Learning Issue Skenario A

11
Farhan Hadi 0411181419205 PSPD Alpha FK UNSRI 2014 ANTI KOAGULAN Warfarin Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IX dan X. Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya. Karena waktu paruh dari masing- masing faktor pembekuan darah tersebut, maka bila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi. Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala. Warfarin adalah golongan obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah yang membahayakan kesehatan dan jiwa seseorang, misalnya pembekuan darah di kaki pada penderita trombosis vena dalam, di paru-paru pada penderita emboli paru, dan di jantung pada penderita fibrilasi atrium dan serangan jantung. Selain itu,

description

bb

Transcript of Learning Issue Skenario A

Page 1: Learning Issue Skenario A

Farhan Hadi

0411181419205

PSPD Alpha FK UNSRI 2014

ANTI KOAGULAN

Warfarin

Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang

berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IX dan X.

Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein

prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah

tersebut, maka bila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang.

Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor

tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari

karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan terhadap

faktor yang sudah ada disirkulasi.

Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah

terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif

untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan,

penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.

Warfarin adalah golongan obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya

pembekuan darah yang membahayakan kesehatan dan jiwa seseorang, misalnya

pembekuan darah di kaki pada penderita trombosis vena dalam, di paru-paru pada

penderita emboli paru, dan di jantung pada penderita fibrilasi atrium dan serangan

jantung. Selain itu, warfarin juga dapat mencegah terjadinya pembekuan darah akibat

operasi jantung.

Proses pembekuan darah di dalam arteri dipengaruhi oleh vitamin K. Warfarin

bekerja dengan cara mengurangi efek dari vitamin tersebut. Karena warfarin dapat

mencegah pembekuan darah, maka hindarilah aktivitas fisik yang memiliki risiko

tinggi terjadinya luka atau cedera pada tubuh saat Anda sedang mengonsumsi obat ini.

Farmakokinetik :

a. Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah pemberian.

b. Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.

c. Waktu paruh : 20-60 jam; rata-rata 40 jam.

d. Bioavailabilitas: hampir sempurna baik secara oral, IM atau IV.

Page 2: Learning Issue Skenario A

Farhan Hadi

0411181419205

PSPD Alpha FK UNSRI 2014

e. Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan ginjal.

Warfarin adalah produk alami dan diberikan sebagai campuran rasemik antara R

dan S stereoisomer. S-warfarin 3-5 kali lebih poten (levorotatorik) menginhibisi

targetnya, yaitu epoxide reductase complex vitamin K daripada R-warfarin

(dekstrorotatorik). Stereoisomer ini dimetabolisme pada fase I dengan enzim yang

berbeda. Enzim pemetabolisme S isomer adalah dominan CYP2C9 sedangkan R-

warfarin dominan oleh CYP3A4 dengan melibatkan CYP1A1, CYP1A2, CYP2C8,

CYP2C9, CYP2C18 dan CYP2C19. Metabolisme fase 2 warfarin belum dipelajari

lebih lanjut, walaupun diketahui konjugat glucorynl dan sulfat bisa terbentuk.

Eliminasi warfarin dominan di ginjal walauim warfarin telah diketahui berinteraksi

dengan transporter ABCB1 di liver.

Variasi gen enzim CYP2C9 adalah CYP2C9*2 dan CYP2C9*3. Individu dengan

variasi *2 dan *3 membutuhkan dosis warfarin lebih rendah, dan membutuhkan watu

lebih lama untuk mencapai target INR saat memulai terapi warfarin dan peningkatan

resiko komplikasi pendarahan. Beberapa polimorfisme CYP2C9 yang diketahui antara

lain *4, *5, dan *11.

f. Ekskresi: melalui urine (dalam bentuk metabolit) dan feses (yang tidak diabsorpsi)

Farmakodinamik :

a. 99% terikat pada protein plasma terutama albumin. Namun ikatan ini tidak kuat dan

mudah digeser oleh obat tertentu misalnya fenilbutazon dan asam mefenamat.

b. Absorbsinya berkurang bila ada makanan di saluran cerna.

c. Mekanisme kerja: Menghambat γ-karboksilasi berupa residu glutamat di protrombin

dan faktor VII, IX, dan X sertas antikoagulan endogen protein C dan S. Blokade

menghasilkan molekul-molekul faktor koagulasi inkomplit yang secara biologis

inaktif. Reaksi karboksilasi protein dikaitkan dengan oksidasi vitamin K. Vitamin

K harus direduksi untuk mengaktifkannya. Warfarin mencegah metabolisme

reduktif vitamin K epoksida inakif kembali ke bentuk hidrokuinonnya yang aktif.

Page 3: Learning Issue Skenario A

Farhan Hadi

0411181419205

PSPD Alpha FK UNSRI 2014

Indikasi :

Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi tromboembolik yang dihubungkan

dengan fibrilasi atrium dan penggantian katup jantung ; serta sebagai profilaksis

terjadinya emboli sistemik setelah infark miokard (FDA approved).

Profilaksis TIA atau stroke berulang yang tidak jelas berasal dari problem

jantung.

Kontraindikasi .

Semua keadaan di mana resiko terjadinya perdarahan lebih besar dari keuntungan

yang diperoleh dari efek anti koagulannya, termasuk pada kehamilan,

kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias dll.

Interaksi obat :

a. Obat yang mengurangi respon terhadap warfarin:

1. Dengan menghambat absorpsi: griseofulvin.

2. Dengan menginduksi enzim mikrosom hati: barbiturat, etklorvinol,

glutetimid, dan griseofulvin.

3. Dengan merangsang faktor pembekuan darah: vitamin K.

b. Obat yang meningkatkan respon terhadap warfarin:

1. Dengan menggeser antikolagulan dari ikatannya dengan plasma

albumin: kloralhidrat, klofibrat, asam mefenamat, fenilbutazon, dan

diazoksid

2. Dengan meningkatkan afinitas terhadap reseptor: d-tiroksin

3. Dengan menghambat enzim mikrosom hati: kloramfenikol dan

klofibrat.

4. Dengan menghambat availabititas vitamin K: steroid anabolik,

klofibrat, d-tiroksin, dan antibiotik spektrum luas.

5. Dengan menghambat pembentukan faktor pembekuan darah: steroid

anabolik, glukagon, kuinidin, dan salisilat.

6. Dengan meningkatkan katabolisme faktor pembekuan darah: steroid

anabolik dan d-tiroksin.

Page 4: Learning Issue Skenario A

Farhan Hadi

0411181419205

PSPD Alpha FK UNSRI 2014

Efek samping

Perdarahan dari jaringan atau organ, nekrosis kulit dan jaringan lain, alopesia,

urtikaria, dermatitis, demam, mual, diare, kram perut, hipersensitivitas dan

priapismus.

Hati -hati :

Untuk usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan efektifitasnya. Hati-

hati bila digunakan pada orang tua. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil

karena dapat melewati plasenta sehingga bisa menyebabkan perdarahan yang

fatal pada janinnya. Dijumpai pada ASI dalam bentuk inaktif, sehingga bisa

dipakai pada wanita menyusui.

Dosis :

Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10 mg/hari.

Obat diminum pada waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan diminum sebelum

tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi hari esoknya. Lamanya terapi

sangat tergantung pada kasusnya. Secara umum, terapi anti koagulan harus

dilanjutkan sampai bahaya terjadinya emboli dan trombosis sudah tidak ada.

Pemeriksaan waktu protrombin barns dilakukan setiap hari begitu dimulai dosis

inisial sampai tercapainya waktu protrombin yang stabil di batas terapeutik.

Setelah tercapai, interval pemeriksaan waktu protrombin tergantung pada

penilaian dokter dan respon penderita terhadap obat. Interval yang dianj urkan

adalah 1-4 minggu.

Page 5: Learning Issue Skenario A

Farhan Hadi

0411181419205

PSPD Alpha FK UNSRI 2014

ANALISIS MASALAH

1.2. Bagaimana mekanisme sakit kepala yang dialami tuan MT? 2 11 7

2.1. Bagaimana farmakodinamik dari obat digoxin? 6 2 11

Sekitar 70-8-% dari dosis oral digoxin diabsorbsi, terutama di bagian proximal

usus halus. Digoxin terikat pada serum albumin sekitar 20-30%. Digoxin

terdistribusi di jaringan, konsentrasinya tinggi di hati dan ginjal tapi paling banyak

disimpan di otot rangka. Waktu parauh eliminasinya antara 26-45 jam, terutama

melalui ginjal bersama dengan metabolitnya, yaitu dihydrodigoxin. Mekanisme

kerja digoxin adalah dengan menghambat Na+/K+-ATPase, yaitu pengangkut

terikat membran yang sering disebut pompa natrium yang menyebabkan

berkurangnya pengeluaran Ca2+ dan peningkatan simpanan Ca2+ di retikulum

sarkoplasma. Efeknya meningkatkan kontraktilitas jantung, efek

parasimpatomimetik (memperlambat kecepatan jantung sinus, memperlambat

hantaran atrioventrikel). Digoxin juga mempunyai efek langsung pada saluran

cerna seperti anoreksia, mual, muntah, dan diare.

3.2. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik faring-laring dan X-ray thorax pada

kasus ini? 2 11

Faring-laring hiperemis menunjukkan tanda abnormal. Tonsil membesar dan

hiperemis juga merupakan tanda abnormal karena bakteri menginfiltrasi lapisan

epitel, kemudian bila epitel ini terkikis, maka jaringan limfoid superkistal bereaksi,

dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltasi leukosit PMN.

Page 6: Learning Issue Skenario A

Farhan Hadi

0411181419205

PSPD Alpha FK UNSRI 2014

4.2. Apa saja terapi yang sesuai untuk penyakit faringitis et causa streptococcus

beta hemolyticus group A?6 2

Golongan penisilin (pilihan untuk faringitis streptokokus)

a. Penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau

b. Amoksisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari.

Bila alergi penisilin dapat diberikan:

a. Eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/hari atau

b. Eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3 atau 4 kali

perhari selama 10 hari.

c. Makrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 3

hari

Tidak dianjurkan: Antibiotik golongan sefalosporin generasi I dan II karena resiko

resistensi lebih besar.

Penanganan faringitis streptokokus persisten :

a. Klindamisin oral 20-30 mg/kgBB/hari (10 hari) atau

b. Amoksisilin clavulanat 40 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis selama 10 hari atau

c. Injeksi benzathine penicillin G intramuskular, dosis tunggal 600.000 IU

(BB<30 kg) atau 1.200.000 IU (BB>30 kg).

Pasien juga dianjurkan untuk beristirahat, mengkonsumsi cairan yang banyak, tidak

meminum minuman mengandung alkohol dan minuman yang dingin, kumur-kumur

larutan NaCl hangat setiap 2-3 jam untuk mengurangi keluhan rasa sakit, menghindari

makanan yang merangsang seperti cabe dan lain-lain.

Page 7: Learning Issue Skenario A

Farhan Hadi

0411181419205

PSPD Alpha FK UNSRI 2014

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi

5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI.

Febriani, Alfiana D. 2012. Faringitis Akut.

http://eprints.ums.ac.id/21879/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses pada

tanggal 4 November 2015

Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2010. Farmakologi dasar dan klinik 10th

ed. Jakarta: EGC

Mandal, B.K,dkk. 2006. Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga

Masjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Nasution, Minasari. 2008. Infeksi Faring Laring (Faringitis Akut).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1150/1/08E00706.pdf. Diakses

pada tanggal 4 November 2015

Rambe, Aldy S. 2004. Obat Obat Penyakit Serebro Vaskular.

http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-aldy4.pdf. Diakses pada tanggal 4

November 2015

Thorn, Caroline.2012. Warfarin Pharmacodynamic and Pharmacokinetic Pathway.

https://www.pharmgkb.org/pathway/PA145011114. Diakses pada tanggal 4

November 2015

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC