, dan pakar pendidikan kimia.

Fokus utama dalam validasi adalah (1) kesesuaian butir-butir tes dengan indicator-

indikator literasi sains dalam konteks terbatas, (2) kesesuaian butir-butir tes dengan

karakteristik siswa, (3) kesesuaian butir-butir tes dengan materi pokok bahasan, (4)

kesesuaian butir-butir tes dengan kearifan lokal, dan aspek bahasa yang mudah

dipahami dan tidak multitafsir. Berdasarkan pertimbangan ketiga pakar tersebut, butir-

butir tes yang mendapat saran perbaikan diperbaiki sehingga semua item tes literasi

sains yang digunakan dalam konteks terbatas dinyatakan valid.

Pedoman pengamatan keterlaksanaan disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan

dalam RPP untuk memastikan keterlaksanaan RPP dalam pembelajaran. Berdasarkan

pertimbangan ketiga pakar diketahui bahwa pedoman tersebut dinyatakan valid dan

dapat digunakan. Terakhir, respon siswa lebih difokuskan untuk menggali respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran berbasis kearifan local yang terdiri dari dua

bentuk, yaitu bentuk pernyataan positif dengan respon Ya/Tidak sebanyak 10 item, dan

Page 41: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

41

bentuk refleksi siswa berupa pernyataan siswa terkait materi pembelajaran sebanyak 4

item. Informasi detail tentang instrument tersebut dapat dilihat di bagian Lampiran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui 5 cara, yaitu: 1) observasi, 2)

wawancara, 3) dokumentasi, 4) tes dan 5) angket.

1. Teknik observasi digunakan dalam studi lapangan untuk mengetahui kemampuan

guru dalam mensinergikan pembelajaran IPA terpadu dengan konteks social dan

inkuiri, yang meliputi keterlaksanaan dan respon siswa. Aspek keterlaksanaan

pembelajaran difokuskan terhadap aspek-aspek utama dalam model pembelajaran

IPA berbasis kearifan lokal, sedangkan respon siswa merupakan bentuk respon

siswa terhadap implementasi model dan respon guru terhadap model dan buku ajar

model pembelajaran IPA yang dikembangkan. Dalam observasi ini digunakan

instrument pedoman observasi.

2. Teknik wawancara digunakan untuk mendukung hasil observasi untuk mengetahui

kemampuan guru dalam meningkatkan literasi sains siswa melalui pembelajaran,

faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam mengimplementasikan model

pembelajaran IPA terpadu berbasis kearifan lokal.

3. Observasi dan tes digunakan untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar dan

kefektivan bahan ajar untuk meningkatkan literasi sains secara terbatas karena

hanya dalam lingkup materi yang dicobakan. yang terdiri dari 4 jenis pertanyaan,

yaitu: a) S-R (structured-response), b) OC-R (open constructed-response), c) M-C

(multiple choice), dan d) CM-C (complex multiple-choice) dengan persentase

masing-masing ditentukan berdasarkan hasil need asessment.

4. Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa sebelum dan setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan model sinergi yang

dikembangkan.

5. Teknik dokumentasi digunakan untuk menelaah kemampuan guru dalam

mensinergikan pembelajaran IPA terpadu, konteks social, dan inkuiri dan factor-

Page 42: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

42

faktor yang mempengaruhinya, melalui dokumen RPP dan LKS, serta buku acuan

yang digunakan.

E. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis dalam 3 tahap, yaitu: 1)

analisis data hasil analisis kebutuhan, 2) Analisis data hasil expert judgment, dan 3)

Analisis data hasil 2 kali ujicoba terbatas. Analisis kebutuhan berdasarkan hasil studi

pustaka, studi lapangan, dan analisis dokumen. Analisis data validitas bahan ajar

dilakukan berdasarkan pertimbangan 3 pakar. Analisis hasil ujicoba terbatas terdiri

dari data kepraktisan dan keefektivan bahan ajar dalam meningkatkan literasi sains

siswa.

Tahap 1, Analisis data hasil analisis kebutuhan (need assessment), yaitu: data

hasil studi pustaka, data hasil studi lapangan, dan data hasil analisis dokumen

kurikulum dan bahan pembelajaran IPA secara deskriptif. Analisis data studi pustaka

dilakukan dengan menggunakan analisis isi (content analysis) untuk mengkaji

literatur-literatur yang menjadi landasan teoretis dalam menentukan karakteristik

bahan ajar yang akan dikembangkan. Analisis data hasil studi lapangan secara

deskriptif yang digunakan untuk menentukan karakteristik siswa ditinjau dari kearifan

lokal dan kemampuan siswa. Analisis dokumen dilakukan dengan menggunakan

analisis isi pada dokumen kurikulum dan bahan-bahan pembelajaran IPA di sekolah.

Tahap 2, analisis validitas teoretis bahan ajar hasil expert judgment secara

deskriptif, yaitu mendeskripsikan validitas bahan ajar pembelajaran IPA dengan

menggunakan 4 kategori, yaitu: valid, cukup valid, kurang valid, tidak valid

menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ratumanan & Laurens (2011), seperti

pada Tabel 3.1.

Page 43: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

43

Tabel 3.1. Kategori Skor Validitas Bahan Ajar

Interval skor Kategori Keterangan

3,60 ≤ X ≤ 4,00 Valid Dapat digunakan tanpa revisi

2,60 ≤ X ≤ 3,59 Cukup Valid Dapat digunakan dengan sedikit revisi

1,60 ≤ X ≤ 2,59 Kurang Valid Dapat digunakan dengan banyak revisi

1,00 ≤ X ≤ 1,59 Tidak Valid Belum dapat digunakan

Bahan ajar dikatakan valid jika rata-rata skor validator untuk setiap aspek validasi

bahan ajar mencapai kategori cukup valid atau valid.

Tahap 3, Analisis data kepraktisan bahan ajar yang digunakan dalam

pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal secara deskriptif melalui pengamatan

keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa, dan respon guru yang

mengimplementasikan bahan ajar dalam pembelajaran IPA. Keterlaksanaan

pembelajaran IPA dideskripsikan dalam bentuk kategori:

Tabel 3.2. Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

Kategori keterlaksanaan Kriteria (%)

Terlaksana dengan sangat baik

Terlaksana dengan baik

Terlaksana dengan cukup baik

Kurang terlaksana

Tidak terlaksana

86 – 100

76 – 85

60 – 75

40 – 59

< 40

Bahan ajar dikatakan praktis jika setiap aspek dalam keterlaksanaan memenuhi

kategori minimal terlaksana dengan cukup baik.

Respon siswa dan respon guru dideskripsikan dalam bentuk persentase, dan

deksripsi informasi tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat selama

implementasi bahan pembelajaran berbasis kearifan lokal yang dikembangkan. Bahan

dikatakan praktis jika memenui ketiga indikator tersebut, seperti dicantumkan dalam

Tabel 3.3.

Page 44: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

44

Tabel 3.3. Kategori dan Kriteria Kepraktisan Bahan Ajar

Tingkat Kepraktisan Kriteria

Praktis

Cukup praktis

Kurang praktis

Tidak praktis

Minimal terlaksana dengan baik, semua siswa

dan guru merespon positif.

Terlaksana dengan cukup baik, ≥ 60% siswa dan

guru merespon positif

Kurang terlaksana, < 60% siswa dan guru

merespon positif

Kurang/tidak terlaksana, semua siswa dan guru

merespon negatif.

Bahan ajar dikatakan praktis jika memenuhi kategori minimal cukup praktis

(keterlaksanaan dengan kategori minimal cukup baik, 60% siswa dan guru merespon

positif).

Tahap 4, Analisis data kefektivan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran

IPA berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa dalam ujicoba

terbatas secara deskriptif dengan menggunakan analisis N-gain, yaitu dengan

membandingkan selisih skor postes-pretes dengan selisih skor total dengan pretes yang

hasilnya dikali 100 (Hake dalam Erman, 2012) untuk mengetahui peningkatan literasi

sains siswa. Kriteria yang digunakan dalam menentukan tafsiran keefektifan

pembelajaran ditentukan dengan menggunakan kriteria Cheng et al. (dalam Erman,

2012) pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Tafsiran keefektifan pembelajaran berdasarkan N-gain

Persentase Mean N-gain Tafsiran Efektivitas Pembelajaran

Kurang dari 30%

30% - 70%

Lebih dari 70%

Rendah

Sedang

Tinggi

Page 45: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

45

Bahan ajar dikatakan efektif jika persentase mean N-gain minimal mencapai kategori

sedang atau minimal N-gain 30%.

Tafsiran keefektifan yang rendah dalam model IDM memberikan petunjuk

bahwa bahan ajar yang dikembangkan perlu direvisi dan divalidasi kembali oleh pakar

untuk selanjutnya diujicoba dan dievaluasi. Jika tafsiran baru mencapai kategori

sedang, maka dalam IDM dapat dilanjutkan untuk finalisasi atau kembali diujicoba

tanpa perlu proses validasi terlebih dahulu untuk mendapatkan tafsiran efektivitas yang

tinggi. Dalam penelitian ini, ujicoba dilakukan sebanyak 2 kali meskipun sudah

mendapatkan tafsiran efektivitas dengan kategori sedang pada hasil ujicoba 1. Hal ini

dilakukan karena pada ujicoba 1 ditemukan hambatan-hambatan teknis, yaitu perlunya

siswa beradaptasi terhadap model IDEA berbasis kearifan lokal yang berdampak pada

pengelolaan waktu dalam setiap tahap IDEA.

Literasi sains siswa dikategorikan dalam 5 kategorii ditampilkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Klasifikasi literasi sains siswa dalam model IDEA

Kategori literasi sains Kemampuan IDEA Tes literasi sains (butir soal)

Pesawat sederhana BioteknologiScientific illiteracy No IDEA -- --Nominal literacy Identify 1 1Functional literacy Identify, Define 3 4Conceptual literacy Identify, define,

explain,5,6 1, 3, 5

Multidimensionalliteracy

IDEA 1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,5,6

Page 46: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Data studi pendahuluan, (2)

Data validasi bahan ajar, dan (3) Data hasil ujicoba terbatas bahan ajar. Data studi

pendahuluan meliputi data hasil studi lapangan dan data hasil studi pustaka. Data hasil

validasi bahan ajar meliputi hasil validasi RPP, LKS, dan bahan bacaan. Data hasil

ujicoba bahan ajar pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal, yang terdiri dari data

hasil ujicoba pada pokok bahasan pesawat sederhana, zat aditif, dan bioteknologi

konvensional.

1. Hasil Analisis Kebutuhan (Need Assessment)

a. Studi Pustaka

Studi tentang kearifan lokal dalam pembelajaran IPA masih jarang dilakukan di

Indonesia. Berdasarkan penelusuran literatur di berbagai jurnal internasional, studi

kearifan lokal pernah dilakukan oleh sejumlah dosen Universitas Negeri Semarang,

namun pada umumnya hanya difokuskan pada upaya untuk melestarikan budaya lokal

yang dikenal dengan istilah etnosains. Semua studi tersebut berlokasi di Wilayah Jawa

Tengah. Penelitian-penelitian tentang kearifan lokal di dunia umumnya tidak

ditemukan dalam penelusuran literatur, tetapi lebih banyak dilakukan dalam lingkup

pembelajaran kontekstual tanpa istilah kearifan lokal. Publikasi lainnya umumnya

terkait dengan keberhasilan pembelajaran IPA berbasis konteks dan kelemahan

sekaligus tantangan dalam menerapkan pembelajaran berbasis konteks. Secara ringkas,

hasil studi pustaka dalam bentuk ide pokok ditampilkan pada Tabel 4.1.

Page 47: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

47

Tabel 4.1. Ringkasan beberapa hasil studi pustaka

Penulis Ide Pokok Keberhasilan Tantangan

Poter &Overton, 2006

Belajar kimia dalam konteksolahraga

Motivasi,problemsolving, hasilbelajar

Wilson,Flowers &Farin, 2012

Perbandingan belajar IPA berbasissaintifik dan berbasis konteksterhadap hasil belajar siswa SMP

Berbasiskonteks lebihunggul

Osborne, 2006 Pendidikan IPA untuk semua Promosiliterasi sainsmelalui belajarkonteks

Maton, 2014 Pendidikan dalam sebuahkehidupan sosial

Transformasilintas konteks

Linn & Elyon,2006

Transformasi belajar Transformasibutuhrelevansiinformasifaktual

Gordon, 2009 Konstruktivisme: refleksipelajaran dari praktek kehidupansehari-hari

Istilah/Bahasadalamkonteks

Perkins &Salomon, 2012

Pembelajaran konteks Identifikasi,menjelaskan,danmenerapkan

Selain yang tertulis pada Tabel 4.1. masih banyak sekali pembelajaran berbasis

konteks. Hasil analisis keberhasilan dan tantangan dari literatur-literatur yang berhasil

dieksplorasi, ditemukan bahwa dalam pembelajaran IPA berbasis konteks diperlukan

sejumlah kegiatan yang diperlukan agar terjadi transformasi dan integrasi. Pertama,

identifikasi aspek-aspek yang terkait dengan pokok bahasan (konsep/istilah, prinsip,

teori) dalam konteks yang digunakan agar siswa menemuan informasi faktual yang

relevan dengan materi yang dipelajari. Kedua, diperlukan kemampuan

mengartikulasikan atau mendefinisikan aspek-aspek materi pokok bahasan yang

diidentifikasi dalam konteks kearifan lokal agar bisa memahami keterkaitan diantara

Page 48: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

48

aspek-aspek tersebut secara konseptual dan belajar bermakna. Ketiga, dalam belajar

bermakna dan deep learning siswa harus dapat menjelaskan aspek-aspek materi yang

terdapat dalam konteks kearifan lokal dalam lingkup konteks yang digunakan. Agar

terjadi deep learning dan meaningfull learning, siswa perlu menerapkan apa yang

sudah dipahami secara konseptual untuk menjeaskan konteks yang terkait dengan

aspek-aspek materi yang terlibat dalam konteks. Oleh karena itu, maka model IDEA

(identify, define, explain, dan apply) dipandang sangat tepat digunakan sebagai model

bahan ajar sekaligus sebagai penciri bahan ajar berbasis kearifan lokal ditinjau dari

literatur.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kearifan lokal di sekitar lingkungan

belajar siswa. Studi lapangan dilakukan di 3 daerah, yaitu: Kabupaten Ponorogo,

Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Bondowoso. Fokus utama dalam studi lapangan

adalah keterlibatan siswa dalam kearifan local yang teridentifikasi, yaitu: Reog

Ponorogo, Tahu Kuning Kediri, dan Tape Bondowoso. Dipilihnya ketiga jenis kearifan

lokal Jawa Timur tersebut karena dianggap paling terkenal bahkan sampai keluar Jawa

Timur sehingga diharapkan sekolah menjadikannya sebagai bagian dari muatan lokal.

Hasil studi lapangan ditampilkan dalam Tabel 4.2.

Siswa pada ketiga daerah tersebut pada umumnya mengetahui tentang kearifan

lokal di daerahnya masing-masing. Dari ketiga daerah tersebut, Reog Ponorogo

merupakan kearifan local yang dipelajari di sekolah sehingga semua siswa secara aktif

dapat menari Reog Ponorogo. Guru/pelatih Reog juga tersedia di sekolah. Di daerah

Bondowoso, sebagian besar siswa terlibat dalam pembuatan tape singkong dalam

kapasitasnya membantu orang tua sebagai produsen tape singkong Bondowoso

(industry rumah tangga) dan semua siswa mengetahui dan suka mengkonsumsi tape

Bondowoso. Daerah Kediri, sebagian kecil siswa mengetahui cara membuat Tahu

Kuning tetapi belum pernah membuat. Mereka suka mengkonsumsi Tahu Kuning,

tetapi tidak dipelajari sebagai kearifan lokal di sekolahnya. Dengan kondisi tersebut

Page 49: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

49

dapat dikatakan bahwa kearifan lokal dari ketiga daerah tersebut dapat dijadikan

sebagai konteks pembelajaran IPA pada topik-topik yang relevan.

Tabel 4.2. Hasil Studi Lapangan di Sekolah Tempat Ujicoba

Keterlibatan Siswa dalam

kearifan local

Kearifan Lokal Lingkungan Sekolah

KeteranganReog

Ponorogo

Tape

Bondowos

o

Tahu

Kediri

Siswa tinggal di sekitar sentra

kearifan local

Semua separuh Tidak 1 desa/ kecamatan

Lokasi sekolah di sekitar sentra

kearifan local

Ya Ya Tidak 1 desa/ kecamatan

Siswa terlibat aktif membuat

(tahu dan tape) atau menari

(reog)

Semua Separuh

50%

Sebagian Membantu orang tua

membuat tape

Kearifan local

sekolah Reog

Siswa mengkonsumsi (tahu

dan tape) atau menonton (reog)

Semua Semua Semua Pengguna atau

penonton

Siswa pernah melihat atau

mengenal kearifan local

daerahnya

Semua Semua Semua Tahu kearifan local

Siswa tahu cara membuat

(Tape dan Tahu) dan menari

(reog)

Semua Sebagian

besar

Sebagian

kecil

Hanya yang membuat

dan menari

Sekolah secara aktif

melestarikan/masuk kurikulum

kearifan lokal

Ya Tidak Tidak Reog sedangkan tape

dan tahu tidak

c. Analisis Dokumen

Analisis dokumen difokuskan pada kurikulum yang digunakan di sekolah dan

bahan ajar pembelajaran IPA. Sekolah pada umumnya masih menggunakan kurikulum

2013, meskipun demikian, pembelajaran masih didominasi guru sebagai narasumber.

Pembelajaran yang digunakan masih tekstual berbasis pada buku ajar guru dan siswa

meskipun tidak kontekstual. Berdasarkan analisis kurikulum, kearifan lokal Reog

Page 50: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

50

Ponorogo banyak ragam gerak yang melibatkan prinsip-prinsip pesawat sederhana

(khususnya tuas) dan sebagian bidang miring sehingga dalam bahan ajar contoh

digunakan pokok bahasan pesawat sederhana. Untuk kearifan lokal Tape Bondowoso,

mengandung aspek-aspek bioteknologi sehingga sangat tepat digunakan sebagai

konteks pembelajaran pokok bahasan kearifan lokal. Meskipun demikian model yang

digunakan sama, yaitu IDEA.

2. Hasil Validasi Bahan Ajar

Validasi bahan ajar menggunakan 3 validator dengan skala penilaian 1 - 4.

Validasi bahan ajar terdiri dari validasi silabus, validasi RPP, validasi bahan bacaan

siswa, dan validasi LKS.

a. Validasi Silabus

Validasi silabus ditentukan melalui 5 aspek, yaitu: (1) kelengkapan identitas

silabus, (2) Kegiatan pembelajaran, (3) Alokasi waktu, (4) Alat dan bahan, dan (5)

Penilaian. Semua penilaian validasi menggunakan skala 1 - 4. Hasil validasi silabus

ditampilkan pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil validasi ketiga validator (V1, V2, dan

V3), silabus yang dikembangkan pada umumnya dalam kategori valid sehingga dapat

digunakan dalam menyusun rencana pembelajaran dan ujicoba meskipun dengan

sedikit revisi untuk penyempurnaan silabus. Hasil validasi silabus ditampilkan pada

Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3, rata-rata skor pada setiap aspek penilaian validasi

oleh ketiga validator mencapai kategori minimal cukup valid, sehingga silabus yang

dihasilkan dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam pembelajaran IPA berbasis

kearifan lokal.

Page 51: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

51

Tabel 4.3. Hasil Validasi Silabus oleh 3 Validator (V1, V2, dan V3)

Aspek yang Dinilai Skor Validator RerataSkor

KategoriV 1 V 2 V3

Identitas

Memuat satuan pendidikan, mata

pelajaran, kelas, semester, dan alokasi

waktu

4 4 4 4 Valid

Kegiatan Pembelajaran

1. Kesesuaian kegiatan pembelajaran

dengan materi

2. Kesesuaian indikator dengan KD

3. Kesesuaian indikator dengan kegiatan

pembelajaran

4. Kesesuaian kegiatan pembelajaran

dengan model IDEA

4

4

4

4

4

3

4

4

3

4

3

3

3,67

3,67

3,67

3,67

Valid

Valid

Valid

Valid

Waktu

Kesesuian alokasi waktu pada setiap

kegiatan pembelajaran

3 3 4 3,33 Cukup

Valid

Alat dan Bahan

Kesesuaian alat dan bahan yang

digunakan untuk mencapai KD

4 4 3 3,67 Valid

Penilaian

1. Kesesuaian indicator dengan jenis

penilaian

2. Kesesuaian jenis penilaian dengan

komponen penilaian

4

4

4

4

3

4

3,67

4

Valid

Valid

Page 52: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

52

b. Validasi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Tabel 4.4. Hasil validasi RPP

Aspek yang Dinilai Skor Validator Rerata

Skor

Kategori

V 1 V 2 V3

Format

1. Pembagian materi sesuai alokasi

waktu

2. Sistem penomoran

4

4

4

4

4

4

4

4

Valid

Valid

Isi

1. Identitas

2. Kompetensi inti

3. Kompetensi dasar

4. Indikator

5. Tujuan pembelajaran

6. Keseuaian indicator dengan KD

7. Kesesuaian indicator dengan tujuan

8. Kebenaran materi/isi

9. Kegiatan guru dan siswa

10. Kesesuaian dengan model IDEA

11. Sistematika materi pertemuan

12. Kesesuaian alokasi waktu

13. Kesesuaian model IDEA untuk

melatihkan literasi sains

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

4

3

3

4

4

4

4

3

4

4

4

4

3

4

3

3

4

4

3

4

4

4

4

4

4

3,67

4

3,33

3,33

4

4

3,67

4

3,33

4

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Cukup valid

Cukup valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Cukup valid

Valid

Bahasa

1. Kebenaran tata bahasa

2. Kebenaran struktur kalimat

3. Bahasa yang komukatif

4

4

4

3

3

4

4

4

3

3,67

3,67

3,67

Valid

Valid

Valid

Seperti halnya silabus, hasil validasi RPP berdasarkan penilaian ketiga validator

diperoleh rata-rata skor 3,80 (kategori valid). Dari ketiga aspek penilaian, format

mendapat skor paling tinggi dengan rerata skor 4 (valid), isi mendapat rerata skor 3,79

(valid) dan komponen bahasa mendapat rerata skor 3,67 (valid). Beberapa saran

validator, belum ada rincian alokasi waktu, menggunakan kata siswa bukan subjek,

Page 53: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

53

penomoran dan kesalahan pengetikan huruf dan ukurannya. Dengan demikian

berdasarkan pertimbangan ketiga validator RPP tersebut dapat digunakan dalam

pembelajaran. Oleh setiap aspek dalam validasi mendapatkan rata-rata skor minimal

pada kategori cukup valid, maka RPP yang dihasilkan dinyatakan valid.

c. Validasi Buku Ajar Siswa

Tabel 4.5. Hasil validasi buku ajar siswa

Aspek yang Dinilai Skor Validator Rerata

Skor

Kategori

V 1 V 2 V3

Komponen Isi

1. Kelengkapan materi

2. Akurasi materi

3. Kemutakhiran materi

4. Membangkitkan rasa ingin tahu

5. Mengembangkan wawasan

kontekstual

3,5

4

4

4

4

4

4

3,3

4

4

3

3

3

4

4

3,5

3,67

3,43

4

4

Valid

Valid

Cukup valid

Valid

Valid

Komponen Bahasa

1. Sesuai perkembangan peserta

didik

2. Komunikatif

3. Dialogis dan interaktif

4. Lugas

5. Komprehensif dan runtut alur pikir

6. Sesuai kaidah Bahasa Indonesia

7. Konsistensi menggunakan

istilah/symbol

4

4

4

4

4

4

4

3,4

3

4

3

4

3

4

4

4

4

3

4

4

3

3,8

3,67

4

3,33

4

3,67

3,67

Valid

Valid

Valid

Cukup valid

Valid

Valid

Valid

Komponen Penyajian

1. Teknik penyajian

2. Pendukung penyajian materi

3. Penyajian pembelajaran

4

4

4

3,3

3,5

3,8

3

4

4

3,43

3,83

3,93

Cukup Valid

Valid

Valid

Hasil validasi buku ajar siswa pada setiap aspek mencapai kategori minimal cukup

valid sehingga buku ajar siswa yang dihasilkan dapat dinyatakan valid.

Page 54: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

54

d. Validasi LKS

Tabel 4.6. Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS)

Aspek yang Dinilai Skor Validator Rerata

Skor

Kategori

V 1 V 2 V3

Format1. Kejelasan pembagian materi2. Memiliki daya tarik3. Sistem penomoran jelas4. Pengaturan ruang/tata letak5. Jenis dan ukuran huruf sesuai6. Kesesuaian ukuran fisik LKS

dengan siswa

444444

444444

434343

43,6743,6743,67

ValidValidValidValidValidValid

Bahasa1. Kebenaran tata bahasa2. Kesesuaian kalimat dengan taraf

berpikir dan kemampuan membacaserta usia siswa

3. Mendorong minat kerja4. Kesederhanaan struktur kalimat5. Kalimat tidak mengandung arti

ganda6. Kejelasan petunjuk dan arah7. Sifat komunikatif bahasa yang

digunakan

44

44444

34

43433

44

44444

3,674

43,6743,673,67

ValidValid

ValidValidValidValidValid

Isi1. Kebenaran isi/materi2. Merupakan materi yang esensial3. Dikelompokkan secara logis4. Kesesuaian materi dengan model

IDEA5. Kesesuaian tugas dengan urutan

materi6. Mampu mendorong siswa untuk

menemukan konsep7. Kelayakan sebagai perangkat

pembelajaran8. Dapat melatihkan literasi sains

444444

44

444434

34

443344

44

443,673,673,674

3,674

ValidValidValidValidValidValid

ValidValid

Hasil validasi LKS pada umumnya mendapat rata-rata skor pada setiap aspek validasi

mencapai kategori valid, sehingga LKS yang dihasilkan dinyatakan valid dan dapat

Page 55: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

55

digunakan dalam pembelajaran. Saran-saran dari validator antara lain, jumlah kegiatan

yang sebaiknya tidak terlalu banyak dan penyediaan prosedur percobaan karena siswa

dianggap tidak bisa, kesalahan ketik, seperti kurang huruf. Sebagian saran dijadikan

bahan perbaikan sedangkan lainnya diakomodasi tetapi tetap melatih siswa untuk

merancang percobaan sendiri secara terbimbing.

3. Hasil Ujicoba Terbatas Bahan Ajar

Hasil ujicoba terbatas pada masing-masing pokok bahasan terdiri dari 3 bagian,

yaitu: keterlaksanaan pembelajaran, hasil uji-t literasi sains siswa, dan kepraktisan

bahan ajar. Jumlah siswa yang terlibat pada masing-masing materi pembelajaran

berbeda-beda tergantung sekolah tempat ujicoba.

a. Ujicoba 1

Ujicoba 1 dilakukan secara terbatas dengan menggunakan bahan ajar materi

pesawat sederhana dalam konteks kearifan local tarian Reog Ponorogo yang

melibatkan 16 siswa SMPN 4 Sawo Ponorogo. Semua siswa yang terlibat dapat

mendemokan Tarian Reog Ponorogo dan sering latihan di sekolah sebagai muatan

lokal. Hasil ujicoba terbatas pada materi pesawat sederhana terdiri dari 2 bagian, yaitu:

kepraktisan (keterlaksanaan pembelajaran pesawat sederhana dan respon siswa dan

guru) dan kefektivan bahan ajar untuk meningkatkan literasi sains siswa yang

ditampilkan pada Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9.

1) Kepraktisan Bahan Ajar

a) Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis

kearifan local Reog Ponorogo pada materi pesawat sederhana dilakukan dengan

mengamati pembelajaran oleh 3 orang pengamat (2 pengamat dari perguruan tinggi

dan 1 pengamat guru sekolah) yang ditampilkan pada Tabel 4.7.

Page 56: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

56

Tabel 4.7. Keterlaksanaan pembelajaran materi pesawat sederhana dengan kearifan

local Reog

Aktivitas Pembelajaran Penilaian Pengamat Persentase Keterlaksanaan

P1 P2 P3 % Total Kategori

Pendahuluan1. Motivasi dan apersepsi2. Penyampaian tujuan3. Seting kelas

443

344

444

91,6710091,67

94,45 Sangatbaik

Kegiatan Inti1. Identify2. Define3. Explain4. Apply

4444

4344

4434

10091,6791,67100

95,84 Sangatbaik

Penutup1. Menyimpulkan/

merangkum2. Pengembangan lanjutan3. Evaluasi4. Refleksi

4

444

4

444

4

444

100

100100100

100 Sangatbaik

Berdasarkan Tabel 4.7. semua bagian RPP terlaksana dengan kategori sangat baik

karena persentase masing-masing komponen terlaksana dengan sangat baik karena

masing-masing komponen RPP mendapat skor > 90%.

Berdasarkan Tabel 4.8, semua siswa merespon positif pembelajaran pesawat

sederhana yang dilakukan melalui konteks Reog Ponorogo, meskipun mereka masih

memerlukan adaptasi dengan aktivitas belajar model IDEA. Hal ini menunjukkan

bahwa bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal

mendapat respon positif dari siswa sehingga dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang

dihasilkan mendapat respon positif dari siswa.

Page 57: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

57

b) Respon Siswa

Tabel 4.8. Respon siswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal

Aspek Pernyataan

% Respon

Ya Tidak

1. Siswa terlibat membuat kearifan local Reog2. Siswa senang menari Reog3. Siswa tahu cara menari tarian Reog4. Siswa senang belajar IPA melalui Reog5. Siswa mudah memahami materi IPA melalui Reog6. Belajar IPA melalui Reog baru pertama kali7. Belajar IPA melalui Reog sangat menarik8. Berharap belajar melalui Reog diterapkan pada materi lain9. Guru memfasilitasi belajar siswa sehingga mudah bagi siswa10. Kegiatan belajar IPA melalui Reog mudah diikuti

100100100100100100100100100100

0000000000

c) Respon Guru

Respon guru ditinjau dari 4 aspek, yaitu: kemudahan guru mengimplementasikan

bahan ajar dalam pembelajaran, kemudahan siswa mengikuti pembelajaran berbasis

kearifan lokal Reog Ponorogo, hambatan-hambatan dalam pembelajaran, dan faktor

pendukung keberhasilan implementasi bahan ajar.

Tabel 4.9. Respon Guru Setelah Mengimplementasi Bahan Ajar dalam Pembelajaran

Aspek Pembelajaran Respon Guru

Kemudahan gurumengimplementasikan bahanajar

Mudah mengimplementasikan bahan ajar sesuaidengan RPP yang telah disusun, karena siswamenguasai cara menari Reog Ponorogo

Kemudahan siswa mengikutipembelajaran berbasis kearifanlokal

Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik,sangat antusias, dan aktif menari Reog

Hambatan selama pembelajaran Hambatan utama adalah siswa memerlukanadaptasi karena selama ini belum pernahmempelajari materi pesawat sederhana melaluitarian Reog.

Pendukung implementasi bahanajar

Semua siswa dapat menari Reog, Pelatih Reogikut membantu siswa menari. Bahan ajar mudahmengukuti kegiatan IDEA tetapi masih denganbimbingan guru.

Page 58: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

58

Berdasarkan kriteria kepraktisan Tabel 3.3 dapat dikatakan bahwa bahan ajar

yang dihasilkan dalam penelitian ini dinyatakan praktis karena memenuhi kriteria

kepraktisan, yaitu: terlaksana minimal dengan kategori cukup baik dan mendapat

respon positif siswa dan guru minimal 60%.

2) Keefektivan Bahan Ajar Meningkatkan Literasi Sains Siswa

Tes diberikan kepada siswa pada materi pesawat sederhana sebelum

pembelajaran dan tes diberikan lagi setelah pembelajaran selesai. Literasi sains siswa

dalam ujicoba terbatas ditentukan dengan menggunakan uji-t sampel berpasangan pada

taraf signifikan 5%.

Tabel 4.10. Nilai Rata-rata Literasi Sains Siswa pada Materi Pesawat Sederhana

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest 2.6250 16 1.40831 .35208

posttest 6.6875 16 2.18232 .54558

Berdasarkan Tabel 4.9 tampak bahwa nilai rata-rata siswa dalam tes literasi sains

meningkat sesudah mengikuti pembelajaran berbasis kearifan lokal Reog dari 2,62

menjadi 6,69. Peningkatan literasi sains siswa setelah mengikuti pembelajaran pesawat

sederhana berbasis kearifan lokal Reog Ponorogo dapat dideskripsikan melalui konsep

N-gain yang ditampilkan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Persentase Siswa Berdasarkan Kategori N-gain pada Ujicoba Materi

Pesawat Sederhana

Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)

Rendah 4 25,00

Sedang 7 43,75

Tinggi 5 31,25

Jumlah 16 100,00

Page 59: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

59

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai N-gain literasi sains siswa pada materi pesawat

sederhana mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut ada yang sudah tinggi,

sedang, dan ada yang masih rendah. Nilai rata-rata N-gain sebesar 55% atau dalam

kategori sedang. Oleh karena itu, bahan ajar yang dihasilkan dapat dinyatakan efektif

untuk meningkatkan literasi sains siswa melalui pembelajaran IPA berbasis kearifan

lokal. Peningkatan literasi sains siswa ditampilkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Level Literasi Sains Siswa Setelah Ujicoba 1

Gambar 4.1 menunjukkan terjadinya peningkatan level literasi sains siswa. Pada

pretes, mayoritas siswa menempati level nominal sedangkan setelah pembelajaran

mayoritas menempati level functional dan sebagian level conceptual. Baik sebelum

maupun sesudah pembelajaran tak satupun siswa yang mencapai level tertinggi

multidimensional.

Setelah dilakukan ujicoba terbatas 1 diperoleh kesimpulan bahan bahan ajar yang

dihasilkan memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif sehingga dapat dikatakan layak

untuk digunakan sebagai pedoman guru dalam pembelajaran IPA berbasis kearifan

lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa. Meskipun demikian, dalam ujicoba

0

10

20

30

40

50

60

70

Pretes

Postes

Page 60: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

60

terbatas pertama masih diperoleh siswa yang mengalami peningkatan skor literasi pada

kategori dengan rendah sebesar 25% yang berarti bahwa 4 dari 16 siswa masih belum

efektif. Oleh karena itu setelah dilakukan perbaikan-perbaikan dengan merevisi

kegiatan-kegiatan pada IDEA, dilakukan ujicoba 2 pada materi bioteknologi.

b. Ujicoba 2 pada Materi Bioteknologi Konvensional

1) Kepraktisan Bahan Ajar

a) Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis

kearifan local Tape Bondowoso pada materi bioteknologi dilakukan melalui

pengamatan langsung aktivitas pembelajaran yang melibatkan 3 orang pengamat (2

pengamat dari perguruan tinggi dan 1 pengamat guru IPA sekolah) yang ditampilkan

pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Keterlaksanaan pembelajaran materi bioteknologi

Aktivitas Pembelajaran

Penilaian Pengamat Persentase

Keterlaksanaan

P1 P2 P3 % % Total

Pendahuluan1. Motivasi dan apersepsi2. Penyampaian tujuan3. Setting kelas

443

443

334

91,6791,6783,33

88,89

Kegiatan Inti1. Identify2. Define3. Explain4. Apply

4443

3,43,03,03,0

4,003,753,673,5

95,0089,5888,9279,17

88,17

Penutup1. Menyimpulkan/merangkum2. Pengembangan lanjutan3. Evaluasi4. Refleksi

4444

3333

3444

83,3391,6791,6791,67

89,58

Berdasarkan Tabel 4.12, semua kegiatan pada ketiga komponen utama RPP yang

sudah dirancang terlaksana dengan sangat baik karena persentase rata-rata di atas 86%.

Page 61: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

61

Namun setting kelas pada kegiatan pendahuluan, Apply pada kegiatan inti, dan

menyimpulkan pada kegiatan penutup masih terlaksana dengan kategori baik karena di

bawah 86%.

b) Respon Siswa

Respon siswa terhadap pembelajaran materi bioteknologi konvensional berbasis

kearifan lokal Tape Bondowoso dilakukan setelah selesai aktivitas pembelajaran.

Persentase respon siswa ditampilkan pada Tabel 4.13. Berdasarkan Tabel 4.13, pada

umumnya siswa merespon positif pembelajaran bioteknologi konvensional berbasis

kearifan lokal Tape Bondowoso. Meskipun Tape Bondowoso merupakan kearifan

lokal, hanya separuh siswa yang terlibat dalam pembuatan Tape.

Tabel 4.13. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Tape

Bondowoso

Aspek Pernyataan

% Respon

Ya Tidak

1. Siswa terlibat membuat kearifan lokal Tape

2. Siswa senang membuat/makan Tape

3. Siswa tahu cara membuat Tape

4. Siswa senang belajar IPA melalui Tape

5. Siswa mudah memahami materi IPA

6. Belajar IPA melalui Tape baru pertama kali

7. Belajar IPA melalui Tape sangat menarik

8. Berharap belajar melalui Tape diterapkan pada materi lain

9. Guru mendemokan/memfasilitasi belajar dengan mudah

10. Kegiatan belajar IPA melalui Tape mudah diikuti

50,00

92,86

92,86

71,42

75,00

64,28

96,42

92,86

96,42

89,28

50,00

7,14

7,14

28,58

25,00

35,72

3,58

7,14

3,58

18,72

Berdasarkan data Tabel 4.13. tampak bahwa siswa pada umumnya menganggap belajar

bioteknologi dengan konteks Tape Bondowoso sangat menarik, mudah diikuti, dan

Page 62: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

62

berharap bisa diterapkan pada materi lain yang relevan. Meskipun hanya separuh siswa

yang terlibat dalam pembuatan Tape, pada umumnya mereka mengetahui cara

membuat Tape. Namun hanya 75% siswa yang merasa senang mengikuti pembelajaran

bioteknologi melalui Tape.

c) Respon Guru

Guru yang menggunakan bahan ajar dalam ujicoba pembelajaran ditinjau dari 4

aspek, yaitu: kemudahan guru dalam menggunakan bahan ajar, kemudahan siswa

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, faktor-faktor yang mendukung implemntasi

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis kearifan lokal dalam

pembelajaran IPA. Respon guru ditampilkan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Respon Guru Setelah Mengimplementasi Bahan Ajar dalam Pembelajaran

Aspek Pembelajaran Respon Guru

Kemudahan gurumengimplementasikan bahanajar

Mudah mengimplementasikan bahan ajar sesuaidengan RPP yang telah disusun, tetapi saya lupadi bagian pendahuluan karena menjelaskan materibioteknologi dan seting kelas sejak awal

Kemudahan siswa mengikutipembelajaran berbasis kearifanlokal

Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik,sangat antusias, tetapi belum mengerti pengertianbioteknologi meskipun mengetahui cara membuatTape Bondowoso

Hambatan selama pembelajaran Hambatan utama adalah sulit mengadakan praktikpembuatan Tape Bondowoso karena memerlukanwaktu lama, sehingga sulit menampilkan tahapexplain secara penuh, namun hal ini bisa diatasidengan demo produk-produk Tape.Sekolah tidak menjadikan pembuatan Tapesebagai kearifan lokal, sehingga tidak semuasiswa dilatih membuat Tape

Pendukung implementasi bahanajar

Siswa mengenal baik Tape Bondowoso, bahkanseparuh siswa terlibat dalam pembuatan Tape dirumahnya.

Page 63: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

63

2) Keefektivan Bahan Ajar Meningkatkan Literasi Sains Siswa

Materi Bioteknologi konvensional mengambil tema “Tape Bondowoso”. Pada

materi ini siswa diberi pretes mengenai hal-hal yang terkait dengan Tape di daerah

Bondowoso. Hasil pretest dan posttest selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 4.15

dan 4.16.

Tabel 4.15. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Literasi Sains pada materiBioteknologi

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 3.0000 27 2.20140 .42366

Posttest 6.8889 27 2.13638 .41115

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata literasi sains siswa pada materi

bioteknologi konvensional mengalami peningkatan dari 3,00 ± 2,20 pada pretes

menjadi 6,89 ± 2,14 pada postes. Peningkatan literasi sains siswa yang signifikan

tersebut dapat dijelaskan nilai N-gain yang ditampilkan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.16. Persentase Siswa Berdasarkan Kategori nilai N-gain pada Materi

Bioteknologi

Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)

Rendah 3 11,11

Sedang 15 55,56

Tinggi 9 33,33

Jumlah 27 100,00

Berdasarkan Tabel 4.16. tampak bahwa siswa pada umumnya mengalami peningkatan

nilai N-gain dengan kategori sedang. Sebagian siswa mengalami peningkatan literasi

sains dalam kategori rendah, tetapi persentasenya sudah lebih rendah daripada pada

ujicoba 1. Ditinjau dari efektivitasnya, rata-rata N-gain pada Lampiran sebesar 57%

Page 64: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

64

(kategori sedang) yang lebih tinggi daripada yang dicapai ujicoba 1. Peningkatan

literasi sains siswa pada ujicoba 2 ditampilkan pada Gambr 4.2.

Gambar 4.2. Level Literasi Sains Siswa Setelah Ujicoba 2

Berdasarkan Gambar 4.2. tampak bahwa sebelum pembelajaran dilakukan, literasi

sains siswa pada umumnya pada level illiteracy dan nominal, namun setelah

pembelajaran siswa dapat mencapai level conceptual hingga 90%.

B. Pembahasan

Bahan ajar (buku ajar siswa, silabus, RPP, dan LKS) yang dikembangkan

disusun dalam model IDEA yang menggambarkan 4 jenis aktivitas belajar siswa,

yaitu: mengidentifikasi aspek-aspek materi dalam kearifan lokal yang dijadikan

konteks, mendefinisikan aspek-aspek dalam konteks tersebut dengan menggunan buku

bacaan siswa, menjelaskan hubungan konseptual antara aspek-aspek materi, dan

menerapkan pengetahuannya untuk menjelaskan fenomena kearifan lokal di

daerahnya. Keempat jenis aktivitas siswa tersebut dipandang cukup untuk

0102030405060708090

100

Pretes

Postes

Page 65: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

65

mengaktifkan siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Menurut Kroasbergen &

Van Luit (2005), untuk mengaktifkan siswa mengkonstruk pengetahuannya, siswa

harus terlibat dalam proses belajar. Bahan ajar yang disusun dengan model IDEA ini

dapat dinyatakan cukup layak untuk digunakan guru dalam pembelajaran IPA pada

materi yang sesuai topiknya untuk meningkatkan literasi sains siswa. Kelayakan bahan

ajar tersebut ditinjau dari kriteria-kriteria bahan ajar, valid, praktis, dan efektif untuk

meningkatkan literasi sains siswa (Kalin, 2004). Selain itu, bahan ajar ini juga dapat

dijadikan model contoh bahan ajar untuk pembelajaran IPA berbasis konteks

menggunakan kearifan lokal.

Hasil validasi teoretis yang melibatkan penilaian tiga validator (pendidikan

fisika, pendidikan kimia, dan pendidikan biologi) menunjukkan bahwa silabus, RPP,

LKS, dan buku ajar siswa valid. Salah satu syarat penggunaan bahan ajar dalam

kegiatan pembelajaran adalah unsur validitasnya (Ituma & Twoli, 2015; DBRC, 2003).

Bahan ajar yang valid menunjukkan potensi keberhasilan bahan ajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan karena sudah disiapkan dengan baik (Ugurel &

Morali, 2006; Balim, Inel, & Evrekli, 2008), meskipun masih ada variabel lain yang

turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti: guru dan lingkungan belajar.

Berdasarkan nilai validitas bahan ajar, potensi keberhasilan mencapai tujuan

pembelajaran tinggi meskipun secara konkrit akan ditentukan lebih lanjut melalui hasil

ujicoba bahan ajar dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil ujicoba terbatas bahan ajar pembelajaran IPA berbasis

kearifan lokal pada materi pesawat sederhana dan bioteknologi diketahui bahwa

literasi sains siswa meningkat pada materi-materi yang dicobakan dengan nilai N-gain

pada umumnya dalam kategori sedang (Cheng et al. dalam Erman, 2012. Level literasi

sains siswa meningkat hingga mencapai level conceptual scientific literacy.

Peningkatan level tertinggi tercapai pada saat ujicoba 2, dimana yang mencapai level

conceptual literacy mencapai 90%. Baik pada ujicoba 1 maupun pada ujicoba 2, tak

ada satupun siswa yang mampu mencapai level multidimensional. Secara teoretis,

bahan ajar dengan model IDEA yang berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan

Page 66: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

66

literasi sains dengan kategori yang tinggi karena pembelajaran dalam konteks kearifan

lokal sangat memotivasi siswa untuk belajar (Poter & Overton, 2006, Parchman,

2009). Selain itu, siswa dalam model IDEA sudah terlibat sangat aktif dalam

mengkonstruk sendiri pengetahuannya (Kroasbergen & Van Luit, 2005). Model IDEA

terbukti dapat meningkatkan literasi sains siswa (Erman, 2012).

Peningkatan literasi sains siswa dalam kategori sedang meskipun bahan ajar

sudah valid, dapat ditinjau dari beberapa faktor. Pertama, siswa masih butuh adaptasi

dengan model belajar yang baru. Meskipun mereka sudah menguasai gerak gerik tarian

Reog dengan baik, namun belum terhubung ditransformasi ke dalam materi pesawat

sederhana (tuas). Selama ini materi pesawat sederhana dan bioteknologi pada

umumnya diterima siswa melalui penjelasan guru dalam bentuk ceramah yang tekstual

dan belum kontekstual. Waktu pembelajaran dengan 1 x pertemuan kurang cukup

untuk belajar transformasi, integrasi dan deep learning (Maton, 2014) dan meaningfull

learning (Novak & Canas, 2008; Stott & Hatting, 2014). Oleh karena itu dibutuhkan

waktu yang cukup untuk siswa beradaptasi dalam belajar transformasi dari konteks

kearifan lokal. Menurut Rosenshine (2012), guru yang paling berhasil dalam

pembelajaran adalah yang paling banyak menghabiskan waktunya membimbing siswa

dalam belajar, banyak bertanya, banyak waktu mengecek hasil yang dicapai siswa dan

banyak melakukan koreksi atau perbaikan. Pada ujicoba 1, sebanyak 6 dari 16 siswa

(37,5%) masih meminta contoh-contoh tipe-tipe tuas dari guru, padahal semua sudah

tersedia dalam bahan ajar yang dibagikan kepada semua siswa.

Kedua, model bahan ajar tersebut disusun dalam format IDEA menuntut siswa

yang aktif dalam pembelajaran, mulai dari mengidentifikasi aspek-aspek yang relevan

antara materi denga kearifan lokal yang sudah dikuasainya tetapi masih

ditransformasikan dalam materi yang dipelajari. Siswa harus dapat mengidentifikasi

informasi-informasi faktual yang relevan antara materi pembelajaran dengan kearifan

lokal yang sudah lama dikenalnya atau bahkan dikuasainya (Linn & Elyon, 2006) agar

transformasi dapat terjadi dari kearifan lokal ke dalam konteks materi pembelajaran.

Akibatnya, diperlukan waktu yang cukup untuk membimbing siswa secara bertahap

Page 67: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

67

selama pembelajaran. Kebiasaan belajar yang berbeda dengan kebisaan sebelumnya

ikut mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Meskipun demikian, pembelajaran pada

ujicoba 1 dan ujicoba 2 terlaksana dengan baik. Menurut Maton (2014), tantangan

utama pembelajaran berbasis konteks adalah transformasi lintas konteks agar deep

learning tercapai.

Ketiga, literasi sains memerlukan kemampuan siswa menguasai materi dan

mengaplikasikan materi (Osborne, 2003), khususnya untuk menjelaskan kearifan lokal

yang sudah dikuasai dengan baik oleh siswa. Agar terjadi proses transformasi dari

konteks kearifan lokal ke konteks materi pelajaran atau sebaliknya pada tahap apply

memerlukan rasa ingin tahu siswa yang tinggi. Melalui kearifan lokal yang sudah

dikenal atau dikuasai siswa diharapkan rasa ingin tahu siswa menjadi berkembang.

Selain rasa ingin tahu, ada pemahaman bahasa/terminologi dalam masing-masing

konteks. Boleh jadi siswa bisa menari, bisa membuat Tape dan Tahu tetapi tidak

mengetahui istilah-istilah dalam kearifan lokal tersebut, khususnya jika dimaknai

dalam konteks sains atau materi pelajaran. Itulah sebabnya dalam model IDEA setelah

tahap “Identify” diikuti dengan tahap “Define” (Erman & Liliasari, 2012). Semua

aspek materi pelajaran yang terkait dengan kearifan lokal harus bisa didefinisikan oleh

siswa agar mudah menjelaskan materi pelajaran. Oleh karena waktu yang terbatas

dalam ujicoba karena hanya sekali pertemuan sudah selesai, siswa masih dalam proses

adaptasi dalam belajar transformasi. Meskipun hanya sekali tetapi literasi sains siswa

yang terbatas pada materi pelajaran yang diujikan sudah meningkat meskipun masih

pada kategori sedang.

Keempat, guru yang terlibat sebagai model belum terbiasa melakukan

pembelajaran berbasis konteks dengan model IDEA. Penguasaan kedua konteks

pembelajaran sangat penting dalam praktik pembelajaran kontekstual karena

memerlukan pengetahuan lintas disiplin. Pembelajaran IPA yang sudah dirancang

secara terpadu dalam bahan ajar tidak otomoatis akan terpadu dalam pembelajaran

karena bersifat internal (Herrel, 2010). Umumnya guru yang menguasai materi lintas

bidang tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbasis konteks (1991).

Page 68: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

68

Dalam deep learning, siswa tidak cukup hanya dengan mengidentifikasi dan

mendefinisikan, tetapi harus dapat menjelaskan keterkaitan antara aspek-aspek sains

dalam kearifan lokal dan menerapkannya dalam berbagai konteks kehidupan. Dalam

tahap ini diharapkan akan terjadi integrasi aspek-aspek sains ke dalam struktur

kognitifnya dan tumbuh kemampuan berpikir kritis (Mayo, 2004, Mayer, 2009; Stott

& Hattingh, 2014). Hubungan-hubungan konseptual akan dipelajari siswa melalui

kearifan lokal yang sudah dikenal bahkan dikuasainya sehingga akan lebih mudah dan

menarik. Namun waktu ujicoba yang terbatas, siswa tampaknya belum maksimal

dalam proses integrasi tersebut. Pada ujicoba 1, guru model belum dapat memfasiltiasi

belajar siswa secara optimal terutama pada tahap identify untuk menandai relevansi

kearifan lokal secara kontekstual dan konseptual dengan materi pelajaran sehingga

tampak kurang memotivasi dan terkesan masih tekstual. Hal ini yang sulit terdeteksi

oleh pengamat sehingga hasil pengamatan selalu baik. Pada ujicoba 2, Guru model

masih ingin dominan dengan ceramah untuk menjelaskan materi sehingga siswa

menjadi berkurang keterlibatannya dalam belajar aktif. Ketiga, ada kekhawatiran guru

model terhadap respon siswa yang tampak masih banyak adaptasi ketika mengikuti

pembelajaran aktif berbasis kearifan lokal. Alokasi waktu yang perlu mendapat

perhatian seperti yang sudah disarankan oleh validator. Oleh karena itu, semua

aktivitas pembelajaran dengan model IDEA akan dikaji kembali agar sesuai dengan

alokasi waktu yang tersedia.

Pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal meskipun masih memerlukan adaptasi-

adaptasi baik siswa maupun guru model tetapi cukup menarik perhatian siswa. Siswa

yang terlibat dalam pembelajaran pada umumnya tampak ceriah dan sangat antusias

mengikuti pembelajaran. Fenomena tersebut sejalan dengan hasil penelitian Potter &

Overton (2006; Bybee, McCray & Laurie, 2009) bahwa pembelajaran berbasis konteks

yang dikuasai siswa dapat membantu siswa memahami materi dan meningkatkan

motivasi belajarnya. Meskipun dalam ujicoba terbatas dengan waktu singkat belum

tampak bagaimana kemampuan investigasi siswa, namun pembelajaran model IDEA

dapat memicu rasa ingin tahu dan respon positif siswa.

Page 69: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

69

Pada pembelajaran pesawat sederhana, semua siswa bisa menari Reog Ponorogo,

tetapi tak satupun siswa yang mengetahui bahwa dalam tubuhnya yang menari terdapat

prinsip-prinsip pesawat sederhana, khususnya tuas. Meskipun mereka masih tampak

kesulitan memahami konsep tuas, siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran

karena mereka belajar materi pesawat sederhana sambil menari Reog yang disenangi.

Dalam pembelajaran sebelumnya tentang pesawat sederhana pada umumnya dilakukan

dengan metode ceramah dan tidak pernah dikaitkan dengan aktivitas mereka sehari-

hari. Peningkatan literasi sains sedang adalah hal yang wajar karena pembelajaran baru

terbatas pada satu sub pokok bahasan, yaitu materi tuas. Pada materi zat aditif, semua

mahasiswa mengetahui Tahu Kuning Kediri, karena selain pernah melihatnya juga

sudah pernah mengkonsumsinya, bahkan sebagian lainnya mengetahui cara membuat

tahu kuning Kediri. Akibatnya, semua mahasiswa antusias mengikuti pembelajaran

dan umumnya berjalan dengan baik. Pada pembelajaran dengan materi bioteknologi

yang berbasis pada Tape Bondowoso, separuh siswa terlibat dalam industri pembuatan

tape sehingga semua siswa mengetahui tape dan pernah mengkonsumsinya.

Untuk mengoptimalkan peningkatan literasi sains siswa, Guru sedapat mungkin

membantu siswa mengidentifikasi informasi faktual yang relevan dalam kearifan lokal

dengan konsep-konsep yang dipelajari siswa pada materi pelajaran (Linn & Elyon,

2006). Di lain pihak, siswa akan dilatih mentransformasi informasi-informasi faktual

tersebut. Kedua, dalam kondisi adaptasi tersebut, pembelajaran berbasis kearifan lokal

hanya dilaksanakan dalam satu pertemuan sehingga belum cukup untuk menginisiasi

atau meningkatkan literasi sains siswa. Oleh karena diperlukan transformasi, maka

tidak cukup waktu bagi siswa untuk latihan transformasi dari konteks kearifan lokal ke

dalam materi pembelajaran (Maton, 2014). Ketiga, guru model tampaknya masih

memerlukan latihan-latihan intensif untuk dapat menampilkan skenario pembelajaran.

Keempat, materi pembelajaran, seperti pesawat sederhana, zat aditif, dan bioteknologi

konvensional cukup kompleks bagi siswa sehingga ketika ditampilkan melalui

konteks, siswa mengalami kesulitan mentransformasi informasi-informasi yang

Page 70: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

70

diterimanya. Kompleksitas materi pembelajaran teramati pada sebagian kecil siswa

tidak merespon secara positif pembelajaran berbasis kearifan lokal.

Keinginan untuk meningkatkan literasi yang tinggi National Research Council

(2012) menyatakan bahwa literasi sains menjadi tujuan pembelajaran IPA. Osborne

(2007) menunjuk banyak negara maju, seperti: USA, Jerman, dan Swedia ingin

menjadikan warga negaranya berliterasi sains. Menurut Bybee, McCrae dan Laurie

(2009), literasi sains tidak sekedar mendeskripsikan kemampuan siswa menguasai

IPA, melainkan juga mendeskripsikan kompetensi minimal siswa untuk berperan

dalam kehidupan sosialnya. Dewasa ini literasi sains bahkan sering disering dijadikan

tolok ukur kualitas pendidikan suatu negara.

Page 71: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bahan ajar IPA yang berbasis kearifan

lokal dengan model IDEA layak digunakan sebagai pedoman guru IPA untuk

meningkatkan literasi sains siswa ditinjau dari 3 indikator, yaitu validitas, kepraktisan,

dan keefektivan bahan ajar yang dikembangan.

B. Saran

Untuk memaksimalkan hasil yang dicapai, baik dalam mengimplementasikan

hasil penelitian ini maupun untuk mengembangkannya melalui penelitian lanjutan,

disarankan bahwa: 1) guru sebaiknya menuntun siswa mulai dari bagaimana

mengidentifikasi aspek-aspek materi dalam kearifan lokal, mendefinisikan aspek-aspek

materi, menjelaskan dan mengaplikasinnya, bahkan sebaiknya siswa diberi contoh

terlebih dahulu karena mereka belum terbiasa dalam proses-proses tersebut, 2) jenis

dan intensitas kegiatan guru dan siswa sedapat mungkin memperhitungkan alokasi

waktu secara tepat, dan 3) siswa berperan maksimal dan guru menjadi fasilitator

belajar siswa, dan 4) diperlukan waktu adaptasi yang cukup bagi siswa untuk

mengikuti pembelajaran berbasis kearifan lokal yang aktif, terutama jika sebelumnya

terbiasa dengan metode ceramah (pasif) dan kemampuan siswa yang rendah.

Page 72: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

72

DAFTAR PUSTAKA

Adler, M, and Flihan, S, 1997, The interdisciplinary continuum: reconciling theory,

research, and practice. Albany, NY. Center on English Learning and

Achievement.

Agung, L., 2015, The development of local wisdom-based social science learning

model with Bengawan Solo as the learning source. American International

Journal of Social Science, 4 (4), 51-58.

Allen, D. and Tanner, K., 2003, Approaches to cell biology teaching: learning content

in context-problem-based learning. Cell Biology Education, 2, 73-81.

Anderson, C.W., 2007, Perspectives on science learning in S.K. Abell & N.G.

Lederman (Eds.). Handbook of Research in Science Education. Mahwah, MJ:

Erlbaum

Anderson, G.L. and Heck, M.L. 2005, Theme-based tests: teaching in context.

Biochemistry and moleculer biology education, 33(1), 1-10.

Asmani, J.M. 2012. Pendidikan berbasis keunggulan lokal. Jogjakarta: DIVA Press.

Barber, J. 2007, An integrated science and literacy units. Nash: Delta Edu

Belt, S.T. and Phipps, L.E., 1998, Using case studies to develop key skill in chemists:

A preliminary account. University chemistry education, 2, 16-20.

Birmingham, D. and Barton, A.C., 2014, Putting on green carnival: Youth taking

educated action on sosioscientific issues. Journal of Research in Science

Teaching, 51(3), 286-314.

Borich, G.D., 1994, Observation skills for effective teaching. United States of

America: Macmillan Publishing Company.

Bybee, R.W., 1997, Achieving scientific literacy: from purposes to practices.

Porstmouth: NH Heinmann Publishing.

Bybee, R.W, McCrae, B., and Laurie, R. 2009. PISA 2006: An Assesment of

Scientific Literacy. Journal of Research in Science Teaching, 46 (8), 865-883.

Page 73: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

73

California Commission on Teaching Credential, 2008, Proposal to establish a single-

subject teaching credential in general science. Retrieved June 28, 2009 from

http://www.ctc.ca.gov/commission/agendas/2008-04.

Carlone, H., Huan-Frank, J., and Webb, A., 2011, Assessing equity beyond knowledge

and skils based outcomes: A comparative study ethnography of two fourth-grade

reform-based science classroom. Journal of Research in Science Teaching, 48(5),

459-485.

Creswel, J.W. and Clark, V.P., 2007, Designing and conducting mixed method

research, USA: SAGE Publication.

Csomai, A. & Mihalcea, R. 2007, Linking educational materials to encyclopedic

knowledge. In: R. Luckin, K.R. Koerdinger, & J. Geer (Eds.), Artificial

Intelegence in Education: Building Technology Rich Learning Contexts that

Work (pp. 557-559). Amsterdam: IOS Press.

DBRC, 2003. Design-based research collectictive, desain-based research: An emerging

paradigm for educational inquiry. Educational Researcher, 32 (1), 5-8.

De Boer, G.T. (2000). Scientific literacy: another look at its historical and

contemporary meanings and its relationship to science education reform. Journal

of Research in Science Teaching, 37 (6), 582-601.

Erman dan Liliasari, 2012, Latihan Menganalisis Kasus Olahraga untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Biokimia Mahasiswa Ilmu Keolahragaant, Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran, 19 (1), 94 - 101.

Erman, 2012. Pembelajaran biokimia melalui analisis kasus-kasus olahraga untuk

meningkatkan literasi sport-biochemistry mahasiswa ilmu keolahragaan

(Disertasi tidak dipublikasikan), Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI

Feinstein, N, 2010, Salvaging science literacy. Science Education, 95, 168-185.

Fogarty, R., 1991, Ten ways to integrate curriculum. Educational Leadership. Journal

of Association for Supervision and Curriculum Development

Gardner, H., 2006, Multiple intelegences: New Horrizonz. New York: Basic books.

Page 74: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

74

Gehrke, M. Explorations of teachers’ development of integrative curriculums. Journal

of Curriculum Supervision, 6(2), 107-112.

Gordon, M. 2009, Toward a pragmatic discourse of constructivisme: Reflection on

lesons from practice. Educational Studies, 45, 39-58.

Harrell, P.E., 2010. Teaching an integrated science curriculum: thinking theacher

knowledge and teaching assigment, Issue in teacher education, Spring, 19 (1).

Huntley, M.A. 1998, Design and implementation of a framework of defining

integrated mathematics and science education. School science and mathematics,

98 (6), 320-327.

Ingersol, R. 2000, Turnover among mathematics and science teachers in the U.S.

Retrieved June 28, 2009, from

http://74.125.113.104/search?g=cache:O9ylAro93moJ:www.ed.gov/inits/math/gl

enn/ingersollp.doc+turnover+among+mathematics+and+science+teachers+in+th

e+U.S>+ingersol&hl=en&ct=clnk&ed=1&9l=us

Ituma, M.G. & Twoli, N.W. 2015, Developing instructional model to support teaching

of investigative practical work in secondary school chemistry. International

Journal of Research and Innovative Technology, 2 (9): 31-45.

Jacobs, H. 1989, Interdisciplinary curriculum: design and implementation. Alexandra,

VA: Association for supervision and curriculum development.

Jeremy, E.C., 2005, Why Eucational Innovations Fail: An Individual Difference

Perspective, Cleveland State University, 33, 569 – 578.

Kalin, J. 2004, The role of media in modern lessons and the judgment of their

efficiency. Media in Education, 210-215.

Kroasbergen, E.H. & Luit, V.J.E. 2005. Constructivist mathematics education for

students with mental retardation. European Journal if Special Needs Education,

20 (), 107-116.

Laughsch, R.C., 2000, Sicentific literacy: A conceptual overview. Rondesbosch: John

Wiley& Sons, Inc.

Page 75: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

75

Lave, J and Wanger, E. 1991, Situated learning: legitimate peripheral participation.

Cambridge UK: Cambridge University Press.

Lee, S. and Roth, W.M., 2003, Science and the good citizen: community-based

scientific literacy. Science, Technology & Human Values, 28(3), 403-424.

Liu, M.C. and Wang, J.Y. 2010, Investigating knowledge integration in wb-based

thematic learning using concepts mapping assessment. Educational Technology

& Society, 13(2), 25-39.

Lederman, J.S., Lederman, N.G., Bartos, S.A., Bartels, S.L., Maeyer, A.A, and

Schwartz, R.S., 2014. Meaningful assessment of leaners’ understanding about

scientific inquiry-the views about scientific inquiry questionary. Journal of

Research in Science Teaching, 51 (1), 65-83.

Leung, W.L.A., 2006, Teaching integrated curriculum: Teachers’ challenges. Pacific

Assian Education, 18 (1), 88-102.

Linn, M.C. & Elyon, B.S. in Hndbook of educational psychology, P.A. Alexander,

P.H. Winne, eds. (Elbaum, Mahwah, NJ, ed. 2, 2006), pp.511-544.

Lipson, M. 1993, Integration and thematic teaching: integration to improve teaching

and learning. Language Arts, 70(4), 252-264.

Maton, K. 2014, Knowledge and knowers: toward realist sociology of education.

London and New York: Roudledge

Mayer, R.E. 2009, Multimedia learning (2nd ed). Santa Barbara, CA: Oxford

University Press.

McComas, W. 2009, Thinking, teaching, and learning science ouside the boxes. The

Science Teacher, 76 (2), 24-28.

Min, K.C., Rashid, A.M. and Nazri, M.I. 2012, Teachers’ understanding and practice

towards thematic approach in teaching integrated living skill in Malaysia.

International journal of humanities and social science, 2 (23), 273-281.

National Research Council, 2011, A framework for K-12 science education: practices,

crosscutting concepts and core ideas. Washington DC: National Academic Press.

Page 76: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

76

Novak, J.D. & Canas, A.J. 2008. The theory underlaying concept maps and how to

construct and use them, technical report IHMC Cmap Tools 2006-01 Rev 01-

2008, Florida Institute for Human and Machine Cognition, Available at:

http://cmap.ihmc.us/Publisher/ResearchPapers/TheoryUnderlayingConcept-

Maps.pdf

OECD, 2003, Assessing scientific, reading, and mathematical literacy: A framework

for PISA 2006. Paris: OECD.

Osborne, J. 2006, Towards a science education for all: The role of ideas, evidence,

and argument. Keynote paper in Research Conference 2006. Proceeding

Conference.

Osborne, J., Simon, S., and Tyler, R., 2009. Attitudes towards science: An update,

Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research

Association. San Diego April, 13-17, California.

Palmer, J.N., 1991. Planning wheels turn curriculum around. Education Leadership, 49

(20), 57-60.

Pangvong, C., 2007, The outcomes of science learning activities using local wisdom

based on science technology and society approach. Bangkok: Khon Kaen

University.

Parker, R.E., Bianchi, A., & Cheah, T.Y. 2008, Perceptions of instructional

technology: Factors of influence and anticipated consequences. Educational

Technology & Society, 11(2), 274-293.

Pasos, R.M., 2008, Pizza and Pasta help students learn metabolism, Adv. Physiol Educ,

30, 89-93.

Piaget, J., 1972, Intelectual Evolution from Adolescence to Adulthood, Human

Development, 5, 1 – 12.

Poter, N.M. and Overton, T.L., 2006, Chemistry in sport: context-based e-learning in

chemistry. Chemistry Education Research and Practice, 7(3), 195-202.

Ratumanan, G.T., & Laurens, T. 2011, Penilaian hasil belajar pada tingkat satuan

pendidikan. Surabaya: Unesa Unipress

Page 77: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

77

Roberts, D., 2007, Scientific literacy /science literacy. Mahwah, NJ: Lawrence

Erlbaum Associate.

Rosenshine, B. 2012, Principles of Instruction: Research-based strategies that all

teachers should know. USA: American Educator /Spring

Russel, B., 1951, The impact of science and society. New York: Columbia University

Press.

Schwartz, R.S., 2004, Epistemological views in authentic science practice A-cross-

discipline comparison of scientists’ view of nature of science and scientific

inquiry. Oregon: Oregon State University.

Schwarts, Y., Ben-Zvi, R., and Hofstein, A. 2006. The Use of Scientific Literacy

Taxonomy for Assessing The Development of Chemical Literacy Among High-

school Students. Chemistry Education Research and Practice, 7 (4), 203-225.

Sedler, T, Burgin, S., McKinney, L., and Ponjuan, L., 2010, Learning science through

research apprenticeships: a critical review of the literature. Journal of Research

in Science Teaching, 47(3), 235-256.

Snow, C.P., 1962, The two cultures and the scientific revolution. New York:

Cambridge University Press.

Stott, A. & Hattingh, A. 2014, Conceptual tutoring software for promoting deep

learning: A case study. Educational Technology & Society, 18, 179-194.

Subali, B., Sopyan, A., and Ellianawati, E., 2015, Developing local wisdom based

science learning design to establish positive character in elementary school.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 11 (1), DOI:

htt://dx.doi.org/10.15294/jpfi.v11i1.3998.

Sudarmin and Pujiastuti, S.E., 2015. Scientific knowledge based culture and local

wisdom in Karimunjawa for growing soft skill conservation, International

Journal of Science and Research, 4 (9), 508-604.

Thomas, K.R., Horne, P.L., Donnelly, S.M., and Berube, C.T. 2013. Infusing problem-

based learning into science methods course across Virginia. The journal of

Mathematics and Science, 13, 93-110.

Page 78: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

78

UNDP (2007), Thailand human development report 2007: Sufficiency economy and

human development. UNDP: Bangkok.

Warren, B, Ballenger, C, Ognowski, M, Rosobery, A, and Hudicourt-Barnes, J, 2001,

Rethinking diversity in learning science: the logic of everyday sensemaking.

Journal of research in science teaching, 38, 529-552.

Wirt, J., 2004, The condition of education, 2004. National Center for Education

Statistics Retrievel June 28, 2009 from

http://arces.ed.gov/pubs2004/2004076.pdf.

Wrenn, J. & Wrenn, B. 2009, Enhancing learning by integrating theory and practice.

International Journal in Teaching and Learning on Higher Education, 21(2), 258-

265.

Yarker, M.B and Park, S., 2011, Analysis of teaching resources for implementing an

interdisciplinary Approach in the K-12 classroom. Eurasian J. Math.Sci and

Tech. Ed., 8(4), 223-232

Yuenyong, C. and Narjaikaew, P., 2009, Scientific literacy and Thailand science

education. International Journal of Environtmental & Science Education, 4 (3),

335-349.

Page 79: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

79

Lampiran-1

Tabel 1. N-gain Literasi Sains Siswa pada materi pesawat sederhana

No Nama Nilai Pretest Nilai Posttest N-gain Kategori1 AA 2 10 1 Tinggi

2 AS 6 7 0.25 Rendah3 AR 2 5 0.38 Sedang4 BA 2 8 0.75 Tinggi5 DF 1 7 0.67 Sedang6 EDFS 4 7 0.5 Sedang7 EW 5 9 0.8 Tinggi

8 FS 2 10 1 Tinggi9 KT 4 8 0.67 Sedang

10 RT 2 6 0.5 Sedang11 TP 1 6 0.56 Sedang12 WAM 2 3 0.13 Rendah13 YDR 2 8 0.75 Tinggi

14 WI 2 3 0.13 Rendah15 LF 2 4 0.25 Rendah16 TO 3 6 0.43 Sedang

Page 80: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

80

Tabel 4.12. N-gain Siswa pada materi Zat Aditif

No NIM Nama Pretest Posttest N-gain Tafsiran Efektivitas

1 16 PPH 8 8 0 Rendah

2 17 RK 9 8 -1 Rendah

3 18 AAP 9 9 0 Rendah

4 19 Lilis KF 8 9 0.5 Sedang

5 20 MWA 7 8 0.33333 Rendah

6 21 EN 7 9 0.66667 Sedang

7 22 DHS 7 8 0.33333 Rendah

8 23 DH 9 10 1 Tinggi

9 24 HINS 6 10 1 Tinggi

10 25 AiH 6 10 1 Tinggi

11 26 RTS 8 7 -0.5 Rendah

12 27 MH 6 8 0.5 Sedang

13 28 AAL 9 9 0 Rendah

14 40 DNS 8 9 0.5 Sedang

15 41 FHA 6 10 1 Tinggi

16 42 NM 9 10 1 Tinggi

17 43 SNK 8 10 1 Tinggi

18 44 RY 9 8 -1 Rendah

19 45 NA 7 10 1 Rendah

20 46 PWR 7 10 1 Rendah

Page 81: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

81

Lanjutan Tabel 4.12.

No NIM Nama Pretest Posttest N-gain Tafsiran Efektivitas

21 47 FAKD 8 10 1 Tinggi

22 48 YUL 7 10 1 Tinggi

23 49 AA 7 10 1 Tinggi

24 56 BPW 7 7 0 Rendah

25 57 KPA 7 10 1 Tinggi

26 58 LFN 6 10 1 Tinggi

27 59 RANL 7 10 1 Tinggi

28 60 SIU 9 10 1 Tinggi

30 61 AFZ 2 9 0.875 Tinggi

31 71 MWR 8 8 0 Rendah

32 72 NRS 4 10 1 Tinggi

33 73 SZF 6 10 1 Tinggi

34 74 ANS 8 10 1 Tinggi

35 75 AKC 4 10 1 Tinggi

36 76 LA 6 9 0.75 Tinggi

37 77 CM 8 9 0.5 Sedang

38 78 AM 7 9 0.66667 Sedang

39 79 DH 9 10 1 Tinggi

Page 82: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

82

Tabel 4.13. Nilai N-gain Bioteknologi

No Nama Pretest Postest N-gain Tafsiran Efektivitas1 AH 4 10 1 Tinggi2 AW 5 9 0.8 Tinggi3 AlH 5 9 0.8 Tinggi4 AA 5 9 0.8 Tinggi5 As 2 8 0.75 Tinggi6 FA 1 6 0.5556 Sedang7 IZ 3 7 0.5714 Sedang8 IR 2 6 0.5 Sedang9 LN 4 8 0.6667 Sedang

10 MA 4 8 0.6667 Sedang11 MB 3 9 0.8571 Tinggi12 MU 1 5 0.4444 Sedang13 SA 0 4 0.4 Sedang14 RE 1 4 0.3333 Sedang15 RA 7 8 0.3333 Sedang16 SR 2 9 0.875 Tinggi17 SA 6 8 0.5 Sedang18 SN 0 5 0.5 Sedang19 SR 5 7 0.4 Sedang20 SW 6 9 0.75 Tinggi21 SL 0 4 0.4 Sedang22 SW 1 7 0.6667 Sedang23 WT 6 8 0.5 Sedang24 Yu 2 8 0.75 Tinggi25 IC 1 3 0.2222 Rendah26 MJ 5 6 0.2 Rendah27 Ra 0 2 0.2 Rendah

81 186 0.5719 Sedang

Page 83: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

83

Page 84: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

84

Page 85: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

85

Page 86: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

86

Page 87: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

87

Page 88: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

88

Page 89: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

89

Page 90: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

90

Page 91: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

91

Page 92: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

92

Page 93: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

93

Page 94: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

94

Page 95: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

95

Page 96: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

96

Page 97: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

97

Page 98: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

98

Page 99: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

99

Page 100: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

100

Page 101: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

101

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS

No NamaInstansi

AsalBidang

Ilmu

AlokasiWaktu(jam/

minggu)

Uraian Tugas

1. Dr. Erman,M.Pd.

ProdiS2/S3PendidikanSainsFMIPA

PendidikanSains,

8 jam(12bulan)

Penyusunan Proposal, draf(model dan perangkat,buku), penyusunaninstrument penelitian,Penyusunan jadwalpenelitian

2. Prof. Dr.Rudiana, M.Pd.

ProdiS2/S3PendidikanSains PPs

PendidikanSains,Kimia

6 jam(12bulan)

Penyusunan Proposal, draf(model dan buku)penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan

3. Prof. Dr.MusliminIbrahim, M.Pd.

ProdiS2/S3PendidikanSains PPs

PendidikanSains,Pendidikanbiologi

6 jam(12bulan)

Penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan,penyusunan draf (model,perangkat, buku)

4 1 mahasiswa S3

2 mahasiswa S2

ProdiS2/S3PendidikanSains

Penelitian Disertasi dantesis dan publikasi kejurnal terakreditasi (S2)dan jurnal internasional(S3)

Page 102: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

102

BIODATA PENGUSUL

a. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Dr. Erman, M.Pd.(L)

2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

3 Jabatan Struktural --

4 NIP 1971060519990310025 NIDN 00050671056 Tempat dan Tanggal Lahir Wasindoli (Buton), 5 Juni 19717 Alamat Rumah Graha Permata Sidorejo Indah U-9 Krian

Sidoarjo8 Nomor Telepon --9 Alamat Kantor Kampus FMIPA Unesa Ketintang Surabaya10 Nomor HP 08135738921211 Alamat e-mail [email protected] Mata Kuliah yang diampu 1. Kimia

2. Biokimia3. Metodologi Penelitian4. Ilmu Alamiah Dasar5. Pembelajaran inovatif6. Pembelajaran sains7. Landasan pendidikan8. Filsafat sains9. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

b. Riwayat PendidikanS-1 S-2 S-3

Nama PerguruanTinggi

IKIP Ujung Pandang IKIP Malang UniversitasPendidikanIndonesia

Bidang Ilmu Pend. Kimia Pend. Kimia Pend. IPATahun Masuk-Lulus

1990-1994 1995-1998 2009-2012

JudulSkripsi/Tesis

Analisis MK TPBdikaitkan dengan MKbidang studi Mhs.Jurusan Pend. KimiaIKIP Ujung Pandang

Kajian kesalahankonsep dalam materiikatan kovalenmahasiswa S1 pend.Kimia FKIP Unhalu

Pembelajaranbiokimia melaluianalisis kasus-kasus olahragauntukmeningkatkan

Page 103: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

103

sportbiochemistryliteracymahasiswa

NamaPembimbing

Drs. La Tang, M.Pd. Prof. Drs. Effendy,M.Pd., Ph.D

Prof. Dr.Liliasari, M.Pd.

c. Pengalaman PenelitianNo Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (jutaRp)

1 2013 Pengembangan paket intervensi dalam paketbelajar IPA terpadu SMP untuk meningkatkankemampuan berpikir abstrak siswa

Hibahbersaing

51,250

1 2009 Pengembangan Model Intervensi dan ProgramLatihan Berpikir Abstrak dalam PembelajaranIPA SD

Hibahbersaing

50

2 2009 Intervensi Konstruktivis dalam PembelajaranBiokimia untuk Meningkatkan KemampuanBerpikir Abstrak Mahasiswa

HibahStranas

50

3 2008 Pengembangan Model Intervensi dan ProgramLatihan Berpikir Abstrak dalam PembelajaranIPA SD

HibahBersains

45

4 2007 Pengembangan bahan belajar dan pedomanlatihanSiswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkanprestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajarsiswa

Hibahbersaing

45

5 2006 Pengembangan bahan belajar dan pedomanlatihanSiswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkanprestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajarsiswa

Hibahbersaing

35

d. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam JurnalNo. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal1 2012 Pembelajaran bokimia melalui

analisis kasus-kasus olahraga untukmeningkatkan sport biochemistryliteracy mahasiswa

18/5/2012 JIP(Jurnal IlmuPendidikan)

Page 104: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

104

2 2012 Latihan menganalisis kasusolahraga untuk meningkatkanpenguasaan konsep biokimiamahasiswa ilmu keolahragaan

19/1/2012 JPP (JurnalPendidikan danPembelajaran)

3 2008 Intervensi kognitif dalampembelajaran IPA untuk memacuperkembangan kemampuan berpikirabstrak siswa SD(terakreditasi)

15 / 1 JPP (JurnalPendidikan danPembelajaran

4 2007 Latihan Mengorganisasi konsepuntuk meningkatkan hasil belajarkimia siswa berkemampuan pikirkonkrit (Terakreditasi)

14 / 2 JIP (JurnalIlmuPendidikan)

5 2006 Latihan mengorganisasi konsepuntuk meningkatkan kemampuansiswa berkemampuan pikir konkritmemahami konsep abstrak(terakreditasi)

13 / 1 JPP

e. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada Pertemuan/SeminarNo Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan tempat1 Kuliah tamu di FKIP

Universitas WirarajaSumenep, 25Desember 2014

Problematika penerapankurikulum 2013

24 Desember 2014 diFKIP UniversitasWiraraja Sumenep

2 Seminar nasional 6Pendidikan IPA

Berdaya saing denganliterasi sains

20 Desember 2014,FMIPA Unesa

3 Indonesian konference Sport science in Indonesia 9 October 2014,Flinders University,Adelaide Australia

4 Semnas 5 Pendidikansains

Analisi kemampuanberpikir abstrak siswa SMP

Tahun 2013, FMIPAUnesa

5 Semnas 4 Pendidikansains: The 21stCentury Skills

Filsafat sains dan calonguru IPA

Tahun 2012, FMIPAUnesa

6 Semnas: SportScientific Literacy

Konsep dasar sportscientific literacy

Tahun 2011, FIK Unesa

7 Seminar internasional:KebijakanPengembanganOlahraga Bahari

Sport scientific literacydalam kontekspengembangan olahragabahari

Tahun 2011,Kemengpora Lombok

Page 105: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

105

8 The 5 st InternationalSeminar on ScienceEducation

Using sport cases analysisin biochemical clases toimprove students’ sportscientific literacy

Tahun 2011, SPS UPIBandung

9 The 4 th InternasionalSeminar on ScienceEducation

Teaching of science forathletes students in sportsenior high school Sidoarjo

Tahun 2010, SPS UPIBandung

10 Semnas sains:Optimalisasi sainsuntuk pemberdayaanmanusia

Optimalisasi pembelajaransains di sekolah menengahkhusus olahragawan

Tahun 2010, Unesa

11 The 3rd InternationalSeminar on ScienceEducation”Challenging ScienceEducation in DigitalEra”

The intervention model inscience teaching process of4 th grade students ofelementary

Tahun 2009,SPS UPI Bandung

f. Pengalaman Penulisan BukuNo Tahun Judul Buku Jumlah

halamanPenerbit

1 2009 Metodologi Penelitian Olahraga 280 Unesa Press2 2008 Pengantar Biokimia Olahraga 135 Unesa Press

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpaiketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satupersyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Payung Unggulan Fakultas.

Surabaya, 3 Januari 2017Pengusul

(Dr. Erman, M.Pd.)

Page 106: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

106

BIODATA RUDIANA

1 Nama Lengkap Prof. Dr. Rudiana Agustini2 Jabatan Fungsional Guru Besar3 Jabatan Struktural -4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 1960100819900220015 NIDN 00100860086 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 10 Agustus 19607 Alamat Rumah Wisma Pagesangan I/18 Surabaya8 Nomor Telepon/Faks/HP 0813320344409 Alamat Kantor Kimia- FMIPA Universitas Negeri

Surabaya10 Nomor Telepon/Faks11 Alamat E-mail [email protected] Lulusan yang Telah

DihasilkanS-1= 20

13 Mata Kuliah yang Diampu 1. Biokimia I dan II (S1)2. Mikrobiologi (S1)3. Kimia Lingkungan (S1)4. Assesment (S1 dan S2 )5. Biologi Dasar (S1 dan S2)6. Pengetahuan Lingkungan (S1)7. Metodologi Penelitian (S2)8. Pengembangan Kurikulum (S2)

A. Riwayat PendidikanS-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi IKIP Surabaya IKIP Surabaya UNAIRBidang Ilmu Biologi Biologi MIPA

(Biokimia)Tahun Masuk-Lulus 1984 1988 2003JudulSkripsi/Thesis/Disertasi

Karakterisasidan imobilisasiprotease isolateCG-10 darisumber airpanas CangarJawa Timurdengan matrikspendukungbentonit

NamaPembimbing/Promotor

Dra.Rukmawati Prof.dr.PurnomoSuryo Hudoyo

Page 107: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

107

B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun TerakhirNo Tahun Judul Penelitian Pendanaan

1 2010

Sintesis dan KarakterisasiBiopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik

PenelitianFundamental tahun I,DP2M

Rp. 30.500.000

2 2011

Sintesis dan KarakterisasiBiopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik

PenelitianFundamental tahunII, DP2M

Rp. 40.000.000

3 2012 Penerapan Model PembelajaranSTAD Termodifikasi UntukMelatihkan KemampuanBerfikir Kritis Dan Self EfficacyMahasiswa Kimia KelasInternasional 2010 Pada MateriBiokimia I

PenelitianKelasInternasional

Rp. 5.000.000

4 2012 Rancang Bangun Penelitian:Design Hidrolisat Tempe AfkirSkala UMKM

PenelitianKerjasamadenganBalitbang,Ketua

Rp. 212.000.000

5 2012 Pemetaan Manajemen Resiko diUniversitas Negeri Surabayadalam Rangka mewujudkanGood University Governance

PenelitianKerjasamaDP3M

Rp. 75.000.000

2013 Pengembangan TeknologiProses produksi bioetanol dariLimbah Tanaman Jagungdengan tambahan prosessakarifikasi

PenelitianUnggulanPerguruantinggi

6 2013

Produksi biohidrogen melaluirekayasa biomassa limbahindustri tapioka secaraterintegrasi dan aplikasinya

Hibahbersaing,DP2M

Rp. 60.000.000

7 2014 Development and Upgrading of Penelitian

Page 108: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

108

C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun TopikPendanaan

Sumber Jml (JutaRp)

1 2009

Narasumber pada kegiatansosialisasi: arti kode plastikdan dampakpenyalahgunaannya

Mandiri

2 2009

Narasumber pada kegiatansosialisasi dampak negatipdan daur ulang minyak gorengbekas

Mandiri

3 2011

Narasumber pada kegiatanpelatihan Industri kecilmenengah tentang makananolahan yang diselenggarakanoleh Koperasi disperindagTrenggalek

KoperasidisperindagTrenggalek

9.000.000

4 2011Narasumber Bimbingan lanjut(binjut) bagi wanita tunasusiladi Jawa Timur

5 2013

Pelatihan Penulisan Karyailmiah berbasis penelitiantindakan kelas (PTK) bagiguru-guru anggota MGMPKimia Kabupaten Gresik

MGMPKimiaKabupatenGresik

6 2014

Narasumber pada PelatihanKepala Laboratorium IPAGuru-guru di kota Mojokerto(pola 100 JP)

Kerja samaMGMP guruIPAMojokertokota

80.000.000

Seven Univerties in Improvingthe Quality and Relevance ofHigher Education in Indonesia

UnggulanPerguruanTinggi

8 2014

Implementasi Lesson Studyuntuk meningkatkan penguasaankonsep dan Motivasi belajarMahasiswa pd mata kuliahBiokimia I

SK Rektorno:311/UN.38/HK/LT/2014 tgl19September2014

Rp. 5.000.000

Page 109: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

109

7 2014

Narasumber pada KegiAtanPelatihan Penilaian Autentikkurikulum 2013 sebagaiupaya penyempurnaan prosespembelajaran di SMP LabSchool

Unesa 5.000.000

D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 TahunTerakhir

No Judul Artikel IlmiahVolume/Nomor/

TahunNama Jurnal

1 Penerapan modelpembelajaran diskusi kelasdengan strategi Beach ballpada materi pokok larutanelektrolit dan non elektrolit diSMAN 22 Surabaya

Vol 1 no 1 Mey2012

Unesa Journal ofchemistry

2 Pengaruh suhu polimerisasi L-asam laktat melalui metodering opening polimerization(ROP) terhadap karakteristikPLA

Vol 1 no 1 Mey2012

Unesa Journal ofchemistry

3 Peningkatan Self Efficacy DanBerpikir Kritis MelaluiPenerapan ModelPembelajaran Inkuiri MateriPokok Asam Basa Kelas XiSman 9 Surabaya

Vol. 1 No. 2Mey 2012

Unesa Journal ofEducationalChemistry

4 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain

Vol 2 No 2,May 2013

Unesa Journal ofChemistry

5 Pengembangan mediapermainan 7 icon chemistrypada materi pokok ikatan kimiauntuk meningkatkan hasilbelajar siswa kelas x sma(development of media 7 iconchemistry games for chemicalbonding to improve studentlearning outcomes x seniorhigh school)

Volume 2 No. 32013

Unesa Journal ofEducationalChemistry

6 Pengaruh massa gliserol Vol 2 No 2, Unesa Journal of

Page 110: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

110

terhadap titik leleh plastikbiodegradable dari pati ubikayu

Januari 2013 EducationalChemistry

7 Preparation and properties afpapain immobilized onto metalion cross-linked chitosan beads

October-Decembervolume 4 issue 4page no.121)2014

Research JournalofPharmaceutical,Biological andchemicalsciences,

8 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain

Vol 2 No 2,May 2013

Unesa Journal ofChemistry

9 The Effect of temperature angpH on sweet potato starchresidue fermentation toproduce Biohydrogen throughDark Fermentation using yeast

2013 Unesa Journal ofChemistry

10 Pengaruh konsentrasi onggokindustri tapioka dan urea padaproduksi biohidrogen melaluifermentasi gelap

2013 Unesa Journal ofChemistry

11 Pengaruh waktu fermentasi dankonsentrasi bibit kefir terhadapmutu kefir susu sapi

2013 Unesa Journal ofChemistry

12 Pengembangan instrumentpenilaian kinerja siswa untukmengases ketrampilan prosesdalam praktikum senyawa polardan non polar kelas X SMA

Volume 3 no 3tahun 2014

Unesa Journal ofEducationalChemistry

13 Pengembangan E-Bookberorientasi Mind Mappingpada materi pokokHidrokarbon untuk SMA kelasXI

Volume 3 no 3tahun 2014

Unesa Journal ofEducationalChemistry

Belajar Biologi Melalui ModelPembelajaran Kooperatif TipeMake A Match dan The powerof two Pada Konsep SistemEkskresi Siswa Kelas XI IPASMAN I SunnguminasaMakasar

Vol. 4, No. 1Nov 2014

Jurnal PenelitianPendidikan Sains

Pengembangan PerangkatPembelajaran Sains

Vol. 4, No. 1Nov 2014

Jurnal PenelitianPendidikan Sains

Page 111: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

111

Berorientasi Guided DiscoveryUntuk MengajarkanKemampuan Berpikir Kreatifdan Penguasaan Konsep

E. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ SeminarIlmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

NoNama PertemuanIlmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu danTempat

1 Internationalworkshop on“EnvironmentalPollution,Standards AndCountermeasure InAsian Countries”

Waste Management And It’sProblems In Indonesia: TheFacts And Strategies.

EcotopiaScienceInstitute,NagoyaUniversity,Japan, 2010

2 Seminar NasionalKimia 2014

Pengembangan PerangkatPembelajaran BerkarakterBerbasis inkuiri untukmeningkatkan Hasil Belajarsiswa SMP

20 September2014

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dandapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyatadijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satupersyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian Kebijakan.

Surabaya, Mei 2016Pengusul

(Prof.Dr.Rudiana Agustini. MPd.)

Page 112: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

112

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Prof. Dr. H. Muslimin Ibrahim, M.Pd.2. Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IVE/1951040119741210023. Jabatan Fungsional : Guru Besar4. Jabatan : a. Ketua Pusat Pengembangan Pendidikan Dasar danMenengah – LPPM Universitas Negeri Surabayab. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa Surabayac. Tim Pendukung Pengembangan Kurikulum Unesa(IDB Prohject)5. Alamat :a. Rumah : Jl. Tenggilis Utara 7/11 Surabaya, 60292E-mail : [email protected]@unesa.ac.idNomor Telpon Rumah: 031-8418571, 031-8411448,Mobile: 0818334811b. Kantor : Kampus Unesa Ketintang SurabayaNomor Telpon/Fax : 031-82934846. Riwayat Pendidikan dan Pelatihan:No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/Jurusan1. Sekolah Dasar Negeri KeratoSumbawabesar,NTB 1964 -

2. Sekolah MenengahPertama Negeri Sumbawabesar,NTB 19673. Sekolah Menengah AtasNegeri Sumbawabesar,NTB 1970 IPA4. Sarjana Muda IKIP Malang 1973 PendidikanIlmu Hayat5. Sarjana IKIP Surabaya 1978 PendidikanBiologi6. Pascasarjana IKIP Malang 1985 KependidikanBiologi7. Doktor UniversitasAirlangga Surabaya 1994 Mikrobiologi/MIPA8. Short Course onAssessment andEducational System

Curtin University ofTechnologyAustralia, PerthWestern AutraliaPebruari –March 2010dan 20129. Immersion Program for NIAD-UE Tokyo- Sept –

Page 113: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

113

No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/JurusanBAN-PT Assessor onEvaluation andAccreditation for HigherEducation

Japan October201010. Sit in on Curriculum

DevelopmentPrince SongklahUniversity (PSU)Pattani, Thailand 2012 Pattani,Thailand11. Pelatihan ISO 9001:2008 pendampinganISO PPs Unesa PPs Unesa 2014 Surabaya,Indonesia12 Pelatihan ReviewInternal Penelitian MultiTahun ProgramDesentralisasi danSentralisasi Tahun 2012Lembaga PenelitianUnesa 12 April2012 Surabaya,Indonesia

13 Pelatihan AMI (AuditorMutu Internal) ISO9001:2008 dan 2011; diPPs Unesa

PT. First ConsultingIndonesia – PPsUnesa 3 Maret2015 SurabayaIndonesia7. Pengalaman MengajarNo. Mata Kuliah Tempat

1. Mikrobiologi Dasar S-1 Pend.Biologi Unesa2. Mikrobiologi Terapan S-1 Pend.Biologi UnesaS-1 Pendidikan Sains Unesa3. Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar I, II,dan III S-1 Pend.Biologi Unesa4. Metode Penelitian Pendidikan Biologi S-2 Pendidikan Sains UnesaS-1 Pendidikan Biologi UnesaS-1 Pendidikan Biologi UNMUHS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar UnesaS-3 Pendidikan Sains Unesa5. Biologi Umum S-2 Pendidikan Sains UNESA6. Biologi II (Mikrobiologi Lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA7. Biologi IV (Genetika lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA8. Pengembangan Instrumen Hasil Belajar S-2 Ilmu Agama Islam UniversitasMuhammadiyah SurabayaS2-Pendidikan Sains Unesa

Page 114: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

114

No. Mata Kuliah Tempat9. Pengembangan Instrumen S3 Pendidikan Sains UNESA10. Teori Belajar lanjut S3 Pendidikan Sains UNESA11. Asesmen hasil Belajar S2 Pendidikan Sains UNESA12. Biometri S1 Pendidikan Biologi UniversitasMuhammadiyah Surabaya13. Mikrobiologi dan Parasitologi S-1 STIKES Mojopahit Mojokerto(Kerjasama dengan FMIPA Unesa)14. Problematika dan Inovasi Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi UnesaS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar Unesa15 Pembelajaran Inovatif I dan II S-1 Pendidikan Biologi Unesa16. Seminar Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi Unesa17. Keanekaragaman Makhluk Hidup S-1 Pendidikan Sains Unesa18. Isu dan Trend Pendidikan Sains S-2 Pendidikan Sains Unesa

8. Pengalaman Penelitian dan Pengembangan (5 tahun terakhir)No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/1. Pengembangan Model PembelajaranInovatif untuk Pemberdayaan Siswa(Model Pemaknaan Fenomena IPA) Balitbang Diknas,Pusat PenelitianKebijakan danInovasiRp 2.5 MKoordinator2007-2008Ketua IPA

2. Penelitian Strategis nasionalPengembangan Perangkatpembelajaran Inovatif melaluiPemaknaan dalam Mapel IPA danBahasaDIKTIRp 75.000.000 2009 Melibatkanmahasiswapascasarjana

3. Pengembangan PerangkatPembelajaran Berbahasa InggrisUntuk Kelas Internasional BiologiFMIPADIKTIRp 10.000.000 Mandiri (Ketua)2010

4. Pemetaan Dan Pengembangan MutuPendidikan Sekolah Menengah AtasDi Kota Surabaya, Kabupaten GresikDan Kabupaten LamonganKEMENDIKBUDRp 100.000.000 Anggota2011

5. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiDIKTIRp 65.000.000 Ketua2012Melibatkanmahasiswa

Page 115: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

115

No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Pengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan Pascasarjana(Tahun pertama)6. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan

DIKTIRp 66.000.000 Ketua2013MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun kedua)7. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan

DIKTIRp 75.000.000 Ketua2014MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun ketiga)8. Penelitian Pengembangan GrandDesign Pengembangan PendidikanKota Madiun 2014-2025 Tahun 2013 Pemerintah KotaMadiun dalam Halini DinasPendidikan,Pemuda, danOlahragaRp 235.000.000

Ketua(2014)

9. Penelitian Pengembangan SMA JarakJauh PemerintahProvinsi JawaTimur, 2013Rp 200.000.000Anggota(2014)

10. Penelitian mengenai ImplementasiKurikulum 2013 di 11 Propinsi diJawa Timur PenelitianKebijakanDirektoratJenderalPendidikan Tinggi,DirektoratPembelajaran danKemahasiswaanRp 398.000.000

Koordinator,2014

11. Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar BerbasisPaedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa

PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading of

Ketua (2015)

Page 116: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

116

No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Seven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 150.000.00012 Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar Berbasis

Paedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa (Tahun ke 2)

PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading ofSeven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 130.000.000

Ketua (2016)

10. Publikasi Ilmiah yang diterbitkan tahun 2009 Sampai dengan 2015:Artikel di Jurnal Internasionala. “An Evaluation of the Effectiveness of the Authentics Task on Students’

Learning Achievement of Plant Anatomy Concept in Surabaya StateUniversity”. Turkish Science Education Journal, Volume 12 Issue 3, pp 21-303 September 2015. ISSN 1304-6020b. “Supporting student in Learning with Multiple Representation to ImproveStudent’s Mental Model on Atomic Structure Concept”. Science EducationInternational. Archive 2015-2017 Volume 26 Issue 2 Juni 2015.www.icaseonline.net/seiweb/.a. “Mental model if Students on Stoichiometry Concept in Learning by MethodBased on Multiple Representation”. The on line Journal of New Horizon inEducation. Volume 5 Issue 2 April 2015. http://www.tojned.net/volume/php?Volume=5&issue=2

b. “Students mental model of stoichiometry Concept after Learning by Multiplerepresentation Methods”. Turkish Science Education Journal. ISSN 1304-6020. Accepted, 2014

Artikel di dalam Jurnal Nasionalc. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Teoritis Multi Siklus-Deal Untuk melatih

Keterampilan Pengambilan Keputusan dan Penguasaan Konsep IPA Pebelajar

Page 117: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

117

SD. Jurnal Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 09, Nomor 01,April 2012, halaman 1-81, ISSN 1289-6785d. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berorientasi Model Pemaknaanuntuk Melatih Keterampilan Berpikir pada Siswa SD”. Pendidikan Dasar, JurnalKajian Teori dan Hasil Penelitian Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN 2301-9158e. “Membangun Sensitivitas Moral, Penguasaan Konsep, dan Kemampuan BerpikirSiswa SD melalui Pembelajaran IPA berorientasi Model Pemaknaan” PendidikanDasar, Jurnal Kajian Teori dan Hasil Penelitian. Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN2301-9158

Publikasi dalam Bentuk Buku dan Proceeding Seminara. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Pembudayaan Nilai (Value) Melalui Pembelajaran IlmuKealaman”. Book Chapter: Asa Untuk Unesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 43-53.b. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Berpikir Tingkat Tinggi”. Book Chapter: Asa UntukUnesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 32-42.c. Ibrahim, Muslimin. (2014). Peran Pendidikan Sains dalam Implementasi Kurikulum2013. Proceeding Seminar Nasional Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, ISBN978-602-719999-0-3d. Ibrahim, Muslimin (2014) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Edisi Revisi.Surabaya: University Press. ISNB 978-979-028-344-2e. Ibrahim, Muslimin dan Sukartiningsih, Wahyu. (2014). Model Pembelajaran Inovatifmelalui Pemaknaan: Belajar Perilaku Positif dari Alam). Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN 978-979028-661-0f. Ibrahim, Muslimin. (2012). Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Edisi Kedua.Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-497-5g. Ibrahim, Muslimin. (2012). Seri Pembelajaran Inovatif: Konsep, Miskonsepsi, danCara Pembelajarannya. Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-557-6h. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Integrasi Fenomena IPA dalam Pembelajaran: SebuahAlternatif Pendidikan Komprehensif”. Bunga Rampai Pendidikan Karakter StrategiMendidik Generasi Masa Depan. Surabaya: University Press, ISBN 978-979-028-425-8i. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Dimensi Pendidikan dan Budi Pekerti dalam Model-model Biologi”. Sang Profesor: Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar. Surabaya:Unesa University Press. ISBN 978-979-028-459-3j. Ibrahim, Muslimin (2011). Buku Kurikulum dan Pembelajaran Biologi, Jakarta:Universitas Terbuka.k. Ibrahim, Muslimin (2009). Mikrobiologi, Konsep dasar dan Aplikasi. Surabaya:Unesa University Press. ISBN: 979-445-150-9l. Ibrahim, Muslimin. (2005). Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN: 979-445-020-0m. Ibrahim, Muslimin, Ismono, Fida Rachmadiarti. (2002). Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Unesa University Press

Page 118: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

118

11. Sebagai nara Sumber/ Makalah yang disampaikan pada berbagai kesempatanselama 2010 – 2015 (Pemakalah Utama dan Narasumber atas permintaan)

Tahun 20161. Narasumber pada Pelatihan Pekerti bagi Dosen Universitas Hasyim Asjhari,Jombang, 17 Pebruari 20162. Narasumber pada Pembekalan Mahasiswa Unesa Peserta PPL dengan Topik:Penumbuhan Budi Pekerti, Surabaya, 18 April 20163. Narasumber pada Pembekalan Guru-Guru SMA Kota Kendari: TentangPembelajaran Berbasis Masalah, Kendari 22-23 Mei 2016Tahun 20151. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Kurikulum Politeknik PerkapalanNegeri Surabaya, 15 Januari 20152. Pembicara Utama pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas pada Guru-guruyayasan Pendidikan Alhikmah Surabaya, tanggal 7 Pebruari 20153. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema Peran Biologi danPendidikan Biologi dalam menjawab Tantangan Pendidikan Global, UniversitasMuhammadiyah Malang, 21 Maret 2015.4. Pembicara utama pada Seminar dalam rangka Ulang Tahun ke 25 ProdiPendidikan Fisika Universitas Palangkaraya tanggal 26 Maret 20155. Pembicara Utama pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh UniversitasNegeri Jakarta, dengan Tema High Order Thinking, Jakarta, 11 April 2015.6. Nara sumber pada Workshop: Pemberdayaan Tim Penilaian Program InduksiGuru Pemula, diselenggarakan oleh Direktorat P2TK di Hotel Pangeran Padang,11 Mei 20157. Nara Sumber pada pelatihan Pekerti: Unesa Inovasi Pembelajaran. Surabaya 25-26 Mei 20158. Nara Sumber pada Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berkualitas, yangdiselenggarakan oleh Prodi PGSD Universitas Negeri Makassar, Makassar 13 Juni20159. Narasumber dalam Sosialisasi Sertifikasi Dosen di Akademi teknik KeselamatanPenerbangan, Surabaya, tanggal 17 Juni 2015.10. Pembicara Utama Seminar dilaksanakan oleh Konsorsium Pendidikan Indonesiadengan Tema: Pembelajaran Melalui Pemaknaan. Surabaya, 24 Juni 2015.11. Nara sumber pada Workshop Pembelajaran Inovatif di SMP Petra 5 dan 9Surabaya, 13 Juli 201512. Nara sumber pada Penyusunan Borang Akreditasi Program Studi 6 program studidi Universitas Negeri Gorontalo, 13 Agustus 201513. Pembicara Utama pada Seminar Nasional di Universitas Mulawarman Samarinda,Kaltim, dengan tema: Peran Pembelajaran Biologi dalam mempersiapkanGenerasi Cerdas Abad 21., Samarinda, 22 Agustus 201514. Nara sumber pada Workshop Pengembangan LKS terintegrasi Sikap Positipuntuk Kota Bontang dan Padang, dilaksanakan oleh Konsorsium PendidikanIndonesia, Surabaya, 26 Agustus 2015

Page 119: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

119

15. Pemakalah pada Pertemuan Pimpinan Program Pascasarjana LPTK se Indonesiadi dengan Judul: Modeling Sikap Positip Melalui Pemaknaan Fenomena Ipa SuatuAlternatif Pemberdayaan Siswa, Bandung 2-4 September 201516. Narasumber pada Workshop Pengembangan Instrumen Asesmen Proses danhasil belajar Mahasiswa pada Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,Surabaya, 10 September 201517. Pemakalah Pada Reviu Kurikulum PT dilaksanakan oleh Belmawa:Pengembangan Kurikulum S1 Pendidikan di Unesa, diselenggarakan olehDirektoral Belmawa, Jakarta 15-17 Oktober 201518. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Rencana pembelajaran Semester,Universitas Wachid Hasyim Jombanr, 26 Septewmber 201519. Narasumber pada pelatihan Pekerti Unesa: Kurikulum Berbasis KKNI, Surabaya,2-4 November 201520. Nara sumber pada pelatihan pekerti Unesa: Teori Belajar dan PembelajaranInovatif , Surabaya, 2-4 November 2015.21. Nara sumber pada pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik Isu-Isu Pendidikan tinggi, dan Kurikulum KKNI dan PembelajaranKarakter. Surabaya, 9 November 2015.22. Narasumber pada Pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik: Teori Belajar dan Pembelajaran Inovatif. Surabaya, 10 November201523. Narasumber pada Pelatihan penulisan Artikel Jurnal Ilmiah, di LPPM Unesa, 17November 2015.24. Pembicara pada Pertemuan Guru-guru dan Yayasan Lab School Unesa: Rahasiamenjadi Guru Berhasil, Surabaya, 18 Desember 201525. Narasumber pada pelatikan Pekerti Dosen Stikes Lamongan: Isu PendidikanTinggi dan Kurikulum KKNI, Lamongan, 21 Desember 2015.

Tahun 20141. Pemakalah Utama pada Seminar dan Workshop Pendidikan Sains PPs Unesadengan tema: “Inovasi Pendidikan Sains dalam menyongsong Kurikulum 2013”,Tanggal 18 Januari 20142. Pemakalah Utama pada Simposium Regional Sumatera dengan Tema Kurikulum2013 menuju Indonesia Cerdas dan Berkarakter Kuat, tanggal 27 Januari 2014.3. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Implementasi Kurikulum2013” yang diselenggaranakn oleh STKIP PGRI Banjarmasin, Tanggal 10 Mei20144. Pemakalah Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dengan tema:“Pendidikan dan Sains dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, yangdiselenggarakan oleh Universitas Ronggolawe Tuban, tanggal 19 April 2014.Prosiding ISBN: 978-602-71999-0-35. Pembicara Utama pada Workshop dengan Tema: Standar Minimal KurikulumPendidikan Biologi dan Kompetensi Lulusan Berdasarkan KKNI, 17 Mei 20146. Narasumber pada workshop Akreditasi Prodi dalam Meningkatan MutuPerguruan Tinggi Melalui Proses Akreditasi yang Terencana dan berkelanjutan,Pusat Penjaminan Mutu Universitas Muhammadiyah Surabaya, 7 Juni 2014

Page 120: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

120

7. Narasumber pada Workshop Penyusunan Perangkat Perkuliahan PendidikanGuru MIPA Unggulan Berbasis KKNI FKIP Unmul Samarinda , 13-14 Oktober20148. Narasumber pada Workshop Pengembangan Bahan Pembelajaran danInstrumen Penilaiannya di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 11 Oktober20149. Tenaga Ahli pada Workshop Telaah Kurikulum Pendidikan Guru MIPA UnggulanUnlam Banjarmasin 24 – 26 Nopember 201410. Pembicara Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains ProgramPascasarjana Universitas Negeri Yogya: Asesmen Autentik pada PembelajaranSains Abad 21. Yogyakarta 1 Nopember 2014.11. Pembicara Utama pada Seminar Pengembangan Kerangka berpikir penelitian diUniversitas trunojoyo Madura, tanggal 12 Nopember 201412. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Sains dan InovasiPembelajaran Berbasis Kearifan Lokal, 22 Nopember 201413. Pembicara Utama pada Forum Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan SeluruhIndonesia dengan Judul Pendekatan Saintifik yang diselenggarakan olehDirektorat P2 Tk di Batam tanggal 27 Nopember 2014Tahun 20131. Pemakalh Utama Pada Seminar Nasional “ Pembelajaran Kimia Berbasis karakter”Menyognsong Kurikulum 2013” Jurusan Kimia FMIPA Unesa, tanggal 27 April 2013.2. Pemakalah Utama Pada Seminar Nasional “Peningkatan Kreativitas bangsa MelaluiMIPA dan Pembelajaran MIPA yang diselenggarakan oleh FKIP Univeristas NegeriJember tanggal 31 Maret 2013.3. Narasumber pada Workshop Nasional Pendidikan Kimia Unesa, tanggal 22 April20134. Pemakalah Utama pada Seminar Nasipnal Pendidikan Biologi dengan tema The 21stskill pada Pendidikan Biologi dalam Persepektif Kurikulum 2013, diselenggarakanoleh Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah, tanggal 30 Juni20135. Sebagai Tanaga Ahli pada kegiatan Workshop KKNI pada Program Pendidikan GuruMIPA Unggulan Universitas Lambung Mangkurat, 24-26 Nopember 2013Tahun 20121. Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar, Pembicara pada workshop pembelajaranInovatif Surabaya Gedung Millenium 7 Januari 20122. Pemateri pada Pelatihan Asesor Akreditasi Internal yang diselenggarakan oleh PusatPenjaminan Mutu Unesa, tanggal 22- 23 Mei 2012.3. Pembicara pada Seminar Internasional Sangguru tanggal 8 September 2012 di Unesa4. Pembica Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains di Program PascasarjanaUNS Surakarta tanggal 3 Nopember 2012.5. Nara sumber pada Seminar Pengembangan Kurikulum Jurusan Pendidikan MIPAyang Mengacu pada KKNI, FKIP Ummul Samarinda, 17 dan 18 Desember 2012

Page 121: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

121

Tahun 20111. Media pembelajaran Phet, untuk Guru-Guru di Surabaya, Pelaksana Yayasan Tunasbangsa2. Pengembangan Rencana pelaksanaan Pembelajaran, Untuk Guru-guru di Surabaya,Pelaksana Yayasan Tunas bangsa3. Pendidikan Karakter untuk Guru-guru dan dosen dalam seminar di IAIN SUnanAmpel Surabaya, 18 Mei 2011.4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Unsuri Ponorogo tanggal 19 Maret, 17April, dan 8 Mei 2011.5. Pemakalah pada Review Pengembangan Kewirausahaan dan Teaching Factory, 19-20 Pebruari 2011. Di Cerme Gresik6. Pendidikan Karakter, IAIN Sunan Ampel Surabaya Juli 2011.7. Pendidikan Karakter, Pembicara Utama Pada seminar Nasional Biologi danWorkshop 2011, 23 Juli 20118. Pemakalah Utama pada seminar Nasional Integrasi Pendidikan Karakter dalampembelajaran sains untuk meningkatkan profesionalisme guru., Surabaya, 10Desember 20119. Narasumber pada Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar teknik Intruksional(Pekerti) dan Applied Approach (AA) yang diselenggarakan oleh UPT-P4 Unesatanggal 2 Nopember sd. 29 Desember 2011Tahun 20101. Sebagai pemakalah Pada Seminar Nasional Tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Diselenggarakan oleh Majalah Ilmiah Guru Dwijakarya JawaTimur, Jombang 31 Januari 2010.2. Sebagai pemakalah tentang Pembelajaran Inovatif dan Asesmennya,diselenggarakan dalam rangka pembentukkan sekolah kawasan, Surabaya, 4Pebruari 2010.3. Sebagai pemakalah pada Diklat: Pengembangan Softskill, dilaksanakan oleh IKAUnesa, lamongan, 7 Pebruari 20104. Sebagai Pemakalah pada Diklat nasional tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Dilaksanakan oleh Yayasan Beasiswa Tunas bangsa, Mojokerto, 8pebruari 2010.5. Pemakalah pada Seminar Nasional yang dilaksanakan oleh PGRI Wilayah JawaTimur tentang: Pendidikan Karakter, Surabaya, 14 Pebruari 2010.6. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Mojokerto, 21 Pebruari 2010.7. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Probolinggo, 21 Maret 2010.A. Memberi Kuliah Semester Genap 2014-20151. Landasan Kependidikan (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan2. Pembelajaran Inovatif II (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi Angkatan 2013:Kelas A, Kelas B, dan Kelas Unggulan3. Mikrobiologi Dasar (3/1 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2013: Kelas A, KelasB, dan Kelas Unggulan.

Page 122: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

122

4. Seminar Pendidikan Biologi (2 sks) 3 kelas S1 Pendidikan Biologi 2012: Kelas A,Kelas B, dan kelas Inter5. Teori Belajar (2 sks) 6 kelas S1 Pendidikan Biologi 2013 dan 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan.6. Keanekaragaman Makhluk Hidup (3 sks) 2 kelas S1 Pendidikan Sains: Kelas Adan Kelas B.7. Isu dan Trend Pendidikan Sains (2 sks) 3 kelas S2 Pendidikan Sains8. Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar (2 kelas) S2 Pendidikan Sains9. Pengembangan Pembelajaran IPA SD (2 sks) S2 Pendidikan Dasar10. Pengembangan Instrumen (2 sks) 1 kelas S3 Pendidikan SainsB. Pengabdian kepada masyarakat:1. Desk Evaluation BAN-PT, di Jakarta 29 April sd. 1 Mei di Jakarta.2. Visitasi ke STKIP Singkawang 20103. Visitasi BAN PT ke STKIP Sera lahat 13 sd 15 Mei 20114. Visitasi BAN PT ke UNJ Jakarta 19 sd 21 Mei 20115. Verifikasi kemiripan Isian Deskripsi Diri DYS, 10-11 Nopember 2011 HotelBintang Griya Wisata Jakarta.6. Visitasi BAN PT Keprogram Studi Pendidikan Biologi Universitas NegeriMakassar, 28-30 Juli 2011.7. Visitasi BAN PT ke STKIP Primagalatung Sengkang Sulawesi Selatan, 6 sd. 9Oktober 20118. Visitasi BAN PT ke IAIN Ambon, Maluku 13 sd. 16 Oktober 20119. Visitasi BAN PT keSTKIP Nias Selatan di Kepulauan Nias 18-20 Nopember 201110. Visitasi BAN PT ke STKIP Muhammadiyah Manokwari Papua Barat, 6 – 8 Oktober201111. Visitasi BAN PT ke Program PPG Universitas Negeri Makassar, 15-17 Desember201112. Visitasi BAN PT k eke program PPG UNP Padang, 22 -24 Desember 201113. Pelatihan Penyusunan LKS Berbasis Kurikulum 2013 Bagi Guru-guru SMAKemala Bhayangkari 1 Surabaya, tanggal 13 September 2014C. Pengalaman sebagai Reviewer Mitra bestari, beberapa jurnal penelitian a.l. Jurnal Pendidikan Biologi UMMalang, Penulis dan Reviewer Buku Pelajaran Untuk Kelas Internasional SMP atas biayaDepdiknas Pendamping Penulisan Buku Oleh Dr. Hadi Suwono, MS., dibiayai Dikti. Reviewer untuk Materi pelatihan Guru Profesional yang dikembangkan OlehLembaga Kualita Pendidikan Indonesia Reviewer dan konsultan penulisan LKS oleh Kualita Pendidikan Indonesiabernuansa karakter kerjasama dengan Pemkot Padang Sumatera Barat Mereview buku yang ditulis oleh beberapa penulis seperti: Hansan Subekti, DR.Mohammad Thamrin Hidayat, Prof. Endang Sunsanti

Page 123: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

123

D. Pembimbing14. Membimbing Tesis Mahasiswa S2 Pendidikan Sains dan Pendidikan Dasar UniversitasNegeri Surabaya (15 orang) sedang berjalan.15. Membimbing Skripsi Mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA Unesa (3 orang) sedangberjalan.16. Membimbing Disertasi 15 Mahasiswa S3 Pendidikan Sains Unesa sebagai promotordan 13 orang mahasiswa sebagai ko-promotor, sedang berjalanD. Jabatan Sekaranga. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa dan Master of Refresentative ISO9001: 2008 di PPs Unesab. Ketua Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sumber Belajar LP3M Unesac. Anggota Tim Pengembangan Kurikulum pada Proyek 7 in 1 Universitas NegeriSurabaya, 2014 sd. sekarangd. Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 2003/2004 sd.Sekarang.e. Sekretaris Panitia Pelaksana Sertifikasi Dosen PTP 1039 Unesaf. Anggota Tim Ahli Sertifikasi Guru Rayon 114 Unesah. Anggota Tim Penilaian Angka Kredit Dosen FMIPA Unesai. Anggota Tim Penilai Angka Kredit Dosen FMIPA- Unesaj. Anggota Senat Unesak. Anggota Komisi Guru Besar Senat Unesal. Anggota Senat FMIPSA UnesaE. Tanda Penghargaana. Penghargaan sebagai Peneliti Berprestasi Tahun 2014, tanggal 19 Desember 2015b. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 40 Tahun sebagai Pendidik Tahun 2014c. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 35 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2009d. Piagam Penghargaan Dharma pengabdian 30 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2004Surabaya, 12 Januari 2016

Prof. DR. Muslimin Ibrahim, M.Pd.NIP 195104011974121002

Page 124: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

124

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran

1. Honor

Honor Honor/Jam(Rp)

Waktu(jam/minggu)

Minggu Honor per Tahun(Rp)Th 1 Th 2

Ketua 12.500 20 40 10.000.000 10.000.000Anggota 1 8.500 15 40 5.100.000 5.100.000Anggota 2 8.500 15 40 5.100.000 5.100.000SUB TOTAL (Rp) 20.100.000 20.100.000

2. Peralatan PenunjangMaterial Justifikasi

PemakaianKuantitas Harga

Satuan(Rp)

Harga PeralatanPenunjang (Rp)Th 1 Th 2

Videomodel danbuku

Merekam videomodel sinergipembelajaran

2 24.000.000 14.000.000 14.000.000

Page 125: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

125

panduan IPA TKICD blank Back up data 20 keping 3000 30.000 30.000

Flash disk Back up data 4 100.000 200.000 200.000Pemeliharaan

Komputer,scanner, printer

2 tahun 1.600.000 1.300.000 1.300.000

SUB TOTAL(Rp) 15.530.000 15.530.000

3. Bahan Habis PakaiMaterial Justifikasi

PemakaianKuantitas Harga

Satuan(Rp)

Biaya per Tahun (Rp)Th 1 Th 2

Kertas A4 70 gr 5 rim pertahun

10 rim 40.000 200.000 200.000

Tinta toner laserjet

Untukprintout

2 tube/thn 800.000 800.000 800.000

Modem dan(pulsa)

Pelacakanpustaka,

3 200.000 400.000 400.000

Fotokopiinstrumen untukujicoba

100 hlm x2 eksp. x12 tes

1200 hlm 200 240.000 240.000

Fotokopidokumen studilapangan/pustaka / ujicoba

200 hlm x20 eksp

4000 hlm 200 800.000 800.000

Fotokopidokumen FGDgroup

50 eks x 75hlm

7500 hlm 2000 3.750.000 3.750.000

SUB TOTAL (Rp) 6.190.000 6.190.0004. PerjalananMaterial Justifikasi

PerjalananKuantitas Harga

Satuan(Rp)Biaya per Tahun (Rp)

Th 1 Th 2

Perjalanandalam kotaSurabaya

Survei danujicoba terbatas,4 x PP

2 org 450.000/org

900.000 900.000

Perjalanan keBanyuwangi

Ujicoba skalaluas, 4 x PP

4 org 800.000/org

4.800.000 4.800.000

Perjalanan keKediri

Survei danUjicoba skalaluas, 4 x PP

4 org 800.000/org

4.800.000 4.800.000

Perjalanan keLumajang

Survei danUjicoba skala

4 org 800.000/org

4.800.000 4.800.000

Page 126: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

126

luas, 4 x PPSUB TOTAL (Rp) 15.300.000 15.300.000

5. Lain-lain

Material JustifikasiPemakaian

Kuantitas

Harga Satuan(Rp)

Biaya per Tahun (Rp)Th 1 Th 2

1. Pertemuan

Validasi (2x 3org),

Seminar: 2 x 40org

Uang sidang dantransport focusgroup: 10 org x250.000

2 kali

2 kali

4 kali

500.000/org

50.000/org

250.000/org

1.500.000

2.000.000

5.000.000

1.500.000

2.000.000

5.000.000

2. Laporan Penggandaan 15x 200 hlm x 200dan kirim 10eksp,

15 eksp

10 eksp

40.000

10.000

600.000

100.000

600.000

100.0003. Publikas

i jurnalJurnalterakreditasiJurnalinternational

1

1

2.000.000

5.000.000

1.000.000

5.000.000

SUB TOTAL (Rp) 10.200.000 10.200.000

Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian yang Tersedia

Nama Jumlah Kondisi

Komputer (Laptop)

Printer

Handycam

Lab. Pendidikan Sains

3

3

1

1

Baik

Baik

Baik

Memadai

Page 127: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

127

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS

No NamaInstansi

AsalBidang

Ilmu

AlokasiWaktu(jam/

minggu)

Uraian Tugas

Page 128: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

128

1. Dr. Erman,M.Pd.

ProdiS2/S3PendidikanSainsFMIPA

PendidikanSains,

8 jam(12bulan)

Penyusunan Proposal, draf(model dan perangkat,buku), penyusunaninstrument penelitian,Penyusunan jadwalpenelitian

2. Prof. Dr.Rudiana, M.Pd.

ProdiS2/S3PendidikanSains PPs

PendidikanSains,Kimia

6 jam(12bulan)

Penyusunan Proposal, draf(model dan buku)penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan

3. Prof. Dr.MusliminIbrahim, M.Pd.

ProdiS2/S3PendidikanSains PPs

PendidikanSains,Pendidikanbiologi

6 jam(12bulan)

Penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan,penyusunan draf (model,perangkat, buku)

4 1 mahasiswa S3

2 mahasiswa S2

ProdiS2/S3PendidikanSains

Penelitian Disertasi dantesis dan publikasi kejurnal terakreditasi (S2)dan jurnal internasional(S3)

BIODATA PENGUSUL

a. Identitas Diri

Page 129: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

129

1 Nama Lengkap Dr. Erman, M.Pd.

(L)

2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

3 Jabatan Struktural --

4 NIP 197106051999031002

5 NIDN 0005067105

6 Tempat dan Tanggal Lahir Wasindoli (Buton), 5 Juni 1971

7 Alamat Rumah Graha Permata Sidorejo Indah U-9 Krian

Sidoarjo

8 Nomor Telepon --

9 Alamat Kantor Kampus FMIPA Unesa Ketintang Surabaya

10 Nomor HP 081357389212

11 Alamat e-mail [email protected]

12 Mata Kuliah yang diampu 10. Kimia

11. Biokimia

12. Metodologi Penelitian

13. Ilmu Alamiah Dasar

14. Pembelajaran inovatif

15. Pembelajaran sains

16. Landasan pendidikan

17. Filsafat sains

18. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Page 130: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

130

b. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi

IKIP Ujung Pandang IKIP Malang Universitas

Pendidikan

Indonesia

Bidang Ilmu Pend. Kimia Pend. Kimia Pend. IPA

Tahun Masuk-

Lulus

1990-1994 1995-1998 2009-2012

Judul

Skripsi/Tesis

Analisis MK TPB

dikaitkan dengan MK

bidang studi Mhs.

Jurusan Pend. Kimia

IKIP Ujung Pandang

Kajian kesalahan

konsep dalam materi

ikatan kovalen

mahasiswa S1 pend.

Kimia FKIP Unhalu

Pembelajaran

biokimia melalui

analisis kasus-

kasus olahraga

untuk

meningkatkan

sport

biochemistry

literacy

mahasiswa

Nama

Pembimbing

Drs. La Tang, M.Pd. Prof. Drs. Effendy,

M.Pd., Ph.D

Prof. Dr.

Liliasari, M.Pd.

c. Pengalaman Penelitian

Page 131: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

131

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (juta

Rp)

1 2013 Pengembangan paket intervensi dalam paket

belajar IPA terpadu SMP untuk meningkatkan

kemampuan berpikir abstrak siswa

Hibah

bersaing

51,250

1 2009 Pengembangan Model Intervensi dan Program

Latihan Berpikir Abstrak dalam Pembelajaran

IPA SD

Hibah

bersaing

50

2 2009 Intervensi Konstruktivis dalam Pembelajaran

Biokimia untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Abstrak Mahasiswa

Hibah

Stranas

50

3 2008 Pengembangan Model Intervensi dan Program

Latihan Berpikir Abstrak dalam Pembelajaran

IPA SD

Hibah

Bersains

45

4 2007 Pengembangan bahan belajar dan pedoman

latihan

Siswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkan

prestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajar

siswa

Hibah

bersaing

45

5 2006 Pengembangan bahan belajar dan pedoman

latihan

Siswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkan

prestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajar

Hibah

bersaing

35

Page 132: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

132

siswa

d. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal

No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1 2012 Pembelajaran bokimia melalui

analisis kasus-kasus olahraga untuk

meningkatkan sport biochemistry

literacy mahasiswa

18/5/2012 JIP

(Jurnal Ilmu

Pendidikan)

2 2012 Latihan menganalisis kasus

olahraga untuk meningkatkan

penguasaan konsep biokimia

mahasiswa ilmu keolahragaan

19/1/2012 JPP (Jurnal

Pendidikan dan

Pembelajaran)

3 2008 Intervensi kognitif dalam

pembelajaran IPA untuk memacu

perkembangan kemampuan berpikir

abstrak siswa SD

(terakreditasi)

15 / 1 JPP (Jurnal

Pendidikan dan

Pembelajaran

4 2007 Latihan Mengorganisasi konsep

untuk meningkatkan hasil belajar

kimia siswa berkemampuan pikir

konkrit (Terakreditasi)

14 / 2 JIP (Jurnal

Ilmu

Pendidikan)

5 2006 Latihan mengorganisasi konsep

untuk meningkatkan kemampuan

siswa berkemampuan pikir konkrit

13 / 1 JPP

Page 133: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

133

memahami konsep abstrak

(terakreditasi)

e. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada Pertemuan/Seminar

No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan tempat

1 Kuliah tamu di FKIP

Universitas Wiraraja

Sumenep, 25

Desember 2014

Problematika penerapan

kurikulum 2013

24 Desember 2014 di

FKIP Universitas

Wiraraja Sumenep

2 Seminar nasional 6

Pendidikan IPA

Berdaya saing dengan

literasi sains

20 Desember 2014,

FMIPA Unesa

3 Indonesian konference Sport science in Indonesia 9 October 2014,

Flinders University,

Adelaide Australia

4 Semnas 5 Pendidikan

sains

Analisi kemampuan

berpikir abstrak siswa SMP

Tahun 2013, FMIPA

Unesa

5 Semnas 4 Pendidikan

sains: The 21st

Century Skills

Filsafat sains dan calon

guru IPA

Tahun 2012, FMIPA

Unesa

6 Semnas: Sport

Scientific Literacy

Konsep dasar sport

scientific literacy

Tahun 2011, FIK Unesa

7 Seminar internasional:

Kebijakan

Pengembangan

Sport scientific literacy

dalam konteks

pengembangan olahraga

Tahun 2011,

Kemengpora Lombok

Page 134: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

134

Olahraga Bahari bahari

8 The 5 st International

Seminar on Science

Education

Using sport cases analysis

in biochemical clases to

improve students’ sport

scientific literacy

Tahun 2011, SPS UPI

Bandung

9 The 4 th Internasional

Seminar on Science

Education

Teaching of science for

athletes students in sport

senior high school Sidoarjo

Tahun 2010, SPS UPI

Bandung

10 Semnas sains:

Optimalisasi sains

untuk pemberdayaan

manusia

Optimalisasi pembelajaran

sains di sekolah menengah

khusus olahragawan

Tahun 2010, Unesa

11 The 3rd International

Seminar on Science

Education”

Challenging Science

Education in Digital

Era”

The intervention model in

science teaching process of

4 th grade students of

elementary

Tahun 2009,

SPS UPI Bandung

f. Pengalaman Penulisan Buku

No Tahun Judul Buku Jumlah

halaman

Penerbit

1 2009 Metodologi Penelitian Olahraga 280 Unesa Press

Page 135: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

135

2 2008 Pengantar Biokimia Olahraga 135 Unesa Press

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai

ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Payung Unggulan Fakultas.

Surabaya, 18 Mei 2016

Pengusul

(Dr. Erman, M.Pd.)

BIODATA RUDIANA

1 Nama Lengkap Prof. Dr. Rudiana Agustini

2 Jabatan Fungsional Guru Besar

3 Jabatan Struktural -

4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 196010081990022001

5 NIDN 0010086008

6 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 10 Agustus 1960

7 Alamat Rumah Wisma Pagesangan I/18 Surabaya

8 Nomor Telepon/Faks/HP 081332034440

9 Alamat Kantor Kimia- FMIPA Universitas Negeri

Surabaya

10 Nomor Telepon/Faks

11 Alamat E-mail [email protected]

Page 136: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

136

12 Lulusan yang Telah

Dihasilkan

S-1= 20

13 Mata Kuliah yang Diampu 9. Biokimia I dan II (S1)

10. Mikrobiologi (S1)

11. Kimia Lingkungan (S1)

12. Assesment (S1 dan S2 )

13. Biologi Dasar (S1 dan S2)

14. Pengetahuan Lingkungan (S1)

15. Metodologi Penelitian (S2)

16. Pengembangan Kurikulum (S2)

F. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3Nama Perguruan Tinggi IKIP Surabaya IKIP Surabaya UNAIRBidang Ilmu Biologi Biologi MIPA

(Biokimia)Tahun Masuk-Lulus 1984 1988 2003JudulSkripsi/Thesis/Disertasi

Karakterisasidan imobilisasiprotease isolateCG-10 darisumber airpanas CangarJawa Timurdengan matrikspendukungbentonit

NamaPembimbing/Promotor

Dra.Rukmawati Prof.dr.PurnomoSuryo Hudoyo

G. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan1 2010 Sintesis dan Karakterisasi Penelitian Rp. 30.500.000

Page 137: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

137

Biopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik

Fundamental tahun I,DP2M

2 2011

Sintesis dan KarakterisasiBiopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik

PenelitianFundamental tahunII, DP2M

Rp. 40.000.000

3 2012 Penerapan Model PembelajaranSTAD Termodifikasi UntukMelatihkan KemampuanBerfikir Kritis Dan Self EfficacyMahasiswa Kimia KelasInternasional 2010 Pada MateriBiokimia I

PenelitianKelasInternasional

Rp. 5.000.000

4 2012 Rancang Bangun Penelitian:Design Hidrolisat Tempe AfkirSkala UMKM

PenelitianKerjasamadenganBalitbang,Ketua

Rp. 212.000.000

5 2012 Pemetaan Manajemen Resiko diUniversitas Negeri Surabayadalam Rangka mewujudkanGood University Governance

PenelitianKerjasamaDP3M

Rp. 75.000.000

2013 Pengembangan TeknologiProses produksi bioetanol dariLimbah Tanaman Jagungdengan tambahan prosessakarifikasi

PenelitianUnggulanPerguruantinggi

6 2013

Produksi biohidrogen melaluirekayasa biomassa limbahindustri tapioka secaraterintegrasi dan aplikasinya

Hibahbersaing,DP2M

Rp. 60.000.000

7 2014

Development and Upgrading ofSeven Univerties in Improvingthe Quality and Relevance ofHigher Education in Indonesia

PenelitianUnggulanPerguruanTinggi

8 2014 Implementasi Lesson Study SK Rektor Rp. 5.000.000

Page 138: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

138

H. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun TopikPendanaan

Sumber Jml (JutaRp)

1 2009

Narasumber pada kegiatansosialisasi: arti kode plastikdan dampakpenyalahgunaannya

Mandiri

2 2009

Narasumber pada kegiatansosialisasi dampak negatipdan daur ulang minyak gorengbekas

Mandiri

3 2011

Narasumber pada kegiatanpelatihan Industri kecilmenengah tentang makananolahan yang diselenggarakanoleh Koperasi disperindagTrenggalek

KoperasidisperindagTrenggalek

9.000.000

4 2011Narasumber Bimbingan lanjut(binjut) bagi wanita tunasusiladi Jawa Timur

5 2013

Pelatihan Penulisan Karyailmiah berbasis penelitiantindakan kelas (PTK) bagiguru-guru anggota MGMPKimia Kabupaten Gresik

MGMPKimiaKabupatenGresik

6 2014

Narasumber pada PelatihanKepala Laboratorium IPAGuru-guru di kota Mojokerto(pola 100 JP)

Kerja samaMGMP guruIPAMojokertokota

80.000.000

7 2014Narasumber pada KegiAtanPelatihan Penilaian Autentikkurikulum 2013 sebagai

Unesa 5.000.000

untuk meningkatkan penguasaankonsep dan Motivasi belajarMahasiswa pd mata kuliahBiokimia I

no:311/UN.38/HK/LT/2014 tgl19September2014

Page 139: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

139

upaya penyempurnaan prosespembelajaran di SMP LabSchool

I. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun

Terakhir

No Judul Artikel IlmiahVolume/Nomor/

TahunNama Jurnal

1 Penerapan modelpembelajaran diskusi kelasdengan strategi Beach ballpada materi pokok larutanelektrolit dan non elektrolit diSMAN 22 Surabaya

Vol 1 no 1 Mey2012

Unesa Journal ofchemistry

2 Pengaruh suhu polimerisasi L-asam laktat melalui metodering opening polimerization(ROP) terhadap karakteristikPLA

Vol 1 no 1 Mey2012

Unesa Journal ofchemistry

3 Peningkatan Self Efficacy DanBerpikir Kritis MelaluiPenerapan ModelPembelajaran Inkuiri MateriPokok Asam Basa Kelas XiSman 9 Surabaya

Vol. 1 No. 2Mey 2012

Unesa Journal ofEducationalChemistry

4 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain

Vol 2 No 2,May 2013

Unesa Journal ofChemistry

5 Pengembangan mediapermainan 7 icon chemistrypada materi pokok ikatan kimiauntuk meningkatkan hasilbelajar siswa kelas x sma(development of media 7 iconchemistry games for chemicalbonding to improve studentlearning outcomes x seniorhigh school)

Volume 2 No. 32013

Unesa Journal ofEducationalChemistry

6 Pengaruh massa gliserolterhadap titik leleh plastikbiodegradable dari pati ubikayu

Vol 2 No 2,Januari 2013

Unesa Journal ofEducationalChemistry

Page 140: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

140

7 Preparation and properties afpapain immobilized onto metalion cross-linked chitosan beads

October-Decembervolume 4 issue 4page no.121)2014

Research JournalofPharmaceutical,Biological andchemicalsciences,

8 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain

Vol 2 No 2,May 2013

Unesa Journal ofChemistry

9 The Effect of temperature angpH on sweet potato starchresidue fermentation toproduce Biohydrogen throughDark Fermentation using yeast

2013 Unesa Journal ofChemistry

10 Pengaruh konsentrasi onggokindustri tapioka dan urea padaproduksi biohidrogen melaluifermentasi gelap

2013 Unesa Journal ofChemistry

11 Pengaruh waktu fermentasi dankonsentrasi bibit kefir terhadapmutu kefir susu sapi

2013 Unesa Journal ofChemistry

12 Pengembangan instrumentpenilaian kinerja siswa untukmengases ketrampilan prosesdalam praktikum senyawa polardan non polar kelas X SMA

Volume 3 no 3tahun 2014

Unesa Journal ofEducationalChemistry

13 Pengembangan E-Bookberorientasi Mind Mappingpada materi pokokHidrokarbon untuk SMA kelasXI

Volume 3 no 3tahun 2014

Unesa Journal ofEducationalChemistry

Belajar Biologi Melalui ModelPembelajaran Kooperatif TipeMake A Match dan The powerof two Pada Konsep SistemEkskresi Siswa Kelas XI IPASMAN I SunnguminasaMakasar

Vol. 4, No. 1Nov 2014

Jurnal PenelitianPendidikan Sains

Pengembangan PerangkatPembelajaran SainsBerorientasi Guided DiscoveryUntuk MengajarkanKemampuan Berpikir Kreatif

Vol. 4, No. 1Nov 2014

Jurnal PenelitianPendidikan Sains

Page 141: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

141

dan Penguasaan Konsep

J. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar

Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

NoNama PertemuanIlmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu danTempat

1 Internationalworkshop on“EnvironmentalPollution,Standards AndCountermeasure InAsian Countries”

Waste Management And It’sProblems In Indonesia: TheFacts And Strategies.

EcotopiaScienceInstitute,NagoyaUniversity,Japan, 2010

2 Seminar NasionalKimia 2014

Pengembangan PerangkatPembelajaran BerkarakterBerbasis inkuiri untukmeningkatkan Hasil Belajarsiswa SMP

20 September2014

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian Kebijakan.

Surabaya, Mei 2016

Pengusul

(Prof.Dr.Rudiana Agustini. MPd.)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 142: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

142

1. Nama : Prof. Dr. H. Muslimin Ibrahim, M.Pd.2. Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IVE/1951040119741210023. Jabatan Fungsional : Guru Besar4. Jabatan : a. Ketua Pusat Pengembangan Pendidikan Dasar danMenengah – LPPM Universitas Negeri Surabayab. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa Surabayac. Tim Pendukung Pengembangan Kurikulum Unesa(IDB Prohject)5. Alamat :a. Rumah : Jl. Tenggilis Utara 7/11 Surabaya, 60292E-mail : [email protected]@unesa.ac.idNomor Telpon Rumah: 031-8418571, 031-8411448,Mobile: 0818334811b. Kantor : Kampus Unesa Ketintang SurabayaNomor Telpon/Fax : 031-82934846. Riwayat Pendidikan dan Pelatihan:

No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/Jurusan1. Sekolah Dasar Negeri KeratoSumbawabesar, 1964 -

Page 143: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

143

No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/JurusanNTB2. Sekolah MenengahPertama Negeri Sumbawabesar,NTB 19673. Sekolah Menengah AtasNegeri Sumbawabesar,NTB 1970 IPA4. Sarjana Muda IKIP Malang 1973 PendidikanIlmu Hayat5. Sarjana IKIP Surabaya 1978 PendidikanBiologi6. Pascasarjana IKIP Malang 1985 KependidikanBiologi7. Doktor UniversitasAirlangga Surabaya 1994 Mikrobiologi/MIPA8. Short Course on

Assessment andEducational System

Curtin University ofTechnologyAustralia, PerthWestern AutraliaPebruari –March 2010dan 2012

9. Immersion Program forBAN-PT Assessor onEvaluation andAccreditation for HigherEducation

NIAD-UE Tokyo-Japan Sept –October201010. Sit in on Curriculum

DevelopmentPrince SongklahUniversity (PSU)Pattani, Thailand 2012 Pattani,Thailand

11. Pelatihan ISO 9001:2008 pendampinganISO PPs Unesa PPs Unesa 2014 Surabaya,Indonesia12 Pelatihan ReviewInternal Penelitian Multi Lembaga Penelitian 12 April Surabaya,

Page 144: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

144

No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/JurusanTahun ProgramDesentralisasi danSentralisasi Tahun 2012 Unesa 2012 Indonesia13 Pelatihan AMI (Auditor

Mutu Internal) ISO9001:2008 dan 2011; diPPs UnesaPT. First ConsultingIndonesia – PPsUnesa 3 Maret2015 SurabayaIndonesia

7. Pengalaman Mengajar

No. Mata Kuliah Tempat1. Mikrobiologi Dasar S-1 Pend.Biologi Unesa2. Mikrobiologi Terapan S-1 Pend.Biologi UnesaS-1 Pendidikan Sains Unesa3. Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar I, II,dan III S-1 Pend.Biologi Unesa4. Metode Penelitian Pendidikan Biologi S-2 Pendidikan Sains UnesaS-1 Pendidikan Biologi UnesaS-1 Pendidikan Biologi UNMUHS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar UnesaS-3 Pendidikan Sains Unesa5. Biologi Umum S-2 Pendidikan Sains UNESA6. Biologi II (Mikrobiologi Lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA

Page 145: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

145

No. Mata Kuliah Tempat7. Biologi IV (Genetika lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA8. Pengembangan Instrumen Hasil Belajar S-2 Ilmu Agama Islam UniversitasMuhammadiyah SurabayaS2-Pendidikan Sains Unesa9. Pengembangan Instrumen S3 Pendidikan Sains UNESA10. Teori Belajar lanjut S3 Pendidikan Sains UNESA11. Asesmen hasil Belajar S2 Pendidikan Sains UNESA12. Biometri S1 Pendidikan Biologi UniversitasMuhammadiyah Surabaya13. Mikrobiologi dan Parasitologi S-1 STIKES Mojopahit Mojokerto(Kerjasama dengan FMIPA Unesa)14. Problematika dan Inovasi Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi UnesaS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar Unesa15 Pembelajaran Inovatif I dan II S-1 Pendidikan Biologi Unesa16. Seminar Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi Unesa17. Keanekaragaman Makhluk Hidup S-1 Pendidikan Sains Unesa18. Isu dan Trend Pendidikan Sains S-2 Pendidikan Sains Unesa

Page 146: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

146

8. Pengalaman Penelitian dan Pengembangan (5 tahun terakhir)

No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/1. Pengembangan Model PembelajaranInovatif untuk Pemberdayaan Siswa(Model Pemaknaan Fenomena IPA) Balitbang Diknas,Pusat PenelitianKebijakan danInovasiRp 2.5 M

Koordinator2007-2008Ketua IPA2. Penelitian Strategis nasionalPengembangan Perangkatpembelajaran Inovatif melaluiPemaknaan dalam Mapel IPA danBahasa

DIKTIRp 75.000.000 2009 Melibatkanmahasiswapascasarjana3. Pengembangan PerangkatPembelajaran Berbahasa InggrisUntuk Kelas Internasional BiologiFMIPA

DIKTIRp 10.000.000 Mandiri (Ketua)20104. Pemetaan Dan Pengembangan MutuPendidikan Sekolah Menengah AtasDi Kota Surabaya, Kabupaten GresikDan Kabupaten Lamongan

KEMENDIKBUDRp 100.000.000 Anggota20115. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan

DIKTIRp 65.000.000 Ketua2012MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun pertama)6. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar Untuk DIKTI Ketua

Page 147: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

147

No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Berperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan

Rp 66.000.000 2013MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun kedua)7. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan

DIKTIRp 75.000.000 Ketua2014MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun ketiga)8. Penelitian Pengembangan GrandDesign Pengembangan PendidikanKota Madiun 2014-2025 Tahun 2013 Pemerintah KotaMadiun dalam Halini DinasPendidikan,Pemuda, danOlahragaRp 235.000.000

Ketua(2014)

9. Penelitian Pengembangan SMA JarakJauh PemerintahProvinsi JawaTimur, 2013Rp 200.000.000Anggota(2014)

10. Penelitian mengenai ImplementasiKurikulum 2013 di 11 Propinsi diJawa Timur PenelitianKebijakanDirektoratJenderalPendidikan Tinggi,DirektoratPembelajaran danKemahasiswaan

Koordinator,2014

Page 148: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

148

No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Rp 398.000.00011. Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar Berbasis

Paedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa

PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading ofSeven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 150.000.000

Ketua (2015)

12 Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar BerbasisPaedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa (Tahun ke 2)

PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading ofSeven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 130.000.000

Ketua (2016)

10. Publikasi Ilmiah yang diterbitkan tahun 2009 Sampai dengan 2015:Artikel di Jurnal Internasional

Page 149: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

149

c. “An Evaluation of the Effectiveness of the Authentics Task on Students’Learning Achievement of Plant Anatomy Concept in Surabaya StateUniversity”. Turkish Science Education Journal, Volume 12 Issue 3, pp 21-303 September 2015. ISSN 1304-6020d. “Supporting student in Learning with Multiple Representation to ImproveStudent’s Mental Model on Atomic Structure Concept”. Science EducationInternational. Archive 2015-2017 Volume 26 Issue 2 Juni 2015.www.icaseonline.net/seiweb/.f. “Mental model if Students on Stoichiometry Concept in Learning by MethodBased on Multiple Representation”. The on line Journal of New Horizon inEducation. Volume 5 Issue 2 April 2015. http://www.tojned.net/volume/php?Volume=5&issue=2

g. “Students mental model of stoichiometry Concept after Learning by Multiplerepresentation Methods”. Turkish Science Education Journal. ISSN 1304-6020. Accepted, 2014

Artikel di dalam Jurnal Nasional

h. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Teoritis Multi Siklus-Deal Untuk melatihKeterampilan Pengambilan Keputusan dan Penguasaan Konsep IPA PebelajarSD. Jurnal Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 09, Nomor 01,April 2012, halaman 1-81, ISSN 1289-6785i. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berorientasi Model Pemaknaanuntuk Melatih Keterampilan Berpikir pada Siswa SD”. Pendidikan Dasar, JurnalKajian Teori dan Hasil Penelitian Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN 2301-9158

j. “Membangun Sensitivitas Moral, Penguasaan Konsep, dan Kemampuan BerpikirSiswa SD melalui Pembelajaran IPA berorientasi Model Pemaknaan” PendidikanDasar, Jurnal Kajian Teori dan Hasil Penelitian. Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN2301-9158

Publikasi dalam Bentuk Buku dan Proceeding Seminarn. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Pembudayaan Nilai (Value) Melalui Pembelajaran IlmuKealaman”. Book Chapter: Asa Untuk Unesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 43-53.o. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Berpikir Tingkat Tinggi”. Book Chapter: Asa UntukUnesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 32-42.p. Ibrahim, Muslimin. (2014). Peran Pendidikan Sains dalam Implementasi Kurikulum2013. Proceeding Seminar Nasional Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, ISBN978-602-719999-0-3

Page 150: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

150

q. Ibrahim, Muslimin (2014) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Edisi Revisi.Surabaya: University Press. ISNB 978-979-028-344-2r. Ibrahim, Muslimin dan Sukartiningsih, Wahyu. (2014). Model Pembelajaran Inovatifmelalui Pemaknaan: Belajar Perilaku Positif dari Alam). Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN 978-979028-661-0s. Ibrahim, Muslimin. (2012). Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Edisi Kedua.Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-497-5t. Ibrahim, Muslimin. (2012). Seri Pembelajaran Inovatif: Konsep, Miskonsepsi, danCara Pembelajarannya. Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-557-6u. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Integrasi Fenomena IPA dalam Pembelajaran: SebuahAlternatif Pendidikan Komprehensif”. Bunga Rampai Pendidikan Karakter StrategiMendidik Generasi Masa Depan. Surabaya: University Press, ISBN 978-979-028-425-8v. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Dimensi Pendidikan dan Budi Pekerti dalam Model-model Biologi”. Sang Profesor: Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar. Surabaya:Unesa University Press. ISBN 978-979-028-459-3w. Ibrahim, Muslimin (2011). Buku Kurikulum dan Pembelajaran Biologi, Jakarta:Universitas Terbuka.x. Ibrahim, Muslimin (2009). Mikrobiologi, Konsep dasar dan Aplikasi. Surabaya:Unesa University Press. ISBN: 979-445-150-9y. Ibrahim, Muslimin. (2005). Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN: 979-445-020-0z. Ibrahim, Muslimin, Ismono, Fida Rachmadiarti. (2002). Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Unesa University Press

11. Sebagai nara Sumber/ Makalah yang disampaikan pada berbagai kesempatanselama 2010 – 2015 (Pemakalah Utama dan Narasumber atas permintaan)

Tahun 20164. Narasumber pada Pelatihan Pekerti bagi Dosen Universitas Hasyim Asjhari,Jombang, 17 Pebruari 20165. Narasumber pada Pembekalan Mahasiswa Unesa Peserta PPL dengan Topik:Penumbuhan Budi Pekerti, Surabaya, 18 April 20166. Narasumber pada Pembekalan Guru-Guru SMA Kota Kendari: TentangPembelajaran Berbasis Masalah, Kendari 22-23 Mei 2016Tahun 201526. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Kurikulum Politeknik PerkapalanNegeri Surabaya, 15 Januari 201527. Pembicara Utama pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas pada Guru-guruyayasan Pendidikan Alhikmah Surabaya, tanggal 7 Pebruari 2015

Page 151: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

151

28. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema Peran Biologi danPendidikan Biologi dalam menjawab Tantangan Pendidikan Global, UniversitasMuhammadiyah Malang, 21 Maret 2015.29. Pembicara utama pada Seminar dalam rangka Ulang Tahun ke 25 ProdiPendidikan Fisika Universitas Palangkaraya tanggal 26 Maret 201530. Pembicara Utama pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh UniversitasNegeri Jakarta, dengan Tema High Order Thinking, Jakarta, 11 April 2015.31. Nara sumber pada Workshop: Pemberdayaan Tim Penilaian Program InduksiGuru Pemula, diselenggarakan oleh Direktorat P2TK di Hotel Pangeran Padang,11 Mei 201532. Nara Sumber pada pelatihan Pekerti: Unesa Inovasi Pembelajaran. Surabaya 25-26 Mei 201533. Nara Sumber pada Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berkualitas, yangdiselenggarakan oleh Prodi PGSD Universitas Negeri Makassar, Makassar 13 Juni201534. Narasumber dalam Sosialisasi Sertifikasi Dosen di Akademi teknik KeselamatanPenerbangan, Surabaya, tanggal 17 Juni 2015.35. Pembicara Utama Seminar dilaksanakan oleh Konsorsium Pendidikan Indonesiadengan Tema: Pembelajaran Melalui Pemaknaan. Surabaya, 24 Juni 2015.36. Nara sumber pada Workshop Pembelajaran Inovatif di SMP Petra 5 dan 9Surabaya, 13 Juli 201537. Nara sumber pada Penyusunan Borang Akreditasi Program Studi 6 program studidi Universitas Negeri Gorontalo, 13 Agustus 201538. Pembicara Utama pada Seminar Nasional di Universitas Mulawarman Samarinda,Kaltim, dengan tema: Peran Pembelajaran Biologi dalam mempersiapkanGenerasi Cerdas Abad 21., Samarinda, 22 Agustus 201539. Nara sumber pada Workshop Pengembangan LKS terintegrasi Sikap Positipuntuk Kota Bontang dan Padang, dilaksanakan oleh Konsorsium PendidikanIndonesia, Surabaya, 26 Agustus 201540. Pemakalah pada Pertemuan Pimpinan Program Pascasarjana LPTK se Indonesiadi dengan Judul: Modeling Sikap Positip Melalui Pemaknaan Fenomena Ipa SuatuAlternatif Pemberdayaan Siswa, Bandung 2-4 September 201541. Narasumber pada Workshop Pengembangan Instrumen Asesmen Proses danhasil belajar Mahasiswa pada Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,Surabaya, 10 September 201542. Pemakalah Pada Reviu Kurikulum PT dilaksanakan oleh Belmawa:Pengembangan Kurikulum S1 Pendidikan di Unesa, diselenggarakan olehDirektoral Belmawa, Jakarta 15-17 Oktober 201543. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Rencana pembelajaran Semester,Universitas Wachid Hasyim Jombanr, 26 Septewmber 201544. Narasumber pada pelatihan Pekerti Unesa: Kurikulum Berbasis KKNI, Surabaya,2-4 November 201545. Nara sumber pada pelatihan pekerti Unesa: Teori Belajar dan PembelajaranInovatif , Surabaya, 2-4 November 2015.46. Nara sumber pada pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik Isu-Isu Pendidikan tinggi, dan Kurikulum KKNI dan PembelajaranKarakter. Surabaya, 9 November 2015.

Page 152: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

152

47. Narasumber pada Pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik: Teori Belajar dan Pembelajaran Inovatif. Surabaya, 10 November201548. Narasumber pada Pelatihan penulisan Artikel Jurnal Ilmiah, di LPPM Unesa, 17November 2015.49. Pembicara pada Pertemuan Guru-guru dan Yayasan Lab School Unesa: Rahasiamenjadi Guru Berhasil, Surabaya, 18 Desember 201550. Narasumber pada pelatikan Pekerti Dosen Stikes Lamongan: Isu PendidikanTinggi dan Kurikulum KKNI, Lamongan, 21 Desember 2015.Tahun 201414. Pemakalah Utama pada Seminar dan Workshop Pendidikan Sains PPs Unesadengan tema: “Inovasi Pendidikan Sains dalam menyongsong Kurikulum 2013”,Tanggal 18 Januari 201415. Pemakalah Utama pada Simposium Regional Sumatera dengan Tema Kurikulum2013 menuju Indonesia Cerdas dan Berkarakter Kuat, tanggal 27 Januari 2014.16. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Implementasi Kurikulum2013” yang diselenggaranakn oleh STKIP PGRI Banjarmasin, Tanggal 10 Mei201417. Pemakalah Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dengan tema:“Pendidikan dan Sains dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, yangdiselenggarakan oleh Universitas Ronggolawe Tuban, tanggal 19 April 2014.Prosiding ISBN: 978-602-71999-0-318. Pembicara Utama pada Workshop dengan Tema: Standar Minimal KurikulumPendidikan Biologi dan Kompetensi Lulusan Berdasarkan KKNI, 17 Mei 201419. Narasumber pada workshop Akreditasi Prodi dalam Meningkatan MutuPerguruan Tinggi Melalui Proses Akreditasi yang Terencana dan berkelanjutan,Pusat Penjaminan Mutu Universitas Muhammadiyah Surabaya, 7 Juni 201420. Narasumber pada Workshop Penyusunan Perangkat Perkuliahan PendidikanGuru MIPA Unggulan Berbasis KKNI FKIP Unmul Samarinda , 13-14 Oktober201421. Narasumber pada Workshop Pengembangan Bahan Pembelajaran danInstrumen Penilaiannya di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 11 Oktober201422. Tenaga Ahli pada Workshop Telaah Kurikulum Pendidikan Guru MIPA UnggulanUnlam Banjarmasin 24 – 26 Nopember 201423. Pembicara Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains ProgramPascasarjana Universitas Negeri Yogya: Asesmen Autentik pada PembelajaranSains Abad 21. Yogyakarta 1 Nopember 2014.24. Pembicara Utama pada Seminar Pengembangan Kerangka berpikir penelitian diUniversitas trunojoyo Madura, tanggal 12 Nopember 201425. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Sains dan InovasiPembelajaran Berbasis Kearifan Lokal, 22 Nopember 201426. Pembicara Utama pada Forum Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan SeluruhIndonesia dengan Judul Pendekatan Saintifik yang diselenggarakan olehDirektorat P2 Tk di Batam tanggal 27 Nopember 2014

Page 153: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

153

Tahun 20136. Pemakalh Utama Pada Seminar Nasional “ Pembelajaran Kimia Berbasis karakter”Menyognsong Kurikulum 2013” Jurusan Kimia FMIPA Unesa, tanggal 27 April 2013.7. Pemakalah Utama Pada Seminar Nasional “Peningkatan Kreativitas bangsa MelaluiMIPA dan Pembelajaran MIPA yang diselenggarakan oleh FKIP Univeristas NegeriJember tanggal 31 Maret 2013.8. Narasumber pada Workshop Nasional Pendidikan Kimia Unesa, tanggal 22 April20139. Pemakalah Utama pada Seminar Nasipnal Pendidikan Biologi dengan tema The 21stskill pada Pendidikan Biologi dalam Persepektif Kurikulum 2013, diselenggarakanoleh Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah, tanggal 30 Juni201310. Sebagai Tanaga Ahli pada kegiatan Workshop KKNI pada Program Pendidikan GuruMIPA Unggulan Universitas Lambung Mangkurat, 24-26 Nopember 2013Tahun 20121. Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar, Pembicara pada workshop pembelajaranInovatif Surabaya Gedung Millenium 7 Januari 20122. Pemateri pada Pelatihan Asesor Akreditasi Internal yang diselenggarakan oleh PusatPenjaminan Mutu Unesa, tanggal 22- 23 Mei 2012.3. Pembicara pada Seminar Internasional Sangguru tanggal 8 September 2012 di Unesa4. Pembica Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains di Program PascasarjanaUNS Surakarta tanggal 3 Nopember 2012.5. Nara sumber pada Seminar Pengembangan Kurikulum Jurusan Pendidikan MIPAyang Mengacu pada KKNI, FKIP Ummul Samarinda, 17 dan 18 Desember 2012Tahun 201110. Media pembelajaran Phet, untuk Guru-Guru di Surabaya, Pelaksana Yayasan Tunasbangsa11. Pengembangan Rencana pelaksanaan Pembelajaran, Untuk Guru-guru di Surabaya,Pelaksana Yayasan Tunas bangsa12. Pendidikan Karakter untuk Guru-guru dan dosen dalam seminar di IAIN SUnanAmpel Surabaya, 18 Mei 2011.13. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Unsuri Ponorogo tanggal 19 Maret, 17April, dan 8 Mei 2011.14. Pemakalah pada Review Pengembangan Kewirausahaan dan Teaching Factory, 19-20 Pebruari 2011. Di Cerme Gresik15. Pendidikan Karakter, IAIN Sunan Ampel Surabaya Juli 2011.16. Pendidikan Karakter, Pembicara Utama Pada seminar Nasional Biologi danWorkshop 2011, 23 Juli 2011

Page 154: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

154

17. Pemakalah Utama pada seminar Nasional Integrasi Pendidikan Karakter dalampembelajaran sains untuk meningkatkan profesionalisme guru., Surabaya, 10Desember 201118. Narasumber pada Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar teknik Intruksional(Pekerti) dan Applied Approach (AA) yang diselenggarakan oleh UPT-P4 Unesatanggal 2 Nopember sd. 29 Desember 2011Tahun 20108. Sebagai pemakalah Pada Seminar Nasional Tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Diselenggarakan oleh Majalah Ilmiah Guru Dwijakarya JawaTimur, Jombang 31 Januari 2010.9. Sebagai pemakalah tentang Pembelajaran Inovatif dan Asesmennya,diselenggarakan dalam rangka pembentukkan sekolah kawasan, Surabaya, 4Pebruari 2010.10. Sebagai pemakalah pada Diklat: Pengembangan Softskill, dilaksanakan oleh IKAUnesa, lamongan, 7 Pebruari 201011. Sebagai Pemakalah pada Diklat nasional tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Dilaksanakan oleh Yayasan Beasiswa Tunas bangsa, Mojokerto, 8pebruari 2010.12. Pemakalah pada Seminar Nasional yang dilaksanakan oleh PGRI Wilayah JawaTimur tentang: Pendidikan Karakter, Surabaya, 14 Pebruari 2010.13. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Mojokerto, 21 Pebruari 2010.14. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Probolinggo, 21 Maret 2010.C. Memberi Kuliah Semester Genap 2014-201511. Landasan Kependidikan (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan12. Pembelajaran Inovatif II (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi Angkatan 2013:Kelas A, Kelas B, dan Kelas Unggulan13. Mikrobiologi Dasar (3/1 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2013: Kelas A, KelasB, dan Kelas Unggulan.14. Seminar Pendidikan Biologi (2 sks) 3 kelas S1 Pendidikan Biologi 2012: Kelas A,Kelas B, dan kelas Inter15. Teori Belajar (2 sks) 6 kelas S1 Pendidikan Biologi 2013 dan 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan.16. Keanekaragaman Makhluk Hidup (3 sks) 2 kelas S1 Pendidikan Sains: Kelas Adan Kelas B.17. Isu dan Trend Pendidikan Sains (2 sks) 3 kelas S2 Pendidikan Sains18. Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar (2 kelas) S2 Pendidikan Sains19. Pengembangan Pembelajaran IPA SD (2 sks) S2 Pendidikan Dasar20. Pengembangan Instrumen (2 sks) 1 kelas S3 Pendidikan SainsD. Pengabdian kepada masyarakat:14. Desk Evaluation BAN-PT, di Jakarta 29 April sd. 1 Mei di Jakarta.

Page 155: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

155

15. Visitasi ke STKIP Singkawang 201016. Visitasi BAN PT ke STKIP Sera lahat 13 sd 15 Mei 201117. Visitasi BAN PT ke UNJ Jakarta 19 sd 21 Mei 201118. Verifikasi kemiripan Isian Deskripsi Diri DYS, 10-11 Nopember 2011 HotelBintang Griya Wisata Jakarta.19. Visitasi BAN PT Keprogram Studi Pendidikan Biologi Universitas NegeriMakassar, 28-30 Juli 2011.20. Visitasi BAN PT ke STKIP Primagalatung Sengkang Sulawesi Selatan, 6 sd. 9Oktober 201121. Visitasi BAN PT ke IAIN Ambon, Maluku 13 sd. 16 Oktober 201122. Visitasi BAN PT keSTKIP Nias Selatan di Kepulauan Nias 18-20 Nopember 201123. Visitasi BAN PT ke STKIP Muhammadiyah Manokwari Papua Barat, 6 – 8 Oktober201124. Visitasi BAN PT ke Program PPG Universitas Negeri Makassar, 15-17 Desember201125. Visitasi BAN PT k eke program PPG UNP Padang, 22 -24 Desember 201126. Pelatihan Penyusunan LKS Berbasis Kurikulum 2013 Bagi Guru-guru SMAKemala Bhayangkari 1 Surabaya, tanggal 13 September 2014C. Pengalaman sebagai Reviewer

Mitra bestari, beberapa jurnal penelitian a.l. Jurnal Pendidikan Biologi UMMalang, Penulis dan Reviewer Buku Pelajaran Untuk Kelas Internasional SMP atas biayaDepdiknas Pendamping Penulisan Buku Oleh Dr. Hadi Suwono, MS., dibiayai Dikti. Reviewer untuk Materi pelatihan Guru Profesional yang dikembangkan OlehLembaga Kualita Pendidikan Indonesia Reviewer dan konsultan penulisan LKS oleh Kualita Pendidikan Indonesiabernuansa karakter kerjasama dengan Pemkot Padang Sumatera Barat Mereview buku yang ditulis oleh beberapa penulis seperti: Hansan Subekti, DR.Mohammad Thamrin Hidayat, Prof. Endang Sunsanti

D. Pembimbing

14. Membimbing Tesis Mahasiswa S2 Pendidikan Sains dan Pendidikan Dasar UniversitasNegeri Surabaya (15 orang) sedang berjalan.15. Membimbing Skripsi Mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA Unesa (3 orang) sedangberjalan.

Page 156: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

156

16. Membimbing Disertasi 15 Mahasiswa S3 Pendidikan Sains Unesa sebagai promotordan 13 orang mahasiswa sebagai ko-promotor, sedang berjalanD. Jabatan Sekaranga. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa dan Master of Refresentative ISO9001: 2008 di PPs Unesab. Ketua Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sumber Belajar LP3M Unesac. Anggota Tim Pengembangan Kurikulum pada Proyek 7 in 1 Universitas NegeriSurabaya, 2014 sd. sekarangd. Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 2003/2004 sd.Sekarang.e. Sekretaris Panitia Pelaksana Sertifikasi Dosen PTP 1039 Unesaf. Anggota Tim Ahli Sertifikasi Guru Rayon 114 Unesah. Anggota Tim Penilaian Angka Kredit Dosen FMIPA Unesai. Anggota Tim Penilai Angka Kredit Dosen FMIPA- Unesaj. Anggota Senat Unesak. Anggota Komisi Guru Besar Senat Unesal. Anggota Senat FMIPSA UnesaE. Tanda Penghargaana. Penghargaan sebagai Peneliti Berprestasi Tahun 2014, tanggal 19 Desember 2015b. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 40 Tahun sebagai Pendidik Tahun 2014c. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 35 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2009d. Piagam Penghargaan Dharma pengabdian 30 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2004

Surabaya, 12 Januari 2016

Page 157: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

157

Prof. DR. Muslimin Ibrahim, M.Pd.NIP 195104011974121002

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dr. Erman, M.Pd.

NIDN : 0005067105

Pangkat/Golongan : Pembina utama muda/IVc

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul:

”Sinergi pembelajaran IPA terpadu, konteks sosial, dan inkuiri dalam pembelajaranIPA untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP”

Yang diusulkan dalam skim penelitian Hibah Bersaing untuk tahun anggaran 2016bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.

Bilaman di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, makasaya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku danmengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Page 158: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

158

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 18 Mei 2016

Mengetahui, Yang menyatakan,

Ketua LPPM,

Prof. Dr. I Wayan Susila, M.T. Dr. Erman, M.Pd.

NIP. 195312151980021001 NIP.

197106051999031002

Page 159: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

159

Page 160: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

160

Page 161: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

161

Page 162: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

162

Page 163: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

163

Page 164: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

164

Page 165: l(iaer,'UJk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_Lap...2018/12/04  · Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 38 B. Pembahasan 56 Bab V. Kesimpulan

165