LI

9
LEARNING ISSUE FARINGITIS A. Defisini Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan ole (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin !irus dan bakteri mela ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal "nfeksi bakteri grup # $tr hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah dan orang de&asa 'enularan i melalui sekret hidung dan ludah Gambar Anatomi Faring Faring merupakan sebuah bangunan berbentuk pipa yang menghubungkan bagia belakang hidung dan rongga mulut dengan pintu masuk laring dan int Faring dibagi men adi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan hipofarin kronis adalah kondisi inflamasi dalam &aktu yang lama pada mukosa faring dan sekitarnya Faringitis kronis terbagi men adi faringitis kronis hiperplastik faringitis kronis atropi atau kataralis B. Etiologi Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang far akut atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan penyalahgunaan sering konsumsi minuman ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena Faringitis kronis akibat gangguan pen ernaan pada lambung uga mungkin ter a merupakan penyebab yang arang ditemukan 'enyebab lain yang tidak termasuk adalah pemakaian suara berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, r akibat uap yang merangsang mukosa faring, debu, serta kebiasaan ber mulut karena hidung tersumbat

description

arigat

Transcript of LI

LEARNING ISSUE FARINGITIS A. DefisiniFaringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri grup A Streptococcus hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah dan orang dewasa. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah.

Gambar Anatomi FaringFaring merupakan sebuah bangunan berbentuk pipa yang menghubungkan bagian belakang hidung dan rongga mulut dengan pintu masuk laring dan introitus-esofagus. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan hipofaring. Faringitis kronis adalah kondisi inflamasi dalam waktu yang lama pada mukosa faring dan jaringan sekitarnya. Faringitis kronis terbagi menjadi faringitis kronis hiperplastik(granular) dan faringitis kronis atropi atau kataralis.

B. EtiologiFaringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang faringitis akut atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, sering konsumsi minuman ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi. Faringitis kronis akibat gangguan pencernaan pada lambung juga mungkin terjadi namun merupakan penyebab yang jarang ditemukan. Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaian suara berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi akibat uap yang merangsang mukosa faring, debu, serta kebiasaan bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.

C. PatogenesisPada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring sehingga menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadimenebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi radang dan bengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Corona virusdapatmenyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karenafragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolemapada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibatterbentuknya kompleks antigen-antibodi.

D. Klasifikasi Faringitis1. Faringitis akutFaringitis akut dan tonsilitis akut sering ditemukan bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Organisme yang umumnya menyerang adalah Streptokokus hemolitikus group A, Streptokokus viridans, dan Streptokokus piogenes. Faringitis yang disebabkan oleh bakteria adalah penyakit yang lebih parah karena bahaya komplikasi, yaitu sinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, dalam reumatik, dan nefritis. Infeksi menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections). Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus influenxa, adenovirus, dan ECHO. a. Manifestasi klinisGejala-gejala yang timbul pada faringitis akut bergantung pada mikroorganismenya. Faringitis akut yang disebabkan bakteri mempunyai gejala nyeri kepala yang hebat, demam atau menggigil, malaise, nyeri menelan, muntah dan mungkin batuk tapi jarang. Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu demam, limfaadenopati pada anterior servikal, eksudat pada tonsil, tidak ada batuk.Faringitis yang disebabkan virus biasanya mempunyai gejala nyeri tenggorokan yang parah dan dapat disertai dengan batuk, suara serak dan nyeri substernal. Demam, menggigil, malaise, mialgia dan sakit kepala juga dapat terjadi.7 Sedangkan gejala pada faringitis fungal adalah nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemisb. Epidemiologi Faringitis merupakan penyakit umum pada dewasa dan anak-anak. National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat setiap tahun, dan lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa per tahun. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat. Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun.c. Diagnosis Pada faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri, pemeriksaan pada faring yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula dan limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak di bawah 3 tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. Pada faringitis viral, pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachie virus dan Cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachie virus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis karena bakteri atau virus. Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi, progresifitas dan tingkat keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam, batuk, kesukaran bernafas, pembengkakan limfonodi, paparan infeksi, dan adanya penyakit sistemik lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa apakah terdapat tanda-tanda eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat, massa, petechie dan adenopati. Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam, timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus, seorang dokter harus mendengar adanya suara murmur pada jantung dan mengevaluasi apakah pada pasien terdapat pembesaran lien dan hepar. Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan kelenjar limfe leher, tidak disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 38C maka dicurigai adanya faringitis karena infeksi GABHS.Kultur tenggorokan merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik. Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari 10 hari. d. Penatalaksanaan Untuk infkesi virus, pasien cukup diberikan analgetika dan tablet isap. Preparat antimikrobial untuk penyebab bakteria : pensilin untuk Streptokokus group A dan sefalosporin untuk penderita yang alergi terhadap pensilin atau resisten terhadap eritromisin. Antibiotik diberikan sedikitnya selama 10 hari. Kumur dengan air hangat. Jika ada infeksi jamur dapat diberikan solution Nystatin 100.000 unit 2 kali sehari. Berikan diet cair atau lunak selama fase akut. Pemberian cairan IV jika tidak mampu menelan karena sakit tenggorok. Berikan dorongan untuk banyak minum bila mampu untuk menelan (2500 ml setiap hari).e. Intervensi keperawatan Berikan dorongan untuk tirah baring selama penyakit tahan febris Terapakan tindak kewaspadaan terhadap sekresi untuk mencegah penyebaran infeksi Periksa kulit sekali atau dua kali sehari terhadap kemungkinan ruam karena faringitis akut dapat didahului oleh penyakit menular lainnya Kencangkan alat swab nasal; kultur darah dan tenggorok sesuai kebutuahn Berikan kumur salin hangat atau irigasi untuk menghilangkan nyeri Lakukan perawatan mulut untuk mencegah fisura bibir dan inflamasi mulutf. Komplikasi Komplikasi umum pada faringitis termasuk sinusitis, otitis media, epiglottitis, mastoiditis, dan pneumonia. Faringitis yang disebabkan infeksi streptokokus jika tidak diobati dapat menyebabkan demam reumatik akut, peritonsillar abses, peritonsillar cellulitis, abses retrofaringeal, toxic shock syndrome dan obstruksi saluran pernasafan akibat dari pembengkakan laring. Demam reumatik akut dilaporkan terjadi pada1 dari 400 infeksi GABHS yang tidak diobati.2. Faringitis kronis Faringitis kronis adalah bentuk yang umum terjadi pada orang dewasa yang bekerja atau tinggal dilingkungan yang berdebu, menggunakan suara secara berlebihan, menderita batuk kronis, dan kebiasaan penggunaan alkohol dan tembakau. Dikenal tiga tipe faringitis kronis; hipertrofik, penebalan dan kongesti umum membran mukosa faring, tahap lanjut tipe 1; dan granular kronis. Dengan pembengkakan berbagai folikel limfe dari dinding faring.a. Manifestasi klinis Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorok Lendir, yang terkumpul dalam tenggorok dan dikeluarkan dengan batuk Kesulitan menelanb. Penatalaksanaan Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti. Kaustik juga dapat dilakukan dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap di samping obat batuk antitusif atau ekspektoran. c. Intervensi keperawatan Hindari kontak dengan orang lain sampai demam telah menghilangkan dengan sempurna untuk mencegah penyebaran infeksi. Instruksikan agar menghindari penggunaan alkohol, tembakau, perokok pasif, dan pemajanan terhadap dingin. Hindari polutan lingkungan/tempat kerja atau minimalkan melalui penggunaaan masker sekali pakai. Berikan dorongan untuk banyak minum Berikan dorongan untuk sering berkumur dengan salin hangat untuk menghilangkan rasa taknyaman pada tenggorok; pelega tenggorokan untuk menjaga agar tenggorok tetap lembabSedaangkan berdasarkan penyebabnya, faringitis terbagi atas: 1. Faringitis Kronis Hiperplastika. PatologiPada faringitis kronis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertrofi kelenjar limfe di bawahnya dan belakang arkus faring posterior (lateral band). Degan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.b. GejalaPasien mengeluh gatal, kering serta berlndir yang sukar dikeluarkan di tenggorok. Kadang-kadang disertai juga dengan batuk.c. TerapiDicari dan diobati penyakit kronis di hidung dan sinus paranasal. Terapi lokal, dengan melakukan penggosokkan memakai zat kimia (kaustik), misalnya larutan nitras argenti atau albothyl. Pengobatan secara simtomatik, diberikan obat isap atau obat kumur, serta obat batuk (antitusif atau ekspektoran).2. Faringitis Kronis Atrofi ( Faringitis Sika)a. Etiologi Faringitis kronis atrofi seing timbul bersama dengan rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.b. Gejala Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal, serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak pada mukosa faring terdapat lendir yang melekat, dan bila lendir itu diangkat, tampak mukosa kering.c. TerapiTerapi yang diberikan sama dengan pengobatan rinitis atrofi, dngan ditambah dengan obat kumur, penjagaan higiene mulut dan obat simtomatik.3. Faringitis Spesifika. FaringitisLeutikaTreponema palidum (penyebab leus), dapat menimbulkan infeksi di daerah faring. Sedangkan penyakit lues di organ lain, infeksi di faring gambaran kliniknya tergantung pada stadium penykit, primer, sekunder, dan tersier.Stadium PrimerKelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding faring posterior. Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut. Bila infeksi terus berlangsung, maka timbul ulkus. Ulkus pada daerah faring bersifat seperti ulkus pada genetalia, yaitu tidak dirasakan nyeri. Didapati jug pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan.Stadium SekunderStadium ini jarang ditemukan. Pada stadium ini terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar ke arah laring.Stadium TersierPada stadium ini terdapat guma. Tonsil dan palatum merupakan tempat predileksi untuk tmbuhnya guma. Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior. Bila didapatkan guma di dinding faring posterior, akibatnya dapat mengenai vertebrata servikal, dan bila pecah akan menyebabkan kematian.Terapi berupa obat pilihan utama ialah penisilin, yang diberikan dalam dosis tinggi.b. Faringitis TuberkolusaKuman tahan asam dapat menyrng mukosa palatum mole, tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epligotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan proses sekunder dari tuberkolusis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam jenis bovinum. Pada jenis bovinum ini dapat timbul tuberkolusis faring primer. Cara infeksi :a) Cara eksogen, yaitu kontok dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.b) Cara endogen, yaitu penyebaranmelalui darah pada tuberkolusis miliaris. Penelitian sekarang dapat menemukan penyebaran secara limfogen. Bentuk dan tempat lesiMenurut Meyerson (1960) kan terbentuk ulkus pada satu sisi tonsil dan jaringan tonsil itu akan mengalami nekrosis. Bila infeksi timbul secara hematogen, maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi. Lesi sering ditmukan pad dinding faring posterior, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring dan palatum mole serta palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak. GejalaPasien mengeluh nyeri tenggorok lebih hebat daripada nyeri yang timbul akibat radang lainnya. Keadaan umum pasien buruk, karena anoreksia dan nyeri untuk menelan makanan. Tidak jarang terdapat regurgitasi. Selain dari nyeri yang sangat menonjol untuk menelan, terdapat juga nyeri di telingan (otalgi). Terdpat juga adenopati servikal. DiagnosaUntuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum untuk melihat basil taha asam. Dibuat foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru. Di lakukan juga biopsi jaringan yang terinfeksi untuk mnyingkiran danya proses eganasan, serta mencari basil tahan asam di jaringan. TerapiTerapi sesuai dengan terapi tuberkulosis paru.

E. Gejala KlinisGejala umum yang sering ditemukan ialah: Gatal dan kering pada tenggorokkan Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C Rasa lesu dan nyeri disendi Tidak nafsu makan (anoreksia) Rasa nyeri ditelinga (otalgia) Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering, gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus. Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak

F. Diagnosis Untuk meneggakan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan suhu tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung, dan leher. Pada faringitis fijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar, dan pembesaran kelenjar getah bening di leher.

G. Pemeriksaan PenunjangAdapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnosa antara lain yaitu: Pemeriksaan darah lengkap GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri Strptococcus Group A Throat culture H. PrognosisUmumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

I. KomplikasiAdapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik, maupun hematogenik.